Vous êtes sur la page 1sur 19

AKUNTANSI KEPERILAKUAN

Pertemuan I

“Pengantar Akuntansi Keperilakuan dan Tinjauan terhadap Ilmu Keperilakuan :


dalam Perspektif Akuntansi”

Oleh Kelompok 7 :

Pradnya Paramita (1607532097 / 09)

Ni Made Harista Dwi Anggreni (1607532099 / 11)

Ni Putu Krisna Dewi (1607532100 / 12)

Program Non Reguler

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Udayana

2018
PENGANTAR AKUNTANSI KEPERILAKUAN

1. Apa yang Dimaksud dengan Ilmu Akuntansi ?

Menurut Siegel dan Marconi (1989), akuntansi merupakan :

“... suatu disiplin jasa yang mampu memberikan informasi yang relevan dan tepat
waktu mengenai masalah keuangan perusahaan dan untuk membantu pemakai
internal dan eksternal dalam proses pengambilan keputusan ekonomi.”

Sementara itu, Accounting Principles Board (APB) System Statement No.4 mendefenisikan
akuntansi sebagai berikut :

“Akuntansi adalah suatu kegiatan jasa fungsinya adalah memberikan informasi


kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan,mengenai suatu entitas ekonomi yang
dimaksudakan untuk digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi,sebagai
dasar dalam memilih di antara beberapa alternatif.”

Terlepas dari sesuai tidaknya definisi-definisi diatas, perspektif yang lebih luas ditawarkan
oleh american Accounting Association (AAA) mendefinisikan akuntansi sebagai suatu proses
pengidentifikasian,pengukuran dan pengomunikasian informasi ekonomi untuk
memungkinkan pembuatan pertimbangan dan keputusan berinformasi oleh pemakai
informasi dan yang terkini.

Dalam definisi APB, akuntansi didefinisikan dengan acuan pada konsep informasi
kuantitatif yaitu “akuntansi adalah aktivitas jasa”. Fungsinya adalah menyediakan informasi
kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan, mengenai entitas ekonomi yang diperkirakan
bermanfaat dalam proses pengambilan keputusan-keputusan ekonomi, yaitu dalam
menentukan pilihan di antara alternatif-alternatif yang ada, baik dalam konteks program kerja
maupun dalam tindakan.

Pemakai internal dari informasi akuntansi adalah organisasi yang memiliki garis dan
staf personil, yang memandang laporan akuntansi sebagai landasan yang melibatkan
pendanaan, penginvestasikan, dan pengambilan keputusan operasional. Pemakai eksternal
meliputi sejumlah kelompok pemegang saham, kreditor, serikat buruh, analis keuangan, dan
para agen pemerintah. Dengan demikan, informai keuangan melaui laporan keuangan sebagai
hasil dari sitem informasi keuangan memiliki tujuan yang beberapa diantaranya adalah :

1. Menyediakan informasi laporan keuangan yang dapat dipercaya dan bermanfaat


bagi investor serta kreditor sebagai dasar pengambilan keputusan dan pemberian
kredit.
2. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan perusahaan dengan
menunjukan sumber-sumber ekonomi (kekayaan) perusahaan serta asal dari
kekayaan tersebut.
3. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan yang dapat menunjukan
kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba.
4. Menyediakan informasi keuangan yang dapat menunjukan kemampuan
perusahaan dalam melunasi utang-utangnya.
5. Menyediakan informasi keuanagan yang dapat menunjukan sumber-sumber
pendanaan perusahaan.
6. Menyediakan informasi yang dapat membantu para pemakai dalam
memperkirakan arus kas masuk kedalam perusahaan.

1.1 Akuntansi Sebagai Suatu Sistem Informasi

Akuntansi menjadi yang terdepan dan berperan penting dalam menjalankan ekonomi dan
sistem sosial kita. Seperti dalam pembahasan sebelum nya tujuan utama akuntansi adalah
melahirkan informasi keuangan melalui proses sebagai pengambilan keputusan,sedangkan
sistem dapat diartikan sebagai suatu kesatuan yang kompleks dan bentuk dari berbagai
komponen yang saling berkaitan. Karakteristik sistem secara keseluruhan harus memiliki
sasaran, input output, dan lingkungan untuk mencapai target geser yang telah ditetapkan.

1.2 Akuntansi adalah Sistem

Manajemen, pengguna dan personel sistem diperlukan dalam pengembangan sistem.


Umumnya kelompok perancang atau tim proyek pengembangan sistem meliputi para
pemakai, analis, dan wakil manajemen untuk mengidentifikasikan kebutuhan pemakai sistem,
mengembangkan spesifikasi teknis dan mengimplementasikan sistem baru. Keterlibatan
karyawan perlu di lakukan secara terus menerus setelah sistem tersebut diimplementasikan.
Filosofi dari perancangan sistem berorientasi pada pemakai membantu untuk membentuk
perilaku dan pendekatan yang baik dalam pengembangan sistem dalam konteks
organisasional.

Disamping itu, dukungan manajemen puncak merupakan suatu faktor penting yang
menentukan efektivitas penerimaan sistem informasi dalam organisasi, jackson (1986)
mengemukakan beberapa alasan mengapa keterlibatan menejemen puncak dalam
pengembangan sistem informasi merupakan hal yang penting, yaitu:

1. Pengembangan sistem merupakan bagian perencanaan perusahaan


2. Manajemen puncak merupakan fokus utama dalam proyek pengembangan sistem
3. Manajemen puncak menjamin penekanan tujuan perusahaan dari pada teknis nya
4. Pemilihan sistem yang akan dikembangkan didasarkan pada kemungkinan
manfaat yang di peroleh
5. Keterlibatan manajemen puncak akan memberikan kegunaan dan pembuatan
keputusan yang lebih baik dalam pengembangan sistem

Dukungan manajemen puncak sebenarnya harus ada pada semua tahap pengembangan
sistem, yaitu dari tahap perencanaan strategi, tahap perencanaan sistem, sampai tahap
implementasi. Ukuran keterlibatan manajemen puncak dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Keterlibatan Manajemen Puncak Dalam Pengembangan Sistem

Perencanaan Strategis Perencanaan Sistem Implementasi


a. Kandungan proses a. Pengendalian rencana
a. Integrasi Sistem
perencanaan strategis implementasi
b. Tingkat rincian rencana
b. Kegunaan rencana b. Keterbatasan sumber daya
proyek
c. Pencapaian tujuan
c. Keterpaduan dalam rencana c. Integrasi hardware
perencanaan
d. Pengkoordinasian tindakan
d. Perencanaan proyek
perencanaan
Keterlibatan pemakai dalam pengembangan sistem informasi adalah bagian integral dari
kesuksesan suatu sistem informasi. Keterlibatan pemakai ini harusnya ada pada semua tahap
yang dinamakan siklus hidup pengembangan sistem. Tahapan tersebut adalah perencanaan,
analisis, perancangan, implementasi dan pascaimplementasi. Untuk mengukur keterlibatan
pemakai ini, ives dan olson (1984) mengemukakan enam tingkatan keterlibatan pemakai
dalam pengembangan sistem informasi, yaitu:

1. Tidak ada keterlibatan (no-involvement).


2. Keterlibatan simbolis (symbolic involvemen).
3. Keterlibatan atas saran orang lain (involvement by advice).
4. Keterlibatan dengan pengendalian yang lemah (involvement by weak control).
5. Keterlibatan dengan melakukan (involvement by doing).
6. Keterlibatan dengan pengendalian yang kuat (involvement by stong control).

1.3 Akuntansi adalah Informasi

Akuntansi juga dapat dipandang sebagai suatu informasi, suatu fenomena menjadi menarik
dengan adanya jargon yang menyatakan bahwa menguasai informasi berarti akan menguasai
dunia dan siapa yang menguasai informasi akan memenangkan persaingan. Penguasaan
informasi menjadi sangat dominan, bahkan informasi telah diakui sebagai salah satu sumber
daya, oleh karena itu perusahaaan harus berupaya untuk mengoptimalkan peran informasi ini
untuk mencapai tujuan.

Tahapan-tahapan dalam pengembangan sistem tersebut seperti di utarakan oleh Bodnar dan
Hopwood (1995) yang terdiri atas:

1. Perencanaan dan analisis sistem yang meliputi formulasi dan evaluasi solusi-
solusi masalah sistem dan penekanannya pada tujuan keseluruhan sistem.
2. Perencanaan sistem, yaitu proses menspesifikasikan rincian solusi yang dipilih
oleh proses analisis sistem.
3. Implementasi sistem, yaitu proses menempatkan rancangan prosedur-prosedur dan
metode baru atau revisi ke dalam operasi.

Sebagai sistem informasi, akuntansi juga sering disebut "bahasa bisnis" yang dapat
menyediakan atau memberikan informasi penting mengenai kegiatan ekonomi. Dikatakan
seperti itu sebab akuntansi dapat berperan sebagai media komunikasi yang
mengkomunikasikan berbagai fenomena, gejala, dan peristiwa ekonomi yang terjadi disuatu
organisasi bisnis kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan fenomena, gejala dan
peristiwa ekonomi tersebut.

2. Perkembangan Akuntansi Keperilakuan

American Accounting Assosiation’s Committes berdasarkan pada Behavioral Science Content


of the Accounting Curriculum mengembangkan lingkup dan definisi dari “Ilmu
Keperilakuan” sebagai berikut.

Ilmu keperilakuan adalah penemuan yang relatife baru. Konsep tersebut begitu luas
sehingga lingkup dan isinya lebih baik digambarkan dari awal. Ilmu keperilakuan
mencakup bidang riset apapun yang mempelajari, baik melalui metode
eksperimentasi maupun observasi, perilaku manusia dalam lingkungan fisik maupun
sosial.

Tujuan ilmu keperilakuan adalah memahami, menjelaskan, dan memprediksikan perilaku


manusia sampai pada generalisasi yang ditetapkan mengenai perilaku manusia yang didukung
oleh bukti empiris yang dikumpulkan secara impersonal oleh ilmuwan lainnnya yang tertarik.

3. Akuntansi Keperilakuan

3.1 Pengantar Akuntansi Keperilakuan

Ilmu akuntanis merupakan ilmu yang selalu berkembang. Perkembangan ilmu akuntansi
seiring dengan perkembangan dunia bisnis saat ini. Pada perkembangannya, akuntansi
berperan dalam menghasilkan informasi keuangan maupun non-keuangan yang digunakan
oleh para pemakainya dalam proses pengambilan keputusan bisnis. Oleh karena itu, akuntansi
keperilakuan dapat didefinisikan sebagai :

“...subdisiplin ilmu akuntansi yang melibatkan aspek-aspek keperilakuan manusia


terkait dengan proses pengambilan keputusan ekonomi.”
3.2 Perkembangan Sejarah Akuntansi Keperilakuan

Sejak tahun 1950-an, beberapa riset akuntansi mulai mencoba menghubungkan


akuntansi aspek perilaku. Hal ini dimulai oleh Argyris pada tahun 1952. Selain itu, Binberg
dan Shields (1989) mengklasifikasikan riset akuntansi keperilakuan dalam lima aliran
(school), yaitu pengendalian manajemen (management control), pemrosesan informasi
akuntansi (accounting information processing), desain sistem informasi (information system
design), riset audit (audit research), dan sosiologi organisasional (organizational sociology).

Pada awal perkembangannya, riset akuntansi keperilakuan menekankan pada aspek


akuntasi manajemen, khususnya budgeting. Namun, cakupannya terus berkembang dan
bergeser kearah akuntansi keuangan , system informasi akuntansi, dan audit. Riset akuntansi
keperilakuan telah berkembang sedemikian rupa sehingga tinjauan literatur telah menjadi
terspesialisasi dengan lebih memfokuskan diri pada atribut keperilakuan yang spesifik seperti
porses kognitif, atau riset keperilakuan pada satu topik khusus seperti audit sebagai tinjauan
analitis (analytical review).

Perkembangan yang pesat dalam akuntansi keperilakuan lebih disebabkan akuntansi


secara stimulant dihadapkan dengan ilmu-ilmu sosial yang lain secara menyeluruh. Pada
gilirannya akuntansi keperilakuan diyakini dapat menjadi suatu terobosan yang baik dalam
pengukuran bisnis dan informasi yang memungkinkan para direktur (Chief Executive Officer-
CEO), direktur keuangan (Chief Financisl Officer-CFO) dan penyusun rencana strategis
lainnya untuk mengoptimalkan keputusan yang diambil. Akuntansi keperilakuan
menyediakan suatu kerangka yang disusun berdasarkan teknik berikut :

1) Untuk memahami dan mengukur dampak proses bisnis terhadap orang-orang dan
kinerja perusahaan
2) Untuk mengukur dan melaporkan perilaku serta prndapat yang relevan terhadap
perencanaan strategis
3) Untuk mempengaruhi pendapat dan perilaku guna memastikan keberhasilan
implementasi kebijakan perusahaan.
3.3 Peran Riset Terhadap Akuntansi Keperilakuan

Riset akuntansi keperilakuan merupakan suatu bidang baru yang secara luas berhubungan
dengan perilaku individu, kelompok, dan organisasi bisnis, terutama yang berhubungan
dengan proses informasi akuntansi dan audit. Studi terhadap perilaku akuntan atau perilaku
dari non akuntan telah banyak dipengaruhi oleh fungsi akuntan dan laporan (Hofstede dan
Kinerd, 1970). Riset akuntansi keperilakuan meliputi masalah yang berhubungan dengan:

1) Pembuatan keputusan dan pertimbangan oleh akuntan dan auditor.


2) Pengaruh dari fungsi akuntansi seperti partisipasi dalam penyusunan anggaran,
karakteristik sistem informasi, dan fungsi audit terhadap perilaku baik karyawan,
manajer, investor, maupun Wajib Pajak.
3) Pengaruh dari hasil fungsi tersebut, seperti informasi akuntansi dan pengunaan
pertimbangan dalam pembuatan keputusan.

4. Landasan Teori Dan Pendekatan Akuntansi Keperilakuan

4.1 Dari Pendekatan Normatif ke Deskriptif


Pada awal perkembangannya, desain riset dalam bidang akuntansi manajemen masih
sangat sederhana, yaitu focus pada masalah perhitungan harga pokok produk. Seiring dengan
perkembangan teknologi produksi, permasalahan riset diperluas dengan diangkatnya topik
mengenai penyusunan anggaran, akuntansi pertanggungjawaban (responsibility accounting),
dan masalah harga transfer (transfer pricing). Meskipun demikian, berbagai riset tersebut
masih bersifat normative karena hanya mengangkat permasalahan mengenai desain
pengendalian manajemen dengan berbagai model matematis, tanpa melibatkan faktor – faktor
lain yang memengaruhi efektivitas desain pengendalian manajemen, seperti perilaku manusia
serta kondisi lingkungan organisasi.
Sejak tahun 1950-an, tepatnya sejak C.Argyris menerbitkan risetnya pada tahun 1952,
desain riset akuntansi manajemen mengalami perkembangan yang signifikan dengan
dimulainya usaha untuk menghubungkan desain sistem pengendalian manajemen suatu
organisasi dengan perilaku manusia. Sejak riset Argyris yang berjudul “The Impact of
Budget on People”, suatu studi yang disponsori oleh The Controllership Foundation Cornell
University School of Business and Public Administrative, sejarah penelitian akuntansi
keperilakuan mulai berkembang.
Riset tersebut menguji peranan informasi akuntansi menggunakan “reliance on
accounting performance measures” (RAPM) sebagai alat untuk mencari jawaban atas dugaan
bahwa informasi akuntansi yang digunakan perusahaan berpengaruh negatif terhadap
karyawannya. Kesimpulan risetnya menyebutkan bahwa RAPM dapat menimbulkan dampak
negatif yang menyebabkan munculnya perilaku disfungsional, seperti ketegangan, dendam,
curiga, khawatir, dan kurang percaya diri.
Pada tahun 1978, riset Hopwood diulang oleh Otley (1978) dengan temuan yang
berbeda. Pertama, Otley tidak dapat membuktikan penemuan Hopwood bahwa ketegangan
bawahan akan semakin meningkat dengan gaya keterbatasan laba. Kedua, Otley menemukan
bahwa kinerja manajer lebih baik dengan gaya keterbatasan laba. Adanya penemuan yang
bertolak belakang tersebut mengundang banyak peneliti untuk menyelidiknya, hingga
kemudian digunakan teori kontinjensi dalam riset akuntansi.

4.2 Dari Pendekatan Universal ke Pendekatan Kontijensi


Riset akuntansi keprilakuan awalnya dirancang dengan pendekatan universal
(universalistic approach), seperti riset Argyris tahun 1952, Hopwood dan Otley. Namun,
karena pendekatan ini memiliki banyak kelemahan, maka segera muncul pendekatan lain,
yaitu pendekatan kontijensi (contingency approach).
Secara umum, teori ini menyatakan bahwa penyusunan dan penggunaan desain sistem
pengendalian manajemen bergantung pada karakteristik organisasi dan kondisi lingkungan
dimana sistem tersebut akan diterapkan. Teori ini menanggapi klaim dari pendekatan
universal yang menyatakan suatu sistem pengendalian bisa diterapkan dalam karakteristik
perusahaan dan kondisi lingkungan apapun. Pendekatan universal tersebut didasarkan pada
teori manajemen ilmiah (scientific management theory).
Berbagai riset yang menggunakan pendekatan kontijensi dilakukan dengan tujuan
mengidentifikasi berbagai variabel kontijensi yang memngaruhi perancangan dan
penggunaan sistem pengendalian manajemen. Secara ringkas, berikut berbagai variabel
kontijensi yang memengaruhi desain sistem pengendalian manajemen tersebut.

1. Ketidakpastian (uncertainty), seperti tugas, rutinitas, repetisi, dan faktor – faktor


eksternal lainnya.
2. Teknologi dan saling ketergantungan (technology and interdependence), seperti
proses produksi, produk massal, batch yang kecil atau besar, dan sebagainya.
3. Industri, perusahaan, dan unit variabel, seperti kendala masuk ke dalam industri, rasio
konsentrasi, dan ukuran perusahaan.
4. Strategi kompetitif (competitive strategy), seperti penggunaan biaya rendah atau
keunikan.
5. Faktor – faktor yang dapat diamati (observability factor), seperti desentralisasi,
sentralisasi, budaya organisasi, dan sebagainya.

Komplesksitas desain riset yang menggunakan pendekatan kontijensi bisa dibagi dalam
empat tingkatan. Pertama, desain riset yang menghubungkan satu variabel kontijensi dengan
satu variabel sistem pengendalian. Kedua, desain riset yang menguji interaksi antara satu
variabel kontijensu dan satu variabel sistem pengendalian terhadap variabel dependen tertentu
(variabel konsekuensi), seperti kinerja atau kepuasan kerja. Ketiga, desain riset yang menguji
interaksi antara satu variabel kontijensi dengan lebih dari satu variabel sistem pengendalian
manajemen terhadap variabel variabel konsekuensi. Terakhir, tingkat keempat, adalah desain
riset yang memasukkan berbagai variabel kontijensi untuk menentukan desain pengendalian
yang optimal.
Teori perilaku organisasi yang banyak digunakan dalam desain riset adalah teori motivasi
kerja (work motivation) dengan berbagai pendukungnya. Secara garis besar, ada tiga
golongan besar teori motivasi kerja, yaitu : 1) teori isi (content theories), 2) teori proses
(process theories) atau teori harapan (expextancy theories) yang lebih focus pada faktor –
faktor yang memengaruhi proses kognitif seseorang untuk bekera, serta 3) teori kontemporer
(contemporary theory). Teori isi terdiri atas hierarki kebutuhan (hierarchy of needs) Maslow;
teori dua faktor (two factor theory) Hezberg; serta teori ERG (ERG theory) Alderfer. Teori
proses adalah teori motivasi yang dikemukakan oleh Vroom serta Porter dan Lawler,
sementara teori kontemporer terdiri atas teori ekuitas (equity theory) dan teori atribusi
(attribution theory). Diantara berbagai teori motivasi tersebut, teori motivasi kerja yang
paling dominan digunakan dalam riset akuntansi keperilakuan adalah teori harapan dan teori
atribusi. Teori motivasi lain yang juga banyak digunakan adalah teori penetapan tujuan (goal
setting theory) yang dikemukakan oleh Edwin A. Locke.

5. Akuntansi Keperilakuan : Perluasan Logis dari Peran Akuntansi Tradisional

Pengambilan keputusan dengan menggunakan laporan akuntansi dapat menjadi lebih


baik jika laporan tersebut banyak mengandung informasi yang relevan. Akuntan mengakui
adanya fakta ini melalui prinsip akuntansi yang dikenal dengan pengungkapan penuh (full
disclosure).

Bentuk lanjut dari gambaran ekonomi suatu perusahaan secara logis memerlukan
aplikasi dari prinsip pengungkapan penuh. Untuk itu diperlukan suatu masukan informasi
keperilakuan guna melengkapi data keuangan dan data lain yang dilaporkan. Sejak
meningkatnya pengakuan terhadap beberapa aspek perilaku dan sosial dari akuntansi
belakangan ini, terdapat suau kecenderungan untuk memandang bagian akuntansi yang lebih
substansial secara lebih luas. Menurut pandangan para akuntan perusahaan dan masyarakat
akademis mulai mengambangkan perspektif mereka sendiri dalam mendekati beberapa
pengertian yang mendalam mengenai pemahaman atas perilaku manusia pada organisasi.
TINJAUAN TERHADAP ILMU KEPERILAKUAN : DALAM PERSPEKTIF
AKUNTANSI

1. Mengapa Mempertimbangkan Aspek Keperilakuan pada Akuntansi

Peningkatan ekonomi pada suatu organisasi dapat digunakan sebagai dasar memilih
informasi yang relevan terhadap pengambilan keputusan. Kesempurnaan teknis tidak pernah
mampu mencegah orang untuk menyadari bahwa tujuan akhir jasa akuntansi organisasi
bukan sekedar teknik yang didasarkan pada efektivitas dari segala prosedur akuntansi tetapi
juga bergantung pada bagaimana perilaku orang-orang di dalam perusahaan, naik sebagai
pemakai maupun pelaksana, dipengaruhi oleh informasi yang dihasilkannya.

1.1 Akuntansi adalah tentang manusia

Berdasarkan pemikiran perilaku, manusia dan factor social secara jelas didesain
dalam aspek-aspek oprasional utama dari seluruh system akuntansi. Dari pengalaman dan
praktik banyak manajer dan akuntan telah memperoleh pemahaman yang lebih dari sekedar
aspek manusia dalam tugas mereka. Bagaimanapun harus diakui bahwa banyak system
akuntansi masih dihadapkan pada berbagai kesulitan manusia yang tidak terhitung, bahkan
penggunaan dan penerimaan seluruh sistem akuntansi terkadang dapat menjadi meragukan.
Pertanggungjawaban dan pengambilan keputusan dilakukan atas dasar sudut pandang hasil
laporan mereka dan bukan atas dasar kontribusi mereka yang lebih luas terhadap efektivitas
organisasi. Sebagian prosedur saat ini juga dapat menimbulkan pembatasan yang tidak di
inginkan terhadap inisiatif manajerial. Prosedur dapat menjadi tujuan akhir itu sendiri jika
semata-mata dibandingkan dengan teknik organisasi yang lebih luas.

1.2 Akuntansi adalah tindakan

Dalam organisasi, semua anggota mempunyai peran yang harus dimainkan dalam
mencapai tujuan organisasi. Peran tersebut bergantung pada seberapa besar porsi tanggung
jawab dan rasa tanggung jawab anggota terhadap. Rasa tanggung jawab tersebut pada
sebagian organisasi dihargai dalam bentuk penghargaan tertentu. Dalam organisasi, masing-
masing mempunyai tujuan dan bertanggung jawab untuk mencapai tujuan organisasi tersebut.
Kesadaran dapat terwujud manakala mematuhi ketetapan dalam anggaran. Pencapaian tujuan
dalam bentuk kuantitatif juga merupakan salah satu bentuk tanggung jawab anggota
organisasi dlaam memenuhi keinginan untuk mencapai tujuan dan sasaran informasi.

2. Dimensi Akuntansi Keprilakuan

Akuntansi biasanya hanya terpusat pada pelaporan informasi keuangan. Selama


beberapa dekade terakhir, para akuntan dan manajer professional menyadari kebutuhan akan
tambahan informasi ekonomi yang dihasilkan system akuntansi. Oleh karena itu informasi
ditambah tidak hanya melaporkan data-data keuangan tetapi data-data non keuangan yang
terkait dalam proses pengambilan keputusan. Sehingga para akuntan wajar memasukkan
dimensi-dimensi keperilakuan dari berbagai pihak yang terkait dengan informasi yang
dihasilkan oleh system.

2.1 Lingkup akuntansi keperilakuan

Akuntansi keprilakuan berada dibalik peran akuntansi tradisional yang berarti


mengumpulkan, mengukur, mencatat dan melaporkan informasi keuangan. Dengan demikian,
dimensi akuntansi berkaitan dengan perilaku manusia dan juga dengan desain, konstruksi,
serta penggunaan suatu system informasi akuntansi yang efisien. Akuntansi keprilakuan,
dengan mempertimbangkan hubungan antara perilaku manusia dan system akuntansi,
menceminkan dimensi sosial dan budaya manusia dalam suatu organisasi. Ruang lingkup
akuntansi keprilakuan sangat luas yang meliputi antara lain : 1) Aplikasi dari konsep ilmu
keprilakuan terhadap disain kontruksi system akuntansi. 2) Studi reaksi manusia terhadap
format dan isi laporan akuntansi. 3) Dengan cara mana informasi diproses untuk membantu
pengambilan keputusan. 4) Pengembangan teknik pelaporan yang dapat mengkomunikasikan
perilaku-perilaku para pemakai data. 5) Pengembangan strategi untuk motivasi dan
mempengaruhi perilaku,cita-cita serta tujuan dari orang-orang yang menjalankan organisasi
pemakaian data.

Lingkup dari akuntansi keperilakuan dapat dibagi menjadi tiga bidang besar :

1) Pengaruh perilaku manusia berdasarkan desain, kontruksi, dan penggunaan system


akuntansi.
2) Pengaruh sistem akunatnsi terhadap perilaku manusia.
3) Metode untuk memprediksi dan strategi unuk mengubah perilaku manusia.

2.2 Aplikasi dari Akuntansi Keperilakuan

Sangatlah banyak keuntungan ekonomi dan keuntungan manusia yang didapat dari
pengenalan aspek keperilakuan dalam akuntansi. Riset menunjukkan bahwa jika seorang
Manager yang sadar terhadap aspek keperilakuan dari akuntansi akan memanggil orang-
orang yang terlibat guna menyelidiki lebih lanjut bagaimana mereka memandang inovasi
tersebut, apakah menguntungkan atau sebaliknya, dan apakah mereka takut dengan inovasi
itu.

Seorang akuntan keperilakuan pasti ingin mengetahui penyebab dari sikap dan
perilaku yang sepertinya akan diulang di masa mendatang. Jika yang terulang adalah perilaku
yang tidak diinginkan maka dapat disimpulkan terdapat proses penyusunan anggaran yang
tidak efesien. Oleh karena itu akuntan keperilakuan akan mendukung strategi untuk
mengubah keadaan perilaku untuk membuatnya sesuai dengan fungsi organisasi yang
diinginkan.

Untuk itu dapat disimpulkan tujuan dari akuntan keperilakuan adalah mengukur dan
mengevaluasi faktor-faktor keperilakuan yang relevan dan mengomunikasikan hasilnya guna
pengambilan keputusan internal dan eksternal.

3. Lingkup dan Sasaran Hasil Akuntansi Keperilakuan


Pengenalan alat hubungan timbal balik antara alat akuntansi dan perilaku telah
memunculkan modifikasi atas definisi akuntansi konvensional. Definisi akuntansi terbaru
dalam lingkaran professional akademis menyiratkan komunikasi dan pengukuran data
ekonomi untuk berbagai pemngambilan keputusan serta sasaran hasil keperilakuan lainnya.

4. Persamaan dan Perbedaan Ilmu Keperilakuan dan Akuntansi Keperilakuan


Ilmu keperilakuan merupakan bagian dari ilmu sosial, sedangkan akuntansi
keperilakuan merupakan bagian dari ilmu akuntansi dan pengetahuan keperilakuan. Oleh
karen itu, ilmuwan keperilakuan terlibat dalam riset dalam aspek – aspek teori motivasi,
kepuasan sosial, maupun bentuk sikap. Seentara itu, para akuntan keperilakuan, menerapkan
unsur – unsur khusus dari riset atau teori tersebut untuk menghasilkan hubungan dengan
situasi akuntansi yang ada. Namun, para akuntan keperilakuan tidak akan mempelajari
seluruh aspek tersebut karena sebagaian berada diluar batasan akuntansi. Meskipun demikian,
temuan studi antropologi membuktikan relevansi dalam menjelaskan hubungan antara orang
– orang dan sistem akuntansi sehingga para akuntan keperilakuan perlu mempertimbangkan
dengan seksama.
Adapun beberapa perbedaan spesifik antara akuntan keperilakuan dan ilmuwan
keperilakuan ditunjukkan dalam tabel berikut :
Beberapa Perbedaan antara Akuntan Keperilakuan dan Ilmuwan Keperilakuan
Perbedaan Akuntan Keprilakuan Ilmuwan Keprilakuan
Area keahlian Keutamaan akuntansi: Keutamaan ilmu sosial:
pengetahuan dasar ilmu sosial tidak ada pengetahuan
akuntansi
Kemampuan mendesain dan Bukan merupakan elemen Elemen kunci dalam
melaksanakan perencanaan utama dalam pelatihn pelatihan
proyek keperilakuan

Pengetahuan dan pemahaman Elemen kunci dalam pelatihan Bukan elemen utama dalam
terhadap pekerjaan organisasi pelatihan
bisnis secara umum dan
sistem akuntansi secara
khusus

Orientasi Profesional Ilmiah


Pendekatan masalah Praktik Teoritis dan praktik
Fungsi Melayani klien, menasihati Ilmu lanjutan dan
manajemen pemecahan masalah
Kepentingan dalam ilmu Terbatas terhadap akuntansi – Terbatas terhadap disiplin
keperilakuan terkait bidang yang luas dalam ilmu
keperilakuan

5. Perspektif Berdasarkan perilaku manusia : Psikologi, Sosiologi dan Psikologi Sosial

Menurut Robbins (2003), Ketiga hal tersebut, yaitu psikologi, sosiologi dan psikologi
sosial menjadi kontribusi utama dari ilmu keperilakuan. Ketiganya melakukan pencarian
untuk menguraikan dan menjelaskan perilaku manusia, walaupun secara keseluruhan mereka
memiliki perspektif yang berbeda mengenai kondisi manusia. terutama merasa tertarik
dengan bagaimana cara individu bertindak.

Seseorang dapat disebut sebagai sosiolog adalah orang yang mempelajari manusia
dalam hubungannya dengan sesama manusia. Fokusnya didasarkan pada tindakan orang-
orang ketika mereka bereaksi terhadap stimuli dalam lingkungan mereka, dan perilaku
manusia dijelaskan dalam kaitannya dengan ciri, arah dan motivasi individu. Keutamaan
psikologi didasarkan pada seseorang sebagai suatu organisasi. Psikologi, merupakan ilmu
pengetahuan yang berusaha mengukur, menjelaskan dan kadang mengubah perilaku manusia.
Para psikolog memperhatikan studi dan upaya memahami perilaku individual. Mereka yang
telah menyumbangkan dan terus menambah pengetahuan tentang perilaku organisasional
teoritikus pembelajaran, teoritikus keperibadian, psikologi konseling dan psikologi industri
dan organisasi.

Psikologi sosial adalah suatu bidang dalam psikologi, tetapi memadukan konsep-
konsep baik dari psikologi maupun sosiologi yang memusatkan perhatian pada perilaku
kelompok sosial. Penekanan keduanya adalah pada interaksi antara orang-orang dan bukan
pada rangsangan fisik. Perilaku diterangkan dalam hubungannya dengan ilmu sosial,
pengaruh sosial dan ilmu dinamika kelompok. Disamping itu para psikologi sosial
memberikan sumbangan yang berarti dalam bidang-bidang pengukuran, pemahaman, dan
perubahan sikap, pola komunikasi, cara-cara dalam kegiatan dapat memuaskan kebutuhan
individu dan proses pengambilan keputusan kelompok.

5.1 Kontribusi Berbagai Disiplin Ilmu

Ilmu akuntansi keperilakuan dibangun berdasarkan kontribusi dari sejumlah disiplin ilmu
keperilakuan seperti psikologi, sosiologi, psikologi sosial.

a. Psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang berusaha mengukur, mejelaskan dan


terkadang mengubah perilaku manusia. Para psikolog memperhatikan, mempelajari, dan
berupaya memehami perilaku individual.
b. Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang sifat masyarakat, perilaku masyarakat, dan
perkembangan masyarakat .Sosiologi merupakan cabang Ilmu Sosial yang mempelajari
masyarakat dan pengaruhnya terhadap kehidupan manusia
c. Psikologi Sosial merupakan dunia yang berkaitan dengan persoalan perasaan, motivasi,
kepribadian, dan sejenisnya yang berkaitan dengan individu. Sementara, sosiologi secara
umum cenderung berkaitan dengan persoalan kemasyarakatan .Kajian utama psikologi
adalah persoalan kepribadian, mental, perilaku, dan dimensi – dimensi lain yang ada
dalam diri manusia sebagai individu.
d. Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial.
Antropologi memiliki dua sisi holistik yang meneliti manusia pada tiap waktu dan tiap
dimensi kemanusiaan.
e. Ilmu Politik adalah cabang ilmu sosial yang membahas teori dan praktik serta deksripsi
dan analisis terhadap system politik dan perilaku politik. Ilmu ini berorientasi akademis,
teori dan riset. Ilmuwan politik mempelajari alokasi dan transfer kekuasaan dalam
pengambilan keputusan, peran dan system pemerintahan termasuk pemerintah dan
organisasi internasional, serta perilaku politik dan kebijakan publik.

6. Pengaruh Organisasi Terhdap Perubahan Perilaku


Perubahan adalah membuat sesuatu menjadi berbeda. Adapaun perubahan terencana
(planned change) merupakan kegiatan perubahan yang disengaja dan berorientasi tujuan.
Tujuan perubahan terencana tersebut adalah : (1) perubahan itu mengupayakan perbaikan
kemampuan organisasi untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan dan lingkungan, dan (2)
perubahan itu mengupayakan perubahan perilaku karyawan. Robbins dan Judge (2009)
mengemukakan bahwa yang bertanggungjawab untuk mengelola kegiatan perubahan adalah
agen perubahan, dimana agen perubahan tersebut bisa manajer atau bukan manajer, karyawan
atau konsultan luar. Sementara yang dapat diubah oleh agen perubahan pada hakikatnya
dapat dikelompokkan dalam empat kategori : struktur, teknologi, pengaturan (setting) fisik,
dan orang (sikap). Mengubah struktur mencakup membuat perubahan dalam hubungan
wewenang, mekanisme koordinasi, dan rancang ulanng pekerjaan. Mengubah teknologi
meliputi modifikasi dalam cara kerja yang diproses dan dalam metode serta peralatan yang
digunakan.
Mengubah setting fisik meliputi pengubahan ruang dan pengaturan tata letak dalam
tempat kerja. Mengubah orang mengacu pada perubahan alam sikap, keterampilan,
penghrapan, persepsi dan/atau perilaku karyawan. Kekuatan lingkungan (kondisi ekonomi,
karakteristik angkatan kerja, kualitas sosial) menyebabkan perubahan organisasi berubah dari
waktu ke waktu dan dari satu bisnis ke bisnis lainnya, namun proses perubahan itu sendiri
bersifat konstan. Terdapat toga contoh perubahan organisasi yang memiliki implikasi utama
terhadap pengelolaan sumber daya manusia dan sangat mungkin tetap berlangsung di abad
21, yaitu : (a) perubahan yang terus berlangsung ke arah startegi yang berfokus pada
konsumen dan kualitas menyeluruh, (b) restrukturisasi organisasi dan terus berlangsungnya
upaya perampingan perusahaan dan pemutusan hubungan kerja, dan (c) inisiatif untuk
merespon terhadap tuntutan angkatan kerja yang semakin beragam.
Pengaruh organisasi terhadap perubahan perilaku berkaitan dengan pengembangan
organisasi (organizational development). Pengembangan organisasi merupakan suatu
kumpulan intervensi perubahan terencana, yang dibangun diatas nilai – nilai humanistis-
demokratis, yang berupaya memperbaiki keefektifan organisasi dan kesejahteraan karyawan.
Focus utama teori dan praktik pengembangan organisasi adalah aspek sumber daya manusia
organisasi dan aspek sosial organisasi. Pengembangan organisasi hampir selalu berfokus pada
nilai (values), sikap (attitude), kepemimpinan (leadership), iklim organisasi (organization
climate), dan variabel manusia (people variables). Pembangunan organisasi
mengonsentrasikan pada perasaan (feelings) dan emosi (emotions), ide dan konsep,
menempatkan pentingnya pertimbangan pada keterlibatan indivual dan partisipasi.
Manusia bekerja dengan dibatasi oleh organisasi. Perilakunya dipengaruhi oleh
banyak faktor, termasuk ukuran organisasi dan struktur. Gaya kepemimpinan atau filosofi
manajemen, otoritas / hubungan pertanggungjawaban, hubungan status, dan norma kelompok
juga turut memengaruhi perilaku dan fungsi organisasi.
DAFTAR PUSTAKA

Lubis, Arfan Ikhsan. 2017. Akuntansi Keperilakuan. Edisi 2. Jakarta : Salemba Empat.

Vous aimerez peut-être aussi