Vous êtes sur la page 1sur 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini perawatan luka telah mengalami perkembangan yang sangat
pesat terutama dalam dua dekade terakhir ini.Teknologi dalam bidang
kesehatan juga memberikan kontribusi yang sangat untuk menunjang praktek
perawatan luka ini.Disamping itu manajemen perawatan luka ini berkaitan
dengan perubahan profil pasien, dimana pasien dengan kondisi penyakit
degeneratif dan kelainan metabolik semakin banyak ditemukan. Kondisi
tersebut biasanya sering menyertai kekompleksan suatu luka dimana
perawatan yang tepat diperlukan agar proses penyembuhan bisa tercapai
dengan optimal.
Dengan demikian, perawat dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan
keterampilan yang adekuat terkait dengan proses perawatan luka yang
dimulai dari pengkajian yang komprehensif, perencanaan intervensi yang
tepat, implementasi tindakan, evaluasi hasil yang ditemukan selama
perawatan serta dokumentasi hasil yang sistematis. Disamping itu perawat
juga berkaitan dengan biaya perawatan luka yang efektif.Manajemen
perawatan luka modern sangat mengedepankan hal tersebut.Hal ini ditunjang
dengan semakin banyaknya inovasi terbaru dalam perkembangan produk-
produk yang bisa dipakai dalam merawat luka. Dalam hal ini, perawat
dituntut untuk memahami produk-produk tersebut dengan baik sebagai bagian
dari proses pengambilan keputusan yang sesuai dengan kebutuhan pasien.

B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan
pengetahuan kepada pembaca tentang perawatan luka dan aspek-aspek yang

1
ada dalam perawatan luka,definisi luka,etiologi,klasifikasi luka,jenis
luka,prinsip dasar penyembuhan luka,fase penyembuhan luka.

BAB II

PEMBAHASAN

2
A. Pengertian
Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit (Taylor,
1997). Luka adalah kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membran dan
tulang atau organ tubuh lain (Kozier, 1995).
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang
disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia,
ledakan, sengatan listrik atau gigitan hewan (R. Sjamsu Hidayat, 1997).
Luka adalah terganggunya (disruption) integritas normal dari kulit dan
jaringan di bawahnya yang terjadi secara tiba-tiba atau disengaja, tertutup
atau terbuka, bersih atau terkontaminasi, superficial atau dalam (Menurut
Koiner dan Taylan).
Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul:
1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2. Respon stres simpatis
3. Perdarahan dan pembekuan darah
4. Kontaminasi bakteri
5. Kematian sel
Perawatan luka adalah merupakan tindakan merawat luka dengan
tujuan mencegah infeksi dan mempercepat proses penyembuhan.

B. Kulit
Kulit adalah salah satu indera peraba pada tubuh manusia.

3
Fungsi Kulit pada umumnya yaitu;
1. Sebagai pelindung tubuh atau protektor.
Kulit merupakan benteng pertahanan pertama dari berbagai ancaman
yang datang dari luar, seperti: bakteri, Sel-sel langerhans bagian dari
sistem kekebalan tubuh.
2. Sebagai alat pengeluaran sekresi.
Minyak yang dihasilkan kelenjar minyak dikeluarkan melalui
kulit.Kandungan urea hasil metabolisme tubuh sebagian dikeluarkan
melalui kulit (yaitu dengan berkeringat).
3. Sebagai thermoregulator atau pengatur suhu tubuh.
Dalam kulit juga terdapat syaraf-syaraf yang jika terstimulasi akan
diteruskan ke otak sehingga dapat memberikan sensasi panas, dingin,
tekanan, getaran, rasa sakit. Kulit juga berfungsi sebagai tempat
penyimpanan air dan lemak, sekaligus mensintesa vitamin D, dengan
bantuan sinar matahari yang mengandung ultraviolet.
4. Menyimpan kelebihan lemak
C. Tulang

4
D. Klasifikasi Luka
1. Menurut status susunan kulit
a. Superficial : luka hanya mengenai epidermis karena gesekan pada
permukaan kulit yang mengakibatkan aliran darah terganggu
b. Luka tembus : Mengenai dermis, epidermis jaringan yang lebih dalam atau
organ, benda asing dapat masuk ke dalam organ
c. Luka operasi : luka yang terjadi akibat bocornya suatu organ yang
mengakibatkan gangguan sekunder

2. Menurut kemungkinan derajat kontaminasi


a. Luka bersih : tidak ditemukan organisme pathogen , misalnya insis
luka operasitanpa traktus
b. Luka bersih terkontaminasi : luka dibuat dalam keadaan tidak aseptik,
tetapi mengenai bagian tubuh yang secara normal mengandung mikro
organisme ( luka pembedahan )

5
c. Luka terkontaminasi / terinfeksi : di temukqan kira –kira 100.000;
mikro organisme yang sama pada jaringan dan terpapar tanda – tanda
infeksi.
3. Menurut kualitas luka
a. Laserasi : bagian tepi luka yang tidak beraturan
b. Abrasi : luka lecet pada bagian permukaan kulit, biasanya
seseorangakan mengeluh nyeri karena mengenai ujung – ujung
syarafperifer
c. Confutio : luka terkena benda tumpul
d. Luka tusuk / vulnus punctum
e. Luka gigit / vulnus morseum
4. Tindakan Terhadap Luka
a. Luka disengaja (Intentional Traumatis)
b. Luka tidak disengaja (Unintentional Traumatis)
5. Integritas Luka
a. Luka tertutup
b. Luka terbuka
6. Mekanisme Luka
a. Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen
yang tajam. Misal yang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih
(aseptik) biasanya tertutup oleh sutura seterah seluruh pembuluh darah
yang luka diikat (Ligasi)
b. Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu
tekanan dan dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak,
perdarahan dan bengkak.
c. Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan
benda lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam.
d. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti
peluru atau pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang
kecil.
e. Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam
seperti oleh kaca atau oleh kawat.
f. Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ
tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi
pada bagian ujung biasanya lukanya akan melebar.

6
g. Luka Bakar (Combustio) adalah suatu trauma yang disebabkan oleh
panas, arus listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa
dan jaringan yang lebih dalam.

E. Tipe Luka
1. Aberasi
Aberasi adalah luka dimana lapisan terluar dari kulit tergores. Luka
tersebut akan sangat nyeri dan mempunyai resiko tinggi terhadap infeksi,
karena benda asing dapat masuk ke lapisan kulit yang lebih dalam dan
dalam jaringan subkutan. Perdarahan biasanya sedikit.
2. Punctum (Luka Tusuk)
Luka tusuk merupakan cedera penetrasi. Penyebabnya berkisar dari paku
sampai pisau atau peluru. Walaupun perdarahan nyata seringkali sedikit,
kerusakan jaringan internal dan perdarahan dapat sangat meluas dan
mempunyai resiko tinggi terhadap infeksi sehubungan adanya benda
asing pada tubuh.
3. Avulsi
Avulsi terjadi sebagai akibat jaringan tubuh tersobek. Avulsi seringkali
dihubungkan dengan perdarahan yang hebat.Kulit kepala dapat tersobek
dari tengkorak pada cedera degloving. Cedera dramatis seringkali dapat
diperbaiki dengan scar-scar kecil. Apabila semua bagian tubuh seperti
telinga, jari tangan tangan, jari kaki, mengalaqmi sobekan maka pasien
harus dikirim ke rumah sakit dengan segera untuk memungkinkan
perbaikan (penyambungan kembali).
4. Insisi (Luka sayatan)
Insisi adalah terpotong dengan kedalaman yang bervariasi. Hal ini
seringkali menimbulkan perdarahan hebat dan kemungkinan bisa terdapat
kerusakan pada struktur dibawahnya sedemikian rupa, seperti saraf, otot
atau tendon.Luka-luka ini harus dilindungi utuk menghambat terjadinya
infeksi, bersamaan dengan pengontrolan perdarahan.
5. Laserasi
Laserasi adalah luka bergerigi yang tidak teratur.Serigkali meliputi
kerusakan jaringan yang berat. Luka-luka ini seringkali menyebabkan
perdarahan yang serius dan kemudian pasien akan mengalami syok

7
hipovolemik. Penolong pertama harus mempertimbangkan kondisi luka
yang terjadi sepeti perlukaan itu dapat merupakan akibat cedera oleh
dirinya sendiri.

F. Dekubitus
Ulkus Dekubitus (Luka akibat penekanan, Ulkus kulit, Bedsores)
adalah kerusakan kulit yang terjadi akibat kekurangan aliran darah dan iritasi
pada kulit yang menutupi tulang yang menonjol, dimana kulit tersebut
mendapatkan tekanan dari tempat tidur, kursi roda, gips, pembidaian atau
benda keras lainnya dalam jangka panjang.
1. Penyebab
Berkurangnya aliran darah ke kulit adalah tekanan. Jika tekanan
menyebabkan terputusnya aliran darah, maka kulit yang mengalami
kekurangan oksigen pada mulanya akan tampak merah dan meradang lalu
membentuk luka terbuka (ulkus).

2. Tanda dan Gejala, Stadium dan Komplikasi


a. Stadium Satu
1) Adanya perubahan dari kulit yang dapat diobservasi. Apabila
dibandingkan dengan kulit yang normal, maka akan tampak salah
satu tanda sebagai berikut: perubahan temperatur kulit (lebih
dingin atau lebih hangat).
2) Perubahan konsistensi jaringan (lebih keras atau lunak).
3) Perubahan sensasi ( gatal atau nyeri).
4) Pada orang yang berkulit putih, luka mungkin kelihatan sebagai
kemerahan yang menetap. Sedangkan pada yang berkulit gelap,
luka akan kelihatan sebagai warna merah yang menetap, biru atau
ungu.
b. Stadium Dua
1) Hilangnya sebagian lapisan kulit yaitu epidermis atau dermis,
atau keduanya. Cirinya adalah lukanya superficial, abrasi,
melempuh, atau membentuk lubang yang dangkal.
c. Stadium Tiga

8
1) Hilangnya lapisan kulit secara lengkap, meliputi kerusakan atau
nekrosis dari jaringn subkutan atau lebih dalam, tapi tidak sampai
pada fascia. Luka terlihat seperti lubang yang dalam.
d. Stadium Empat
Hilangnya lapisan kulit secara lengkap dengan kerusakan yang luas,
nekrosis jaringan, kerusakan pada otot, tulang atau tendon.Adanya
lubang yang dalam serta saluran sinus juga termasuk dalam stadium IV
dari luka tekan.

3. Resiko Tinggi Terjadinya Ulkus Dekubitus Ditemukan pada:


a. Orang-orang yang tidak dapat bergerak (misalnya lumpuh, lemah).
b. Orang-orang yang tidak mampu merasakan nyeri, kerusakan saraf
(misalnya akibat cedera, stroke, diabetes) dan koma bisa menyebabkan
berkurangnya kemampuan untuk merasakan nyeri.
c. Orang-orang yang mengalami kekurangan gizi (malnutrisi) tidak
memiliki lapisan lemak sebagai pelindung.
d. Gesekan dan kerusakan lainnya pada lapisan kulit paling luar bisa
menyebabkan terbentuknya ulkus.

4. Pengobatan
Ulkus biasanya membaik dengan sendirinya setelah tekanan
dihilangkan.Menjaga kesehatan dengan mengkonsumsi protein dan kalori
tambahan bisa mempercepat penyembuhan. Mencegah terbentuknya
ulkus bisa dilakukan beberapa tindakan berikut:
a. Merubah posisi pasien yang tidak dapat bergerak sendiri, minimal
setiap 2 jam sekali untuk mengurangi tekanan.
b. Melindungi bagian tubuh yang tulangnya menonjol dengan bahan-
bahan yang lembut (misalnya bantal, bantalan busa).
c. Mengkonsumsi makanan sehat dengan zat gizi yang seimbang.
d. Menjaga kebersihan kulit dan mengusahakan agar kulit tetap kering.

G. Penyembuhan Luka
Tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi dan
memulihkan dirinya. Peningkatan aliran darah ke daerah yang rusak,
membersihkan sel dan benda asing dan perkembangan awal seluler bagian
dari proses penyembuhan. Proses penyembuhan terjadi secara normal tanpa

9
bantuan, walaupun beberapa bahan perawatan dapat membantu untuk
mendukung proses penyembuhan. Sebagai contoh, melindungi area yang luka
bebas dari kotoran dengan menjaga kebersihan membantu untuk
meningkatkan penyembuhan jaringan (Taylor, 1997).
Prinsip Penyembuhan Luka menurut Taylor (1997) yaitu:
1. Kemampuan tubuh untuk menangani trauma jaringan dipengaruhi oleh
luasnya kerusakan dan keadaan umum kesehatan tiap orang.
2. Respon tubuh pada luka lebih efektif jika nutrisi yang tepat tetap dijaga.
3. Respon tubuh secara sistemik pada trauma.
4. Aliran darah ke dan dari jaringan yang luka.
5. Keutuhan kulit dan mukosa membran disiapkan sebagai garis pertama
untuk mempertahankan diri dari mikroorganisme.
6. Penyembuhan normal ditingkatkan ketika luka bebas dari benda asing
tubuh termasuk bakteri.

H. Tahap Penyembuhan Luka


Penyembuhan luka adalah suatu kualitas dari kehidupan jaringan hal ini
juga berhubungan dengan regenerasi jaringan. Fase penyembuhan luka
digambarkan seperti yang terjadi pada luka pembedahan (Kozier,1995).
Menurut Kozier, 1995
1. Hemostasis
Hemostasis merupakan proses kesimbangan tubuh yang
menyatukan beberapa faktor, terbaru sebanyak lima faktor, antara
lain: pembuluh darah, trombosit, faktor koagulasi, sistem
fibrinolitik, dan faktor inhibisi.
Tujuan untuk menjaga agar darah tetap cair di dalam arteri
dan vena, mencegah kehilangan darah karena luka, memperbaiki
aliran darah selama proses penyembuhan luka. Hemostasis juga
bertujuan untuk menghentikan dan mengontrol perdarahan dari
pembuluh darah yang terluka.
Hemostasis terdiri dari 3 tahap:
a. Hemostasis primer.
Jika terjadi desquamasi dan luka kecil pada
pembuluh darah,.Hemostasis primer ini melibatkan tunika
intima pembuluh darah dan trombosit. Luka akan

10
menginduksi terjadinya vasokonstriksi dan sumbat
trombosit. Hemostasis primer ini bersifat cepat dan tidak
tahan lama.Karena itu, jika hemostasis primer belum
cukup untuk mengkompensasi luka.
b. Hemostasis Sekunder
Jika terjadi luka yang besar pada pembuluh darah
atau jaringan lain, vasokonstriksi dan sumbat trombosit
belum cukup untuk mengkompensasi luka ini. Maka,
terjadilah hemostasis sekunder yang melibatkan trombosit
dan faktor koagulasi.Hemostasis sekunder ini mencakup
pembentukan jaring-jaring fibrin.dan bersifat delayed dan
long-term response. Kalau proses ini sudah cukup untuk
menutup luka, maka proses berlanjut ke hemostasis tersier.
c. Hemostasis Tersier
Hemostasis tersier ini bertujuan untuk mengontrol
agar aktivitas koagulasi tidak berlebihan.Hemostasis
tersier melibatkan sistem fibrinolisis.

2. Inflamatory
Fase ini terjadi segera setelah luka dan berakhir 3 – 4 hari.
Dua proses utama terjadi pada fase ini yaitu hemostasis dan
pagositosis. Hemostasis (penghentian perdarahan) akibat fase
konstriksi pembuluh darah besar di daerah luka, retraksi pembuluh
darah, endapan fibrin (menghubungkan jaringan) dan pembentukan
bekuan darah di daerah luka.Bekuan darah dibentuk oleh platelet
yang menyiapkan matrik fibrin yang menjadi kerangka bagi
pengambilan sel. Scab (keropeng) juga dibentuk dipermukaan
luka.Bekuan dan jaringan mati, scab membantu hemostasis dan
mencegah kontaminasi luka oleh mikroorganisme.Dibawah scab
epithelial sel berpindah dari luka ke tepi.Epitelial sel membantu
sebagai barier antara tubuh dengan lingkungan dan mencegah
masuknya mikroorganisme.
Fase inflamatori juga memerlukan pembuluh darah dan
respon seluler digunakan untuk mengangkat benda-benda asing dan

11
jaringan mati. Suplai darah yang meningkat ke jaringan membawa
bahan-bahan dan nutrisi yang diperlukan pada proses penyembuhan.
Pada akhirnya daerah luka tampak merah dan sedikit bengkak.
Selama sel berpindah lekosit (terutama neutropil) berpindah
ke daerah interstitial. Tempat ini ditempati oleh makrofag yang
keluar dari monosit selama lebih kurang 24 jam setelah cidera/luka.
Makrofag ini menelan mikroorganisme dan sel debris melalui
proses yang disebut pagositosis. Makrofag juga mengeluarkan
faktor angiogenesis (AGF) yang merangsang pembentukan ujung
epitel diakhir pembuluh darah. Makrofag dan AGF bersama-sama
mempercepat proses penyembuhan. Respon inflamatori ini sangat
penting bagi proses penyembuhan.

3. Proliferatif
Fase kedua ini berlangsung dari hari ke-3 atau 4 sampai hari
ke-21 setelah pembedahan. Fibroblast (menghubungkan sel-sel
jaringan) yang berpindah ke daerah luka mulai 24 jam pertama
setelah pembedahan. Diawali dengan mensintesis kolagen dan
substansi dasar yang disebut proteoglikan kira-kira 5 hari setelah
terjadi luka.Kolagen adalah substansi protein yang menambah
tegangan permukaan dari luka.Jumlah kolagen yang meningkat
menambah kekuatan permukaan luka sehingga kecil kemungkinan
luka terbuka.Selama waktu itu sebuah lapisan penyembuhan nampak
dibawah garis irisan luka.
Kapilarisasi tumbuh melintasi luka, meningkatkan aliran
darah yang memberikan oksigen dan nutrisi yang diperlukan bagi
penyembuhan.Fibroblast berpindah dari pembuluh darah ke luka
membawa fibrin.Seiring perkembangan kapilarisasi jaringan
perlahan berwarna merah.Jaringan ini disebut granulasi jaringan
yang lunak dan mudah pecah.

4. Maturasi
Fase maturasi dimulai hari ke-21 dan berakhir 1-2 tahun
setelah pembedahan.Fibroblast terus mensintesis kolagen.Kolagen

12
menjalin dirinya, menyatukan dalam struktur yang lebih kuat.Bekas
luka menjadi kecil, kehilangan elastisitas dan meninggalkan garis
putih.

I. Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka


1. Usia
Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada orang tua.Orang
tua lebih sering terkena penyakit kronis, penurunan fungsi hati dapat
mengganggu sintesis dari faktor pembekuan darah. Percepatan
perbaiakan sel berlangsung sjalan dengan pertumbuhan,kematangan dan
usia seseorang.

2. Nutrisi
Penyembuhan menempatkan penambahan pemakaian pada tubuh. Klien
memerlukan diit kaya protein, karbohidrat, lemak, vitamin C dan A, dan
mineral seperti Fe, Zn. Klien kurang nutrisi memerlukan waktu untuk
memperbaiki status nutrisi mereka setelah pembedahan jika mungkin.
Klien yang gemuk meningkatkan resiko infeksi luka dan penyembuhan
lama karena supply darah jaringan adipose tidak adekuat. Sehingga nutrisi
merupakan sumber utama dalam membantu perbaikan sel terutama
kandungan gizi yang terdapat di dalam nya. Anemia memperlamabat
proses penyembuhan luka mengingat perbaikan sel membutuhkan kadar
protein yang cukup.

3. Infeksi
Infeksi luka menghambat penyembuhan.Bakteri sumber penyebab infeksi.

4. Sirkulasi (hipovolemia) dan Oksigenasi


Sejumlah kondisi fisik dapat mempengaruhi penyembuhan luka. Adanya
sejumlah besar lemak subkutan dan jaringan lemak (yang memiliki sedikit
pembuluh darah).Pada orang-orang yang gemuk penyembuhan luka
lambat karena jaringan lemak lebih sulit menyatu, lebih mudah infeksi,
dan lama untuk sembuh.Aliran darah dapat terganggu pada orang dewasa
dan pada orang yang menderita gangguan pembuluh darah perifer,

13
hipertensi atau diabetes millitus. Oksigenasi jaringan menurun pada orang
yang menderita anemia atau gangguan pernapasan kronik pada perokok.
Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan
menurunnya ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.

5. Hematoma
Hematoma merupakan bekuan darah.Seringkali darah pada luka secara
bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika
terdapat bekuan yang besar hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat
diabsorbsi tubuh, sehingga menghambat proses penyembuhan luka.

6. Benda asing
Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan
terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini
timbul dari serum, fibrin, jaringan sel mati dan lekosit (sel darah merah),
yang membentuk suatu cairan yang kental yang disebut dengan nanah
(“Pus”).

7. Iskemia
Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah
pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat
terjadi akibat dari balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat
faktor internal yaitu adanya obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri.

8. Diabetes
Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula
darah, nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga
akan terjadi penurunan protein-kalori tubuh.

9. Keadaan Luka
Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan efektifitas
penyembuhan luka. Beberapa luka dapat gagal untuk menyatu.

10. Obat
Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan anti
neoplasmik mempengaruhi penyembuhan luka.Penggunaan antibiotik
yang lama dapat membuat seseorang rentan terhadap infeksi luka.

14
a. Steroid : Akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh
terhadap cedera.
b. Antikoagulan : Mengakibatkan perdarahan
c. Antibiotik : Efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk
bakteri penyebab kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah
luka pembedahan tertutup, tidak akan efektif akibat koagulasi
intravaskular.

11. Kegemukan
Jaringan lemak tidak mendapatkan suplai darah yang cukup karena
transportasi nutrisi yang di butuhkan tidak terpenuhi sehingga
penyembuhan luka mengalami hambatan.

12. Luasnya dan Dalamnya Luka


Luas dan dalamnya luka disertai dengan banyaknya jaringan yang luka
merup[akan faktor yang paling riskan dalam penyembuhan luka, karena
jika jaringan luka yang hilang sangat luas maka proses penyambuhan luka
akan berlangsung sangat lama.

13. Oksigenasi
Kurangnya oksigen yang duhantarkan pada jaringan akan menghambat
perbaikan luka, oksigen mempengaruhi pembentukan sintesa kolagen dan
pembentukan secara epitel. Penyembuhan luka akan berjalan lambat jika
sirkulasi udara kurang baik dan permukaan luka tak mendapat cukup
oksigen.

14. Merokok
Fungsi hemoglobin dalam mengikat oksigen akan menurun pada perokok
sehingga memperburuk oksigenisasi di jaringan.

15. Imunologi
Berbagai agen atau keadaan sakit atau penyakit yang mngurangi respon
kekebalan seseorang akan membawa akibat buruk atau menghambat
penyembuhan luka.

15
16. Diabetes
Pada psien Diabetes Melitus terjadi gangguan pembuluh darah kapiler
yang menimbulkan perubahan perfusi jaringan. Jika terjadi peningkatan
dalam gula darah maka kamampuan lekosit dalam memfagositosis akan
menurun sehingga luka tidak bersih dan beresiko terjadinya infeksi dalam
hal ini penyembuhan luka menjadi lama
Perawatan luka merupakan hal yang penting dan sangat berpengaruh baik
dalam proses penyembuhan luka, maka tenaga kesehatan dalam hal ini
perlu memahami tentang proses penyembuhan luka.
Adapun tahap –tahap penyembuhan luka :
a. Tahap Pertama, Inflamasi
Tahap ini di mulai beberapa menit setelah terjadi injuri dan
berlangsung kurang lebih tiga hari, pada tahap ini terjadi kontrol
perdarahan, aliran darah kedaerah injuri meningkat dan terjadi
pembentukan sel epitel didaerah injuri. Jaringan yang rusak akan
mengeluarkan histamin yang menyebabkan vasodilatasi kapiler dan
mengeluarkan serum serta “ Sel Darah Putih “ dan hal ini akan
mengakibatkan keadaan di daerah injuri merah, panas, bengkak, dan
kerusakan jaringan. Fungsi dari sel darah putih adalah memakan
bakteri dan membersihkan luka dari kotoran, sel-sel yang mati dan dari
bakteri. Setelah luka bersih sel epitel mulai tumbuh pada sisi dan dasar
luka membentuk lapisan tipis untuk menutup luka dan menjaga
mikroorganisme masuk yang dapat menginfeksi luka.

b. Tahap kedua, Destruktif


Tahap ini berlangsung tiga sampai empat belas hari.Semua lapisan sel
epitel beregenerasi selengkapnya dalam waktu satu minggu, pada tahap
ini luka mudah sekali berdarah karena jarigan baru tersebut memiliki
sangat banyak pembuluh darah.

c. Tahap Ketiga, Proliferasi

16
Pada tahap ini kolagen terus bertumpuk, ini akan menekan pembuluh
darah baru dan arus darah menurun. Luka terlihat berwarna merah
jambu yang luas, pasien harus menjaga untuk tidak menggunakan otot
yang terkena, tahap ini berlangsung kira-kira dari minggu kedua
sampai minggu ke enam setelah injuri.

d. Tahap Keempat, Maturasi


Berlangsung beberapa bulan setelah injuri, pasien akan mengeluh gatal
sekitar luka. Walaupun kolagen terus menumpuk luka menciut dan
tegang.Karena penciutan luka terjadi jaringan parut yang berlapis
putih, bila luka dekat persendihan dapat terjadi kontraktur.

J. Komplikasi Penyembuhan Luka


Komplikasi penyembuhan luka meliputi infeksi, perdarahan, dehiscence
dan eviscerasi.
1. Infeksi
Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma, selama
pembedahan atau setelah pembedahan.Gejala dari infeksi sering muncul
dalam 2 – 7 hari setelah pembedahan.Gejalanya berupa infeksi termasuk
adanya purulent, peningkatan drainase, nyeri, kemerahan dan bengkak di
sekeliling luka, peningkatan suhu, dan peningkatan jumlah sel darah putih.

2. Perdarahan
Perdarahan dapat menunjukkan suatu pelepasan jahitan, sulit membeku
pada garis jahitan, infeksi, atau erosi dari pembuluh darah oleh benda
asing (seperti drain).Hipovolemia mungkin tidak cepat ada tanda.
Sehingga balutan (dan luka di bawah balutan) jika mungkin harus sering
dilihat selama 48 jam pertama setelah pembedahan dan tiap 8 jam setelah
itu.Jika perdarahan berlebihan terjadi, penambahan tekanan balutan luka

17
steril mungkin diperlukan. Pemberian cairan dan intervensi pembedahan
mungkin diperlukan.

3. Dehiscence dan Eviscerasi


Dehiscence dan eviscerasi adalah komplikasi operasi yang paling
serius.Dehiscence adalah terbukanya lapisan luka partial atau
total.Eviscerasi adalah keluarnya pembuluh melalui daerah irisan.
Sejumlah faktor meliputi, kegemukan, kurang nutrisi, multiple trauma,
gagal untuk menyatu, batuk yang berlebihan, muntah, dan dehidrasi,
mempertinggi resiko klien mengalami dehiscence luka. Dehiscence luka
dapat terjadi 4 – 5 hari setelah operasi sebelum kollagen meluas di daerah
luka.Ketika dehiscence dan eviscerasi terjadi luka harus segera ditutup
dengan balutan steril yang lebar, kompres dengan normal saline. Klien
disiapkan untuk segera dilakukan perbaikan pada daerah.

K. Pengaruh Psikologi
1. Depresi
Reaksi frustrasi yang membuat kita murung berlanjut, sedih, hilang gairah
hidup, dan tidak berdaya berhadapan dengan keadaan penyakit dengan
luka yang sudah lama dan sukar untuk disembuhkan.
2. Apati.
Kekesalan yang ditunjukkan dengan bersikap masa bodoh, acuh tak acuh,
putus asa, tidak peduli lagi akan kehidupan dan kesembuhan lukanya.
3. Agresi
Memberikan perlawanan kepada semua yang ada disekelilingnya setiap
orang memberikan semangat hidup dan menasehatinya.
Rasa ketakutan terhadap dirinya, dan kehilangan akan semua yang ada
disampingnya.

L. Komplikasi Dari Luka


1. Hematoma (Hemorrhage)
Perawat harus mengetahui lokasi insisi pada pasien, sehingga balutan
dapat diinspeksi terhadap perdarahan dalam interval 24 jam pertama
setelah pembedahan.

18
2. Infeksi (Wounds Sepsis)
Merupakan infeksi luka yang sering timbul akibat infeksi nosokomial di
rumah sakit. Proses peradangan biasanya muncul dalam 36 – 48 jam,
denyut nadi dan temperatur tubuh pasien biasanya meningkat, sel darah
putih meningkat, luka biasanya menjadi bengkak, hangat dan nyeri.
Jenis infeksi yang mungkin timbul antara lain :
a. Cellulitis merupakan infeksi bakteri pada jaringan
b. Abses, merupakan infeksi bakteri terlokalisasi yang ditandai oleh
terkumpulnya pus (bakteri, jaringan nekrotik, Sel Darah Putih)
c. Lymphangitis, yaitu infeksi lanjutan dari selulitis atau abses yang
menuju ke sistem limphatik. Hal ini dapat diatasi dengan istirahat dan
antibiotik.

3. Dehiscence dan Eviscerasi


Dehiscence adalah rusaknya luka bedah.Sementara, Eviscerasi merupakan
keluarnya isi dari dalam luka.

4. Keloid
Merupakan jaringan ikat yang tumbuh secara berlebihan.Keloid ini
biasanya muncul tidak terduga dan tidak pada setiap orang.

5. Sepsis
Bila ada kuman dan luka sampai mengenai Pembuluh darah maka kuman
akan ikut masuk ke aliran darah didalam pembuluh darah dan menyebar
keseluruh tubuh.

6. Kematian
Sepsis dapat mengakibatkan kematian bila tidak ditangani dengan baik.

19
BAB III

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Ada dua kondisi yang perlu dikaji diantaranya yaitu :
1. Luka baru
a. Kaji keadaan umum pasien
b. Kaji tempat kejadian ( emergensi atau stabil )
c. Kaji Tandi Vital ( Tensi, suhu, nadi, pernapasan )
d. Kaji keadaan luka ( luas, lokasi, jenis, )
e. Kaji adanya tanda – tanda infeksi luka
f. Kaji hal –hal yang berhubungan dengan luka, fraktur, perdarahan,
injuri, dan cedera kepala
g. Kaji perdarahan yang keluar ( ada atau tidak, Jumlah, warna , bau )

2. Luka lama / sudah ada tindakan


a. Kaji penampilan luka ( tanda-tanda infeksi )
b. Kaji luas luka
c. Kaji Keluhan nyeri ( Lokasi, intensitas )
d. Kaji kondisi jahitan luka
e. Kaji drainage atau cairan yang keluar

20
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan integritas kulit Berhubungan dengan :
a. Trauma tumpul / tajam
b. Insisi operasi
c. Penekanan yang lama
d. Injury
e. Imobilisasi

2. Nyeri berhubungan dengan


a. Cedera Termal
b. Insisi operasi
c. Kerusakan jaringan
d. Immobilisasi

3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan


a. Hilangnya sebagian jaringan
b. Luka terbuka
c. Malnutrisis

4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan


a. Nyeri
b. Imobilisasi
c. Kelemahan fisik

C. Intervensi
1. Kerusakan Integritas kult berhubungan dengan trauma tumpul/tajam,
insisi operasi, penekanan yang lama, injury, immobilisasi
Hasil yang diharapkan :
a. Klien akan mempertahankan keutuhan kulit selama perawatan
b. Jaringan tampak menyatu

21
c. Kulit tidak lecet
d. Integritas kult bebas dari luka tekan
Intervensi :
1) Kaji / catat keadaan luka ( ukuran, warna, kedalaman luka)
perhatikan jaringan nekrotik
R/ : Memberikan informasi dasar adanya kemungkinan kebutuhan
tentang sirkulasi
2) Kaji kulit luka terbuka, benda asing, kemerahan, perdarahan dan
perubahan warna
R/ : Sebagai data dasar untuk intervensi selanjutnya
3) Anjurkan pasien untuk merubah posisis miki / mika setiap 4 jam
R/ : Meningkatkan sirkulasi dan perfusi jaringan dengan mencegah
tekanan yang lama
4) Lakukan perawatan luka secara aseptik dan steril 2 kali sehari
R/ : Mencegah terjadinya kerusakan kulit lebih lanjut
5) Pertahankan tempat tidur dalam keadaan bersih dan kering
R/ : Menghindari kulit lecet dan terkontamionasi mikroorganisme
6) Tempatkan bantalan air / bantalan lain di bawah siku/ tumit sesuai
dengan indikasi
R/ : Menurunkan tekanan pada area yang peka dan beresiko
terjadinya kersakan kulit
7) Gunakan baby oil / krim kulit 2-3 kali dan setelah mandi
R/ : Melicinkan kulit dan menghindari gatal
8) Kolaborasi dengan dokter untuk therapi anti inflamasi
R/ : Menghindari infeksi

2. Nyeri berhubungan dengan cedera termal, insisi operasi, kerusakan


jaringan,immobilisasi
Hasil yang diharapkan :
a. Klien akan bebas dari nyeri selama perawatan

22
b. Klien mengatakan nyeri berangsur-angsur berkurang sampai dengan
hilang
c. Klien tampak rileks
d. Klien dapat beraktifitas tanpa nyeri
Rencana Tindakan :
1) Kaji keluhn nyeri ( lokasi, intrnsitas, lamanya serangan )
R/ : sebagai data daras untuk menentukn intervensi selanjutnya
2) Pertahankan tirah baring slama fase akut
R/ : Tirah baring dalam posisi yang nyaman memungkinkan pasien
untuk menurunkan spasem otot, penekanan pada bagian tubh tertentu
dan memfasilitasi terjadinya reduksi
3) Anjurkan pasien untuk melakukan gerqkan tubuh yang tepat dan
batasi aktifitas selama nyeri
R/ Menghlangkan / mengurangi sterss pada otot dan mencegah trauma
lebih lanjut
4) Anjurkan dan ajarkan klien untuk melakukan teknik visualisasi ,
relaksasi
R/ : mengalihkan perhatian dan membantu menghilangkan nyeri dan
meningkatkan proses penyembuhan
5) Tinggikan dan dukung ekstermitas yang terkena
R/ : meningkatkan aliran balik vena, meningkatkan edema dan
menurunkan nyeri
6) Lakukan kompres dingin / es 24-48 jam pertama
R/ : Menurunkan edema / pembentukan hematom, menurunkan
sensasi nyeri
7) Letakan semua kebutuhan pasien dalam batas yang mudah di jangkau
oleh pasien
R/ : menurunkan resiko pregangan saat meraih
8) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapi analgetik
R/ : Analgetik dapat mengurangi nyeri

23
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan hilangnya sebagian jaringan,
lika terbuka, malnutrisi
Hasil yang diharapkan :
a. Kilen tidak menunjukan adanya tanda-tanda infeksi selama masa
perawatan
b. Luka tampak kering dan bersih
c. Tidak ada cairan atau darah yang kelar atau merembes
d. Penyembuhan luka rapat dan baik
Intervensi :
1) Kaji kulit terhadap adanya iritasi, lika terbuka atau robekan kulit
R/ : Mengidentfikasi adanya faktor pencetus masuknya kuman
penyebab infeksi
2) Kaji tanda-tanda vital ( suhu, nadi )
R/ : Sebagai indikator untuk intervensi selanjutnay dari perubahan
tanda-tanda vital
3) Tekankanpentigya cuci tangan yang baik untuk semua individu yang
datang kontak dengan pasien
R/ : Mencegah kontaminasi silang, menekan resiko infeksi
4) Kalau perlu ajnurkan pasien untuk diisolasi sesuai dengan indikasi
R/ : Isolasi dapat dilihat dari luka sederhana/ terbuka sampai komplit
untuk menurunkan resiko kointaminasi silang
5) Lakukan perawatan luka secara aseptik dan steril 2 kali sehari
R/ : Menurunkan resiko infeksi dan mendukung proses penyembuhan
6) Tampung cairan sisa yang terkontaminasi pada tempat tertentu dalam
ruangan kemudian di buang pada opembuangan yang sudah
ditentukan oleh rumah sakit
R/ : Mencegah penyebaran infeksi di lingkungan rumah sakit
7) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotic
R/ :Antibiotik dapa membunuh kuman penyakit pemyebab infeksi dan
mengurangi penyebaran infeksi

24
4. Intoleransi dalam beraktifitas berhubungan dengan nyeri, imobilisasi,
kelemahan fisik
Hasil yang diharapkan :
a. Klien dapat melakukan aktifitas mandiri selama masa perawatan
b. Pasien tampak rileks
Intervensi :
1) Kaji respon terhadap aktifitas pasien
R/ : Sebagai parameter untuk menentukan tingkat kemampuan pasien
dalam beraktifitas
2) Kaji Tanda-tamnda vital
R/ : Sebagai indikator terhadap perubahan TTV akibat aktifitas
3) Observasi keluhan pasien selama beraktifitas
R/: Indikator untuk melakukan intervensi selanjutnya
4) Jelaskan pada pasien tentang teknik penghematan energy
R/ : mengurangi dan menghemat penggunaan energi, juga membantu
keseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2
5) Ubah posisi secara periodik dan dorong untuk latihan napas dalam
R/ : Mengurangi tekanan pada salah satu area dengan meningkatkan
sirkulasi perifer
6) Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi
R/ Mengurangi kelelahan otot dapat membantu mengurangi nyeri,
spame dan kejang.

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PERAWATAN LUKA


1. Persiapan alat;
- Pinset anatomis dan cirurgis
- Gunting
- Plester
- Kapas alkohol
- Bak instrument

25
- Bengkok
- Sarung tangan
- Kasa steril
- Troly
- Perlak (jika perlu)
- Cairan Nacl 0,9 %
- Obat obatan jika perlu
2. Pelaksanaan
- Ucapkan salam dan perkenalkan diri
- Beritahu pasien tentang tujuan dan tindakan yang akan
dilakukan
- Lakukan 6 langkah cuci tangan
- Siapkan alat secara ergonomis
- Pasang sampiran /tutup pintu
- Atur posisi pasien senyaman mungkin
- Pasang perlak jika perlu
- Pakai sarung tangan
- Olesi plester dengan kapas alcohol agar mudah dilepas dan
tidak sakit
- Buka plester dan buang ke dalam begkok
- Kaji kondisi luka dan tekan daerah sekitar luka
- Bersihkan luka dengan menggunakan cairan Nacl 0,9%
- Buang kasa yang telah digunakan ke dalam bengkok
- Keringkan luka dengan kasa baru /steril
- Berikan salep jika perlu
- Tutup luka dengan kasa steril dan pasang plester
- Rapihkan pasien
- Beritahu pasien kalau tindakan telah dilakukan
- Rapihkan alat
- Lepas sarung tangan dan buang ke dalam bengkok
- Ucapkan salam

26
- Lakukan 6 langkah cuci tangan
- Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

BAB IV

PENUTUP

A. esimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah perawatan luka merupakan suatu
tindakan pembersihan luka dengan menggunakan prinsip bersih ataupun steril
agar tidak terkontaminasi oleh bakteri dan terjadi infeksi.

B. Saran
Pada hakekatnya pembuatan makalah ini kemungkinan jauh dari
sempurna tetapi demikian gambaran tentang luka dan perawatannya
merupakan proses yang harus dilalui serta pasti terjadi dalam kehidupan
sehari-hari. Semoga dengan adanya makalah ini bisa membuka wawasan kita
bila dihadapkan pada kondisi luka. Semoga bermanfaat bagi kita yang mau
membaca dan mempelajarinya.

27

Vous aimerez peut-être aussi