Vous êtes sur la page 1sur 48

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

DENGAN IBU HAMIL

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Keluarga


Dosen Pembimbing :Ns.Suwanti, S.Kep., MNS.

Disusun Oleh: Kelompok 7

Ade Ila Wahyu Nur’aini (010115A003)


Ahmad Rozi (010115A007)
Dwi Setiawati (010115A035)
Erika Risnamingtyas (010115A037)
Ika Wahyu P (010115A057)
Friska Ayu Christina (010115A045)

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai ibu hamil hal-hal yang harus dilakukan salah satunya adalah
memeriksakan kehamilannya. Pada saat ini banyak ibu hamil yang
memeriksakan kehamilannya hanya pada awal kehamilan sedangkan
keharusan untuk kunjungan selanjutnya tidak dilakukan. Hal demikian dapat
menghambat peluang dari tenaga kesehatan untuk mengetahui atau
mendeteksi secara dini berbagai penyulit atau gangguan kesehatan yang terjadi
pada ibu hamil sehingga dapat membahayakan ibu dan janin jika mengalami
keterlambatan dalam penanganan. Kehamilan, Persalinan, BBL, Nifas, Dan
KB merupakan hal yang fisiologis dan dapat berubah menjadi patologis maka
diperlukan asuhan secara Continuity Of Care dan pemeriksaan kehamilan
secara teratur.
Mulai dari Pemeriksaan antenatal yang lengkap yaitu K1, K2, K3, K4
hal ini berarti minimal dilakukan 1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester
II, dan 2 kali pada trimester III, Pertolongan persalinan oleh petugas
kesehatan, Kunjungan antenatal, Kunjungan nifas, serta melakukan Program
keluarga berencana paska persalinan yang sesuai (Sarwono, 2009).
Kesehatan ibu hamil adalah salah satu aspek yang penting untuk
diperhatikan dalam siklus kehidupan seorang perempuan karena sepanjang
masa kehamilannya dapat terjadi komplikasi yang tidak diharapkan. Setiap ibu
hamil akan menghadapi resiko yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena
itu, setiap ibu hamil memerlukan asuhan selama masa kehamilannya (Salmah,
2007). Angka kematian ibu merupakan salah satu indikator untuk melihat
derajat kesehatan suatu Negara, jumlah kematian ibu di Negara berkembang
tergolong tinggi seperti yang terjadi di Afrika Selatan (WHO, 2013).
Hasil Riset Kesehatan Dasar 2013, di Indonesia angka kematian ibu
dari 318 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1997 menurun menjadi 228 per
1000 kelahiran hidup pada tahun 2007 untuk itu berdasarkan kesepakatan

1
global Millenium Development Goals (MDGs, 2000), pada tahun 2015
diharapkan angka kematian ibu menurun sebesar tiga perempat kali dalam
kurun waktu 1990-2015, dari 228 menjadi 102 per 1000 kelahiran hidup pada
tahun 2015, namun kenyataanya angka kematian ibu sampai tahun 2012 belum
menurun justru meningkat mencapai 359 per 100.000 kalhiran hidup.
Dalam rentang waktu 2 tahun terakhir AKI di provinsi jawa tengah
menurut Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengan pada tahun 2015 yang
dilakukan di kabupaten/kota sebesar 116/100.000 kelahiran hidup, mengalami
peningkatan bila dibandingkan dengan AKI pada tahun 2014 sebesar
119/100.000 kelahiran hidup, sehingga belum terjadi penurunan secara
signifikan dengan target Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015
sebesar 102/100.000 kelahiran hidup (profile Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
2015)
AKI mencerminkan resiko yang dihadapi ibu selama kehamilan dan
melahirkan yang di pengaruhi oleh status gizi ibu, keadaan social ekonomi,
keadaan kesehatan yang kurang baik menjelang kehamilan, kejadian berbagai
komplikasi pada kehamilan dan kelahiran, tersedianya dan penggunaan
fasilitas pelayanan kesehatan termasuk pelayanan prenatal dan obstetric.
Tingginya angka kematian ibu menunjukan keadaan social ekonomi yang
rendah dan fasilitas pelayanan kesehatan termasuk pelayanan prenatal dan
obstetric yang rendah pula (Dinas Kesehatan Jawa Tengah, 2014)
Peran perawat keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan
keluarga diantaranya sebagai care provider, pendidik dan konsultan, role
model, client advocate, case manager, kolaborator, discharge planner, case
finder, coordinator of service, change agent and leader, dan sebagai
fasilitator. (Mubarak, 2005)
Kehamilan merupakan krisis bagi kehidupan keluarga yang dapat
diikuti dengan stres dan kecemasan, perubahan dan adaptasi selama kehamilan
tidak hanya dirasakan oleh ibu tetapi seluruh anggota keluarga. Oleh karena
itu selama kehamilan seluruh anggota keluarga harus terlibat terutama suami.
Dukungan daan kasih sayang dari anggota keluarg dapat memberikan perasaan

2
nyaman dan aman ketika ibu merasa takut dan khawatir dengan kehamilannya.
Dukungan keluarga untuk ibu hamil sangatlah penting untuk menjadi motivasi
an penguat, baik yang berupa empati dan segala bantuan. Ini sebagai bukti
perhatian dan kasih sayang suami, orang tua dan orang-orang terdekat ibu
hamil agar dapat menjalani proses kehamilan sampai persalinan denagn sehat
dan lancar (Andamoyo, 2012)
Asuhan Keperawatan Keluarga adalah ssatu rangkaian kegiatan yang
diberikan melalui praktik keperawatan dengan sasaran keluaraga, pada tatanan
komunitas yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang
dialami keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan,
berdasarkan pada etika dan etiket keperawatan, dalam lingkup wewenang serta
tanggung jawab keperawatan (Kelompok Kerja Keperawatan CHS 1994;Mc
Closkey & Grace, 2001)

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Ibu Hamil
2. Untuk mengetahui Konsep perkembangan Ibu Hamil
3. Untuk mengetahui Masalah yang sering terjadi pada Ibu Hamil
4. Untuk mengetahui Tugas Perkembangan Ibu Hamil
5. Untuk mengetahui Konsep Keluarga pada Ibu Hamil
6. Untuk mengetahui Peran Perawat pada Ibu Hamil
7. Untuk mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga pada Ibu Hamil

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ibu Hamil


Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum
dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat
fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam
waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional.
Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester kesatu berlangsung
dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27),
dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40) (Prawirohardjo,
2009).
Masa kehamilan adalah dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.
Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)
dihitung dari hari pertama haid terakhir (Sarwono,2008).
Seorang ibu dapat didiagnosa hamil adalah apabila didapatkan tanda-
tanda pasti kehamilan yaitu Denyut Jantung Janin (DJJ) dapat didengar
dengan stetoskop laenec pada minggu 17-18, dapat dipalpasi (yang harus
ditemukan adalah bagian-bagian janin jelas pada minggu ke-22 dan gerakan
janin dapat dirasakan dengan jelas setelah minggu 24) dan juga 7 8dapat di
Ultrasonografi(USG)pada minggu ke-6 (Kusmiyati et all 2008).
Menurut Bagus Ida mengatakan tanda pasti hamil adalah ada atau
terdapat gerakan janin dalam rahim (terlihat atau teraba gerakan janin dan
teraba bagian-bagian janin), terdengar denyut jantung janin (didengar dengan
stetoskop laenec, alat kardiotokografi atau EKG dan alat Doppler, dilihat
dengan ultrasonografi,pemeriksaan dengan alat canggih, yaitu rontgenmelihat
kerangka janin, ultrasonografi) (Manuaba, 2005).

4
B. Konsep Perkembangan
Perubahan-perubahan Fisik dan Psikologis Selama Kehamilan
1. Perubahan Fisik dan Psikologis pada Trimester I
a. Perubahan Fisik pada Trimester I
Menurut Kurnia 2009, perubahan fisik pada trimester I adalah :
 Pembesaran Payudara
Payudara akan membesar dan mengencang, karena terjadi
peningkatan hormon kehamilan yang menimbulkan pelebaran
pembuluh darah dan untuk mempersiapkan pemberian nutrisi pada
jaringan payudara sebagai persiapan menyusui.
 Sering buang air kecil
Keinginan sering buang air kecil pada awal kehamilan ini
dikarenakan rahim yang membesar dan menekan kandung kencing.
Keadaan ini akan menghilang pada trimester II dan akan muncul
kembali pada akhir kehamilan, karena kandung kemih ditekan oleh
kepala janin.
 Konstipasi
Keluhan ini juga sering dialami selama awal kehamilan, karena
peningkatan hormon progesteron yang menyebabkan relaksasi otot
sehingga usus bekerja kurang efisien. Adapun keuntungan dari
keadaan ini adalah memungkinkan penyerapan nutrisi yang lebih
baik saat hamil.
 Morning Sickness, mual dan muntah
Hampir 50% wanita hamil mengalami mual dan biasanya mual
dimulai sejak awal kehamilan. Mual muntah diusia muda disebut
morning sicknesstetapi kenyataannya mual muntah ini dapat terjadi
setiap saat.
 Merasa lelah
Hal ini terjadi karena tubuh bekerja secara aktif untuk
menyesuaikan secara fisik dan emosional untuk kehamilan. Juga
peningkatan hormonal yang dapat mempengaruhi pola tidur.

5
 Sakit Kepala
Sakit kepala yang lebih sering dialami oleh pada ibu hamil pada
awal kehamilan karena adanya peningkatan tuntutan darah ke
tubuh sehingga ketika akan mengubah posisi dari duduk / tidur ke
posisi yang lain (berdiri) tiba-tiba, sistem sirkulasi darah merasa
sulit beradaptasi. Sakit kepala / pusing yang lebih sering daripada
biasanya dapat disebabkan oleh faktor fisik maupun emosional.
Pola makan yang berubah, perasaan tegang dan depresi juga dapat
menyebabkan sakit kepala.
 Kram Perut
Kram perut saat trimester awal kehamilan seperti kram saat
menstruasi di bagian perut bawah atau rasa sakit seperti ditusuk
yang timbul hanya beberapa menit dan tidak menetap adalah
normal. Hal ini sering terjadi karena adanya perubahan hormonal
dan juga karena adanya pertumbuhan dan pembesaran dari rahim
dimana otot dan ligamen merenggang untuk menyokong rahim.
 Meludah
Keinginan meludah yang terjadi pada ibu hamil yang terus
menerus dianggap normal sebab hal ini termasuk gejala morning
sickness.
 Peningkatan Berat Badan
Pada akhir trimester pertama wanita hamil akan merasa kesulitan
memasang kancing/ rok celana panjangnya, hal ini bukan berarti
ada peningkatan berat badan yang banyak tapi karena rahim telah
berkembang dan memerlukan ruang juga, dan ini semua karena
pengaruh hormon estrogen yang menyebabkan pembesaran rahim
dan hormon progresteron yang menyebabkan tubuh menahan air.
b. Perubahan Psikologi pada Trisemester I (Periode Penyesuaian)
Menurut Sulistyawati 2009, perubahan psikologis pada trimester I
adalah :

6
 Ibu merasa tidak sehat dan kadang-kadang merasa benci dengan
kehamilannya
 Kadang muncul penolakan, kecemasan dan kesedihan. Bahkan
kadang ibu berharap agar dirinya tidak hamil saja
 Ibu akan selalu mencari tanda-tanda apakah ia benar-benar hamil.
Hal ini dilakukan sekedar untuk meyakinkan dirinya
 Setiap perubahan yang terjadi dalam dirinya akan selalu mendapat
perhatian dengan seksama
 Oleh karena perutnya masih kecil, kehamilan merupakan rahasia
seseorang yang mungkin akan diberitahukannya kepada orang lain
atau bahkan merahasiakannya.
2. Perubahan Fisik dan Psikologi pada Trimester II
a. Perubahan Fisik pada Trisemester II
Menurut Kurnia 2009, perubahan fisik pada trimester II adalah :
 Perut semakin membesar
Setelah usia kehamilan 12 minggu, rahim akan membesar dan
melewati rongga panggul. Pembesaran rahim akan tumbuh sekitar
1 cm setiap minggu. Pada kehamilan 20 minggu, bagian teratas
rahim sejajar dengan puser (umbilicus). Setiap individu akan
berbeda-beda tapi pada kebanyakan wanita, perutnya akan mulai
membesar pada kehamilan 16 minggu.
 Sendawa dan buang angin
Sendawa dan buang angin akan sering terjadi pada ibu hamil hal
ini sudah biasa dan normal karena akibat adanya perenggangan
usus selama kehamilan. Akibat dari hal tersebut perut ibu hamil
akan terasa kembung dan tidak nyaman.
 Pelupa
Pada beberapa ibu hamil akan menjadi sedikit pelupa selama
kehamilannya. Ada beberapa teori tentang hal ini, diantaranya
adalah karena tubuh ibu hamil terus bekerja berlebihan untuk
perkembangan bayinya sehingga menimbulkan blok pikiran.

7
 Rasa panas di perut
Rasa panas diperut adalah keluhan yang paling sering terjadi
selama kehamilan, karena meningkatnya tekanan akibat rahim
yang membesar dan juga pengaruh hormonal yang menyebabkan
rileksasi otot saluran cerna sehingga mendorong asam lambung
kearah atas.
 Pertumbuhan rambut dan kuku
Perubahan hormonal juga menyebabkan kuku bertumbuh lebih
cepat dan rambut tumbuh lebih banyak dan kadang di tempat yang
tidak diinginkan, seperti di wajah atau di perut. Tapi, tidak perlu
khawatir dengan rambut yang tumbuh tak semestinya ini, karena
akan hilang setelah bayi lahir.
 Sakit perut bagian bawah
Pada kehamilan 18-24 minggu, ibu hamil akan merasa nyeri di
perut bagian bawah seperti ditusuk atau tertarik ke satu atau dua
sisi. Hal ini karena perenggangan ligamentum dan otot untuk
menahan rahim yang semakin membesar. Nyeri ini hanya akan
terjadi beberapa menit dan bersifat tidak menetap.
 Pusing
Pusing menjadi keluhan yang sering terjadi selama kehamilan
trimester kedua, karena ketika rahim membesar akan menekan
pembuluh darah besar sehingga menyebabkan tekanan darah
menurun.
 Hidung dan Gusi berdarah
Hal ini juga terjadi karena peningkatan aliran darah selama masa
kehamilan. Kadang juga mengalami sumbatan di hidung. Ini
disebabkan karena adanya perubahan hormonal.
 Perubahan kulit
Ibu hamil akan mengalami perubahan pada kulit. Perubahan
tersebut bisa berbentuk garis kecoklatan yang dimulai dari puser
(umbilicus) sampai ke tulang pubis yang disebut linea nigra.

8
Sedangkan kecoklatan pada wajah disebut chloasma atau topeng
kehamilan. Hal ini dapat menjadi petunjuk sang ibu kurang asam
folat. Strecth mark terjadi karena peregangan kulit yang berlebihan,
biasanya pada paha atas, dan payudara. Akibat peregangan kulit ini
dapat menimbulkan rasa gatal, sedapat mungkin jangan
menggaruknya. Strecth marktidak dapat dicegah, tetapi dapat
diobati setelah persalinan.
 Payudara
Payudara akan semakin membesar dan mengeluarkan cairan yang
kekuningan yang disebut kolostrum. Putting dan sekitarnya akan
semakin berwarna gelap dan besar. Bintik-bintik kecil akan timbul
disekitar putting, dan itu adalah kelenjar kulit.
 Kram pada kaki
Kram otot ini timbul karena sirkulasi darah yang lebih lambat saat
kehamilan. Atasi dengan menaikkan kaki ke atas dan minum
kalsium yang cukup. Jika terkena kram kaki ketika duduk atau saat
tidur, cobalah menggerak-gerakkan jari-jari kaki ke arah atas.
 Sedikit Pembengkakan
Pembengkakan adalah kondisi normal pada kehamilan, dan hampir
40% wanita hamil mengalaminya. Hal ini karena perubahan
hormon yang menyebabkan tubuh menahan cairan. Pada trimester
kedua akan tampak sedikit pembengkakan pada wajah dan
terutama terlihat pada kaki bagian bawah dan pergelangan kaki.
Pembengkakan akan terlihat lebih jelas pada posisi duduk atau
berdiri yang terlalu lama.
b. Perubahan Psikologi pada Trisemester II (Periode Kesehatan yang
Baik)
Menurut Sulistyawati 2009, perubahan psikologis pada trimester II
adalah :
 Ibu merasa sehat, tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar hormon
yang tinggi

9
 Ibu sudah bisa menerima kehamilannya
 Merasakan gerakan anak
 Merasa terlepas dari ketidaknyamanan dan kekhawatiran
 Libido meningkat
 Menuntut perhatian dan cinta
 Merasa bahwa bayi sebagai individu yang merupakan bagian dari
dirinya
 Hubungan sosial meningkat dengan wanita hamil lainnya atau pada
orang lain yang baru menjadi ibu
 Ketertarikan dan aktivitasnya terfokus pada kehamilan, kelahiran,
dan persiapan untuk peran baru
3. Perubahan Fisik dan Psikologi pada Trisemster III
a. Perubahan Fisik pada Trisemester III
Menurut Kurnia 2009, perubahan fisik pada trimester III adalah :
 Sakit bagian tubuh belakang
Sakit pada bagian tubuh belakang (punggung-pinggang), karena
meningkatnya beban berat dari bayi dalam kandungan yang dapat
mempengaruhi postur tubuh sehingga menyebabkan tekanan ke
arah tulang belakang.
 Payudara
Keluarnya cairan dari payudara, yaitu colostrum, merupakan
makanan bayi pertama yang kaya akan protein. Biasanya, pada
trimester ini, ibu hamil akan merasakan hal itu, yakni keluarnya
colostrum.
 Konstipasi
Pada trimester ini sering terjadi konstipasi karena tekanan rahim
yang membesar kearah usus selain perubahan hormon progesteron.
 Pernafasan
Karena adanya perubahan hormonal yang memengaruhi aliran
darah ke paru-paru, pada kehamilan 33-36 minggu, banyak ibu

10
hamil akan merasa susah bernapas. Ini juga didukung oleh adanya
tekanan rahim yang membesar yang berada di bawah diafragma
(yang membatasi perut dan dada). Setelah kepala bayi turun
kerongga panggul ini biasanya 2-3 minggu sebelum persalinan
pada ibu yang baru pertama kali hamil akan merasakan lega dan
bernapas lebih mudah, dan rasa panas diperut biasanya juga ikut
hilang, karena berkurangnya tekanan bagian tubuh bayi dibawah
diafragma / tulang iga ibu.
 Sering kencing
Pembesaran rahim ketika kepala bayi turun ke rongga panggul
akan makin menekan kandungan kencing ibu hamil.
 Masalah tidur
Setelah perut besar, bayi akan sering menendang di malam hari
sehingga merasa kesulitan untuk tidur nyenyak.
 Varises
Peningkatan volume darah dan alirannya selama kehamilan akan
menekan daerah panggul dan vena di kaki, yang mengakibatkan
vena menonjol, dan dapat juga terjadi di daerah vulva vagina. Pada
akhir kehamilan, kepala bayi juga akan menekan vena daerah
panggul yang akan memperburuk varises. Varises juga dipengaruhi
faktor keturunan.
 Kontraksi perut
Braxton-Hicks atau kontraksi palsu ini berupa rasa sakit di bagian
perut yang ringan, tidak teratur, dan akan hilang bila ibu hamil
duduk atau istirahat.
 Bengkak
Perut dan bayi yang kian membesar selama kehamilan akan
meningkatkan tekanan pada daerah kaki dan pergelangan kaki ibu
hamil, dan kadang membuat tangan membengkak. Ini disebut
edema, yang disebabkan oleh perubahan hormonal yang
menyebabkan retensi cairan.

11
 Kram pada kaki
Kram kaki ini timbul karena sirkulasi darah yang menurun, atau
karena kekurangan kalsium.
 Cairan vagina
Peningkatan cairan vagina selama kehamilan adalah normal.
Cairan biasanya jernih. Pada awal kehamilan, cairan ini biasanya
agak kental, sedangkan pada saat mendekati persalinan cairan
tersebut akan lebih cair.
b. Perubahan Psikologi pada Trisemester III
Menurut Sulistyawati 2009, perubahan psikologis pada trimester III
adalah:
 Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh, dan
tidak menarik
 Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat waktu
 Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat
melahirkan, khawatir akan keselamatannya
 Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal,
bermimpi yang mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya
 Merasa sedih karena akan terpisah dari bayinya
 Merasa kehilangan perhatian
 Perasaan mudah terluka (sensitif)
 Libido menurun

C. Masalah Yang Sering Terjadi


1. Masalah Kesehatan Fisik pada Ibu Hamil
a. Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah berlebihan
sehingga mengganggu pekerjaan sehari hari dan keadaan umum
menjadi buruk. Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling
sering ditemui pada kehamilan trismeter 1, kurang lebih 6 minggu
setelah haid terakhir selama 10 minggu. Sekitar 60-80%

12
multigravida mengalami mual muntah, namun gejala ini terjadi lebih
berat hanya pada 1 diantara 1.000 kehamilan (Mitayani, 2009:40).
b. Preeklampsia-Eklampsia
Pre Eklamsi dan Eklamsi adalah : Merupakan kumpulan gejala
yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan masa nifas yang terdiri dari
tanda trias yaitu : shipertensi, proteinuria, dan odema yang kadang-
kadang disertai konvulsi sampai koma.
c. Mola Hidatidosa
Mola hidatidosa adalah chorionic villi (jonjotan/gantungan)
yang tumbuh berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang
mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur atau
mata ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur atau mata ikan
(Moctar, Rustam, dkk, dalam Sujiatini,2009).
d. Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik adalah setiap implantasi yang telah dibuahi
di luar cavum uterus. Implantasi dapat terjadi dituba falopi, ovarium,
serviks, dan abdomen. Namun kejadian kehamilan ektopik yang
terbanyak adalah di tuba falopi (Murria,2002).
e. Kehamilan Ganda
Kehamilan ganda adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih.
Kejadian kehamilan ganda dipengaruhi oleh faktor keturunan, umur
dan paritas.
Gejala dan tanda: Perut lebih buncit dari semestinya sesuai
dengan umur tuanya kehamilan, gerakan janin dirasakan lebih
banyak, uterus terasa lebih cepat membesar, pada palpasi bagian
kecil teraba lebih banyak, teraba ada 3 bagian besar janin, teraba ada
2 bollatmen, terdengar 2 denyut jantung janin.
f. Ketuban Pecah Dini
Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban
sebelum persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia

13
kehamilan 37 minggu maka disebut ketuban pecah dini pada
kehamilan prematur (Sarwono, 2008).
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketuban pecah
dini, Meskipun banyak publikasi tentang ketuban pecah dini (KPD),
namun penyebabnya secara langsung masih belum diketahui dan
tidak dapat ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan
faktor-faktor yang berhubungan erat dengan ketuban pecah dini,
namun faktor-faktor yang lebih berperan sulit diketahui (Sualman,
2009).
g. Diabetes mellitus
Diabetes merupakan suatu penyakit dimana tubuh tidak
menghasilkan insulin dalam jumlah cukup, atau sebaliknya, tubuh
kurang mampu menggunakan insulin secara maksimal. Insulin
adalah hormon yang dihasilkan oleh pankreas, yang berfungsi
mensuplai glukosa dari darah ke sel-sel tubuh untuk dipergunakan
sebagai bahan bakar tubuh.
Gejala dan tanda: Pada masa awal kehamilan, dapat
mengakibatkan bayi mengalami cacat bawaan, berat badan
berlebihan, lahir mati, dan gangguan kesehatan lainnya seperti gawat
napas, hipoglikemia (kadar gula darah kurang dari normal), dan sakit
kuning.
h. Infeksi Menular Seksual pada Kehamilan
Infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, parasit atau jamur,
yang penularannya terutama melalui hubungan seksual dengan
pasangan yang menderita penyakit tersebut (Sjaiful, 2008)
2. Masalah Kesehatan Psikologi pada Ibu Hamil
a. Respon Terhadap Perubahan Citra Tubuh
Perubahan fisiologis kehamilan menimbulkan perubahan bentuk
tubuh yang cepat dan nyata. Selama trimester I bentuk tubuh sedikit
berubah, tetapi pada trimester II pembesaran abdomen yang nyata,
penebalan pinggang dan pembesaran payudara memastikan status

14
kehamilan. Wanita merasa seluruh tubuhnya bertambah besar dan
menyita ruang yang lebih luas. Perasaan ini semakin kuat seiring
bertambahnya usia kehamilan. Secara bertahap terjadi kehilangan
batasan–batasan fisik secara pasti, yang berfungsi memisahkan diri
sendiri dari orang lain dan memberi rasa aman.
Sikap wanita terhadap tubuhnya di duga dipengaruhi oleh nilai –
nilai yang diyakininya dan sifat pribadinya. Sikap ini sering berubah
seiring kemajuan kehamilan. Sikap positif terhadap tubuh biasanya
terlihat selama trimester I. Namun, seiring kemajuan kehamilan,
perasaan tersebut menjadi lebih negatif. Pada kebanyakan wanita
perasaan suka atau tidak suka terhadap tubuh mereka dalam keadaan
hamil bersifat sementara dan tidak menyebabkan perubahan persepsi
yang permanen tentang diri mereka.
b. Ambivalensi Selama Masa Hamil
Ambivalensi didefinisikan sebagai konflik perasaan yang
simultan, seperti cinta dan benci terhadap seseorang, sesuatu, atau
suatu keadaan. Ambivalensi adalah respon normal yang dialami
individu yang mempersiapkan diri untuk suatu peran baru.
Kebanyakan wanita memiliki sedikit perasaan ambivalen selama
hamil. Bahkan wanita yang bahagia dengan kehamilannya, dari
waktu ke waktu dapat memiliki sikap bermusuhan terhadap
kehamilan atau janin. Pernyataan pasangan tentang kecantikan
seorang wanita yang tidak hamil atau peristiwa promosi seorang
kolega ketika keputusan untuk memiliki seorang anak berarti
melepaskan pekerjaan dapat meningkatkan rasa ambivalen. Sensasi
tubuh, perasaan bergantung, dan kenyataan tanggung jawab dalam
merawat anak dapat memicu perasaan tersebut.
Perasaan ambivalen berat yang menetap sampai trimester III
dapat mengindikasikan bahwa konflik peran sebagai ibu belum
diatasi (Lederman, 1984). Setelah kelahiran seorang bayi yang sehat,
kenangan akan perasaan ambivalen ini biasanya lenyap. Apabila bayi

15
yang lahir cacat, seorang wanita kemungkinan akan mengingat
kembali saat–saat ia tidak menginginkan anak tersebut dan merasa
sangat bersalah. Tanpa penyuluhan dan dukungan yang memadai, ia
dapat menjadi yakin bahwa perasaan ambivalennya telah
menyebabkan anaknya cacat.
c. Hubungan Seksual
Ekspresi seksual selama masa hamil bersifat individual.
Beberapa pasangan menyatakan puas dengan hubungan seksual
mereka, sedangkan yang lain mengatakan sebaliknya. Perasaan yang
berbeda–beda ini dipengaruhi oleh faktor – faktor fisik, emosi, dan
interaksi, termasuk takhayul tentang seks selama masa hamil,
masalah disfungsi seksual, dan perubahan fisik pada wanita.
Dengan berlanjutnya kehamilan, perubahan bentuk tubuh, citra
tubuh, dan rasa tidak nyaman mempengaruhi keinginan kedua belah
pihak untuk menyatakan seksualitas mereka. Selama trimester I
seringkali keinginan seksual wanita menurun, terutama jika ia
merasa mual, letih, dan mengantuk. Saat memasuki trimester II
kombinasi antara perasaan sejahteranya dan kongesti pelvis yang
meningkat dapat sangat meningkatkan keinginannya untuk
melampiaskan seksualitasnya. Pada trimester III peningkatan
keluhan somatik (tubuh) dan ukuran tubuh dapat menyebabkan
kenikmatan dan rasa tertarik terhadap seks menurun (Rynerson,
Lowdermilk, 1993)
Pasangan tersebut perlu merasa bebas untuk membahas
hubungan seksual mereka selama masa hamil. Kepekaan individu
yang satu terhadap yang lain dan keinginan untuk berbagi masalah
dapat menguatkan hubungan seksual mereka. Komunikasi antara
pasangan merupakan hal yang penting. Pasangan yang tidak
memahami perubahan fisiologis dan emosi, yang terjadi dengan
cepat selama masa hamil, dapat menjadi bingung saat melihat
perilaku pasangannya. Dengan membicarakan perubahan –

16
perubahan yang mereka alami, pasangan dapat mendefinisikan
masalah mereka dan menawarkan dukungan yang diperlukan.
Perawat dapat memperlancar komunikasi antar pasangan dengan
berbicara kepada pasangan tentang perubahan perasaan dan perilaku
yang mungkin dialami wanita selama masa hamil (Rynerson,
Lowdermilk, 1993).
d. Kekhawatiran terhadap Janin
Kekhawatiran orang tua terhadap kesehatan anak berbeda–beda
selama masa hamil (Gaffney, 1988). Kekhawatiran pertama timbul
pada trimester I dan berkaitan dengan kemungkinan terjadinya
keguguran. Banyak wanita yang sengaja tidak mau memberitahukan
kehamilannya kepada orang lain sampai periode ini berlalu. Ketika
janin menjadi semakin jelas, yang terlihat dengan adanya gerakan
dan denyut jantung, Kecemasan orang tua yang terutama ialah
kemungkinan cacat pada anaknya. Orang tua mungkin akan
membicarakan rasa cemasnya ini secara terbuka dan berusaha untuk
memperoleh kepastian bahwa anaknya dalam keadaan sempurna.
Pada tahap lanjut kehamilan, rasa takut bahwa anaknya dapat
meninggal semakin melemah. Kemungkinan kematian ini terbukti
semakin tidak dipikirkan orang tua.

D. Tugas Perkembangan Ibu Hamil


1. Menerima Kehamilan
Langkah pertama dalam beradaptasi terhadap peran ibu ialah
menerima ide kehamilan dan mengasimilasi status hamil ke dalam gaya
hidup wanita tersebut (Lederman, 1984). Tingkat penerimaan
dicerminkan dalam kesiapan wanita dan respons emosionalnya dalam
menerima kehamilan.
a. Kesiapan menyambut kehamilan
Ketersediaan keluarga berencana mengandung makna bahwa
kehamilan bagi banyak wanita merupakan suatu komitmen tanggung

17
jawab bersama pasangan. Namun, merencanakan suatu kehamilan
tidak selalu berarti menerima kehamilan (Entwistle, Doering,
1981).Wanita lain memandang kehamilan sebagai suatu hasil alami
hubungan perkawinan, baik diinginkan maupun tidak diinginkan,
bergantung pada keadaan.
Wanita yang siap menerima suatu kehamilan akan dipicu gejala
- gejala awal untuk mencari validasi medis tentang kehamilannya.
Beberapa wanita yang memiliki perasaan kuat, seperti “tidak
sekarang,” bukan saya,” dan “ tidak yakin,” mungkin menunda
mencari pengawasan dan perawatan (Rubin, 1970). Namun ,
beberapa wanita menunda validasi medis karena akses keperawatan
terbatas, merasa malu, atau alasan budaya. Untuk orang lain,
kehamilan dipandang sebagai suatu peristiwa alami, sehingga tidak
perlu mencari validasi medis dini.
Setelah kehamilan dipastikan respon emosi wanita dapat
bervariasi, dari perasaan sangat gembira sampai syok, tidak yakin,
dan putus asa. Reaksi yang diperlihatkan banyak wanita ialah
respon” suatu hari nanti, tetapi tidak sekarang.”
Wanita lain dengan sederhana menerima kehamilan sebagai
kehendak alam. Banyak wanita mula- mula terkejut ketika
mendapatkan diri mereka hamil. Namun, seiring meningkatnya
penerimaan terhadap kehadiran seorang anak, akhirnya mereka
menerima kehamilan. Tidak menerima kehamilan tidak dapat
disamakan dengan menolak anak. Seorang wanita mungkin tidak
menyukai kenyataan dirinya hamil, tetapi agar anak itu dilahirkan.
b. Respon Emosional
Wanita yang bahagia dan senang dengan kehamilannya sering
memandang hal tersebut sebagai pemenuhan biologis dan merupakan
bagian dari rencana hidupnya. Mereka memiliki harga diri yang
tinggi dan cenderung percaya diri akan hasil akhir untuk dirinya
sendiri, untuk bayinya, dan untuk anggota keluarga yang lain.

18
Meskipun secara umum keadaan mereka baik, namun kelabilan
emosional yang terlihat pada perubahan mood yang cepat untuk
dijumpai pada wanita hamil.
Perubahan mood yang cepat dan peningkatan sensitifitas
terhadap orang lain ini membingungkan calon ibu dan orang- orang
di sekelilingnya. Peningkatan iritabilitas, uraian air mata dan
kemarahan serta perasaan suka cita, serta kegembiraan yang luar
biasa muncul silih berganti hanya karena suatu provokasi kecil atau
tanpa provokasi sama sekali.
Perubahan hormonal yang merupakan bagian dari respon ibu
terhadap kehamilan, dapat menjadi penyebab perubahan mood,
hampir sama seperti saat akan menstruasi atau selama menopause.
Alasan lain, seperti masalah seksual atau rasa takut terhadap nyeri
selama melahirkan, juga dijadikan penjelasan timbulnya perilaku
yang tidak menentu ini.
Seiring kemajuan kehamilan, wanita lebih menjadi terbuka
tentang terhadap diri sendiri dan orang lain. Ia bersedia
membicarakan hal- hal yang tidak pernah dibahas atau yang dibahas
hanya dalam keluarga dan tampak yakin bahwa pikiran- pikirannya
dan gejala - gejala yang dialaminya akan menarik untuk si pendengar
yang dianggapnya protektif. Keterbukaan ini, disertai kesiapan untuk
belajar, meningkatkan kesempatan untuk bekerja sama dengan
wanita hamil dan meningkatkan kemungkinan diselenggarakannya
perawatan yang efektif dan terapeutik untuk mendukung kehamilan.
Apabila anak tersebut diingingkan, rasa tidak nyaman yang
timbul akibat kehamilan cenderung dianggap sebagai suatu iritasi
dan upaya dilakukan untuk meredakan rasa nyaman tersebut
biasanya membawa keberhasilan. Rasa senang yang timbul karena
memikirkan anak yang akan lahir dan perasaan dekat dengan anak
membantu menyesuaikan diri terhadap rasa tidak nyaman ini.

19
Pada beberapa keadaan wanita yang biasanya mengeluhkan
ketidak nyamanan fisik dapat mencari bantuan untuk mengatasi
konflik peran ibu dan tanggung jawabnya. Pengkajian lebih lanjut
tentang toleransi dan kemampuan koping perlu dilakukan
(Lederman, 1984)
2. Mengenal Peran Ibu
Proses mengidentifikasi peran ibu dimulai pada awal setiap
kehidupan seorang wanita, yakni melalui memori - memori ketika ia,
sebagai seorang anak, diasuh oleh ibunya. Persepsi kelompok sosialnya
mengenai peran feminim juga membuatnya condong memilih peran
sebagai ibu atau wanita karir, menikah atau tidak menikah, dan mandiri
dari pada interdependen. Peran - peran batu loncatan, seperti bermain
dengan boneka, menjaga bayi, dan merawat adik - adik, dapat
meningkatkan pemahaman tentang arti menjadi seorang ibu.
Banyak wanita selalu menginginkan seorang bayi, menyukai anak-
anak, dan menanti untuk menjadi seorang ibu. Mereka sangat dimotivasi
untuk menjadi orang tua. Hal ini mempengaruhi penerimaan mereka
terhadap kehamilan dan akhirnya terhadap adaptasi prenatal dan adaptasi
menjadi orang tua (Grossman, Eichler, Winckooff,1980 ;Lederman,
1984). Wanita yang lain tidak mempertimbangkan dengan terinci arti
menjadi seorang ibu bagi diri mereka sendiri. Konflik selama masa
hamil, seperti tidak menginginkan kehamilan dan keputusan - keputusan
yang berkaitan denga karir dan anak harus diselesaikan.
3. Hubungan Ibu-Anak
Ikatan emosional dengan anak mulai timbul pada periode prenatal,
yakni ketika wanita mulai membayangkan dan melamunkan dirinya
menjadi ibu (Rubin, 1975; Gaffney, 1988a). Mereka mulai berpikir
seakan-akan dirinya adalah seorang ibu dan membayangkan kualitas ibu
seperti apa yang mereka miliki.
Orang tua yang sedang menantikan bayi berkeinginan untuk
menjadi orang tua yang hangat, penuh cinta, dan dekat dengan anaknya.

20
Mereka mencoba untuk mengantisipasi perubahan - perubahan yang
mungkin terjadi pada kehidupannya akibat kehadiran sang anak dan
membayangkan apakah mereka bisa tahan terhadap kebisingan,
kekacauan, kurangnya kebebasan, dan bentuk perawatan yang harus
mereka berikan. Mereka mempertanyakan kemampuan mereka untuk
membagi kasih mereka kepada anak yang belum dilahirkan ini. Rubin
(1967) menemukan bahwa wanita “ menerapkan “dan menguji perannya
sebagai ibu dengan mengambil contoh ibunya sendiri atau wanita lain
pengganti ibu yang memberi pelayanan, dukungan, atau berperan sebagai
sumber informasi dan pengalaman.
Hubungan ibu - anak terus berlangsung sepanjang masa hamil
sebagai suatu proses perkembangan. (Rubin, 1975)
Banyak wanita khususnya Nulipara, secara aktif mempersiapkan
diri untuk menghadapi persalinan. Mereka membaca buku, menghadiri
kelas untuk orang tua, dan berkomunikasi dengan wanita lain (ibu,
saudara perempuan, teman, orang yang tidak dikenal).Mereka akan
mencari orang terbaik untuk memberi nasihat, arahan, dan perawatan
(Patterson, Freese, Goldenberg, 1990). Rasa cemas dapat timbul akibat
kekhawatiran akan proses kelahiran yang aman untuk dirinya dan
anaknya (Rubin, 1975).
4. Hubungan Dengan Pasangan
Orang yang paling penting bagi seorang wanita hamil biasanya
ialah ayah sang anak (Richardson,1983). Semakin banyak bukti
menunjukkan bahwa wanita yang diperhatikan dan dikasihi oleh
pasangan prianya selama hamil akan menunjukkan lebih sedikit gejala
emosi dan fisik, lebih sedikit komplikasi persalinan, dan lebih mudah
melakukan penyesuaian selama masa nifas
(Grossman,Eichler,Winckoff,1980; May,1982). Ada 2 kebutuhan utama
yang ditunjukkan wanita selama ia hamil (Richardson,1983). Kebutuhan
pertama ialah menerima tanda – tanda bahwa ia dicintai dan dihargai.
Kebutuhan kedua ialah merasa yakin akan penerimaan pasangannya

21
terhadap sang anak dan mengasimilasi bayi tersebut ke dalam kelurga.
Rubin (1975) menyatakan bahwa wanita hamil harus “memastikan
tersedianya akomodasi sosial dan fisik dalam keluarga dan rumah tangga
untuk anggota baru tersebut.
Hubungan pernikahan tidak tetap, tetapi berubah dari waktu ke
waktu. Bertambahnya seorang anak akan mengubah sifat ikatan pasangan
untuk selama–lamanya. Lederman (1984) melaporkan bahwa hubungan
istri dan suami bertambah dekat selama masa hamil. Dalam studinya, ia
mengatakan bahwa kehamilan berdampak mematangkan hubungan suami
– istri akibat peran dan aspek – aspek baru yang ditemukan dalam diri
masing – masing pasangan.
5. Kesiapan Untuk Melahirkan
Menjelang akhir trimester III, wanita akan mengalami kesulitan
napas dan gerakan janin menjadi cukup kuat sehingga mengganggu tidur
ibu. Nyeri pinggang, sering berkemih, keinginan untuk berkemih,
konstipasi, dan timbulnya varies dapat sangat mengganggu. Ukuran
tubuh yang besar dan rasa canggung mengganggu kemampuannya
melakukan pekerjaan rumah tangga rutin, dan mengambil posisi yang
nyaman untuk tidur dan istirahat.
Pada saat ini kebanyakan wanita akan tidak sabar untuk menjalani
persalinan, apakah disertai rasa suka cita, rasa takut, atau campuran
keduanya. Keinginan yang kuat untuk melihat hasil akhir kehamilannya
dan untuk segera menyelesaikannya membuat wanita siap masuk ke
tahap persalinan.

E. Konsep Keluarga Dengan Ibu Hamil


1. Definisi Keluarga
Keluarga merupakan sekumpulan dua orang atau lebih yang hidup
bersama melalui ikatan perkawinan dan kedekatan emosi yang masing-
masing mengidentifikasi diri sebagai bagian dari keluarga (Ali, 2009).
Bailon, 1978 (dalam Achjar, 2010) berpendapat bahwa keluarga sebagai

22
dua atau lebih individu yang berhubungan karena hubungan darah, ikatan
perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu
sama lain dalam peranannya dan menciptakan serta mempertahankan
budaya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah sekumpulan dua orang
atau lebih yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, hubungan
darah, hidup dalam satu rumah tangga, memiliki kedekatan emosional, dan
berinteraksi satu sama lain yang saling ketergantungan untuk menciptakan
atau mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan fisik, mental,
emosional, dan sosial setiap anggota dalam rangka mencapai tujuan
bersama.
2. Bentuk dan Type Keluarga
Menurut Murwani (2007) tipe keluarga ada 6 yaitu :
a. Keluarga inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari
ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunan atau adopsi atau
keduanya.
b. Keluarga besar (Extented Family) adalah keluarga inti ditambah
anggota keluarga yang lain yang masih mempunyai hubungan darah
(kakek, nenek, paman, bibi).
c. Keluarga berantai (Serial Family) adalah keluarga yang terdiri dari
wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu
keluarga inti.
d. Keluarga duda/janda (Single family) adalah keluarga yang terjadi
karena perceraian/kematian.
e. Keluarga berkomposisi (Composite family)adalah keluarga yang
perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.
f. Keluarga kabitas (Cahabitation Family) adalah dua orang menjadi satu
tanpa pernikahan membentuk satu keluarga.

23
3. Peran Keluarga
formal keluarga menurut (Murwani, 2007) antara lain:
a. Peran parental dan perkawinan
Ada delapan peran dasar yang membentuk posisi sosial sebagai suami-
ayah dan istri-ibu antara lain yaitu, Peran sebagai provider (penyedia),
Peran sebagai rumah tangga, Peran perawat anak, Peran perawatan
anak, Peran rekreasi, Peran persaudaraan/kinship (memelihara
hubungan keluargapaternal dan maternal), Peran terapeutik (Memenuhi
kebutuhan afektif pasangan), Peran seksual.
b. Peran perkawinan
Kebutuhan bagi pasangan memelihara suatu hubungan perkawinan
yang kokoh. Memelihara suatu hubungan perkawinan yang
memuaskan merupakan salah satu tugas perkembangan yang vital dari
keluarga.
c. Peran Informal
1) Pengharmonis : Menengahi perbedaan yang terdapat di anatara
para anggota, menghibur dan menyatukan kembali perbedaan
pendapat.
2) Insiator-kontributor : mengemukakan dan mengajukan ide ide baru
atau cara-cara mengingat masalah-masalah atau tujuan-tujuan
kelompok. Pendamai : merupakan salah satu dari bagian dari
konflik dan ketidak sepakatan, pendamai menyatakan
kesalahannya, atau menawarkan penyelesaian “setengah jalan”.
3) Perawat keluarga : Orang yang terpanggil untuk merawat dan
mengasuh anggota keluarga lain yang membutuhkannya
4) Koordinator keluarga : Mengorganisasi dan merencanakan
kegiatan-kegiatan keluarga, berfungsi mengangkat
keterikatan/keakraban.

24
4. Tugas Kesehatan Keluarga
Menurut Friedman 1998 (dalam Achjar, 2010) tugas kesehatan keluarga
yaitu ;
a. Mengenal masalah kesehatan
Megenal masalah kesehatan dalam mengenal masalah kesehatan nyeri
sendi karena kurangnya pengetahuan tentang nyeri sendi dan rasa takut
akibat masalah yang di ketahui.
b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga
Ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan di sebabkan
oleh tidak memahami mengeni sifat, berat, dan luasnya masalah,
maslah tidak begitu menonjol dan tidak sanggup memcahkan masalah
kurang pengetahuan tentang nyeri sendi.
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Ketidak mampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang
sakit nyeri sendi di karenakan oleh ketidak mampuan tentang penyakit,
misal penyebab, gejala, penyebaran, dan perawatan penyakit.
d. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat
Dikarenakan oleh keluarga dapat melihat keuntungan dan manfaat
pemeliharaan lingkungan rumah, dan ketidaktahuan tentang usaha
penyakit nyeri sendi.
e. Mempertahankan hubungan dengan (menggunakan) fasilitas kesehatan
masyarakat. Ketidak mampuan keluarga menggunakan sumber di
masyarakat guna memelihara kesehatan di sebabkan keluarga tidak
memahamikeuntungan yang di peroleh dan tidak ada dukungan dari
masyarakat.

F. Peran Perawat
1. Care Provider
Pemberi asuhan keperawatan baik diberikan secara langsung maupun
secara tidak langsung kepada ibu hamil, suami dan keluarganya.
memberikan rasa aman dan nyaman kepada ibu primigravida dan keluarga

25
perantara antara ibu hamil degan tenaga kesehatan lainnya untuk
memeriksa kehamilannya (Bobak, 2005).
2. Pendidik
Memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu hamil, suami dan
keluarganya merawat ibu hamil dan membawanya ke pelayanan kesehatan
yang terdekat untuk mencegah komplikasi memberikan penyuluhan
tentang cara merawat ibu hamil dan persiapan persalinan baik bio-psiko-
sosial (Machfoedz, 2005).
3. Pengelola
Memantau kualitas asuhan keperawatan yang diberikan ibu hamil
mengorganisasi dan mengendalikan sistem pelayanan keperawatan
(Pilliter,2003)
4. Advokat
Menjamin dan melindungi hak dan kewajiban ibu hamil untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan yang maksimal dan seimbang (Suliha,
2002), Membantu mempersiapkan persalinan dengan baik sehingga ibu
dan bayi lahir dengan selamat.
5. Peneliti
Mengidentifikasi masalah-masalah yang terkait dengan dukungan suami
terhadap kesiapan ibu dalam menghadapi persalinan. meningkatkan
kesehatan dan kesejahteraan ibu pada saat hamil dan melahirkan (DepKes,
2002).
6. Koordinator
Mengkoordinasi seluruh pelayanan keperawatan maternitas. Mengatur
SDM keperawatan yang bertugas Mengembangkan sistem pelayanan
keperawatan maternitas dan memberikan informasi tentang hal yang
terkait dengan pelayanan keperawatan maternitas.
7. Agen Perubahan
Sebagai pembaru, perawat mengadakan inovasi dalam berfikir, bersikap,
bertingkah laku dan meningkatkan ketrampilan klien/keluarga agar
menjadi sehat secara fisik maupun psikis.

26
8. Consultant perawat
Adalah sumber informasi yang berkaitan dengan kondisi spesifik klien jika
diminta informasi tentang tujuan keperawatan yang diberikan.
9. Counsellor
Mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap kesadaran sehat
sakitnya. Memberikan kounseling/bimbingan kepada klien, keluarga
dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan sesuai prioritas.
Membantu mencari solusi yang tepat, mengubah perilaku hidup kearah
perilaku hidup klien yang sehat.
10. Promotor dalam Bidang Politik
Mengupayakan kesadaran masyarakat serta mempromosikan kesehatan
maternitas: sehat, resiko, dan gangguan. (raise awareness) melakukan lobi
dengan parlemen, pemerintah yang akan berpengaruh dalam menetapakan
kebijakan dan legislasi melakukan kampanye kesehatan maternitas dengan
rencana yang teratur.

27
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
IBU HAMIL DENGAN ANEMIA

KASUS
Tn. R berumur 30tahun mempunyai istri Ny. S berumur 28 tahun, mereka
menikah pada tahun 2017 lalu. Dan saat ini Ny. S sedang mengandung anak
pertama. Kehamilan Ny. S sekarang mulai masuk trisemester II. Ny. S tampak
kelihatan pucat. Menurut pengakuan Ny. S baru 1x memeriksakan kehamilannya
di puskesmas, dan menurut hasil pemeriksaan Ny. S mennderita anemia. Ny. S
jarang makan makanan yang bergizi yang berguna untuk perkembangan janinnya.
Ny. S juga mengeluhkan perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya, seperti
berat badannya yang mulai meningkat dan sering merasa lelah. Ny. S mengatakan
susah tidur karena kondisi kamar yang sempit dan pengap, ditambah lagi
kebisingan di sekitar lingkungan rumah. Keluarga Tn R termasuk keluarga yang
kurang mampu, sehingga Ny S berpikiran sempit tentang pemeriksaan rutin Hb
dan pengkonsumsian tablet Fe selama kehamilan. Makanan yang dikonsumsi oleh
Ny. S seadanya, tidak memperhatikan aspek makanan yang dapat meningkatkan
kadar darah.
Dari hasi pemeriksaan didapatkan :
Tekanan Darah = 100/80 mmHg
Nadi = 70x/menit
RR = 24x/menit
S = 36,5°C
Hb terakhir = 10 mg/dL

28
I. Identitas Umum Keluarga
a. Identitas Kepala Keluarga
Nama : Tn. R
Umur : 28 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Candirejo
Suku : Jawa

b. Komposisi keluarga
No. Nama L/P Umur Hub.Keluarga Pekerjaan Pendidikan Status
kes

1. Tn. R L 28 Suami Wiraswasta SMA Sehat


2. Ny. S P 22 Istri IRT SMA Sakit

c. Genogram

28 22

Keterangan :

= Laki-laki = Wanita = Meninggal = ibu hamil

= Menikah = Anak kandung

= tinggal satu rumah

29
d. Type keluarga
Keluarga Tn. R merupakan tipe keluarga inti yang anggota keluarganya
terdiri dari suami dan istri.
e. Suku bangsa
1) Tn. R mengatakan keluarganya adalah asli suku Jawa yang
berkebangsaan Indonesia serta tidak ada kebudayaan yangbertentangan
dengan kesehatan.
2) Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia dan bahasa jawa. Jika
berbicara dengan istri atau suami keluarga menggunakan bahasa jawa,
namun jika berbicara dengan tetangga keluar menggunakan bahasa
Indonesia.
3) Kondisi sekitar rumah sangat berdekatan dengan tetangganya. Tidak ada
warga Negara asing yang berdomisili di sekitar rumah.
4) Keluarga Tn. R cukup familiar dengan keluarga-keluarga yang lain.

f. Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan


Tn. R mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada perbedaan keyakinan
semua beragama Islam. Tn. R mengatakan agama sangat penting karena
agama merupakan bekal kita untuk kehidupan di akhirat nanti.
g. Status sosial ekonomi keluarga
Sering keluarga tampak bersosialisasi dengan keluarga lain disekitar.
Keluarga tergolong ramah dengan orang-orang sekitar. Menurut Tn. R
sumber penghasilan keluarga berasal dari Tn. R bekerja sebagai karyawan
pabrik, penghasilan berkisar antara ±Rp.1.500.000,-/bulan. Dan penghasilan
tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Kebiasaan Diet :
• Sarapan (08.00) : roti/kue, susu/teh.
• Makan siang (14.00) : nasi, ikan, kadang-kadang sayur.
• Makan malam (19.30) : nasi, ikan, dan sayur.

30
h. Rekreasi keluarga
Keluarga Tn. R jarang melakukan rekreasi, dan keluarga tidak pernah pergi
ke tempat hiburan atau ke tempat rekreasi. Tn. R mengatakan sesekali jika
ada waktu luang keluarga pergi berkumpul dirumah orang tua Tn. R yang
kebetulan jaraknya yang tidak begitu jauh dari rumah Tn. R. Dan terkadang
biasanya jalan-jalan sore sekitar rumah sudah dianggap seperti rekreasi.

II. Riwayat Kesehatan Keluarga


a. Riwayat kesehatan keluarga 6 bulan terakhir
Ny. S mengatakan usianya saat ini 22 tahun dan sedang hamil 5
bulan. Ny. S mengatakan baru 1 kali memeriksakan kehamilannya ke
pukesmas terdekat. Ny. S mengatakan saat pemeriksaan kehamilannya
dianjurkan untuk makan makanan sayur-sayuran serta luk-pauk selama
kehamilanya namun tidak semua anjuran itu bisa dipenuhi oleh Ny. S
karena persoalan ekonomi keluarga yang cukup sulit. Padahal menurut
anjuran bidan, Ny. S harus banyak mengkonsumsi makanan yang
mengandung zat besi karena Ny. S menderita anemia. Ny. S
mengkonsumsi vitamin penambah darah yang di dapatnya dari puskesmas
namun setelah vitamin itu habis Ny. S sudah tidak mengkonsumsinya lagi.

III. Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga


a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga Tn. R berada pada tahap perkembangan keluarga deengan ibu
hamil, ini ditandai oleh Ny. S yang sedang hamil 5 bulan.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi.
Keluarga Tn. R saat ini sudah memenuhi tugas perkembangan sesuai
dengan tahap perkembangan keluarga saat ini.
c. Riwayat kesehatan keluarga inti
Tn. R mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keurunan ataupun
penyakit menular seperti kencing manis, TBC, jantung, hepatitis,
hipertensi. Apabila anggota keluarga sakit, keluarga biasanya hanya
membeli obat di apotik terdekat.

31
d. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Tn. R mengatakan, keluarga Tn. R ataupun keluarga Ny. S tidak
mempunyai riwayat pennyakit yang berbahaya seperti kencing manis,
TBC, jantung, hipertensi, hepatitis.

IV. Pengkajian Lingkungan


a. Karakteristik Rumah
Rumah yang ditempati Tn. R dan istrinya adalah milik pribadi. Kondisi
rumah permanen dengan lantai yang disemen, luas rumah ± 6x5 m2 dan
terdiri dari lima IVruangan yaitu, teras, ruang tamu, 1 kamar tidur, dapur
dan kamar mandi. Dinding rumah terbuat dari papan. Rumah tidak
mempunyai ventilasi yang cukup sehingga cahaya tidak bebas masuk ke
dalam rumah, penempatan barang – barang kurang teratur, sumber air
minum keluarga berasal dari ledeng. Rumah Tn. R cukup rapat dengan
rumah tetangga, dengan kondisi yang cukup bising suara music dari
rumah tetangga sangat jelas terdengar di rumah Tn. R. Menurut Ny. S
karena kondisi rumah yang demikian dia susah untuk beristirahat
dirambah lagi kondisi kamar yang panas dan pengap.
Denah rumah Tn. R :

5
1
2
3
4

Keterangan :
1. Teras
2. Ruang tamu
3. Kamar tidur
4. Kamar mandi
5. Dapur

32
b. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Tn. R mengatakan bahwa hubungan keluarganya dengan masyarakat
lainnya cukup hrmonis, dalam melakukan suatu kegiatan dilakukan
dengan gotong royong, jarak rumah dengan tetangga cukup dekat, disini
tidak ada budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan.
c. Mobilitas Geografis Keluarga
Tn. R mengatakan keluarganya sudah tinggal dirumahnya yang sekarang
sejak setahun yang lalu.
d. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat
Tn. R mengatakan keluarganya sering berkumpul dan berinteraksi
dengan sitrinya pada malam hari setelah makan malam sambil menonton
TV. Karenapada siang hari TN. R menggunakan waktunya untuk bekerja.
Tn. R juga mengatakan dalam keluarga tidak ada masalah serta konflik
dalam berinteraksi.

V. Struktur Keluarga
a. Pola/cara Komunikasi Keluarga
Tn. R mengatakan bahwa ia dan istrinya berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa jawa. Komunikasi berlangsung dengan baik dan
keluarga menyelesaikan masalah dengan membicarakan terlebih dahulu.
b. Struktur Kekuatan Keluarga
Tn. R sebagai kepala keluarga adalah pembuat keputusan namun apabila
ada masalah tetap selalu membahasnya terlebih dahulu dengan sang istri.
c. Struktur Peran (peran masing-masing anggota keluarga)
Tn. R mempunyai peran dalam rumah tangga sebagai pencari nafkah dan
istrinya Ny. S sebagai ibu rumah tangga.

33
VI. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
1. Respon kebutuhan keluarga : Ny. S mempunyai kebutuhan sendiri dan
sedapat mungkin KK memenuhinya meskipun hanya di batasi pada
kebutuhan primer saja karena keterbatasan penghasilan Tn. R.
2. Saling memperhatikan : Tn. R cukup memperhatikan istrinya meskipun
Tn. R lebih sering berada diluar rumah.
3. Keterpisahan dan keterikatan : keluarga jarang terpisah, hanya pada saat
Tn. R bekerja diluar.
b. Fungsi sosialisasi
Tn. R mengatakan bahwa hubungannya dengan keluarga baik,norma
budaya dan perilaku sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di
keluarga dan yang berlaku di masyarakat.
c. Fungsi perawatan kesehatan
1. Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
Masalah-masalah kesehatan yang ada didalam keluarga Tn. R yaitu
bumil dengan anemia. Ny. S mengatakan tidak begitu mengetahui
mengapa oang hamil harus memperbanyak makan makanan yang
mengandung zat besi seperti sayura, dia juga tidak tahu bahaya untuk
diri dan kandungannya jika anemianya tidak segera di atasi.
2. Kemampuan keluarga mengambil keputusan tindakan kesehatan yang
tepat
Keluaraga mengatakan dengan adanya masalah-masalah kesehatan
tersebut, yaitu bumil dengan disertai anemia tidak begitu dipirkan
karena keluarga menganggap masalah tersebut bukanlah masalah yang
serius selain itu apabila harus berobat ke dokterpun keluarga tidak
mampu. Ny. S tidak terlalu mengkahawatirkan kondisinya saat ini
karena menurutnya hal demikian dialami oleh semua ibu hamil.

34
3. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
Tn. R mengatakan tidak menganggap kondisi istrinya serius namun
jika telah memiliki uang Tn. R ingin segera membawa istrinya ke
dokter.
4. Kemampuan keluarga memelihara/memodifikasi lingkungan rumah
yang sehat
Keluarga mengatakan tidak mengetahui pentingnya ventilasi dan
penyinaran matahari bagi kesehatan lingkungan rumahnya. Keluarga
mengatakan setiap harinya membersihkan rumah tetapi tetap kotor dan
udaranya tetap pengap. Keluarga mengatakan kondisi rumah tidak
terlalu dipikirkan karena memang kondisinya seperti itu
5. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan di masyarakat
Keluarga mengatakan jarang menggunakan fasilitas kesehatan,
keluarga lebih sering memilih membeli obat di warung atau apotik jika
ada anggota keluarga yang sakit. Fasilitas kesehatan yang ada dapat
terjangkau oleh keluarga bila keluarga memiliki uang.
d. Fungsi reproduksi
Ny. S mengatakan belum pernah menggunakan KB karena keluarga juga
tidak berencana menunda punya anak. Setelah menikah selama setahun
Ny. S barulah mengandung anak pertama.
e. Fungsi ekonomi
Tn. R mengatakan penghasilan yang didapat hanya mencukupi kebutuhan
makan sehari-hari setiap bulannya keluagra harus membayar iuran listrik ,
PAM dan kebuutuhan-kebutuhan yang lain. Setiap harinya hanya mampu
menyajikan makanan seadanya seperti : nasi putih, tahu, tempe , ikan,
kadang-kadang pakai sayur. Namun meskipun demikian tidak mengurangi
kebahagiaan dalam keluarga Tn. R. Menurut keluarga masalah ekonomi
tidak menjadikan masalah dalam keluarga mereka
f. Fungsi pemeliharaan kesehatan
Ny. S mengatakan jarang kepuskesmas untuk mengkontrol kandungannya
saja dia baru mlakukan kunjungan 1x. Menurut Ny. S kendalanya karena

35
ia tidak memiliki JAMKESMAS. Biasanya kalau keluarga sakit mereka
lebih memilih membeli obat di warung atau apotik

VII. Masalah Kesehatan Spesifik


a. Ibu hamil
Riwayat kehamilan Ny. S G1 PO AO, (kehamilan pertama, partus
belum pernah dan abortus tidak pernah). Usia kehamilan saat ini 5
bulan,Ny. S mulai hamil setelah 1 tahun usia perkawinan mereka. Ny. S
mengatakan baru 1 kali memeriksakan kehamilannya ke bidan dan
sudah mendapat imunisasi TT sekali, penambahan BB ± 4 kg dan pada
waktu memeriksakan kehamilannya ke bidan pernah mendapat vitamin
penambah darah yang menurut anjuran bidan harus sehari sekali namun
sekarang obatnya telah habis.
Ny. S mengatakan tidak mengetahhui tentang bagaimana perawatan
kehamilannya, ia mengatakan kadang-kadang perutnya terasa sakit
namun diobati sakitnya dapat hilang sendiri dan kadang-kadang Ny. S
mengeluh pusing.
1) Inspeksi muka :
- Tidak ditemukan chloasma gravidarum, konjungtiva anemis,
tidak ada oedema pada muka.
- Dada (buah dada tegangan dan membesar) terlihat pigmentasi
pada puting susu, keadaan puting susu tenggelam dan
colostrum belum keluar.
- Pada tungkai tidak ditemukan farises maupun oedema.
2) Palpasi Abdomen :
- Leopold I : TFU setinggi pusat usia janin 20 minggu (lima
bulan), pada fundus teraba keras, bulat dan lunak bokong).
- Leopold II : pungggung janin terletak di bagian perut kanan
dan bagian kecil-kecil (ekstremitas), teraba pada perut sebelah
kiri.

36
- Leopold III : teraba bulat, melenting dan keras (kepala) dan
bagian terbawah masih dapat digoyang-goyangkan.
- Leopold IV : kepala janin belum masuk PAP.

VIII. Stres Dan Koping Keluarga


1. Stressor jangka pendek dan jangka panjang
Tn. R mengatakan masalah dalam keluarganya yang sampai saat ini
masih dirasakan adalah masalah ekonomi. Ny. S mengatakan
penghasilan di keluarganya hanya pas-pasan bahkan kadang tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari untuk biaya persalinan
nantinya keluarga tidak begitu memikirkan karena orang tua dari Ny. S.
Sudah bersedia membantu mereka Ny. S mengatakan agak merasa
terbebani dengan perubahan yang dialaminya, perutnya yang mulai
membesar membatasi hamper semua aktivitasnya, pengalaman hamil
pertama dan akan mnjadi ibu kadang-kadang menjadi beban
pikirannya.
2. Koping
Ny. S mengatakan hanya bisa bersabar dan tetap berusaha dengan
adanya masalah-masalah yang ada di dalam keluarganya.

IX. Keadaan Gizi Keluarga


1. Pemenuhan gizi :
Makanan yang biasa dikonsumsi nasi putih, tahu, tempe, ikan, kadang-
kadang pakai sayur.
2. Upaya lain :
Tidak ada

37
X. Pemeriksaan Fisik
a. Identitas
No. Nama L/P Umur Hub.Keluarga Pekerjaan Pendidikan Status
kes
1. Tn. R L 28 Suami Wiraswasta SMA Sehat
2. Ny. S P 22 Istri Wiraswasta SMA Sakit

Tn. R Ny. S

• Kepala (Rambut) : bersih, tidak • Kepala (Rambut) : bersih, tidak ada


ada ketombe, tidak rontok. ketombe, mudah rontok.
• Mata : konjungtiva anemis, sclera • Mata : konjungtiva anemis, ikterik.
an anikterik. • Hidung : tidak ada secret.
• Hidung : tidak ada secret • Telinga : tidak ada serumen dan
• Telinga : tidak ada serumen dan polip.
polip • Mulut dan gigi : bersih, tidak ada
• Mulut dan gigi : bersih, tidak ada stomatitis, gigi lengkap.
stomatitis dan gigi lengkap. • Leher : tidak ada pembesaran kelenjar
• Leher : tidak ada pembesaran thyroid.
kelenjar thyroid. • Tonsil : tidak ada pembengkakan.
• Tonsil : tidak ada pembengkakan. • Dada :
• Dada : • Jantung : SI dan SII
• Jantung : SI dan S II • Paru : suara nafas vesikuler
• Paru : suara nafas vesikuler • Bentuk : simetris kanan dan kiri.
• Bentuk : simetris kanan dan • Abdomen :
kiri. • Peristaltic usus : 12x/menit.
• Abdomen : • Acites : tidak ada acites.
• Peristaltic usus : 12x/menit. • Turgor : elastic, tidak ada nyeri
• Acites : tidak ada acites. tekan dan lepas.

38
• Turgor : elastic, tidak ada nyeri • Ekstremitas : dapat digerakkan atas
tekan dan lepas. dan bawah.
• Ekstremitas : dapat digerakkan • CRT :> 3 detik.
atas dan bawah. • Edema : tidak ada edema.
• CRT : < 3 detik • TTV :
• Edema : tidak ada edema - TD : 100/80 mmHg
• TTV : - Nadi : 70x/menit
- TD : 120/80 mmHg - Suhu : 36,5°C
- Nadi : 82x/menit - Pernafasan : 24x/menit
- Suhu : 37°C - BB : 49 kg
- Pernafasan : 25x/menit • Genital : -
- BB : 65 kg
• Genital : -

X. Harapan Keluarga

Tn. R berharap semoga keadaan istri dan calon bayinya baik-baik saja.
Keluarga Tn. R juga berharap terhadap petugas kesehatan agar dapat membantu
keluarga yang tidak mampu dalam mendapatkan pelayanan kesehatan
(pengobatan).

39
ANALISA DATA
No Data Etiologi Problem
1 DS : Produksi hormon kehamilan (00107) Ketidakseimbangan
 Ny. S mengatakan Nutrisi kurang dari
sering pusing kebutuhan tubuh.
Produksi hormon HCG
 Ny. S mengatakan (NANDA 2015-2017,
jarang Domain 2 nutrisi, kelas 1
mengkonsumsi
Sensitifitas terhadap aroma makan)
makanan bergizi
atau bau tertentu meningkat
seperti ssayur-
sayuran.
 Ny. S mengatakan Mual muntah
pernah diberi obat
penambah darah
oleh bidan saat Nutrisi kurang dari kebutuhan
konjungannya di tubuh
puskesmas namun
sekarang obat
tersebut telah habis.

DO :
 Konjungtiva anemis
 TTV :
TD : 100/80 mmHg
N : 70x/menit
R : 24x/menit
S : 36,5°C

40
2 DS : Kondisi ekonomi yang (00099) Ketidakefektifan
pemeliharaan kesehatan
rendah, kurang
 Ny.S mengatakan (NANDA 2015-2017,
memperhatikan kesehatan,
bahwa keluarganya Domain 1 promosi kesehatan
hanya melakukan
tergolong dalam kelas manajemen kesehatan)
pemeriksaan satu kali, makan
keluarga yang
seadaanya.
kurang mampu
DO :

 Hanya
memeriksakan
kehamilannya sekali
 Makan seadaanya
 Kamar pengap dan
sempit

41
Diagnosa Rencana keperawatan
Keperawatan/
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Masalah Kolaborasi
Ketidakefektifan NOC: Peningkatan kesadaran keluarga
pemeliharaan Setelah dilakukan tindakan  Pertimbangkan pengalaman
kesehatan – 00099 keperawatan selama ( ) pasien terkait dengan system
diharapkan keluarga dapat perawatan kesehatan,
Batasan Karakteristik: memelihara kesehatan, termasuk promosi kesehatan,
dengan kriteria hasil : perlindungan kesehatan,
 Kurang  Pengetahuan: promosi pencegahan penyakit,
pengetahuan kesehatan perawatan kesehatan dan
tentang (182308) perilaku yang pemeliharaan serta system
praktik meningkatkan kesehatan navigasi perawatan kesehatan
kesehatan (182310) pemeriksaan  Berikan informasi penting
dasar kesehatan yang secara tertulis maupun lisan
direkomendasikan pada pasien sesuai dengan
Faktor yang (182328) sumber bahasa utamanya/bahasa ibu
berhubungan : informasi peningkatan  Berikan pendidikan kesehatan
kesehatan terkemuka satu per satu atau konseling
 Sumber daya  Perilaku promosi jika memungkinkan
tidak cukup kesehatan (1602)
(mis; finansial, (160221) keseimbangan
sosial, aktivitas dan istirahat
pengetahuan) (160207) melakukan
perilaku kesehatan secara
rutin
(160224) memperoleh
pemeriksaan rutin

42
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
Ketidakseimbangan nutrisi NOC: Manajemen nutrisi (1100)
kurang dari kebutuhan tubuh Setelah dilakukan  Tentukan status gizi pasien
(00002) tindakan keperawatan dan kemampuan pasien
Batasan karakteristik : selama ( ) diharapkan untuk memenuhi kebutuhan
 Kurang minat pada keluarga dapat gizi
makanan memenuhi kebutuhan
 Tentukan jumlah kalori dan
Faktor yang berhubungan : nutrisi, dengan kriteria
jenis nutrisi yang dibutuhkan
 Kurang asupan hasil :
untuk memenuhi persyaratan
makanan Status nutrisi : asupan
gizi
nutrisi (1009)
 Anjurkan pasien terkait
(100901) asupan kalori
dengan kebutuhan makanan
(100902) asupan protein
tertentu berdasarkan
(100903) asupan lemak
perkembangan atau usia
(100904) asupan
karbohidrat  Monitor kecenderungan
(100910) asupan serat terjadinya penurunan dan
(100905) asupan vitamin kenaikan berat badan
(100906) asupan mineral
(100907) asupan zat besi

43
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
Ketidakefektipan Pola NOC:  Fasilitasi kontak ibu dengan
Makan bayi – 00107  Breastfeeding bayi sawal mungkin (maksimal
Batasan karakteristik: Estabilshment : 2 jam setelah lahir )
Batasan karakteristik: infant  Monitor kemampuan bayi untuk
 Ketidakmampuan  Knowledge : menghisap
mempertahankan breastfeeding  Dorong orang tua untuk
menghisap yang  Breastfeeding meminta perawat untuk
efektif Maintenance menemani saat menyusui
 Ketidakmampuan sebanyak 8-10 kali/hari
memulai menghisap  Sediakan kenyamanan dan
yang efektif privasi selama menyusui
 Ketidakmampuan  Monitor kemampuan bayi
mengoordinasi untukmenggapai putting
menghisap,menelan  Dorong ibu untuk tidak
dan bernafas membatasi bayi menyusu
 Monitor integritas kulit sekitar
putting
 Instruksikan perawatan putting
untukmencegah lecet
 Diskusikan penggunaan pompa
ASI kalau bayi tidakmampu
menyusu
 Monitor peningkatan pengisian
ASI
 Jelaskan penggunaan susu
formula hanya jika diperlukan
 Instruksikan ibu untuk makan
makanan bergizi selama
menyusui
 Dorong ibu untuk minum jika
sudah merasa haus
 Dorong ibu untuk menghindari
penggunaan rokok danPil KB
selama menyusui
 Anjurkan ibu untuk memakai
Bra yang nyaman, terbuat dari
cootn dan menyokong payudara
 Dorong ibu untukmelanjutkan
laktasi setelah pulang
bekerja/sekolah

44
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai ibu hamil hal-hal yang harus dilakukan salah satunya adalah
memeriksakan kehamilannya. Pada saat ini banyak ibu hamil yang
memeriksakan kehamilannya hanya pada awal kehamilan sedangkan
keharusan untuk kunjungan selanjutnya tidak dilakukan. Hal demikian dapat
menghambat peluang dari tenaga kesehatan untuk mengetahui atau
mendeteksi secara dini berbagai penyulit atau gangguan kesehatan yang terjadi
pada ibu hamil sehingga dapat membahayakan ibu dan janin jika mengalami
keterlambatan dalam penanganan.
Kesehatan ibu hamil adalah salah satu aspek yang penting untuk
diperhatikan dalam siklus kehidupan seorang perempuan karena sepanjang
masa kehamilannya dapat terjadi komplikasi yang tidak diharapkan. Setiap ibu
hamil akan menghadapi resiko yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena
itu, setiap ibu hamil memerlukan asuhan selama masa kehamilannya

B. Saran
1. Perawat
Sebagai perawat atau petugas kesehatan dalam menjalankan tugas
pelayanan kesehatan, perawat memberikan penyuluhan tidak hanya pada
ibu hamil yang bersangkutan saja namun keluarga juga harus dapat
mengambil keputusan secara tepat dan tepat. Perawatn harus lebih tanggap
dalam mengidentifikasi masalah pada ibu hamil tersebut sehingga dapat
memberikan asuhan yang sesuai.
2. Keluarga
Keluarga harus mengetahui dampak anemia yang dialami dapat
menimbulkan berbagai masalah baik pada ibu maupun janin, oleh karena
itu klien dan keluarga harus mampu mengidentifikasi secara dini gejala
anemia dan menganjurkan ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya
pada petugas kesehatan sehingga tidak terjadi komplikasi

45
DAFTAR PUSTAKA

Achjar, K.A. 2010. Aplikasi Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : CV.


Sagung Seto.

Ali, Zaidin. 2010. Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC.

Andarmoyo, S. 2012. Keperawatan Keluarga Konsep Teori, Proses dan Praktik


Keperaawatan. Yogyakarta. Graha Ilmu.

Arita, Muwarni. 2007. Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep dan Aplikasi


Kasus, Jogjakarta Mitra : Cendikia Press.

Bobak, Lowdermik, Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas.


Jakarta : EGC.

Departemen Kesehatan RI. 2002. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta


:Departemen Republik Indonesia.

Friedman.2010. Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Gosyen Publishing.

Kusmiyati, Yunidkk. 2008. Perawatan Ibu Hamil (Asuhan Ibu Hamil).


Yogyakarta :Fitramaya

Kurnia, Nova. 2009. Menghindari Gangguan saat Melahirkan. Yogyakarta


:PanjiPustaka.

Machfoedz, I: Marianingsih, E: Margono: Wahyuningsih. 2005.Metodologi


Penelitian Bidang Kesehatan, Keperawatan, dan Kebidanan. Yogyakarta:
Fitra Maya.

Manuaba, Ida Bagus Gede. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Bencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.

Mitayani, 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta :Salemba Medika.

Mubarak, Wahid Iqbal. 2005. Pengantar Keperawatan Komunitas. Jakarta : CV


Sagung Seto.

Pillitteri, Adele. 2002. Buku Saku Perawatan Kesehatan Ibu dan Anak. Penerbit
Buku Kedokteran.

Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka.

Sualman K. 2009. Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini Kehamilan Preterm.


Pekanbaru: Universitas Riau

46
Sudiharto. 2007. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan
Keperawatan Transkultural ; editor, Esty Wahyuningsih-Jakarta : EGC.

Sujiatini, dkk. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan. Jakarta :Nuha Medika.

Suliha. Uha. 2002. Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan. Jakarta: EGC

Sulistyawati A, Nugraheny E. 2009. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin.


Jakarta :Salemba Medika.

47

Vous aimerez peut-être aussi