Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
A. PENDAHULUAN
Kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup dan majunya pengetahuan dan
teknologi terutama ilmu kedokteran, promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan
pelayanan kesehatan mengakibatkan meningkatnya umur harapan hidup manusia (life
expectancy). Akibatnya jumlah orang lanjut usia akan bertambah dan ada
kecenderungan akan meningkat dengan cepat ( Nugroho, 1995).
Peningkatan jumlah penduduk lanjut usia akan membawa dampak terhadap
berbagai aspek kehidupan, baik bagi individu lansia itu sendiri, keluarga, masyarakat
maupun pemerintah. Apa artinya umur yang panjang apabila penuh dengan penderitaan,
masalahnya tidak hanya ‘how to add more years to life’ tetapi juga menjadi ‘how to add
live’s to years’ ( Notosoedirdjo, 2005). Implikasi ekonomis yang penting dari
peningkatan jumlah penduduk lanjut usia adalah peningkatan ratio ketergantungan usia
lanjut ( old age ratio dependency) yang disebabkan kemunduran fisik, psikis dan sosial
lanjut usia yang dapat digambarkan melalui tiga tahap yaitu, kelemahan (impairment),
keterbatasan fungsional (functional limitations), ketidakmampuan (disability), dan
keterhambatan (handicap) yang dialami bersamaan dengan proses kemunduran akibat
proses menua (aging process).
Manusia yang muda menjadi tua merupakan proses penuaan secara
alamiah yang tidak bisa kita hindari dan merupakan hukum alam. Akibat dari
proses itu menimbulkan beberapa perubahan, meliputi perubahan fisik, mental,
spiritual, psikososial adaptasi terhadap stress mulai menurun. Menurut Maramis
(1995), pada lanjut usia permasalahan yang menarik adalah kurangnya kemampuan
dalam beradaptasi secara psikologis terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya.
Penurunan kemampuan beradaptasi terhadap perubahan dan stress lingkungan sering
menyebabkan gangguan psikososial pada lansia. Masalah kesehatan jiwa yang
sering muncul pada lansia adalah gangguan proses piker, dementia, gangguan
perasaan seperti depresi, harga diri rendah, gangguan fisik dan gangguan
perilaku.
2. Pengertian Depresi
Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan
dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada
pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak
berdaya, serta gagasan bunuh diri (Kaplan dan Sadock, 1998). Depresi adalah suatu
perasaan sedih dan pesimis yang berhubungan dengan suatu penderitaan. Dapat berupa
serangan yang ditujukan pada diri sendiri atau perasaan marah yang dalam (Nugroho,
2000). Menurut Hudak & Gallo (1996), gangguan depresi merupakan keluhan umum
pada lanjut usia dan merupakan penyebab tindakan bunuh diri .
Depresi adalah gangguan alam perasaan yang ditandai oleh kesedihan, harga
diri rendah, rasa bersalah, putus asa, perasaan kosong (Keliat, 1996). Sedangkan
menurut Hawari (1996), depresi adalah bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan
(mood), yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan, ketidakgairahan hidup, perasaan
tidak berguna, dan putus asa. Depresi adalah suatu kesedihan atau perasaan duka yang
berkepanjangan (Stuart dan Sundeen, 1998).
5. PENYEBAB DEPRESI
Menurut Stuart dan Sundeen (1998), faktor penyebab depresi adalah :
A. Faktor predisposisi
Skoring nilai 1 diberikan pada pernyataan favourable untuk jawaban ”ya” dan
nilai 0 untuk jawaban ”tidak”, sedangkan untuk pernyataan unfavourable, jawaban
”tidak” diberi nilai 1 dan jawaban ”ya” diberi nilai 0.
Assasment Tool geriatric depression scale (GDS) untuk mengkaji depresi pada
lansia sebagai berikut :
No. Pernyataan ya tidak
1. Apakah bapak/ibu sekarang ini merasa puas dengan
kehidupannya?
2. Apakah bapak/ibu telah meninggalkan banyak
kegiatan atau kesenangan akhir-akhir ini ?
3 Apakah bapak/ibu sering merasa hampa/kosong
didalam hidup ini ?
4. Apakah bapak/ibu sering merasa bosan?
5. Apakah bapak/ibu merasa mempunyai harapan yang
baik di masa depan ?
6. Apakah bapak/ibu mempunyai pikiran jelek yang
menganggu terus menerus ?
7. Apakah bapak/ibu memiliki semangat yang baik
setiap saat ?
8. Apakah bapak/ibu takut bahwa sesuatu yang buruk
akan terjadi pada anda ?
9. Apakah bapak/ibu merasa bahagia sebagian besar
waktu ?
10. Apakah bapak/ibu sering merasa tidak mampu
berbuat apa-apa ?
11. Apakah bapak/ibu sering merasa resah dan gelisah ?
12. Apakah bapak/ibu lebih senang tinggal dirumah
daripada keluar dan mengerjakan sesuatu ?
13. Apakah bapak/ibu sering merasa khawatir tentang
masa depan?
14. Apakah bapak/ibu akhir-akhir ini sering pelupa ?
15. Apakah bapak/ibu pikir bahwa hidup bapak/ibu
sekarang ini menyenangkan ?
16. Apakah bapak/ibu sering merasa sedih dan putus
asa ?
17. Apakah bapak/ibu merasa tidak berharga akhir-akhir
ini ?
18. Apakah bapak/ibu sering merasa khawatir tentang
masa lalu ?
19. Apakah bapak/ibu merasa hidup ini menggembirakan
3) Pendekatan Kognitif
Pendekatan ini bertujuan untuk mengubah pandangan dan pola pikir tentang
keberhasilan masa lalu dan sekarang dengan cara mengidentifikasi pemikiran negatif
yang mempengaruhi suasana hati dan tingkah laku, menguji individu untuk menentukan
apakah pemikirannya benar dan menggantikan pikiran yang tidak tepat dengan yang
lebih baik (Beck, et al, 1979; Samiun, 2006). Dasar dari pendekatan ini adalah
kepercayaan (belief) individu yang terbentuk dari rangkaian verbalisasi diri (self-talk)
3. Karakteristik Self-Esteem
Self-esteem berpengaruh besar terhadap kualitas dan kebahagiaan hidup
seseorang (Dariuszky, 2004). Seseorang yang memiliki self-esteem yang tinggi akan
merasa tenang, mantap, optimistis, mampu mengendalikan situasi dirinya dan lebih
mampu mengatasi masalah-masalah dan kesulitan hidup. Sedangkan self-esteem yang
rendah sering menimbulkan pesimistis dan mudah menyerah terhadap permasalahan
yang dihadapi.
Seseorang yang mempunyai harga diri tinggi akan memandang dirinya sebagai
seseorang yang berarti dan bermanfaat. Ia memandang dirinya sama dengan apa yang ia
inginkan. Harga diri yang rendah berhubungan dengan hubungan interpersonal yang
buruk dan menonjol pada klien skizofrenia dan depresi (Stuart dan Sundeen, 1998).
Dariuszky (2004) memberikan karakteristik individu yang memiliki self-esteem
tinggi sebagai berikut :
1. Mempunyai harapan yang positif dan realistis atas usahanya maupun hasil dari
usahanya.
2. Bersedia mempertanggungjawabkan kegagalan maupun kesalahannya.
3. Memandang dirinya sama dan sederajat dengan orang lainnya.
4. Cenderung melakukan aktivitas-aktivitas yang bertujuan untuk memperbaiki atau
menyempurnakan dirinya.
5. Tidak kuatir akan keselamatan hidupnya dan lebih berani mengambil resiko.
6. Mempunyai bukti atau alasan yang kuat untuk menghargai dirinya sendiri atas
keberhasilan yang telah diraihnya.
7. Relatif puas dan bahagia dengan keadaan hidupnya dan kemampuannya cukup bagus
dalam hal penyesuaian diri.
Sedangkan ciri-ciri orang yang memiliki self-esteem yang rendah menurut
Dariuszky (2004) adalah :
1. Sulit menemukan hal-hal yang positif dalam tindakan yang mereka lakukan
2. Cenderung cemas mengenai hidupnya dan kurang berani mengambil resiko
3. Kurang menghargai keberhasilan yang mereka raih
4. Mereka terlalu perduli akan tanggungjawab atas kegagalan yang mereka perbuat dan
mencari alasan untuk membuktikan bahwa mereka salah
C. DEMENTIA
1. Latar Belakang
Lanjut usia tidak identik dengan pikun (dementia) dan perlu diketahui bahwa
pikun bukanlah hal yang normal pada proses penuaan. Lansia dapat hidup normal tanpa
mengalami berbagai gangguan memori dan perubahan tingkah laku seperti dialami oleh
lansia dengan demensia. Sebagian besar orang mengira bahwa demensia adalah
penyakit yang diderita oleh lansia. Tapi kenyataanya demensia dapat diderita oleh siapa
saja dari semua tingkat usia dan jenis kelamin.
Berdasarkan sejumlah hasil penelitian diperoleh data bahwa demensia sering
kali terjadi pada lansia yang telah berumur ± 60 tahun. Demensia dibagi menjadi dua
kategori, yaitu : 1) Demensia senilis (≥ 60 tahun), 2) Demensia prasenilis (≤ 60 tahun).
Sekitar 56,8 % lansia mengalami demensia dalam bentuk demensia Alzhemeir (4 %
dialami lansia yang telah berusia 75 tahun, 16 % pada usia 85 tahun, dan 32 % pada usia
90 tahun). Sampai saat ini diperkirakan ± 30 juta penduduk dunia mengalami demensia
dengan berbagai sebab.
Gangguan kognitif salah satunya demensia atau pikun merupakan kumpulan
gejala yang menghasilkan kehilangan kemampuan kognitif mencakup daya ingat
tentang diri sendiri, orang lain, waktu, tempat dan aktivitas sehari-hari. Hal ini dapat
mengakibatkan para lansia menjadi merasa asing dan menjadi pencetus terjadinya
ansietas pada lansia.
2. PENGERTIAN DEMENTIA
Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang dapat
mempengaruhi aktifitas sehari-hari. Grayson (2004) menyebutkan bahwa demensia
bukanlah sekedar penyakit biasa, melainkan kumpulan gejala yang disebabkan beberapa
penyakit atau kondisi tertentu sehingga terjadi perubahan kepribadian dan tingkah laku
(e_psikologi.com)
Demensia adalah keadaan dimana seseorang mengalami penurunan kemampuan
daya ingat dan daya pikir, dan penurunan kemampuan tersebut menimbulkan gangguan
3. ETIOLOGI
Penyebab demensia yang reversible sangat penting diketahui karena
pengobatan yang baik pada penderita dapat kembali menjalankan kehidupan sehari-hari
yang normal. Untuk mengingat berbagai keadaan tersebut telah dibuat suatu “jembatan
keledai” sebagai berikut :
D drugs (obat)
Obat sedative
Obat penenang minor atau mayor
Obat anti konvulsan
Obat anti depresan
Obat anti hipertensi
Obat anti aritmia
E emotional (gangguan emosi, ex : derpesi, dll)
M Metabolik dan endokrin
Seperti : DM
Hipoglikemi
Gangguan ginjal
Gangguan hepar
Gangguan tiroid
Gngguan elektrolit
E Eye & Ear (disfungsi mata dan telinga)
N nutritional
Kekurangan vitamin B6 (pellagra)
Kekurangan vitamin B1 (sindrom wernicke)
Kekurangan vitamin B12 (anemia pernisiosa)
Kekurangan asam folat
T tumor dan trauma
I infeksi
Ensefalitis oleh virus, contoh : herpes simplek.
Bakteri, contoh ; oleh pnemokok
4. KARAKTERISTIK DEMENTIA
Menurut john (1994) bahwa lansia yang mengalami demensia juga akan
mengalami keadaan yang sama seperti orang depresi yaitu akan mengalami deficit
aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS). Gejala yang sering menyertai demensia adalah
a. gejala awal : - Kinerja mental menurun
- Fatique
- Mudah lupa
- Gagal dalam tugas
b. Gejala lanjut : - Gangguan kognitif
- Gangguan afektif
- Gangguan perilaku
c. Gejala Umum :- Mudah lupa
- Aktivitas sehari-hari terganggu
- Disorientasi
- Cepat marah
- Kurang konsentrasi
b. Demensia presenilis
Seperti namanya, maka gangguan ini gejala utamanya ialah seperti sebelum masa
senile akan dibicarakan 2 macam demensia presenilis yaitu :
1. Penyakit Alzhemeir
6. PEMERIKSAAN DEMENTIA
Pemeriksaan penting yang harus dilakukan untuk penderita, mulai dari
pengkajian latar belakang individu, pemeriksaan fisik, pengkajian saraf, pengkajian
status mental dan sebagai penunjang juga diperlukan tes laboratorium.
1. Berikut ini untuk menguji aspek-aspek Kognitif dari Fungsi Mental
Nilai maksimum Score Pertanyaan
Orientasi
5 (tahun) (musim) (Tanggal) (hari) (bulan apa
sekarang)
5 Dimana kita: (negara bagian) (wilayah) (kota)
(rumah sakit ) (lantai )
Registrasi
3 Nama 3 objek: 1 detik untuk mengatakan masing-
masing. Kemudian tanyakan klien ketiga objek
setelah anda telah mengatakannya. Beri 1 poin untuk
setiap jawaban yang benar. Kemudian ulangi sampai
ia mempelajari ketiganya. Jumlahkan percobaan dan
catat.
Perhatian dan Kalkulasi
5 Seri 7’s. 1 poin untuk setiap kebenaran
Berhenti setelah 5 jawaban. Bergantian eja “kata” ke
belakang
Mengingat
3 Minta untuk mengulang ketiga objek diatas.
Berikan 1 poin untuk setiap kebenaran.
Bahasa
Nilai maksimal 30, nilai 21 atau kurang biasanya indikasi adanya kerusakan kognitif
yang memerlukan penyelidikan lanjut. Kriteria demensia :
- Ringan : 21- 30
- Sedang : 11- 20
- Berat : < 10
2. Pemeriksaan Portabel untuk Status Mental (PPSM = MMSE = mini mental state
examination)
etiologi :
Penurunan zat-zat kimiawi yang ada diotak dan penurunan volume otak akibat
nekrosis sel otak. Mengakibatkan penurunan fungsi otak seperti :
Penurunan daya mengingat Memutuskan
Menghitung Orientasi
Berbahasa Menyelesaikan masalah
Merencanakan
Faktor-faktoryang mempengaruhi :
Perubahan lingkungan (sering pindah ruangan, ganti pengasuh).
Perilaku pengasuh
Sering merubah rutinitas klien
Menyuruh klien diluar kemampuan
Sering mengeritik
Kurang memperhatikan kebutuhan
Cerewet pada klien
Reaksi usila terhadap stress
Delusi
Keyakinan yang salah terhadap sesuatu dan tidak dapat dikoreksi meskipun
sudah diberitahu.
Contoh : - Yakin seseorang telah mencuri barang-barangnya padahal lupa
menyimpan.
Halusinasi
Seolah-olah melihat atau mendengar sesuatu.
Mis Identifikasi
Mis Persepsi
a) PERAN KELUARGA
Keluarga merupakan masyarakat terkecil dimana lansia berada. Perubahan
kejiwaan pada lansia akan mempengaruhi status kesehatan keluarga. Oleh karena itu
keluarga dan lansia perlu mengetahui perubahan kejiwaan pada lansia agar dapat
mencegah terjadinya gangguan jiwa pada lansia. Keterlibatan keluarga akan
menentukan keberhasilan perawatan kesehatan jiwa lansia.
Peran keluarga yang lain :
1) Melakukan komunikasi yang terarah.
2) Mempertahankan kehangatan keluarga.
b) PERAN PERAWAT.
Di Rumah.
Perawat perawatan kesehatan di rumah memiliki kesempatan dan
tanggung jawab khusus untuk membantu mencegah kesepian, depresi, fobia, dan
perilaku paranoid pada lansia yang tinggal di rumah, terutama mereka yang
terisolasi dan memiliki keterbatasan atau tidak memiliki sistem dukungan sosial.
Perawat perawatan kesehatan di rumah harus selalu memperhatikan adanya
tanda dan gejala penganiayaan pada lansia oleh anggota keluarga atau pemberi
pelayanan perawatan yang lain.
Di Rumah sakit.
Perawat yang bekerja di rumah sakit memiliki tanggung jawab yang unik
dalam perencanaan pulang dan pendidikan kesehatan pada klien lansia dan
keluarganya. Klien lansia yang tidak sepenuhnya mengerti instruksi-instruksi
tentang perawatan di rumah mungkin tidak bertanya kepada perawat karena
takut dianggap bingung atau tidak dapat belajar karena usianya yang sudah tua.
Konsekuensinya klien akan merasa cemas dan tidak berharga. Mereka ingin
pulang ke rumah tetapi setelah tiba di rumah kemudian mengalami beberapa
masalah karena mereka tidak mengerti instruksi pada saat pulang. Mereka
menjadi sangat ketakutan atau tertekan sehingga komplikasi dapat terjadi.
Instruksi yang jelas, spesifik dan ditulis dengan huruf berukuran besar adalah
sangat penting, terutama jika berhubungan dengan pengobatan dan tindakan.
Sehingga hospitalisasi ulang tidak perlu terjadi.
Tindakan Keperawatan :
1. Pasien dengan agitasi dan agresifitas.
1) Hindari situasi yang memprovokasi dan adu argumentasi.
2) Tenangkan pasien dengan suara mantap.
3) Gunakan sentuhan bila perlu.
4) Ambil posisi yang tidak mengancam pasien.