Vous êtes sur la page 1sur 7

ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI BERDASARKAN METODE

MORFOMETRI

A. Definisi Geomorfologi
Geomorfologi berasal dari tiga kata yunani yakni gi (bumi), morphe
(bentuk), logos (ilmu). Dengan kata lain geomorfologi adalah ilmu yang
mempelajari hal yang berkenaan dengan bentuk – bentuk permukaan bumi.
Pada dasarnya geomorofologi tidak membahas bentuk permukaan bumi saja,
akan tetapi gaya serta proses – proses yang menyebabkan bentuk – bentuk
demikianpun dibahas dalam geomorfologi.
Geomorfologi merupakan ilmu yang mengkaji mengenai bentukan
permukaan bumi serta perubahan – perubahan yang terbentuk pada bumi.
Geomorfologi umumnya dikenal dengan ilmu bentang alam. Bentang alam atau
bentuklahan adalah bentukan pada permukaan bumi yang diakibatkan oleh
perubahan bentuk permukaan bumi karena adanya proses – proses
geomorfologi yang bekerja pada permukaan bumi. Adapun proses geomorfologi
merupakan segala hal yang berkaitan dengan perubahan fisik ataupun kimia
yang terjadi pada permukaan bumi akibat gaya – gaya geomorfologi (merusak
dan mengangkut).

Sumber : Salahuddin Husein dan Srijono, 2017


Gambar 1
Contoh peta geomorfologi Daerah Istimewa Yogyakarta
B. Konsep dasar geomorfologi
Pada dasarnya geomorfologi memiliki konsep, diantaranya :
a. Proses geomorfik berdasarkan waktu bekerjanya pada masa geologi
hingga saat ini, meskipun dengan intensitas yang selalu sama, sehingga
muncul istilah The present is the key to the past.
b. Faktor yang mendominasi dalam perubahan bentuk lahan merupakan
struktur geologi (bentuk lahan) sebagai faktor pengontrol.
c. Proses geomorfologi akan meninggalkan jejak serta karakterisstik pada
bentuk lahan.
d. Urutan bentuk lahan yang memiliki karakteristik – karakteristik pada
masing – masing tahap perkembangan disebabkan oleh adanya
perbedaan tenaga erosi yang dihasilkan dipermukaan bumi.
e. Perubahan geomorfik yang kompleks lebih umum daripada evolusi
sederhana.
f. Bentuk lahan pada permukaan bumi akan lebih tua daripada Tersier serta
lebih muda dari pleistosen.
g. Geomorfologi pada saat ini tidak akan efektif apabila tidak memperhatikan
perubahan – perubahan geologi serta iklim dimasa pleistosen.
h. Peranan iklim pada dunia berpengaruh terhadap variasi pentingnya
perbedaan proses geomorfologi.
i. Geomorfologi lebih menekankan pada bentukan yang sekarang, akan
tetapi diperlukan sejarah pembentukan bentuk lahan tersebut untuk
memahi secara mendalam.

C. Pola Aliran Sungai


Gaya teknik serta kegiatan erosi akan membentuk lembah sebagai media
pengaliran air, dengan skala waktu tertentu akan membentuk pola – pola yang
tertentu pula (pola aliran). Pola aliran tersebut berkaitan terhadap jenis batuan
dan struktur geologi disertai dengan sejarah pembentukan bentuk bumi. Media
pengaliran dipengaruhi oleh kemiringan lereng, karakteristik lapisan batuan,
ketebalan lapisan, struktur geologi serta kondisi iklim.
Untuk mengamati pola aliran sungai dengan mudah dapat dilakukan
dengan mengamati pada peta topografi, dimana percabangan sungai akan
terlihat yang dapat merepresentasikan jenis batuan, struktur geologi serta erosi.
DAS (daerah aliran sungai) merupakan suatu daerah yang dibatasi oleh topografi
secara alami, yang bersikan seluruh air hujan yang terjatuh didalamanya akan
mengalir melalui suatu sungai serta keluar melalui outlet sungai.
Adapun jenis – jenis pola aliran sungai, antara lain :
a. Pola Trellis
Pola yang menggambarkan letak ordo sungai atau anak – anak sungai
yang parallel berdasarkan strike atau topografi parallel. Anak sungai akan
bermuara pada induk sungai secara tegak lurus, biasanya menggambarkan
daerah pegunungan lipatan. Induk sungai akan mengalir mengikuti strike atau
sejajar dengan strike yang akan mengalir diatas struktur sinklin.
b. Pola Rektanguler
Pola yang digambarkan dengan induk sungai dengan belokan atau
lengkungan kurang lebih 90°, arah anak sungai akan berpotongan terhadap
induk sungai. Pola rektanguler umumnya terlihat pada daerah pegunungan yang
dapat menggambarkan adanya pengaruh struktur patahan atau retakan.
c. Pola Denritik
Pola yang digambarkan dengan anak sungai yang cenderung sejajar
terhadap induk sungai, dimana anak sungai bermuara pada induk sungai yang
memiliki sudut lancip. Pola denritik menyerupai pohon dengan tatanan dahan
serta ranting yang merepresentasikan cabang – cabang serta anak sungai. Pola
denritik umumnya terlihat pada daerah dengan batuan yang sejenis atau
homogen serta penyebaran yang luas.
d. Pola Radial
Pola ini terbagi menjadi dua yakni sentripugal dan sentripetal. Pada pola
aliran sentripugal, pola aliran pada daerah hulu sungai akan berdekatan seperti
terpusat pada satu jalur namun muaranya menyebar pada segala arah. Pola
aliran radial terlihat di daerah gunung api atau pada topografi dengan bentuk
menyerupai kubah. Hulu sungai berada pada puncak, namun muara akan
menyebar kea rah yang lain (segala arah).
Pada pola aliran sentripetal, merupakan sebaliknya dari pola sentripugal
yaitu memusat dari banyak arah. Pola aliran ini akan terlihat pada satu cekungan
atau basin yang akan bermuara pada danau. Pada pola aliran ini memiliki iklim
yang kering atau aliran sungai yang tidak memiliki saluran perlepasan pada laut
sebab penguapan yang tinggi.
e. Pola Paralel
Pola ini diambarkan dengan pola pengaliran yang sejajar. Umumnya
menandakan suatu lerang yan curam, umumnya terdapatpada wilayah pantai.
f. Pola Annular
Pola aliran ini berbentuk melingkar namun bukan berupa meander. Pola
annular umumnya terlihat pada daerah yang berstruktur kubah (dome) (pada
stadium dewasa). Daerah dome awalnya (pada stadium remaja) tertutup oleh
lapisan batuan endapan yang berselang antara lapisan batuan yang keras
hingga lapisan batuan yang lunak atau lembut.

Sumber : Agnas Setiawan, 2013


Gambar 2
Sketsa Pola aliran sungai

Sumber : Agnas Setiawan, 2013


Gambar 3
Ilustrasi pola aliran sungai
Untuk mengamati batuan yang terdapat pada suatu wilayah dapat
diketahui dengan melakukan perhitungan terhadap kerapatan suatu sungai, hal
tersebut dikemukakan oleh Van Zuidam.
Tabel 1
Kerapatan aliran berdasarkan Van Zuidam (1985)
Jenis Kerapatan Nilai Kerapatan Karakteristik
Halus < 0,5 cm Tingkat limpasan air
permukaan tinggi
disertai dengan batuan
dengan porositas buruk
Sedang 0,5 – 5 cm Tingkat limpasan air
permukaan sedang
dengan porositas
sedang.
Kasar > 5 cm Tingkat limpasan air
permukaan rendah
dengan porositas batuan
yang baik dan resisten
terhadap erosi.
KESIMPULAN

Geomorfologi merupakan ilmu yang mempelajari hal yang berkenaan


dengan bentuk – bentuk permukaan bumi beserta gaya dan proses-proses yang
menyebabkan bentuk-bentuk tercipta pada permukaan bumi. Proses tersebut
yaitu suatu perubahan pada permukaan bumi baik secara fisik atau kimia dengan
media berupa air dan angin serta gaya berat dan lain sebagainya.
Gaya teknik serta kegiatan erosi akan membentuk lembah sebagai media
pengaliran air, dengan skala waktu tertentu akan membentuk pola – pola yang
tertentu pula (pola aliran) atau pola aliran sungai. Pola tersebut terbagi menjadi :
1. Pola Trellis
2. Pola Rektanguler
3. Pola Denritik
4. Pola Radial
5. Pola Paralel
6. Pola Annular
Berdasarkan pola aliran tersebut dapat dianlisis morfometri daerah aliran
sungai untuk mengetahui batuan yang terdapat pada area media sungai dengan
mengetahui kerapatan kecepatan aliran sungai. Umumnya dibagi menjadi :
1. Halus (< 0,5 cm)
2. Sedang (0,5 – 5 cm)
3. Kasar (> 0,5 cm)
DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. 2010. “Geomorfologi”. Younggeomorphology.wordpress.com/.


Diakses Tanggal 9 April 2018 Pukul 00:04 WIB

2. Dhianti, A.Q. 2012. “Morfometri Daerah Aliran Sungai”.


aqdhianti.blogspot.co.id/. Diakses Tanggal 9 April 2018 Pukul
00:36 WIB

3. Dony. 2010. “Morfometri”. Dony.blog.uns.ac.id/. Diakses Tanggal 9 April


2018 Pukul 01:12 WIB

Vous aimerez peut-être aussi