Vous êtes sur la page 1sur 12

Latar Belakang Corporate Social Responsibility (CSR)

CSR adalah sebuah konsep yang tidak hadir secara instan. CSR merupakan hasil dari proses
panjang dimana konsep dan aplikasi dari konsep CSR pada saat sekarang ini telah mengalami
banyak perkembangan dan perubahan dari konsep-konsep terdahulunya.

Perkembangan CSR secara konseptual baru dikemas sejak tahun 1980-an yang dipicu sedikitnya
oleh 5 hal berikut:

1) Maraknya fenomena “take over” antar korporasi yang kerap dipicu oleh keterampilan
rekayasa finansial.
2) Runtuhnya tembok Berlin yang merupakan simbol tumbangnya paham komunis dan
semakin kokohnya imperium kapitalisme secara global.
3) Meluasnya operasi perusahaan multinasional di negaranegara berkembang, sehingga di
tuntut supaya memperhatikan: HAM, kondisi sosial dan perlakukan yang adil terhadap
buruh.
4) Globalisasi dan menciutnya peran sektor publik (pemerintah) hampir di seluruh dunia
telah menyebabkan tumbuhnya LSM (termasuk asosiasi profesi) yang memusatkan
perhatian mulai dari isu kemiskinan sampai pada kekuatiran akan punahnya berbagai
spesies baik hewan maupun tumbuhan sehingga ekosistem semakin labil.
5) Adanya kesadaran dari perusahaan akan arti penting merk dan reputasi perusahaan dalam
membawa perusahaan menuju bisnis berkelanjutan.

Pada tahun 1990-an muncul istilah corporate social reponsibility(CSR). Pemikiran yang
melandasi CSR yang sering dianggap inti dari etika bisnis adalah bahwa perusahaan tidak hanya
mempunyai kewajiban-kewajiban ekonomi dan legal (artinya kepada pemegang saham atau
shareholder) tetapi juga kewajiban-kewajiban terhadap pihak-pihak lain yang berkepentingan
(stakeholder) yang jangkauannya melebihi kewajiban-kewajiban di atas. Tanggung jawab sosial
dari perusahaan terjadi antara sebuah perusahaan dengan semua stakeholder, termasuk di
dalamnya adalah pelanggan atau customer, pegawai, komunitas, pemilik atau investor,
pemerintah, supplier bahkan juga kompetitor. Perkembangan CSR saat ini juga dipengaruhi oleh
perubahaan orientasi CSR dari suatu kegiatan bersifat sukarela untuk memenuhi kewajiban
perusahaan yang tidak memiliki kaitan dengan strategi dan pencapaian tujuan jangka panjang,
menjadi suatu kegiatan strategis yang memiliki keterkaitan dengan pencapaian tujuan perusahaan
dalam jangka panjang.

Di Indonesia wacana mengenai CSR mulai mengemuka pada tahun 2001, namun sebelum
wacana ini mengemuka telah banyak perusahaan yang menjalankan CSR dan sangat sedikit yang
mengungkapkannya dalam sebuah laporan. Hal ini terjadi mungkin karena kita belum
mempunyai sarana pendukung seperti: standar pelaporan, tenaga terampil (baik penyusun
laporan maupun auditornya). Di samping itu sektor pasar modal Indonesia juga kurang
mendukung dengan belum adanya penerapan indeks yang memasukkan kategori saham-saham
perusahaan yang telah mempraktikkan CSR. Sebagai contoh, New York Stock Exchange
memiliki Dow Jones Sustainability Index (DJSI) bagi saham-saham perusahaan yang
dikategorikan memiliki nilai corporate sustainability dengan salah satu kriterianya adalah praktik
CSR. Begitu pula London Stock Exchange yang memiliki Socially Responsible Investment
(SRI) Index dan Financial Times Stock Exchange (FTSE) yang memiliki FTSE 4Good sejak
2001.

CSR bukan saja sebagai tanggung jawab, tetapi juga sebuah kewajiban. CSR adalah suatu peran
bisnis dan harus menjadi bagian dari kebijakan bisnis. Maka,bisnis tidak hanya mengurus
permasalahan laba , tapi juga sebagai sebuah institusi pembelajaran. Bisnis harus mengandung
kesadaran sosial terhadap lingkungan sekitar.

Ada enam kecenderungan utama, yang semakin menegaskan arti penting CSR, yaitu :

1) Meningkatnya kesenjangan antara kaya dan miskin;


2) Posisi negara yang semakin berjarak pada rakyatnya;
3) Makin mengemukanya arti kesinambungan;
4) Makin gencar sorotan kritis dan resistensi publik, bahkan bersifat anti perusahaan.
5) Tren ke arah transparansi;
6) Harapan terwujudnya kehidupan lebih baik dan manusiawi pada era millennium baru.

Tak heran, CSR telah menjadi isu bisnis yang terus menguat. Isu ini sering diperdebatkan dengan
pendekatan nilai-nilai etika, dan memberi tekanan yang semakin besar pada kalangan bisnis
untuk berperan dalam masalah-masalah sosial, yang akan terus tumbuh. Isu CSR sendiri juga
sering diangkat oleh kalangan bisnis, manakala pemerintahan nasional di berbagai negara telah
gagal menawarkan solusi terhadap berbagai masalah kemasyarakatan

Namun, upaya penerapan CSR sendiri bukannya tanpa hambatan. Dari kalangan ekonom sendiri
juga muncul reaksi sinis. Ekonom Milton Friedman, misalnya, mengritik konsep CSR, dengan
argumen bahwa tujuan utama perusahaan pada hakikatnya adalah memaksimalkan keuntungan
(returns) bagi pemilik saham, dengan mengorbankan hal-hal lain. Ada juga kalangan yang
beranggapan, satu-satunya alasan mengapa perusahaan mau melakukan proyek-proyek yang
bersifat sosial adalah karena memang ada keuntungan komersial di baliknya. Agar mengangkat
reputasi perusahaan di mata publik atau pemerintah. Oleh karena itu, para pelaku bisnis harus
menunjukkan bukti nyata bahwa komitmen mereka untuk melaksanakan CSR bukanlah main-
main. Manfaat dari CSR itu sendiri terhadap pelaku bisnis juga bervariasi, tergantung pada sifat
(nature) perusahaan bersangkutan, dan sulit diukur secara kuantitatif.

Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR)


Walaupun konsep CSR dewasa ini sangat popular, namun belum dijumpai keseragaman dalam
mendefinisikan konsep CSR. Istilah CSR sendiri diperkenalkan pertama kali dalam tulisan
Social Responsibility of the Businessman tahun 1953. CSR digagas Howard Rothmann Browen
untuk mengeleminasi keresahan dunia bisnis. CSR adalah sebuah pendekatan dimana perusahaan
mengintegrasikan kepedulian sosial dalam operasi bisnis mereka. CSR bisa dikatakan komitmen
yang berkesinambungan dari kalangan bisnis, untuk berperilaku secara etis dan memberi
kontribusi bagi perkembangan ekonomi, seraya meningkatkan kualitas kehidupan dari karyawan
dan keluarganya, serta komunitas lokal dan masyarakat luas pada umumnya. Dalam interaksi
dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) berdasarkan prinsip kesukarelaan dan
kemitraan.
Dibawah ini diberikan beberapa definisi yang dikutip dari beberapa ahli dan juga dari
buku Membedah Konsep dan Aplikasi CSR karangan Yusuf Wibisono (2007), buku Corporate
Social Responsibility dari A.B. Susanto (2007), dan beberapa buku lainnya.

a. The World Business Council for Sustainable Development mendefinisikan CSR sebagai
“Continuing commitment by business to behave athically and contribute to economic
development while improving the quality of life of the workforce and their families as
well as of the local community and society at large”.[“Komitmen bisnis untuk secara
terus-menerus berperilaku etis dan berkontribusi dalam pembangunan ekonomi serta
meningkatkan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, masyrakat local, serta
masyarakat luas pada umumnya.”]
b. EU Green Paper on CSR memberikan definisi CSR sebagai “ a concept whereb
companies intergrate social and environmentalconcerns in their business operations and
it their interaction with their stakeholders on a voluntary basis.” [“Suatu konsep dimana
perusahaan menginterasikan perhatian pada masyarakat dan lingkungan dalm operasi
bisnisnya serta dalam interkasinya dengan para pemangku kepentingan secara sukarela.”]
c. Magnan dan Ferrel mendefinisikan CSR sebagai “ a business acts in a socially
responsible manner when its decision and account for and balance diverse stakeholder
interest”. [“Suatu bisnis dikatakan telah melaksanakan tanggungjawab sosialnya jika
keputusan-keputusan yang diambil telah mempertimbangkan keseimbangan antar
berbagai pemangku kepentingan yang berbeda-beda”.]
d. A.B. Susanto mendefinisikan CSR sebagai tanggungjawab perusahaan baik ke dalam
maupun ke luar perusahaan. Tanggungjawab ke dalam diarahkan kepada pemegang
saham dan karyawan dalam wujud profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan, sedangkan
tanggungjawab ke luar dikaitkan dengan peran perusahaan sebagai pembayar pajak dan
penyedia lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan dan kompetensi masyarakat, serta
memelihara lingkungan bagi generasi mendatang.
e. Elkington mengemukakan bahwa tanggaungjawab social perusahaan mencakup tiga
dimensi, yang lebih popular dengan singkatan 3P, yaitu: mencapai keuntungan
(profit) bagi perusahaan, memberdayakan masyarakat (people), dan memelihara
kelestarian alam (planet).
f. Kotler dan Nancy CSR didefinisikan sebagai komitmen perusahaan untuk meningkatkan
kesejahteraan komunitas melalui praktik bisnis yang baik dan mengkontribusikan
sebagian sumber daya perusahaan
g. CSR Forum, CSR didefinisikan sebagai bisnis yang dilakukan secara transparan dan
terbuka serta berdasarkan pada nilai-nilai moral dan menjunjung tinggi rasa hormat
kepada karyawan, komunitas dan lingkungan.

Jika dilihat dari beberapa definisi CSR diatas, tampak bahwa secara umum CSR adalah suatu
tindakan atau konsep yang dilakukan oleh perusahaan (sesuai kemampuan perusahaan tersebut)
sebagai bentuk tanggungjawab mereka terhadap sosial/lingkungan sekitar dimana perusahaan itu
berada. Contoh bentuk tanggungjawab itu bermacam-macam, mulai dari melakukan kegiatan
yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan perbaikan lingkungan, pemberian
beasiswa untuk anak tidak mampu, pemberian dana untuk pemeliharaan fasilitas umum,
sumbangan untuk desa/fasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan berguna untuk masyarakat
banyak, khususnya masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tersebut berada. Corporate
Social Responsibility (CSR) merupakan fenomena strategi perusahaan yang mengakomodasi
kebutuhan dan kepentingan stakeholder-nya.

Berdasarkan dari konsep 3P yang dikemukakan Elkington, konsep CSR sebenarnya ingin
memadukan tiga fungsi perusahaan secara seimbang, yaitu :

a) Fungsi Ekonomis. Fungsi ini merupakan fungsi tradisonal perusahaan, yaitu untuk
memperoleh keuntungan(profit) bagi perusahaan.
b) Fungsi Sosial. Perusahaan menjalankan fungsi ini melalui pemberdayaan manusianya,
yaitu para pemangku kepentingan(people) baik pemangku kepentingan primer maupun
pemangku ke[entingan sekunder. Selain itu, melalui fungsi ni perusahaan berperan
menjaga keadilan ndalam membagi manfaat dan menanggung beban yang ditimbulkan
dari aktivitas perusahaan.
c) Fungsi Alamiah. Perusahaan berperan dalam menjaga kelestarian alam(planet).
Perusahaan hanya merupakan salah satu elemen dalam system kehidupan di bumi ini.
Bila bumi ini dirusak maka seluruh bentuk kehidupan di bumi akan terancam musnah.
Bila tidak ada kehidupan, bagaimana mungkin akan ada perudahaan yang masih bertahan
hidup?

Menurut Philip Kotler, ada enam program CSR yang mungkin untuk dijalankan sebuah
perusahaan:

1) Cause Promotion. Perusahaan menyediakan dana atau menyediakan resources lainya


seperti tenaga sukarela atau mendukung kegiatan pengumpulan dana untuk membiayai
suatu program CSR. Contoh, Body Shop mendukung kampanye untuk anti pengunaan
binatang sebagai percobaan untuk produk-produk kosmetik.
2) Cause-Related Marketing. Peresahaan mendukung suatu program CSR tertentu dengan
cara menyumbangkan dana dari hasil penjualan produk perusahaan, biasanya dilakukan
untuk jenis produk tertentu dan untuk periode tertentu saja.Contoh,Avon and The Avon
Foundation mendukung program kampanye kanker payudara tentang penyebab dan
penangulangannya
3) Corporate Social Marketing. Perusahaan mendukung program CSR yang
sifatnya kampanye perubahan perilaku yang tidak baik menjadi baik atau lebih baik
seperti, peningkatan kesehatan masyrakat, keselamatan kerja, kerusakan lingkungan dan
lain-lain. Bisa dilakukan sendiri atau mencarimitra yang mempunyai kepedulian yang
terhadap isu yang sama. Contoh, The Home Depot mengkampanyekan dan memberikan
petunjuk mengenai bagaimana menghemat pengunaan air melalui brosur,pelatihan dan
lain-lain.
4) Corporate Philanthropy. Program CSR ini dilakukan dengan cara memberikan bantuan
langsung, baik dana maupun tenaga terhadap isu sosial tertentu.Contoh, Microsoft
memberikan bantuan uang tunai dan software gratis kepada sekolah-sekolah
5) Community Voluntering. Perusahaan memberikan bantuan untuk isu tertentu dengan
cara memberikan bantuan tenaga sukarela yang diperlukan dalam program CSR tersebut.
Contoh, IBM memberikan bantuan dengan cara memberikan pelatihan tentang komputer
kepada siswa.
6) Social Responsible Business Practice. Program CSR ini dilakukan dengan melakukan
untuk tujuan meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan cara memilih cara-cara
operasi yang sesuai dengan kondisi masyarakat. Pemilihan cara-cara oeprasi yangs esuai
dengan etika dan moral yang berkembang dimasyarakat.Contoh, Kraft Food bekerja sama
dengan Wellness Advisory Council mencantumkan label nutrisi dalam setiap kemasan
produknya.

Berkaitan dengan implementasi CSR perusahaan dapat dikelompokan kedalam beberapa kategori
untuk menggambarkan komitmen dan kemampuan perusahaan dalam menjalankan CSR. Dengan
menggunakan dua pendekatan, sedikitnya ada delapan kategori perusahaan. Perusahaan yang
ideal memiliki kategori reformis dan progresif. Dalam kenyataan, kategori ini bisa saling
bertautan.

1. Berdasarkan proporsi keuntungan perusahaan dan besarnya anggaran CSR, ada empat
kategori yaitu;
 Perusahaan Minimalis, Perusahaan yang memiliki profit dan anggaran CSR yang rendah.
Perusahaan kecil dan lemah biasanya termasuk dalam kategori ini.
 Perusahaan Ekonomis, Perusahaan yang memiliki keuntungan tinggi, namun anggran
CSR-nya rendah seperti perusahaan besar namun pelit.
 Perusahaan Humanis, Meskipun profitnya perusahaan rendah, proporsi anggaran CSR-
nya relatif tinggi. Layak disebut perusahaan dermawan atau baik hati.
 Perusahaan Reformis, Perusahaan yang memiliki profit dan anggran CSR yang tinggi.
Perusahaan yang sudah menempatkan CSR pada strategi bisnisnya, memandang CSR
bukan sebagai beban, melainkan sebagai peluang untuk maju.

2. Berdasarkan tujuan perusahaan dalam implementasi CSR, ada empat kategori yaitu;
 Perusahaan Pasif, Perusahaan yang menerapkan CSR tanpa tujuan jelas, sekedar
melakukan kegiatan karitatif. Perusahaan seperti ini melihat promosi dan CSR sebagai
hal kurang bermanfaat bagi perusahaan.
 Perusahaan Impresif, Perusahaan yang menggunakan CSR untuk promosi alias tebar
pesona daripada untuk pemberdayaan.
 Perusahaan Agresif, CSR lebih ditujukan untuk pemberdayaan ketimbang promosi.
Perusahaan seperti ini lebih mementingkan karya nyata ketimbang tebar pesona.
 Perusahaan Progresif, Perusahaan menerapkan CSR untuk tujuan pemberdayaan dan
sekaligus promosi. Promosi dan CSR dipandang sebagai kegiatan yang bermanfaat dan
menunjang satu sama lain bagi kemajuan perusahaan.

Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR)


CSR timbul sejak era dimana kesadaran akan sustainability perusahaan jangka panjang adalah
lebih penting daripada sekedar profitability. Manfaat bagi masyarakat dan keuntungan bagi
perusahaan Manfaat bagi masyarakat dan perusahaan itu sangat bagus dengan adanya CSR ini.
Karena di dalam CSR ini terdapat point-point seperti :

 Pengembangan Ekonomi misalnya kegiatan di bidan pertanian, peternakan,koperasi dan


Usaha Kecil Menengah (UKM).
 Kesehatan dan Gizi Masyarakat misalnya penyuluhan, pengobatan, pemberian gizibagi
balita, program sanitasi masyarakat dan sebagainya.
 Pengelolaan Lingkungan misalnya penanganan limbah, pengelolaan sampah rumah
tangga, reklamasi dan penanganan dampak lingkungan lainnya.
 Pendidikan, Ketrampilan dan Pelatihan misalnya pemberian beasiswa bagi siswa
berprestasi dan siswa tidak mampu, magang atau job training, studi banding,peningkatan
ketrampilan, pelatihan dan pemberian sarana pendidikan.
 Sosial, Budaya, Agama dan Infrastruktur misalnya kegiatan bakti sosial, budayadan
keagamaan serta perbaikan infrastruktur di wilayah masyarakat setempat.

Dari point-point tersebut jadi bisa diambil kesimpulannya bawa manfaat CSR bagi
masyarakat itu ialah

 Masyarakat jadi lebih mudah dalam mendapatkan hak nya sesuai dengan sila-4,
 Dapat membantu masyarakat apabila ingin melakukan kegiataan perekonomian,
 Meningkatkan tingkat kesehatan,
 Mengurangi tingkat penggangguran dan
 Mengurangi tingkat putus sekolah masyarakat.

Kemudian manfaat bagi perusahan adalah

 Perusahaan lebih mudah mengalokasikan dana yang mengendap melalui kegiatan


pemberian kredit bagi masyarakat yang ingin melakukan kegiatan ekonomi seperti
(KUR)
 Dapat meningkatkan penghasilan perusahaan juga sebab apabila taraf hidup masyarakat
maju maka daya beli masyarakat juga akan bertambah hal ini yang akan menjadi
bertambahnya penghasilan bagi perusahaan.
 Mempertahankan dan mendongkrak reputasi serta citra merek perusahaan;
 Mendapatkan lisensi untuk beroprasi secara sosial;
 Mereduksi risiko bisnis perusahaan;
 Melebarkan akses sumber daya bagi operasional usaha;
 Membuka peluang pasar yang lebih luas;
 Mereduksi biaya misalnya terkait dampak lingkungan;
 Memperbaiki hubungan dengan stakeholders;
 Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan;
 peluang mendapatkan penghargaan

Lalu jika dikelompokkan, sedikitnya ada empat manfaat CSR terhadap perusahaan (Wikipedia,
2008) :

 Brand differentiation. Dalam persaingan pasar yang kian kompetitif, CSR bisa
memberikan citra perusahaan yang khas, baik dan etis di mata publik yang pada
gilirannya menciptakan customer loyalty. The Body Shop dan BP (dengan bendera
“Beyond Petroleum”-nya), sering dianggap sebagai memiliki image unik terkait isu
lingkungan.
 Human resources. Program CSR dapat membantu dalam perekrutan karyawan baru,
terutama yang memiliki kualifikasi tinggi. Saat interview, calon karyawan yang memiliki
pendidikan dan pengalaman tinggi sering bertanya tentang CSR dan etika bisnis
perusahaan, sebelum mereka memutuskan menerima tawaran. Bagi staf lama, CSR juga
dapat meningkatkan persepsi, reputasi dan dedikasi dalam bekerja.
 License to operate. Perusahaan yang menjalankan CSR dapat mendorong pemerintah dan
publik memberi ”ijin” atau ”restu” bisnis. Karena dianggap telah memenuhi standar
operasi dan kepedulian terhadap lingkungan dan masyarakat luas.
 Risk management. Manajemen resiko merupakan isu sentral bagi setiap perusahaan.
Reputasi perusahaan yang dibangun bertahun-tahun bisa runtuh dalam sekejap oleh
skandal korupsi, kecelakaan karyawan atau kerusakan lingkungan. Membangun budaya
”doing the right thing” berguna bagi perusahaan dalam mengelola resiko-resiko bisnis.

Jenis-Jenis Tangggung Jawab Sosial


Bisnis memiliki tanggung jawab sosial. Dari mana asalnya bahwa bisnis memiliki
tanggung jawab sosial? Di sini tidak akan dibahas soal asal muasal tanggung jawab sosial, tetapi
langsung kepada anggapan bahwa bisnis memiliki tanggung jawab sosial. Oleh karena itu,
tanggung jawab sosial harus senantiasa diperhatikan dalam berbisnis. Artinya, berbisnis bukan
hanya sekedar mencari keuntungan semata, tetapi juga memiliki nilai mulia didalamnya.

Ada salah satu perusahaan rokok terkenal di Indonesia yang memiliki program tanggung
jawab sosialnya dengan tema beasiswa. Seperti yang sudah diketahui, bahwa rokok memang
terbukti dapat mengganggu kesehatan. Namun, adanya program tanggung jawab sosial berupa
beasiswa dapat membuktikan bahwa kegiatan usaha tidak semata-mata hanya untuk mencari
keuntungan, tetapi juga memberikan kontribusi positif bagi masyarakat.

Dengan demikian, anggapan rokok mengganggu kesehatan bisa diredam dengan adanya
program tanggung jawab sosial. Ada dua jenis tanggung jawab sosial dalam bisnis, yaitu
tanggung jawab sosial kewirausahaan (Social Responsible Entrepreneurship) dan keterlibatan
sosial dalam kewirausahaan (Social Involved Entrepreneurship). Dua jenis tanggung jawab
sosial ini dikemukakan oleh KPMG Ethics & Integrity Consulting sebuah lembaga di negara
Belanda.

1. Tanggung Jawab Sosial Kewirausahaan

Tanggung jawab sosial yang pertama ini (Social Responsible Entrepreneurship / SRE)
merupakan aksi atau tindakan minimal terkait dengan kewajiban sosial sebuah perusahaan. Aksi
tersebut dapat direpresentasikan dalam bentuk program yang memiliki tujuan tersendiri. SRE
tidak memiliki keterlibatan lebih jauh lagi selain memenuhi tanggung jawab sosialnya.

Setelah tanggung jawab sosial dipenuhi, bisnis dijalankan seperti semula. Misalnya, ada program
penanaman 100 pohon di bukit Asri atau pembersihan lingkungan Jatibaru, itu semua sebatas
program saja, setelah menanam 100 pohon atau membersihkan lingkungan maka sudah sampai
di situ saja tanggung jawabnya. Jadi, SRE memang menghasilkan perbedaan yang jelas antara
principle dan commerce.
2. Keterlibatan Sosial dalam Kewirausahaan

Keterlibatan bisnis dalam dimensi sosial (Social Involved Entrepreneurship /SIE) memiliki
keterikatan dan kesamaan tujuan dengan masyarakat. Keterlibatan dapat ditunjukkan dengan
kerjasama yang aktif dalam menyelesaikan masalah dalam masyarakat. Perbedaannya dengan
SRE adalah bahwa SIE memiliki dasar keterlibatan yang dalam. SIE memiliki tinjauan umum
bahwa bisnis bukan semata-mata hanya tanggung jawab sosial, tetapi lebih dalam dari itu, salah
satunya yaitu persamaan rasa ingin membangun masyarakat lebih baik lagi.

Perbedaan SRE dan SIE dapat diilustrasikan bahwa SRE hanya memberikan apa yang
dibutuhkan misalnya uang, bantuan makanan, memenuhi kebutuhan sandang, dan pembangunan
gapura pada suatu desa. Sedangkan SIE tidak hanya memberikan apa yang dibutuhkan, tetapi
juga memberikan rasa peduli, dukungan penuh, dan perhatian jangka panjang. Jadi, SIE benar-
benar terlibat dan memiliki tujuan dan keinginan untuk membangun masyarakat seperti
penjagaan lingkungan agar tetap bersih, menghapuskan diskriminasi, dan lain-lain. Dengan ini
maka SIE berlawanan dengan SRE, bahwa SIE menjalankan commerce-nya bersinergi dengan
principle.

Tingkat/Lingkup Keterlibatan dalam CSR


Walaupun sudah banyak perusahaan yang menyadari pentingnya untuk menajalankan CSR,
namun masih ada juga yang keberatan untuk menjalankannya. Bahkan di antara mereka yang
setuju agar perusahaannya menjalankan CSR, masih terdapat perbedaan dalam memaknai tingkat
keterlibatan perusahaan dalam menjalankan program CSR. Pada akhirnya, keberhasilan CSR dan
cakupan program CSR yang dijalankan akan ditentukan oleh tingkat kesadaran para pelaku
bisnis dan para pemangku kepentingan terkait lainnya. Ada tiga tingkat kesadaran yang dimiliki
oleh seseorang yaitu, tingkat kesadaran hewani, tingkat kesadaran manusiawi, dan tingkat
kesadaran transedental. Mereka yang masih berkeberatan dengan program CSR ini dapat
dikatakan bahwa mereka masih mempunyai tingkat kesadaran hewani,dan masih menganut teori
etika egoisme. Program CSR akan berjalan efektif bila para pihak yang terkait dalam bisnis
(oknum pengelola, pemerintah, dan masyarakat) sudah mempunyai tingkat kesadaran manusiawi
atau transedental, serta menganutteori-teori etika dalam koridor utilitarianisme, deontologi,
keutamaan, dan teonom.

Lawrence, Weber, dan Post (2005) melukiskan tingkat kesadaran ini dalam bentuk tingkat
keterlibatan bisnis dengan para pemangku kepentingan dalam beberapa tingkatan hubungan,
yaitu : inactive, reactive, proactive, dan interactive.

1) Perusahaan yang inactive sama sekali mengabaikan apa yang menjadi perhatian pihak
pemangku kepentingan.
2) Perusahaan yang reactive hanya bereaksi bila ada ancaman atau tekanan yang
diperkirakan akan mengganggu perusahaan dari pihak pemangku kepentingan tertentu.
3) Perusahaan yang proactive akan selalu mengantisipasi apasaja yang menjadi kepedulian
para pemangku kepentingan, sedangkan
4) Perusahaan yang interactive selalu membuka diri dan mengajak para pemangku
kepentingan untuk berdialog setiap saat atas dasar saling menghormati, saling
memercayai, dansaling menguntungkan.

Berdasarkan tingkap/lingkup keterlibatan ini, Lawrence, Weber, dan Post (2005) membedakan
dua prinsip CSR, yaitu: prinsip amal (charity principles) dan prinsip pelayanan (stewardship
principles). Perbedaan kedua prinsip ini terletak pada perbedaan kesadaran dan ruang lingkup
keterlibatan. Berikut cirri-ciri yang membedakannya.

Ciri-ciri Prinsip Amal Prinsip Pelayanan

Definisi Bisnis seharusnya memberikan Sebagai agen publik, tindakan bisnis


bantuan sukarela kepada orang seharusnya mempertimbangkan semua
atau kelompok yang memerlukan kelompok pemagku kepentingan yang
dipengaruhi oleh keputusan dan
kebijakan perusahaan.

Tipe Aktivitas Filantropi korporasi : tindakan Mengakui adanya saling


sukarela untuk menunjang cita ketergantungan perusahaan dengan
perusahaan masyarakat; Menyeimbangkan
kepentingan dan kebutuhan semua
ragam kelompok di masyarakat.

Contoh Mendirikan yayasan amal, Pribadi yang tercerahkan, memenuhi


berinisiatif untuk menanggulangi ketentuan hukum, menggunakan
masalah social, bekerja sama pendekatan stakeholders dalam
dengan kelompok masyarakat perencanaan strategis perusahaan.
yang memerlukan

Teori Pendukung CSR


Menurut Parsons (1961) teori CSR dan pendekatan terkait difokuskan pada salah satu aspek
berikut realitas sosial: ekonomi, politik, integrasi sosial dan etika yang dapat diamati dalam
sistem sosial.

1. Teori Instrumental. Teori ini mengasumsikan bahwa korporasi merupakan instrumen


untuk penciptaan kekayaan dan bahwa ini adalah tanggung jawab sosialnya. Hanya aspek
ekonomi dari interaksi antara bisnis dan masyarakat dianggap. Jadi setiap kegiatan sosial
yang seharusnya diterima jika, dan hanya jika, itu konsisten dengan penciptaan kekayaan.
Teori ini disebut Teori berperan karena mereka memahami CSR sebagai sarana hanya
untuk akhir keuntungan.
2. Teori Politik. Teori kedua yang kekuatan sosial perusahaan ditekankan, khususnya
dalam hubungannya dengan masyarakat dan tanggung jawab dalam arena politik terkait
dengan kekuasaan ini. Hal ini menyebabkan perusahaan untuk menerima tugas sosial dan
hak atau berpartisipasi dalam kerjasama sosial tertentu.
3. Teori Integratif. Teori ini menganggap bahwa bisnis harus mengintegrasikan tuntutan
sosial. Mereka biasanya berpendapat bahwa bisnis tergantung pada masyarakat untuk
kelangsungan dan pertumbuhan dan bahkan untuk keberadaan bisnis itu sendiri. Tuntutan
sosial umumnya dianggap sebagai cara di mana masyarakat berinteraksi dengan bisnis
dan memberikan suatu legitimasi dan prestise tertentu. Akibatnya, manajemen
perusahaan harus memperhitungkan tuntutan sosial, dan mengintegrasikan mereka
sedemikian rupa bahwa bisnis beroperasi sesuai dengan nilai-nilai sosial. Jadi, isi dari
tanggung jawab bisnis terbatas pada ruang dan waktu dari setiap situasi tergantung pada
nilai-nilai masyarakat pada saat itu, dan datang melalui peran fungsional perusahaan
(Preston dan Post, 1975). Dengan kata lain, tidak ada tindakan khusus yang manajemen
bertanggung jawab untuk melakukan seluruh waktu dan dalam setiap industri.
4. Teori Etis. Teori keempat memahami bahwa hubungan antara bisnis dan masyarakat
tertanam dengan nilai-nilai etika. Hal ini menyebabkan visi CSR dari perspektif etika dan
sebagai konsekuensinya, perusahaan harus menerima tanggung jawab sosial sebagai
kewajiban etis atas pertimbangan lainnya.

Sisi baik dari Corporate Responsibility


Meskipun Corporate Responsibility adalah mengambil berkat pusat panggung untuk
lingkungan bisnis risiko berkembang biak, mengadopsi strategi tanggung jawab sosial dapat
menawarkan terbalik menarik bagi perusahaan. Praktek bisnis yang bertanggung jawab tidak
selalu merusak motif keuntungan korporasi. Bahkan, banyak hari ini CEO menggambarkan
bertindak bertanggung jawab sebagai pragmatis – itu masuk akal bisnis yang baik. Sebuah
strategi Corporate Responsibility dijalankan dengan baik dapat menerjemahkan ke dalam
berbagai manfaat, termasuk menarik dan mempertahankan pelanggan, mengidentifikasi dan
mengelola risiko reputasi, menarik karyawan kualitas terbaik, dan mengurangi biaya. Skala dan
sifat keuntungan dari kegiatan Corporate Responsibility bagi suatu organisasi dapat bervariasi
tergantung pada bisnis dan seringkali sulit untuk dihitung, meskipun meningkatkan upaya sedang
dilakukan untuk menghubungkan inisiatif Corporate Responsibility langsung terhadap kinerja
keuangan. Sementara itu, kasus bisnis yang kuat ada yang masuk akal Corporate Responsibility
bisnis yang baik dan positif mempengaruhi bottom line.

1. Reputasi manajemen risiko

Mengelola risiko reputasi merupakan bagian penting dari setiap strategi komunikasi yang kuat
perusahaan. Membangun budaya asli melakukan hal yang benar dalam korporasi – dasar dalam
setiap strategi Corporate Responsibility yang sejati, dapat membantu mengimbangi risiko ini.

2. Merek diferensiasi

Tanggung jawab perusahaan dapat membantu membangun loyalitas pelanggan berdasarkan pada
nilai-nilai etika khusus. Pentingnya membedakan merek dengan menginap di depan isu dan
berkembang dengan terus berubah keprihatinan konstituen: ketika masyarakat berubah pikiran,
kita sebaiknya di depannya dan tidak di belakang, dan (keberlanjutan) adalah suatu perkara di
mana masyarakat telah berubah nya pikiran.
3. Bakat daya tarik dan retensi

Sebuah program Corporate Responsibility dapat membantu dalam perekrutan karyawan dan
retensi. Hal ini juga dapat membantu meningkatkan citra perusahaan di kalangan karyawan,
terutama ketika mereka menjadi terlibat melalui kegiatan penggalangan dana, relawan
komunitas, atau bentuk membantu Corporate Responsibility strategi perusahaan itu sendiri.
Menggunakan taktik untuk memperkuat goodwill dan kepercayaan antara karyawan sekarang
dan masa depan dapat menerjemahkan ke dalam biaya berkurang dan produktivitas pekerja yang
lebih besar.

4. Lisensi untuk beroperasi

Corporation ingin menghindari gangguan dalam usahanya melalui perpajakan atau peraturan.
Dengan mengambil langkah-langkah sukarela substantif, mereka mungkin dapat meyakinkan
pemerintah dan masyarakat luas bahwa mereka mengambil isu seperti kesehatan dan
keselamatan, keragaman, atau lingkungan yang serius dan dengan demikian menghindari
intervensi. Beban hari ini dapat menghasilkan penghematan biaya masa depan atau pendapatan
meningkat aliran dari baru, produk dan jasa bertanggung jawab secara sosial. Perusahaan
mengambil pandangan yang lebih luas yang memungkinkan mereka untuk melihat bahwa hari
ini biaya dapat mengurangi kewajiban masa depan, dan pengurangan kewajiban mereka di masa
depan pada gilirannya berdampak positif terhadap biaya modal mereka. Bertindak sebelum
peraturan memaksa mereka untuk dapat posisi perusahaan sebagai pemimpin dihormati dalam
tanggung jawab dan keberlanjutan.

5. Corporate Responsibility kritikus

Meskipun bukti yang mendukung manfaat Corporate Responsibility, tidak ada tempat untuk
tanggung jawab sosial dalam bisnis. Ini rel kritikus terhadap Corporate Responsibility sebagai
detracting dari tujuan komersial suatu korporasi dan efektivitas, pasar bebas sehingga
menghambat. Dalam pandangan ini, tanggung jawab dan profitabilitas merupakan zero-sum
game, korporasi adalah untuk lembaga nirlaba yang tujuan utamanya adalah keuntungan dan
yang kehilangan daya saing melalui altruistik, perilaku laba berkurang. Beberapa kritik
mengklaim Corporate Responsibility sedikit lebih dari sebuah strategi PR, di mana perusahaan
ceri-kegiatan baik mereka memilih untuk menampilkan dan mengabaikan yang lain,
menciptakan gambar yang tidak akurat dari sebuah perusahaan yang bertanggung jawab sosial
atau lingkungan. Lain kontes bahwa Corporate Responsibility program sering dilakukan dalam
upaya untuk mengalihkan perhatian publik dari pertanyaan-pertanyaan etika yang diajukan oleh
operasi inti mereka. Terlepas dari penentang ini, konstituen yang menyerukan Corporate
Responsibility dengan suara semakin keras dan tak kenal ampun, yang perusahaan memiliki
sedikit pilihan tapi untuk menjawab.

Pro dan Kontra terhadap CSR


Sebagimana telah diungkap sebelumnya, masih banyak pihak yang menentang implementasi
CSR walaupun telah banyak pelaku bisnis dan pemangku kepentingan terkait yang menyadari
dan menyetujui pentingnya perusahaan untuk melaksanakan program CSR. Proses lahirnya
Undang-undang Perseroan Terbatas di Indonesia-yang dalam salah satu pasalnya (Pasal 74)
mewajibkan perusahaan untuk menjalankan tanggung jawab social dan lingkungan-telah
menimbulkan kontroversi pro dan kontra. Ini menunjukkan bahwa para pelaku bisnis-khususnya
di Indonesia- belum banyak yang mendukung program CSR ini. Tidak sulit memperoleh fakta
untuk mendukung fenomena ini. Lihat saja misalnya kasus Lumpur Lapindo Brantas di
Sidoarjo,kasusu Freeport di Papua, kerusakan hutan lumpuhnya bandara Internasional Soekarno-
Hatta dan akses jalan tol ke bandara karena banjir dan, sebagainya. Semua ini ada hubungannya
dengan aktivitas bisnis yang tidak peduli dengan lingkungan social dan alam sekitar.
Ketersendatan pelaksanaan CSR ini tidak saja terjadi di Indonesia, tetapi juga hamper di semua
Negara termasuk Negara-negara maju.

Pada konferensi tentang pemanasan global yang dihadiri oleh hamper semua Negara di
dunia pada akhir tahun 2007 di Bali, semua Negara menyadari dan sepakat bahwa pemanasan
global yang terjadi dewasa ini disebabkan oleh kelalaian umat manusia pada umunya dan
masyarakat bisnis pada khususnya dalam menjaga kelestarian alam. Namun memasuki sesi
perundingan mengenai bagaimana mengatasi filantropi pemanasan global ini, timbullah
perdebatan sengit dan berlarut-larut yang justru hambatannya dating dari Negara-negara maju
yang dipelopori oleh Amerika Serikat. Hal ini tidk mengherankan karena bila membicarakan
program CSR, berarti membawa konsekuensi biaya yang harus dipikul dalam menanggulangi
kerusakan lingkungan. Akhirnya disini muncul kermbali egoism Negara atau egoism kelompok
usahawan besar yang kurang menyadari pentingnya tindakan bersama dalam menyelamatkan
lingkungan hidup.

Sonny Keraf (1998) telah mencoba menginvetarisasi alasan-alasan bagi yang mendukung
dan menentang perlunya perusahaan menjalankan program CSR.

1. Alasan-alasan yang menentang antara lain :


a) Perusahaan adalah lembaga ekonomi yang tujuan pokoknya mencari keuntungan, bukan
merupakan lembaga social.
b) Perhatian manajemen perusahaan akan terpecah dan akan membingungkan mereka bila
perusahaan dibebani banyak tujuan.
c) Biaya kegiatan social akan meningkatkan biaya produk yang akan ditambhakan pada
harga produk sehingga pada gilirannya akan merugikan konsumen/masyarakat itu sendiri.
d) Tidak semua perusahaan mempunyai tenaga yang terampil dalam menjalankan kegiatan
social.
2. Alasan-alasan yang mendukung CSR yaitu :
a) Kesadaran yang meningkat dan masyarakat yang semakin kritis terhadap dampak negatif
dari tindakan perusahaan yang merusak alam serta merugikan masyarakat sekitarnya.
b) Sumber daya alam yang semakin terbatas.
c) Menciptakan lingkungan social yang lebih baik.
d) Perimbangan yang lebih adil dalam memikul tanggung jawab dan kekuasaan dalam
memikul beban social dan lingkungan antara pemerintah, perusahaan dan masyarakat.
e) Bisnis sebenarnya mempunyai sumber daya yang berguna
f) Menciptakan keuntungan jangka panjang

Vous aimerez peut-être aussi