Vous êtes sur la page 1sur 17

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/307699937

KANDUNGAN BAHAN AKTIF DAN TOKSISITAS TUMBUHAN HUTAN ASAL


SULAWESI UTARA YANG BERPOTENSI SEBAGAI OBAT

Article · June 2014


DOI: 10.20886/jphh.2014.32.2.123-138

CITATIONS READS

2 730

3 authors, including:

Lis Nurrani Julianus Kinho


Yeungnam University Forestry Research and Development Agency
14 PUBLICATIONS   12 CITATIONS    35 PUBLICATIONS   14 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Julianus Kinho on 02 March 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Penelitian Hasil Hutan Vol. 32 No. 2, Juni 2014: 123-138
ISSN: 0216-4329 Terakreditasi
No.: 443/AU2/P2MI-LIPI/08/2012

KANDUNGAN BAHAN AKTIF DAN TOKSISITAS TUMBUHAN HUTAN


ASAL SULAWESI UTARA YANG BERPOTENSI SEBAGAI OBAT
(Active Ingredients and Their Toxicity of Several Forest Plant Species
Indigenous from North Sulawesi Potential as Efficacious Medicine)

Lis Nurrani, Julianus Kinho & Supratman Tabba


Balai Penelitian Kehutanan Manado
Jl. Raya Adipura Kelurahan Kima Atas Kecamatan Mapanget Kota Manado
Telp (0431) 3666683, e-mail : yoe_lizz@yahoo.com
Diterima 5 Maret 2013, Disetujui 8 Mei 2014

ABSTRACT
Utilization of germplasms as medical sources presents a form of traditional wisdom adopted by a particular community which is
identical with a hereditary legacy. This paper deals descriptively with ethnobotany aspects of North Sulawesi community (Minahasa,
Mongondow and Sangihe tribes) in utilizing natural bioresources from several forest plant species as traditional cancer-curing
treatment, which was further proved scientifically through the identification of active ingredients contents and their efficacious toxicity
using Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) method. Scrutiny results revealed that the local community in North Sulawesi province
has prevalently utilized particular portions (e.g. wood, bark, and leaves) of 14 forest plant species for cancer cure and other desease.The
herbal extract from the bark of lawang (Cinnamomum cullilawan Bl) was identified containing alkaloids, while flavonoids was
detected in the extract from consecutively lingkube (Dischidia imbricate Steud) leaves, yantan (Blumea chinensis Dc) leaves,
ketapang (Terminalia catappa L) bark, manumpang (Loranthus globulus Jacq) bark, tanduk rusa stems, kayu gimto
(Ligodyum sp) roots, rumput balsam (Polygala paniculata L) roots, and cakar kucing (Acalypha indica L) roots. The leaves
of luhu (Crotalaria retusa L) and kuhung-kuhung (Crotalaria striata Dc) containing steroids and tannins. As many as 9 out of
12 n-butanol extracts afforded toxicity efficacy against larvae of Artemia salina Leach which was confirmed through the LC50 value,
i.e. bellow 1000 ppm. Further, the least LC50 value was achieved using the petroleum eter-extract kuhung-kuhung (Crotalaria
striata Dc) leaves, i.e. 68,33 ppm, whereby that value approached the effectiveness standard for bioactive compounds to fight against
the cancer cell, which was based on the United States National Cancer Institute.

Keywords: North Sulawesi, forest plant species, ethnobotany, active ingredients, toxicity

ABSTRAK
Pemanfaatan plasma nutfah sebagai sumber bahan obat merupakan bentuk kearifan tradisional yang diadopsi
oleh masyarakat pada daerah tertentu dan identik dengan warisan turun-temurun. Makalah ini mendeskripsikan
aspek etnobotani masyarakat Sulawesi Utara (Suku Minahasa, Mongondow dan Sangihe) dalam memanfaatkan
sumberdaya alam hayati dari beberapa spesies tumbuhan hutan untuk pengobatan penyakit kanker secara
tradisional, yang kemudian dibuktikan secara ilmiah melalu identifikasi kandungan bahan aktif dan toksisitasnya
menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat lokal
Sulawesi Utara telah memanfaatkan bagian tertentu (seperti batang, kulit dan daun) dari 14 jenis tumbuhan hutan
dalam pengobatan anti kanker dan penyakit lainnya. Ekstrak herbal dari kulit lawang (Cinnamomum cullilawan Bl)
diidentifikasi mengandung senyawa alkaloid, sedangkan senyawa flavonoid terdeteksi pada ekstrak daun lingkube
(Dischidia imbricate Steud), daun yantan (Blumea chinensis Dc), kulit ketapang (Terminalia catappa L), kulit kayu
manumpang (Loranthus globulus Jacq), batang tanduk rusa, akar kayu gimto (Ligodyum sp.), akar rumput balsam
(Polygala paniculata L) dan akar cakar kucing (Acalypha indica L). Daun luhu (Crotalaria retusa L) dan kuhung-kuhung
(Crotalaria striata Dc) mengandung senyawa steroid dan tanin. Sebanyak 9 dari 12 ekstrak n-butanol mampu
memberikan efek toksik terhadap larva Artemia salina Leach yang ditandai melalui nilai Lc50 kurang dari 1000 ppm.
Nilai LC50 terkecil didapatkan dari ekstrak petroleum eter daun kuhung-kuhung (Crotalaria striata Dc) sebesar

123
Penelitian Hasil Hutan Vol. 32 No. 2, Juni 2014: 123-138

68,33ppm dimana nilai ini mendekati standar efektifitas komponen bioaktif untuk melawan sel kanker
berdasarkan kategori National Cancer Institute Amerika.

Kata kunci : Sulawesi Utara, tumbuhan hutan, etnobotani, kandungan bahan aktif, toksisitas

I. PENDAHULUAN kanker sudah diketahui dan dikelompokkan


dalam 12 bagian besar berdasarkan organ atau
Diperkirakan 30.000 jenis tumbuhan jaringan tubuh manusia yang diserang (Saputra et
ditemukan pada hutan hujan tropika Indonesia, al . 2000). Hal tersebut telah mendorong
1.260 spesies diantaranya berkhasiat obat. Meski dilakukannya berbagai penelitian untuk
demikian, baru sekitar 180 spesies yang telah menemukan bahan aktif baru yang alami dan
digunakan untuk keperluan industri obat herbal lebih aman (efek samping minimum). Salah
dan jamu. Adapun yang telah dibudidayakan satunya adalah melalui penelusuran bahan aktif
secara intensif terbatas pada beberapa spesies yang berasal dari bagian tumbuhan hutan.
tertentu saja. Berdasarkan data tersebut diketahui Penelusuran sumber plasma nutfah sebagai
bahwa banyak potensi tumbuhan Indonesia bahan baku tumbuhan obat, tidak terlepas dari
bernilai tinggi yang belum digali untuk kearifan lokal masyarakat yang dilakukan secara
dikembangkan menjadi komoditas biofarmaka. turun temurun. Perbedaan tipe ekosistem hutan
Pengembangan produk baru sangat diperlukan dan karakteristik suku dan budaya berdampak
demi kepentingan peningkatan kualitas kesehatan terhadap jenis pemanfaatan tumbuhan obat di
manusia dan lingkungan sekitarnya (Pramono, Indonesia. Oleh karena itu perlu diketahui
2002). pemanfaatan tumbuhan obat yang dilakukan oleh
Informasi mengenai jenis biofarmaka masyarakat, salah satunya dari Provinsi Sulawesi
potensial menjadi penting untuk diketahui Utara sebagai bagian dari kekayaan budaya dan
mengingat makin beragamnya jenis penyakit kearifan lokal masyarakat Indonesia.
kronis yang terinfeksi pada manusia, sehingga Tulisan ini merupakan deskripsi etnobotani
penyebab penyakit dapat dicegah dan ditangani masyarakat Sulawesi Utara dalam memanfaatkan
sedini mungkin agar tidak mengakibatkan tumbuhan hutan untuk mencegah dan mengobati
kematian bagi penderitanya. Penyakit kanker penyakit kanker. Pengamatan dilakukan pada
adalah salah satu isu penting dalam bidang ilmu pemukiman masyarakat etnis Minahasa, Sangihe
kesehatan yang menjadi pembahasan nasional dan dan Mongondow disekitar kawasan hutan alam di
internasional dalam beberapa dekade terakhir. Provinsi Sulawesi Utara. Berdasarkan kajian
Kanker merupakan penyakit karsigenik penyebab tersebut kemudian dilakukan pembuktian dengan
kematian kedua terbanyak di dunia setelah identifikasi kandungan bahan aktif (fitokimia)
penyakit kardiovaskuler, dimana sekitar 12% secara kualitatif serta toksisitasnya terhadap larva
kematian di dunia disebabkan oleh penyakit ini. Artemia salina Leach.
WHO dan Bank Dunia memperkirakan setiap
tahun sekitar 12 juta orang di dunia menderita
kanker dan 7,6 juta di antaranya meninggal II. BAHAN DAN METODE
dunia(International Union Against Cancer, 2009). Di
Indonesia prevalensi tumor/kanker adalah 4,3 per A. Bahan dan Alat
1000 penduduk. Kanker merupakan penyebab
Bahan yang digunakan terdiri dari sampel
kematian nomor 7 (5,7%) setelah stroke, TB,
basah (simplisia) bagian tertentu dari 14 jenis
hipertensi, cedera, perinatal, dan DM (Kemenkes,
tumbuhan yang dijadikan sebagai obat yaitu daun
2010).
lingkube (Dischidia imbricate Steud), daun yantan
Kanker atau tumor ganas merupakan salah
(Blumea chinensis Dc), kulit batang ketapang
satu penyakit yang sampai saat ini masih belum
(Terminalia catappa L), daun luhu (Crotalaria retusa
dapat ditangani secara tuntas meskipun berbagai
L), daun kuhung-kuhung (Crotalaria striata Dc),
metode pengobatannya telah dikembangkan oleh
kulit batang kayu manumpang (Loranthus globulus
pakar ilmu kedokteran. Kurang lebih 120 jenis
Jacq), batang tanduk rusa, kulit batang kayu

124
Kandungan Bahan Aktif dan Toksisitas Tumbuhan Hutan asal Sulawesi Utara yang Berpotensi sebagai Obat (Lis Nurrani et al.)

lawang (Cinnamomum cullilawan Bl), akar rotan tikus 2) + Mayer jika larutan berwarna putih
(Flagellaria indica L), akar kayu ginto (Ligodyum sp.), 3) + Wagner jika larutan berwarna coklat
kulit batang nanamuha (Bridelia monoica Blume), b. Fenolik
batang tebang (Drynaria spaciora Moore), akar Contoh bagian tumbuhan seberat 5 gram
cakar kucing (Acalypha indica L) dan akar rumput dicampur dengan air suling lalu dipanaskan
balsam (Polygala paniculata L). Bahan lain yang selama 5 menit dan disaring hingga didapatkan
digunakan adalah air suling, air laut, dimetil filtrat.
sulfoksida (DMSO), larva Artemia salina Leach, 1) Flavonoid : Filtrat dicampur dengan serbuk
larutan n-butanol, etil asetat dan petroleum eter Mg (magnesium), HCl : EtOH (1:1), dan
(PE). Magnesium, HCl, etanol, HgCl2, NH3, amil alkohol. Indikator adanya kandungan
H2SO4 pekat, CHCl3, EtOH, Amil alkohol, FeCl3, flavonoid adalah jika lapisan amil alkohol
CH3COOH, dietil eter dan masyarakat pengguna menjadi berwarna jingga.
obat tradisional sebagai responden. 2) Tanin : Filtrat diberi 3 tetes FeCl3 10%, jika
Sedangkan alat yang digunakan diantaranya menjadi berwarna kehijauan merupakan
adalah kantong spesimen, tally sheet, etiket indikator adanya kandungan tanin.
gantung, gunting stek, kamera, GPS (geographic 3) Saponin : Filtrat dikocok kuat-kuat, jika
positioning system ), blende r, saringan, botol menimbulkan buih yang stabil maka filtrat
penyimpan serbuk, pipet, gelas ukur, gelas kaca, mengandung saponin.
aerator, botol kaca, lampu TL (tabular lamp), c. Steroid dan triterpenoid
microplate, dan rotary evaporator. Contoh bagian tumbuhan seberat 1 gram
dicampur dengan EtOH panas lalu disaring
B. Prosedur Kerja kemudian filtrat dipanaskan hingga kering.
Masukkan 1 ml dietil eter kemudian
1. Persiapan bahan dihomogenasikan dengan ditambah 1 tetes
Pengambilan sampel/bahan penelitian H2SO4 dan 1 tetes CH3COOH anhidrat.
berdasarkan wawancara terhadap informan kunci Perubahan warna filtrat menjadi hijau/biru
(key informant) dengan metode snowball dan teknik mer upakan indikator adanya steroid,
survei lapangan. Identifikasi jenis dilakukan sedangkan warna merah/ungu merupakan
dengan membuat herbarium yang diujikan pada indikator adanya triterpenoid.
Laboratorium Botani Pusat Litbang Konservasi
dan Rehabilitasi di Bogor. Sampel basah (simplisia) 3. Ekstraksi simplisia (Sukandar et al. 2009)
dari lokasi penelitian dipotong, dicacah dan Ekstraksi simplisia menggunakan metode
dikering anginkan selama 3-7 hari kemudian maserasi, masing-masing serbuk contoh bagian
dihaluskan dengan blender dan hammer mill dan tumbuhan yang telah kering sebanyak 25 g di
disaring hingga didapatkan serbuk halus. maserasi menggunakan 3 pelarut yang berbeda
secara terpisah yaitu pelarut n-butanol, etil asetat,
2. Uji kualitatif bahan aktif (fitokimia)
dan petroleum eter kualitas teknis yang bertujuan
Uji kualitatif bahan aktif (fitokimia) dan uji untuk mencari pelarut yang terbaik. Berat serbuk
toksisitas yang terkandung masing-masing sampel dengan masing-maisng pelarut menggunakan
ekstrak dilakukan berdasarkan standarisasi perbandingan 1 : 5 selama 3 x 24 jam hingga
Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka Institut didapatkan rendaman bening. Rendaman
Pertanian Bogor (IPB), menurut Harborne (1987) dipekatkan menggunakan rotary evaporator pada
seperti berikut:
suhu 40-65oC hingga diperoleh ekstrak kasar
a. Alkaloid
dalam bentuk padatan atau gum yang disimpan
Satu gram contoh bagian tumbuhan diberi
dalam botol kaca. Ekstrak ini kemudian digunakan
beberapa tetes NH3,kemudian dihaluskan.
sebagai bahan uji toksisitas.
Tambah 5 ml CHCl3 lalu saring. Filtrat hasil
saringan diberi H2SO4 2M hingga bersuasana 4. Uji toksisitas
asam, lalu dibagi menjadi 3 bagian larutan : Larva udang disiapkan dengan cara yaitu
1) + Dragendendrof jika larutan berwarna sebanyak 10 mg telur udang ditambah 100 ml air
jingga laut yang telah di saring, kemudian disimpan

125
Penelitian Hasil Hutan Vol. 32 No. 2, Juni 2014: 123-138

dalam akuarium yang diberi aerator atau pengatur Kabupaten Kota di wilayah ini. Budaya identik
udara, diberi pencahayaan tabular lamp (TL) selama dengan kebiasaan yang berlaku dalam tatanan
48 jam hingga telur menetas semua. kehidupan masyarakat, termasuk pengetahuan
Sebanyak 4 mg ekstrak sampel (hasil evaporasi dan pemanfaatan tumbuhan alam untuk
masing-masing 3 macam pelarut) dilarutkan pengobatan tradisional. Kearifan lokal berkaitan
dalam 10 μl dimetil sulfoksida (DMSO) 10 ppm dengan pengobatan tradisional merupakan
dan ditambah pelarut air laut sampai 2 ml didapat potensi penting yang harus dipertahankan dan
ekstrak dengan konsentrasi 2000 ppm, larutan dikembangkan.
diencerkan hingga didapat konsentrasi 200 ppm, Masyarakat Minahasa telah mengenal terapi
400 ppm, 800 ppm dan 1600 ppm. pengobatan tradisonal dan ilmu kesehatan sejak
Sebanyak 10 ekor larva A. salina Leach ratusan tahun lalu. Wenas (2007), mengemukakan
diletakkan ke dalam wadah microplate kemudian bahwa pada masa lalu masyarakat Minahasa telah
ditambah lar utan pada masing-masing memiliki teknik pengobatan, dimana setiap jenis
konsentrasi sebanyak 3 kali ulangan. Campuran penyakit memiliki Tona'as atau ahli pengobatan
diletakkan di bawah sinar lampu TL selama 24 jam (dukun) yang berbeda. Penyakit jasmaniah
dan dihitung persen kematian (mortalitas) larva ditangani oleh dukun yang disebut Tona'as
pada masing-masing konsentrasi. Mengundam, sedangkan untuk penyakit yang
diakibatkan oleh pengaruh jin dan mahkluk halus
C. Analisis Data akan ditangani oleh ahli supranatural yang disebut
Walian Tulus. Masyarakat Sangihe memiliki ahli
Persen kematian larva dihitung menggunakan
pengobatan yang mereka sebut dengan istilah
rumus :
Tahaundang, begitu pula dengan masyarakat
% larva = Jumlah larva yang mati Mongondow yang menyebut ahli pengobatannya
x 100%
Jumlah larva uji sebagai Biang.
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Metode pengobatan dilakukan dengan
Probit analysis method untuk menentukan LC50 berbagai cara antara lain mengoles langsung
(Lethal concentration 50% - masa larutan bahan yang bagian tubuh yang sakit dengan minyak ramuan
dapat membunuh sebanyak 50% dari seluruh atau materi obat, memijat, membalut dengan
contoh larva) dengan selang kepercayaan 95% ramuan obat, menyebut nama si penderita sakit,
menggunakan software SPSS versi 16. melakukan mandi uap (fufu), mengasapi si sakit
dengan bakaran ramuan tumbuhan obat, hingga
penyembuhan dengan menggunakan ritual
III. HASIL DAN PEMBAHASAN upacara adat.
Awalnya pengetahuan mengenai tumbuhan
A. Kearifan Pengobatan Tradisional dan obat hanya terbatas pada beberapa jenis penyakit
Penggunaan Bagian Tumbuhan sebagai dengan beberapa bagian tumbuhan saja sebagai
Ramuan Obat Berdasarkan Kebiasaan media pengobatan. Penyakit tersebut antara lain
Etnis sakit perut, pegal-pegal, penambah stamina,
demam, luka tersayat, bisul dan borok. Seiring
Penduduk asli Sulawesi Utara terdiri dari dengan perkembangan teknologi dan perilaku
beberapa etnis utama yaitu Minahasa, makan yang tidak sehat serta tingginya tingkat
Mongondow, Sangihe-Talaud dan Gorontalo. stress akibat tuntutan hidup sehingga memuncul-
Keberagaman tersebut kemudian berimplikasi kan berbagai penyakit ganas yang mengakibatkan
pada kebudayaan di Sulawesi Utara yang kematian seperti kanker, diabetes dan tumor.
merupakan akulturasi beberapa budaya etnis Akibat tuntutan tersebut maka teknik pengobatan
tersebut. Minahasa merupakan etnis paling juga semakin berkembang pula. Metode yang
menonjol dan berpengaruh signifikan terhadap digunakan pun makin beragam dimana ramuan
karakteristik budaya masyarakat Sulawesi Utara. dibuat dengan mencampur beberapa bagian
Dominansi tersebut terlihat dari banyaknya tanaman pada satu ramuan, bahkan dengan
populasi etnis ini ditemukan dihampir semua mengkombinasikan beberapa jenis tanaman.

126
Kandungan Bahan Aktif dan Toksisitas Tumbuhan Hutan asal Sulawesi Utara yang Berpotensi sebagai Obat (Lis Nurrani et al.)

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa tradisional juga diperoleh dari warisan leluhur,
perkembangan teknik pengobatan tradisional juga sehingga pengetahuan tersebut menjadi budaya
diakibatkan oleh tuntutan aksesibilitas yang sulit turun temurun dalam satu keluarga. Selain itu
di wilayah pedesaan sehingga membuat pengetahuan mengenai tumbuhan obat
masyarakat berusaha untuk mencari tumbuhan khususnya untuk jenis-jenis penyakit tertentu
obat. Pengetahuan mengenai pengobatan yang kronis terkadang diketahui dari mimpi.

Tabel 1. Penggunaan bagian tumbuhan sebagai ramuan obat berdasarkan kebiasaan etnis
Table 1. The use of plant portion asherb drugs based on ethnic habits

Bagian tumbuhan yang Lokasi pengambilan sampel


Jenis
No. digunakan (Parts of plant as Etnis (Ethnic) (Sampling location)
(Species)
such being used)

1. Lingkube (Dischidia Daun (Leaf) Minahasa Kab. Minahasa


imbricate Steud)
2. Yantan (Blumea chinensis Dc) Daun, batang dan akar Bolaang Desa Pinogaluman Kab.
(Leaf, stem and root) Mongondow Bolaang Mongondow
3. Ketapang (Terminalia catappa L) Kulit batang (Bark) Sangihe Kel. Batu Putih Kota Bitung
4. Luhu (Crotalaria retusa L) Daun (Leaf) Bolaang Kotabunan Kab. Bolaang
Mongondow Mongondow Timur
5. Kuhung-kuhung (Crotalaria Daun (Leaf) Bolaang Kotabunan Kab. Bolaang
striata Dc.) Mongondow Mongondow Timur
6. Kayu manumpang (Loranthus Kulit batang(Bark) Minahasa Kotabunan Bolaang
globulus Jacq) Mongondow Timur
7. Tanduk rusa (Tendril lianas) Batang (Stem) Bolaang Pinolosian Kab. Bolaang
Mongondow Mongondow Selatan
8. Kayu lawang (Cinnamomum Kulit batang (Bark) Minahasa Maelang Kab. Bolaang
cullilawan Bl) Mongondow
9. Rotan tikus (Flagellaria indica L) Akar(Root) Sangihe Kel. Batu Putih Kota Bitung
10. Kayu Gimto (Lygodium sp.) Akar (Root) Sangihe Kel. Batu Putih Kota Bitung
11. Nanamuha (Bridelia monoica Kulit batang (Bark) Sangihe Kel. Batu Putih Kota Bitung
Blume)
12. Tebang (Drynaria spaciora Batang(Stem) Minahasa Desa Paret Pantai Kab.
Moore) Bolaang Mongondow Timur
13. Cakar kucing (Acalypha indica L) Akar (Root) Minahasa Kab. Minahasa
14. Rumput balsam (Polygala Akar (Root) Minahasa Desa Paret Pantai Kab.
paniculata L) Bolaang Mongondow Timur

Sumber : Analisis data primer tahun (Primary data analysis year) 2009 - 2010

127
Penelitian Hasil Hutan Vol. 32 No. 2, Juni 2014: 123-138

Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa dalam merupakan bagian tumbuhan yang sering
pengobatan tradisional masing-masing etnis dimanfaatkan dalam pengobatan penyakit
menggunakan bagian tertentu dari tumbuhan kanker dan tumor. Terdapat 35,71% herba, liana
yang berbeda. Etnis Minahasa banyak 28,57%, pohon 14,29%, epifit 14,29% dan perdu
menggunakan kulit batang dan akar sebagai media 7,14%.
obat, sedangkan etnis Mongondow menggunakan Tumbuhan hutan yang dimanfaatkan
daun sebagai media pengobatan. Etnis Sangihe masyarakat sebagai obat kanker dikelompokkan
lebih variatif dengan banyak memanfaatkan menjadi sebelas famili. Jumlah spesies tumbuhan
bagian tumbuhan sebagai media seperti kulit obat terbanyak adalah famili Leguminosae dan
batang, akar dan terkadang menggunakan daun Euphorbiaceae yaitu masing-masing sebanyak
sebagai campuran ramuan obat. Daun merupakan dua spesies. Salah satu spesies Leguminosae
bagian tumbuhan yang banyak digunakan yang telah dimanfaatkan sebagai obat adalah
masyarakat untuk menyembuhkan penyakit Erythrina variegata yang dimanfaatkan sebagai
ringan seperti demam, luka sayatan, sakit kepala antimalaria dan antifertilitas. Sedangkan salah
dan sakit perut. Sedangkan untuk penyakit kanker satu spesies Euphorbiaceae yang telah
payudara, kanker otak dan kanker perut, dimanfaatkan sebagai obat secara luas adalah jenis
pengobatannya menggunakan ramuan akar, kulit jarak-jarakan. Menurut Heyne (1950) terdapat
batang dan batang tanaman. 49 jenis Euphorbiaceae yang dimanfaatkan
sebagai bahan baku obat tradisional.
B. Etnobotani Tumbuhan Hutan Berkhasiat Selain kulit batang, daun Ketapang juga telah
Obat dimanfaatkan sebagai obat. Harianto (2010)
menyatakan bahwa ekstrak daun ketapang
Hasil wawancara dan survei lapangan
(Terminalia catappa) memiliki efektivitas dalam
menunjukkan bahwa terdapat14 jenis tumbuhan
menghambat pertumbuhan Candida albicans pada
yang sering digunakan untuk pengobatan penyakit
wanita penderita kandidiasis vulvovaginalis
kanker dan beberapa penyakit infeksi lainnya.
secara in vitro. Kulit kayu lawang telah
Pengetahuan masyarakat tentang tumbuhan obat
dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat
didapatkan dari warisan nenek moyang mereka
Indonesia bagian timur diantaranya adalah
secara turun temurun. Penyediaan obat dilakukan
Papua, Maluku dan Sulawesi dalam bentuk
secara sederhana, yaitu dikunyah, ditumbuk,
minyak atsiri. Minyak atsiri yang berasal dari kulit
diseduh dengan air panas, direbus hingga
dan akar kayu lawang dipercayai dapat
mendidih kemudian diminum air rebusannya
menyembuhkan berbagai macam penyakit dan
ketika masih hangat. Ramuan obat direbus dengan
meningkatkan stamina tubuh. Kulit kayu lawang
dua gelas air sampai mendidih hingga menjadi
jug a telah terbukti berkhasiat sebag ai
satu gelas.
hepatoprotektor alias pelindung hati (Subroto
Umumnya sebelum dikonsumsi tumbuhan
dalam Chaidir, 2010).
perlu dikeringkan terlebih dahulu, namun ada juga
Upaya pemanfaatan tumbuhan hutan sebagai
yang dapat dikonsumsi langsung. Pengeringan
obat perlu memperhatikan aspek kelestarian jenis
dilakukan untuk mencegah pembusukan,
agar tidak terjadi kepunahan ketika telah
sehingga ramuan tumbuhan dapat disimpan dan
dimanfaatkan sebagai bahan biofarmaka. Hal ini
digunakan kembali sewaktu-waktu pada saat
penting dilakukan mengingat ting ginya
dibutuhkan. Beberapa jenis tumbuhan yang
ketergantungan dan aktivitas masyarakat terhadap
berada disekitar hutan dan sering digunakan
hutan, khususnya pada kawasan konservasi.
oleh masyarakat Sulawesi Utara dalam
Budidaya mer upakan salah satu solusi
pengobatan dapat dilihat pada Tabel 2. Bagian
peningkatan kualitas dan kuantitas, sekaligus
tumbuhan yang dimanfaatkan dapat dikelompok-
melestarikan sumber bahan baku obat asli
kan ke dalam empat kategori yaitu daun, kulit
Indonesia. Sehingga pengembangan produksi
batang, akar dan batang dengan persentase
tumbuhan obat dalam negeri sebagai komoditi
berturut-turut yaitu 28,57%, 28,57%, 28,57%
ekspor akan memberikan nilai tambah dalam
dan 14,29%. Daun, kulit batang dan akar
pertumbuhan ekonomi (Muharso, 2000).

128
Tabel 2.Beberapa jenis tumbuhan hutan yang sering dimanfaatkan sebagai obat kanker
Table 2. Several forest plant spesies which are often used as cancer curing drug
Habitus
No. Jenis (Species) Famili (Family) (Plant Khasiat (Efficacy) Cara penggunaan (Way of usage)
form)
1. Lingkube Asclepidiaceae Liana Obat tumor dan Daun dibersihkan kemudian direbus dengan 2 gelas air hingga menjadi 1 gelas air dan
(Dischidia (Liana) kanker(Cancer curing sebaiknya diminum selagi hangat. (The leaves are cleared of imprities, then boiled in water with
imbricate Steud) drug) amount approximately equal to two glasses of water; the boiling is terminated when the residual
boiled water becomes half in volume, i.e. approximately equal to one glass of water).

2. Yantan Asteraceae Liana 1. Obat kanker 1. Tumbuk daun dan kompreskan pada benjolan payudara hingga hilang/pecah.
(Blumea (Liana) payudara dan Setelah pecah ditaburi dengan daun meandanginan (Tetracera indica ) yang telah
chinensis Dc) tumor (Breast dibakar. (The leaves are m ashed and then compressed on breast lumps until th e leaves they
cancer and tumor became broken into smaller pieces; after wards the broken leaves were spread with
drug) meandanginan (Tetracera indica) leaves, after previously being burnt)
2. Obat sakit 2. Remas daun dan teteskan airnya ke mata sebanyak 3 tetes sekali dalam sehari
mata/katarak setiap pagi. (The leaves are squeeze, and allow the leaf water to drop down on the human eyes
(Sore eyes drug) as many as 3 drops a day every morning).
3. Obat lemah 3. Akar, batang dan daun direbus dengan 1 gelas air hingga menjadi setengah, lalu
syahwat(Impotence minum pada kondisi masih hangat. (The roots, stems/twig, and leaf portionboiled in the
drug) water with amount approximately equal to 1 glass of water; afterwards the boiling mixture is
allowed to become warm, and while being still warm should be drunk).
3. Ketapang Combretaceae Pohon Obat kanker/tumor, Kupas kulit batang dan bersihkan kemudian rebus dengan ditambah tumbuhan lokal
(Terminalia (Tree) paru-paru dan lolang sampai air tinggal setengahnya. (The bark portion of the stems is peeled off, cleared of
catappa L) penambah darah impurities and then boiled in the water. While being boiled the boiling stuff is added with the local
(Cancer drug, lung plants named lolang species, the boiling continued until leaving behind the boiling water in half
desease and blood volume and the boiling is terminated).
increment)
4. Luhu Leguminosae Herba Obat luka akibat Bersihkan d aun dan rebus dengan 2 gelas air hingga menjadi 1 gelas. (The leaves are
(Crotalaria (Herb) kanker (Cancer drug) cleared of impurities and boiled in water with the amount approximately equal to 2 glasses of water;
retusa L) the boiling continues until the water volume becomes half, i.e. aproximately equal to one glass of
water)

129
Kandungan Bahan Aktif dan Toksisitas Tumbuhan Hutan asal Sulawesi Utara yang Berpotensi sebagai Obat (Lis Nurrani et al.)
Tabel 2. Lanjutan

130
Table 2. Continued
5. Kuhung- Leguminosae Herba Obat kanker dan Bersihkan d aun dan rebus dengan 2 gelas air hingga menjadi 1 gelas . (The leaves are
kuhung (Herb) tumor (Cancer drug) cleared of impurities and boiled in water with the amount approximately equal to 2 glasses of water;
(Crotalaria the boiling continues until the water volume becomes half, i.e. aproximately equal to one glass of
striata Dc) water)

6. Kayu Loranthaceae Herba Obat kanker (Cancer Bersihkan kulit batang dan rebus dengan 2 gelas air hingga tinggal 1 gelas. (The bark is
manumpang epifit drug) cleared of impurities and boiled in water with the amount approximately equal to 2 glasses of water;
(Loranthus (Epi phyte the boiling continues until the water volume becomes half, i.e. aproximately equal to one glass of
globulus Jacq) herbs) water)

7. Tanduk rusa * Liana Obat panas dingin, Bersihkan batangdan campur dengan tali akar kuning ( Arcangelsia flava) dan tumbuhan
(Tendril (Liana) kanker, malaria, lokal tali telapak kaki sapi hutan, tumbuk hingga halus lalu keringkan. Seduh atau
lianas) darah tinggi, penyakit celupkan dalam air panas ramuan obat tersebut setiap ingin di minum. (The stem is
Penelitian Hasil Hutan Vol. 32 No. 2, Juni 2014: 123-138

urat dan kanker cleaned and then mixed with the so-called tali akar kuning (Arcangelsia flava) plant species and
(Fever, local plant species called tali telapak kaki sapi hutan, the mixture are mashed to small pieces with
malaria, hipertensi, uric fine appearance, and then dried; the dried stuff is brewed in hot water and then to be drunk like
disease and cancer drug) drinking tea)

8. Kayu lawang Lauraceae Pohon Obat kanker, Kupas kulit batang , cuci bersih dan iris hingga halus seperti teh kemudian seduh
(Cinnamomum (Tree) menawarkan racun menggunakan air panas. Minum selagi masih hangat. (The bark is peeled off, cleared
cullilawan Bl) dan segala macam throughly, an d sliced to small pieces until becoming smooth and fine; afterwards the sliced stuff is
penyakit (Cancer drug, brewed in hot water. While being still warm, the brewed stuff should be drunk)
antidote and various
diseases)
9. Rotan tikus Flagelariaceae Liana Obat kista (Cyst drug) Campur akar rotan dengan akar kayu gimto kemudian direbus hingga mendidih dan
(Flagellaria (Liana) sebaiknya diminum ketika masih hangat. (Rotan tikus roots are mixed with kayu gimto roots;
indica L) the mixed stuff is boiled in the water and while still being warm should be drunk)

10. Kayu gimto Lygopodiaceae Herba Obat kista (Cyst drug) Akar dicampur dengan akar rotan tikus, rebus hingga mendidih lalu minum selagi
(Ligodyum sp.) (Herb) masih hangat. (Kayu gimto roots are mixed with rotan tikus roots; the mixed stuff is boiled in the
water and while still being warm should be drunk)
Tabel 2. Lanjutan
Table 2. Continued
11. Nanamuha Euphorbiaceae Perdu Obat tumor dan Kupas kulit batang lalu diramu dengan tumbuhan lokal setempat yaitu dehegumpung,
(Bridelia (Shrubs) kanker (Tumor and mamiri, dan banggele. Seluruhnya direbus bersama -sama kemudian minum air
monoica cancer drug) rebusannya.(The bark is peeled off and then mixed with local plant species, named dehegumpung,
Blume.) mamiri dan banggele. The mixed stuff is entirely boiled in the water, and while still being warm
should be drunk).

12. Tebang Polypodiaceae Herba Obat tumor dan Ambil batang tebang yang menempel di pohon, bersihkan. kemudian direbus hingga
(Drynaria epifit Maag (Tumor mendidih dan minum ramuan dalam kondisi masih hangat. (The stem portions still sticking
spaciora (Epi phyte and stomach drug) to the tree are removed, cleared, and then boiled in the water and while still being warm should be
Moore.) herbs) drunk )

13. Cakar kucing Euphorbiacea Herba Obat tumor, kanker, Ambil 7 akar cakar kucing kemudian rebus dengan 2 gelas air hingga menjadi 1 gelas
(Acalypha (Herb) anti radang, peluruh kemudian minum selagi ramuan masih hangat. (Seven portions of cakar kucing roots are
indica L) kencing dan taken and then boiled in the water with the amount approximately equal to 2 glasses of water; the
menghentikan boiling continues until the boiled stuff becomes half in volum and while being still warm should be
pendarahan (Tumor, drunk)
cancer drug,anti-
inflammatory, laxative
urine and stop the
bleeding )
14. Rumput Polygalaceae Herba Obat kanker (Cancer Ambil akar secukupnya kemudian bersihkan dan rebus dengan 2 gelas air hingga
balsam (Herb) drug) menjadi 1 gelas, disarankan untuk minum ramuan obat selagi masih hangat. (Portions of
(Polygala rumput balsam roots in adequate quantity are taken and the boiled in 2 glasses water with the
paniculata L) amount approximately equal to one glass of water and while being still warm should be drunk)

Sumber : Analisis data primer tahun (Primary data analysis year) 2009 - 2010
Keterangan (Remarks) :
(*) : belum teridentifikasi (unidentified)

131
Kandungan Bahan Aktif dan Toksisitas Tumbuhan Hutan asal Sulawesi Utara yang Berpotensi sebagai Obat (Lis Nurrani et al.)
Penelitian Hasil Hutan Vol. 32 No. 2, Juni 2014: 123-138

C. Kandungan Kualitatif Bahan Aktif dan obat tidur, dalam jumlah besar sangat be-
(Fitokimia) racun bagi manusia (Vicker dan Vickery, 1981).
Selain itu alkaloid juga memberikan efek
Fitokimia merupakan suatu metode analisis antihipertensi dan antidiabetes militus. Dari 14 jenis
awal untuk meneliti kandungan senyawa kimia tumbuhan yang diuji dalam penelitian ini, hanya
yang ada pada tumbuhan. Hasil yang diharapkan ekstrak kulit kayu lawang yang positif terhadap
dapat memberikan informasi dengan efek alkaloid. Hal inilah yang menyebabkan kulit kayu
farmakologi tertentu serta memacu penemuan lawang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai
obat baru (Sangi et al., 2008). Pengujian kualitatif penawar racun, mengobati berbagai macam
kandungan bahan aktif dilakukan tidak pada penyakit dan kanker karena dapat mengurangi
semua bagian tumbuhan, melainkan pada bagian rasa sakit di badan.
tertentu yang dimanfaatkan masyarakat sebagai Flavonoid memiliki efek antihipertensi selain itu
ramuan obat. Hasil analisis dari 14 jenis ekstrak juga memiliki efek mencegah pendarahan kulit
tumbuhan secara terperinci dapat dilihat pada (Robinson, 1995). Pada penelitian ini delapan
Tabel 3. ekstrak tumbuhan positif terhadap flavonoid,
Dalam ilmu pengobatan, umumnya alkaloid diantaranya adalah lingkube, yantan, ketapang,
memberikan efek fisiologis pada susunan syaraf kayu manumpang, tanduk rusa, kayu ginto, cakar
pusat, misalnya sebagai obat anti rasa sakit (anastesi) kucing, dan rumput balsam.

Tabel 3. Kandungan bahan aktif ekstrak herbal dari bagian tertentu berbagai jenis tumbuhan
Table 3. Active ingredient of herbal extract from particular portion of several plant species

Kandungan bahan aktif (Active ingredient)


No. Jenis (Species)#
Alkaloid Flavonoid Steroid Terpenoid Saponin Tanin

1. Daun lingkube - + + + + -
2. Daun tantan - + + - - -
3. Kulit ketapang - + - - - +
4. Daun luhu - - + - - +
5. Daun kuhung-kuhung - - + - - +
6. Kulit kayu manumpang - + + - + +
7. Batang tanduk rusa - + + + + +
8. Kulit kayu lawang + - - - - -
9. Akar rotan tikus * * * * * -
10 Akar kayu g into - + + - - -
11 Kulit nanamuha * * * * * -
12 Batang tebang * * * * * -
13 Akar cakar kucing - + - - + +
14 Akar rumput balsam - + + - + -
Sumber : Analisis data primer tahun (Primary data analysis year ) 2009-2010
Keterangan (Remarks) :
(*) : Belum dianalisis (Have not been analyzed)
+ : Terdeteksi (Detected)
_ : Tidak terdeteksi (Not detected)
# : Untuk masing-masing jenis lihat Tabel 1 mengenai bagian tumbuhan yang digunakan (For each of the species more details, please see
Table 1regarding the parts of such plant being used)

132
Kandungan Bahan Aktif dan Toksisitas Tumbuhan Hutan asal Sulawesi Utara yang Berpotensi sebagai Obat (Lis Nurrani et al.)

Golongan senyawa`steroid/triterpenoid tumbuhan yang mengandung alkaloid, yaitu


merupakan komponen aktif dari tumbuhan yang senyawa yang berpotensi sebagai anti kanker.
telah digunakan untuk mengobati beberapa Sedangkan senyawa flavonoid terdapat pada
penyakit dan digunakan dalam bidang farmasi ekstrak daun lingkube, daun yantan, kulit
untuk pembuatan obat-obat kontrasepsi, anabolik, ketapang, kulit kayu manumpang, batang
dan antiinflamasi (Robinson, 1995). Salah satu jenis tanduk rusa, akar kayu gimto, akar rumput balsem
tumbuhan yang mengandung senyawa steroid/ dan akar cakar kucing. Dalam penelitian ini
triterpenoid dan telah dimanfaatkan masyarakat sembilan jenis tumbuhan yang sering
luas adalah daun sirsak (Annona muricata L), dimanfaatkan sebagai obat kanker terbukti
dimana jenis ini dipercaya dapat menyambuhkan positif terhadap alkaloid atau flavonoid,
penyakit kanker. Hasil penelitian menunjukkan meskipun kedua senyawa tersebut tidak
bahwa daun lingkube dan batang tanduk rusa ditemukan secara bersamaan dalam satu jenis
mengandung steroid/triterpenoid. Senyawa ekstrak tumbuhan yang sama.
steroid juga teridentifikasi pada daun yantan, luhu Tabel 3 juga menunjukkan bahwa daun
dan kuhung-kuhung. lingkube, akar rumput balsam dan akar cakar
Terpenoid memiliki efek pengobatan terhadap kucing mengandung flavonoid dan saponin,
penyakit malaria (Sangi, et al., 2008). Ekstrak artinya kedua spesies ini memiliki potensi sebagai
tumbuhan yang positif terhadap terpenoid adalah obat hipertensi dan diabetes. Senyawa yang sama
lingkube dan tanduk rusa. Tumbuhan yang juga ditemukan pada biji Mahoni (Switenia
dimanfaatkan masyarakat Sulawesi Utara dalam mahagoni Jacq ) yang telah terbukti dapat
mengobati penyakit malaria adalah batang tanduk menurunkan hipertensi dan diabetes (Dalimartha,
rusa yang diketahui positif terhadap senyawa 2001). Selanjutnya senyawa flavonoid dan tannin
terpenoid. Sedangkan lingkube dimanfaatkan yang terdapat pada kulit ketapang, kulit kayu
sebagai obat kanker dan tumor. manumpang, batang tanduk rusa dan akar cakar
Menurut Arcuri (2004) Saponin dapat kucing juga berpotensi dapat menurunkan gula
mengurangi resiko ater oskler osis karena darah. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan
kemampuannya dalam mengikat kolesterol. oleh Studiawan dan Santosa (2005) pada daun
Tumbuhan yang positif mengandung saponin salam (Euginia polyantha Wight) yang positif
antara lain lingkube, kayu manumpang, tanduk senyawa flavonoid dan tannin terbukti dapat
rusa, cakar kucing dan rumput balsam. menurunkan kadar gula darah mencit yang
Dalam pengobatan, salah satu fungsi tanin diinduksi dengan aloksan.
adalah menghentikan pendarahan dan mengobati
luka bakar, menghentikan infeksi pada luka bakar D. Toksisitas
saat internal healing berjalan. Tanin mampu
Nilai toksisitas merupakan sebuah parameter
membuat lapisan pelindung luka dan ginjal. Tanin
dalam mengindikasikan bahwa ekstrak tumbuhan
digunakan sejak lama sebagai pengobatan cepat
mampu memberikan sifat toksik sebagai bahan
terhadap penderita disentri, diare, pendarahan dan
baku biofarmaka. Uji toksisitas sangat penting
mereduksi ukuran tumor. Berdasarkan hasil
dilakukan guna mengukur dan mengevaluasi
penelitian, tanin terhidrolisis dilaporkan memiliki
karakteristik toksik dari suatu bahan kimia. Nilai
efek antidiabetes dengan menghambat enzim
ambang batas toksisitas yang diperkenankan
tirosinase pengganggu insulin (Saifudin et al.,
dilihat dari nilai Lethality Concentration 50% (LC50)
2011). Tabel 3 menunjukkan ekstrak tumbuhan
yang positif terhadap tannin adalah ketapang, yaitu kurang dari 1000 ppm, artinya jika suatu
luhu, kuhung-kuhung, kayu manumpang, tanduk ekstrak tumbuhan memiliki nilai Lc50 lebih dari
rusa, dan cakar kucing. 1000 ppm maka tidak efektif dimanfaatkan
Senyawa bioaktif yang berperan sebagai anti sebagai bahan baku obat. Meyer et al., (1982)
kanker adalah peptida, oligosakarida, alkaloid mengemukakan bahwa suatu ekstrak bersifat
dan polifenol (Winarno. 2003). Polifenol meliputi toksik (bioaktif) dalam uji toksisitas jika dapat
beberapa golongan senyawa, salah satunya menyebabkan kematian hewan uji (larva Artemia
adalah golongan flavonoid (Zaini, 2006). salina Leach) sebanyak 50% pada konsentrasi
Berdasarkan Tabel 3 kulit kayu lawang adalah kurang dari 1000 ppm.

133
Penelitian Hasil Hutan Vol. 32 No. 2, Juni 2014: 123-138

Tabel 4. Nilai toksisitas beberapa tumbuhan pada 3 jenis pelarut


Table 4. Toxicity value of several plant species in 3 solvents
Ekstrak herbal Pelarut/Nilai toksisitas (Solvents/Toxicity value) LC50 (ppm)
No.
(Herbal extract) n-butanol Etil asetat Petroleum eter
1 Daun lingkube 497,98 917 1616,24
2 Daun yantan 509,99 276,06 549,21
3 Kulit ketapang 910,41 1771,40 334,82
4 Daun luhu 1015,42 1633,84 1203,99
5 Daun kuhung -kuhung 514,58 988,85 68,33
6 Kulit kayu manumpang 1588,62 1845,21
7 Batang tanduk rusa 710,49 614,99 1006,07
8 Kulit kayu lawang 890,57 305,06
9 Akar rotan tikus 211,27 1344,41 754,87
10 Akar kayu ginto 506,17 702,99 1151,93
11 Kulit nanamuha 1913,62 1179,36 879,97
12 Batang tebang 1097,08 1361,05
Keterangan (Remarks) :
LC50 < 1000 ppm : Toksik (Toxic)
LC50 > 1000 ppm : Tidak toksik (Not toxic)

Uji toksisitas merupakan metode penting gunakan pelarut yang sesuai dengan sifat dasar
untuk mengetahui apakah suatu tumbuhan masing-masing tumbuhan. Tumbuhan yang
memiliki khasiat obat atau tidak, uji ini juga menunjukkan toksisitas tinggi menggunakan
bertujuan untuk menjamin keamanan bahan baku pelarut n-butanol adalah daun lingkube, akar
ekstrak yang digunakan. Hal ini dilakukan untuk rotan tikus dan akar kayu gimto. Tumbuhan yang
menjamin obat herbal memiliki mutu yang menunjukkan toksisitas tinggi menggunakan
terukur, terjaminnya keamanan serta terbebas dari pelarut etil asetat adalah daun yantan, batang
bahan dan mikroba berbahaya. tanduk rusa dan kulit kayu lawang. Sedangkan
Perlakuan pelarut yang berbeda pada proses tumbuhan yang menunjukkan toksisitas tinggi
ekstraksi dengan menggunakan metode maserasi menggunakan pelarut petroleum eter adalah kulit
bertujuan untuk mendapatkan pelarut terbaik ketapang, daun kuhung-kuhung dan kulit
yang sesuai dengan sifat dasar masing-masing nanamuha.
ekstrak tumbuhan. Sehingga dapat dijadikan Semakin kecil nilai LC50, semakin tinggi
dasar pada pengujian berikutnya. Pelarut yang bioaktivitas suatu ekstrak. Ekstrak yang
digunakan mewakili pelarut polar n-butanol, menghasilkan nilai LC50 terendah adalah ekstrak
pelarut semi polar etil asetat dan pelarut non polar petroleum eter daun kuhung-kuhung, ekstrak n-
petroleum eter. butanol akar rotan tikus dan ekstrak etil asetat
Tabel 4 menunjukkan bahwa 9 dari 12 ekstrak daun yantan, dengan nilai LC50 berturut-turut
simplisia tumbuhan memiliki potensi bioaktivitas 68,33 ppm, 211,27 ppm dan 276,06.
yang ditandai dengan nilai toksisitas LC50 <1000 Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa terdapat
ppm. Jenis tersebut adalah lingkube, yantan, tiga jenis tumbuhan yang toksik pada ketiga
ketapang, luhu, kuhung-kuhung, tanduk rusa, pelarut, namun ada juga ekstrak tumbuhan yang
kayu lawang, rotan tikus dan kayu gimto. Dengan toksik hanya pada salah satu atau dua dari ketiga
demikian kesembilan ekstrak tumbuhan tersebut pelarut. Tumbuhan yang memberikan efek toksik
dapat dikatakan berkhasiat sebagai obat. pada ketiga pelarut adalah daun kuhung-kuhung,
Simplisia tumbuhan akan menunjukkan daun yantan dan kulit kayu lawang. Meskipun
toksisitas tertinggi (LC50 terendah) jika meng- daun kuhung-kuhung memberikan efek toksik

134
Kandungan Bahan Aktif dan Toksisitas Tumbuhan Hutan asal Sulawesi Utara yang Berpotensi sebagai Obat (Lis Nurrani et al.)

dengan ketiga pelarut yang berbeda, namun nilai baku herbal. Hal ini penting dilakukan mengingat
LC50 terendah (68,33 ppm) didapat dari ekstrak penggunaan obat tradisional yang dilakukan oleh
petroleum eter (PE) artinya pelarut yang paling masyarakat masih bersifat empiris.
mendekati sifat kepolaran ekstrak daun kuhung-
kuhung adalah PE.
Ekstrak petroleum eter daun kuhung-kuhung DAFTAR PUSTAKA
memiliki toksisitas tertinggi, Meyer et al., (1982)
menyatakan bahwa hasil uji toksisitas dengan Albuntana, A., Yasman dan W. Wardana. (2011).
metode BSLT mempunyai hubungan positif Uji toksisitas ekstrak empat jenis teripang
dengan toksisitas terhadap sel kanker. Nilai suku Holothuriidae dari Pulau Penjaliran
keaktifan (crude extract) dari ekstrak PE kuhung- Timur, Kepulauan Seribu, Jakarta. Jurnal
kuhung dapat dikatakan sangat aktif karena Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis 3(1):
mendekati nilai standar keaktifan dari NCI 6572. Bogor.
( National Cancer Institute ). NCI Amerika Arcuri, P.B. 2004. Animal Science 625. Nutritional
menyatakan bahwa standar efektifitas komponen Toxicolog y. Phenolic Toxicants.
bioaktif untuk melawan sel kanker adalah ≤ 30 http://www.ansci.cornel.edu. Diakses
ppm (Albuntana et al, 2011). Ekstrak lain yang tanggal 28 November 2013.
mendekati nilai ini adalah ekstrak n- butanol rotan
tikus, ekstrak etil asetat yantan, ekstrak etil asetat Astuti, M. D. 2001. Penapisan metabolit sekunder
kayu lawang dan ekstrak PE ketapang berturut- pada limbah ekstrak air tubuh Ganoderma
turut sebesar 211,27 ppm; 276,06 ppm, sebesar lucidum dengan uji toksisitas larva udang
305,06 ppm dan 334,82 ppm. (Artemia salina Leach). Bogor: Skripsi
Ekstrak tebang, nanamuha dan kayu Fakultas MIPA Institut Pertanian Bogor.
manumpang pada ketiga pelarut tidak mem- Chaidir, A. 2010. Obat hepatitis dari Papua.
berikan sifat toksik pada larva Artemia salina Trubus Edisi 484 Maret 2010-XLI:94-95.
Leach. Hal ini mengindikasikan bahwa ketiga Depok.
jenis ekstrak ini tidak memiliki potensi aktivitas
Dalimartha, S. (2001). Resep Tumbuhan obat
toksik sebagai bahan obat alami.
untuk reumatik. Jakarta: Penebar Swadaya.
Harborne, J.B. (1987). Metode fitokimia penuntun
IV. KESIMPULAN DAN SARAN cara modern menganalisis tumbuhan. Bandung:
Institut Teknologi Bandung Press.
A. Kesimpulan Harianto, G.R. 2010. Pengaruh Pemberian
Crotalaria striata Dc, Dischidia imbricata Steud, Ekstrak Daun Ketapang (Terminalia catappa)
Blumea chinensis Dc, Cinnamomum cullilawan Bl, d a n K e t o k o n a z o l 2 % Te r h a d a p
Terminalia catappa L dan Tanduk rusa mengandung Pertumbuhan Candica albicans Secara In
senyawa alkaloid, flavonoid dan steroid/ Vitro Pada Kandidiasis Vulvovaginalis.
triterpenoid yang berpotensi untuk dikembang- Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas
kan lebih lanjut sebagai antikanker. Sedangkan Diponegoro. Semarang.
Dischidia imbricata Steud, Tanduk rusa, Polygala International Union Against Cancer (UICC).
paniculata L, Acalypha indica L, Terminalia catappa 2009. Cancer In The World. (http://www.
L dan Loranthus globulus Jacq memiliki potensi depkes.go.id). Diakses tanggal 5 Desember
untuk dikembangkan sebagai penurun gula darah 2013.
(antidiabetes) dan tekanan darah tinggi (hiper-
Kementerian Kesehatan. (2010). Jika tidak
tensi).
dikendalikan 26 Juta orang di dunia menderita
kanker. (http://www.depkes.go.id). Diakses
B. Saran
tanggal 5 Desember 2013.
Perlu dilakukan pengujian lanjutan secara
mendalam untuk validitas data dan khasiat guna Meyer, B.N., Ferrigni, N.R., Putnam, J.E.,
mendukung keamanan dan keefektifan bahan Jacobsen, L.B., Nicholas, D.E., and

135
Penelitian Hasil Hutan Vol. 32 No. 2, Juni 2014: 123-138

McLaughlin, J.L. (1982). Brine Shrimp : a Saputra, K,. Maat, dan Soedoko. (2000). Terapi
Convenient General Bioassay for Active Biologi Untuk Kanker, Surabaya: Airlangga
Plant Constituents. Journal of Medicinal Plant Press.
Research 45:31-34. Nigeria. Simanjuntak, P. (2013). Strategi Pencarian Senyawa
Muharso. (2000). Kebijakan pemanfaatan tumbuhan Bioaktif Baru Dari Sumber Bahan Alami
obat Indonesia. Makalah seminar “Tumbuhan Tumbuhan. Puslit Bioteknologi-LIPI. Bogor.
Obat di Indonesia”, Kerjasama Indonesian www.jifi.ffupp.org. Diakses tanggal 14
Resource Center for Indigenous Know- Februari 2013.
ledge (INRIK). Bandung: Universitas Studiawan, H dan M.H. Santosa. 2005. Uji
Padjajaran dan Yayasan Ciungwanara Aktivitas Penurun Kadar Glukosa Darah
dengan Yayasan KEHATI. 26-27 April 2000. Ekstrak Daun Eugenia polyanthapada Mencit
Pramono, E. (2002). Perkembangan dan prospek yang Diinduksi Aloksan. Surabaya: Media
industri obat tradisional Indonesia. Prosiding Kedokteran Hewan 21(2) Mei 2005.
Seminar Nasional “Tumbuhan Obat Indonesia Sukandar, E.Y., R.Andrajati, J.I. Sigit, I.K.
XXI” tanggal 2728 Maret 2002. Surabaya: Adnyana, A.P. Setiadi dan Kusnandar.
Fakultas Farmasi Universitas Surabaya. (2009). ISO Farmakoterapi. Jakarta: PT ISFI
Robinson, T. (1995). Kandungan Organik Penerbitan.
Tumbuhan Tinggi. Terjemahan Prof. Dr. Wenas, J. (2007). Sejarah dan Kebudayaan Minahasa.
Kosasih Padmawinata. Bandung: Institut Institut Seni dan Budaya Sulawesi Utara,
Teknologi Bandung Press. Manado: Terbitan Pertama.
Saifudin, A., V. Rahayu dan H.Y. Teruna. (2011). Winarno, H. (2003). Senyawa Antikanker dari
Standarisasi Bahan Obat Alam. Edisi Benalu Teh. Jakarta: Kompas edisi 30
Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu. Oktober 2003.
Sangi, M., M.R.J Runtuwene., H.E.I Simbala, dan Zaini, R. (2006). Isolasi komponen bioaktif flavonoid
V.M.A. Makang. (2008). Analisis Fitokimia dari tanaman daun dewa (Gynura pseudochina
Tumbuhan Obat di Kabupaten Minahasa Lour DC). Tesis. Bogor: Sekolah
Utara. Jurnal Chemical Program 1(1): 47-53. Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Manado.

136
Kandungan Bahan Aktif dan Toksisitas Tumbuhan Hutan asal Sulawesi Utara yang Berpotensi sebagai Obat (Lis Nurrani et al.)

Lampiran 1. Gambar tumbuhan hutan berpotensi sebagai obat kanker dan penyakit infeksi
lainnya
Appendix 1. Figure ilustrating the forest plants indicatively potential ascancer drugs and
otherinfectious diseases

Ketapang (Terminalia catappa L) Tanduk rusa(Tendril lianas)

Tebang (Drynaria spaciora Moore) Kuhung-kuhung (Crotalaria striata Dc)

Nanamuha (Bridelia monoica Blume) Kayu gimto (Ligodyum sp.)

137
Penelitian Hasil Hutan Vol. 32 No. 2, Juni 2014: 123-138

Lampiran 1. Lanjutan
Appendix 1. Continued

Cakar kucing (Acalypha indica L) Yantan (Blumea chinensis Dc)

Loranthus globulus Jacq Rumput balsam (Polygala paniculata L)

Lingkube (Dischidia Rotan tikus Luhu Kayu lawang


imbricata Steud) (Flagellaria indica L) (Crotalaria retusa L) (Cinnamomum
cullilawan Bl)

138

View publication stats

Vous aimerez peut-être aussi