Vous êtes sur la page 1sur 9

LAPORAN AUDITOR

1. Jenis-Jenis Laporan Auditor


a. Laporan audit bentuk baku
Laporan audit bentuk baku memuat pendapat wajar tanpa pengecualian
(unqualified opinion) yang mengandung arti bahwa laporan keuangan menyajikan
secara wajar, dalam hal ini yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus
kas suatu satuan usaha sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
(Jusup,57:2001) Laporan ini dirancang untuk memisahkan secara jelas antara
tanggung jawab manajemen dengan auditor (Darmawan: 2012).
Unsur pokok laporan audit bentuk baku (Darmawan: 2012):
1) Judul laporan yang berbunyi “Laporan Auditor Independen”.
2) Pihak kepada siapa laporan audit ditujukan.
3) Paragraf pengantar, menyangkut pernyataan yang menyangkut apa saja
yang telah diaudit dan pernyataan mengenai perbedaan tanggung jawab
auditor dan manajemen.
4) Paragraf lingkup audit, menyangkut pernyataan auditor melaksanakan
audit sesuai standar auditing yang telah ditetapkan dan pernyataan rencana
auditor untuk melakukan audit agar tidak terjadi salah saji material.
Pernyataan yang telah auditor laksanakan mengenai pemeriksaan bukti-
bukti mendukung diungkapkan berdasar pengujian, penilaian prinsip
akuntansi yang digunakan manajemen, penilaian penyajian laporan
keuangan keseluruhan. Pernyataan yakin dari auditor bahwa audit yang
dilaksanakan memberikan dasar yang memadai untuk menyatakan
pendapat.
5) Paragraf pendapat, pernyataan mengenai laporan keuangan yang disebut
dalam paragraph lingkup audit disajikan secara wajar.
6) Tanda tangan, nama, dan nomor register Negara auditor.
7) Tanggal diselesaikannya pekerjaan audit.
Laporan audit baku diberikan dalam kondisi (Darmawan: 2012):
1) Semua laporan sudah dimasukkan dalam laporan keuangan.
2) Semua standar umum dan standar pekerjaan lapangan telah dilaksanakan
dengan bukti yang cukup.

1
3) Laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai prinsip akuntansi
berterima umum.
b. Laporan audit standar
Laporan standar merupakan laporan yang paling umum dterbitkan dan
berisi pendapat wajar tanpa pengecualian yang menetapkan semua asersi
manajemen atas pengendalian internal wajar dalam material. Kesimpulan ini dapat
diterapkan apabila auditor telah memeriksa tidak ada kelemahan material dalam
pengendalian internal atas pelaporan keuangan. Persyaratan yang harus dipenuhi
untuk menerbitkan laporan audit ini, meliputi (Darmawan: 2012) :
1) Standar auditing sudah terpenuhi dan auditor sudah berkedudukan
independen.
2) Laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum.
3) Pernyataan yang dimuat dalam laporan keuangan mudah dipahami. Tidak
terdapat ketidakpastian yang luar biasa mengenai perkembangan
perusahaan pada periode berikutnya.
c. Laporan audit keuangan
Audit laporan keuangan merupakan jenis audit yang sering dilakukan oleh
auditor independen karena dapat meningkatkan kepercayaan bagi pemakai laporan
keuangan yang dihasilkan perusahaan. Auditor melakukan audit ini atas permintaan
akan jasa pengauditan oleh para pengguna laporan keuangan, hal ini tentu saja akan
menciptakan pasar bagi auditor independen (Darmawan: 2012).
Para pemakai laporan keuangan meminta para auditor melakukan audit atas laporan
mereka atas dasar:
1) Adanya perbedaan kepentingan yang dapat menimbulkan konflik antara
manajemen sebagai pembuat laporan keuangan dengan para pemakai
laporan keuangan.
2) Keinginan para pemakai laporan keuangan agar informasi yang ada di
dalam laporan tersebut sudah sesuai dengan prinsip akuntansi berterima
umum dan terbukti kewajarannya.

2
3) Para pemakai laporan keuangan mengandalkan jasa auditor untuk
memastikan kualitas laporan keuangan yang bersangkutan apakah sudah
relevan atau belum.
4) Karena keterbasan akses, para pemakai laporan keuangan mengandalkan
kemampuan auditor untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan
dengan menekan risiko informasi.
Manfaat ekonomis audit laporan keuangan :
a. Meningkatkan kredibilitas perusahaan
b. Meningkatkan efesiensi dan kejujuran
c. Meningkatkan efesiensi operasional perusahaan
d. Mendorong efesiensi pasar modal
Keterbatasan audit laporan keuangan, meliputi :
a. Pembatasan biaya dan penarikan sampel akan membuat terbatasnya
pengujian serta ketidakakuratannya data pendukung yang menjadi
sampel.
b. Keterbatasan waktu yang tidak memadai untuk auditor melakukan
audit akan memberikan keraguan bagi pemakai laporan keuangan
terhadap keakuratan data yang diaudit. Apabila auditor juga terlalu
lama melakukan audit, maka akan mempengaruhi jumlah bukti yang
diperoleh tentang peristiwa dan transaksi setelah tanggal neraca dan
akan berdampak pada laporan keuangan.
Dapat terujinya data laporan keuangan dapat dilihat dari apakah bukti-bukti
yang ada untuk menilai kewajaran laporan keuangan sudah sesuai dengan
kenyataannya. Tahapan audit laporan keuangan (Darmawan: 2012):
a. Auditor melakukan pertimbangan penerimaan tugas apabila auditor
belum mengenal klien.
b. Auditor membuat perencanaan audit untuk melakukan audit dan
mengkoordinasikan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan audit.
c. Auditor mengadakan tes uji audit untuk mengumpulkan bukti
mengenai efektivitas pengendalian intern dan memberikan dasar bagi
pemberian pernyataan mengenai kewajaran laporan keuangan klien.

3
d. Auditor melaksanakan audit sesuai standar umum dan standar
pekerjaan lapangan.
e. Auditor melaporkan hasil auditnya berdasarkan temuan yang dia
temukan.
Laporan auditor adalah laporan yang berisi pendapat seorang auditor
berupa pernyataan kewajaran laporan keuangan, dalam semua hal yang
material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Pendapat tersebut sangat penting
dalam proses audit atapun proses atestasi lainnya karena merupakan informasi
utama yang dapat diinformasikan kepada pemakai mengenai apa yang
dilakukan auditor dan kesimpulan yang diperolehnya.

Laporan auditor tersebut harus memenuhi empat standar pelaporan, yaitu :


1) Standar pelaporan pertama :
Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
2) Standar pelaporan kedua :
Laporan auditor harus menunjukkan keadaan yang di dalamnya prinsip
akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan
keuangan periode berjalan dalam hubungannya dengan prinsip akuntansi
yang diterapkan dalam periode sebelumnya.
3) Standar pelaporan ketiga :
Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
4) Standar pelaporan keempat :
Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai
laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan
demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak
dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam semua hal
yang nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, laporan auditor
harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan auditor, jika
ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikulnya.

4
Keempat standar pelaporan dalam standar auditing dipenuhi dengan
diterbitkannya sebuah laporan auditor dalam bentuk yang sesuai dengan
keadaannya (Laporan Bentuk Baku). Laporan tersebut terdiri dari :
a) Paragraf pendahuluan (atau awal)
b) Paragaraf lingkup (atau tengah)
c) Paragraf pendapat (atau kesimpulan)

Kalimat dalam laporan menggunakan kalimat-kalimat standar (baku),


namun bisa agak sedikit bervariasi tergantung pada laporan keuangan yang
diaudit, apakah untuk satu periode akuntansi atau untuk laporan keuangan
komparatif.
Meskipun pada umumnya auditor menerbitkan laporan bentuk baku,
namun dalam keadaan-keadaan tertentu auditor harus mengeluarkan laporan
dengan bentuk menyimpang dari laporan bentuk baku. Penyimpangan dari
laporan bentuk baku terjadi apabila auditor berkesimpulan bahwa :
a. Perlu ditambahkan paragraf penjelasan pada laporan auditor dengan tetap
memberi pendapat wajar tanpa pengecualian, atau
b. Harus diberikan jenis pendapat yang lain atas laporan keuangan.

2. Persyaratan Masing-Masing Auditor


a. Prinsip Akuntansi Berlaku Umum yang Ditetapkan IAI
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menetapkan sejumlah prinsip akuntansi
yang diumumkan sebagai Standar Akuntansi Keuangan (SAK), yang disebut juga
sebagai prinsip akuntansi yang ditetapkan IAI. Jika prinsip akuntansi yang
ditetapkan IAI cocok untuk diterapkan pada laporan keuangan perusahaan, maka
prinsip-prinsip tersebut harus diikuti dalam memenuhi standar pelaporan.
b. Perubahan Akuntansi yang Mempengaruhi Konsistensi
Perubahan dalam suatu prinsip akuntansi timbul sebagai akibat penerapan
prinsip akuntansi berlaku umum yang berbeda dari prinsip akuntansi yang
diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan pada tahun sebelumnya.

5
Perubahan akuntansi yang mempengaruhi konsistensi, meliputi :
1) Perubahan dalam prinsip akuntansi itu sendiri
2) Perubahan dalam metode penerapan suatu prinsip
3) Perubahan dalam satuan usaha yang membuat laporan.
Sedangkan perubahan yang tidak mempengaruhi konsistensi meliputi :
1) Perubahan dalam estimasi akuntansi
2) Koreksi kesalahan yang tidak melibatkan prinsip akuntansi
3) Perubahan dalam klasifikasi dan klasifikasi kembali
4) Transaksi atau kejadian yang sangat berbeda
5) Perubahan atas kondisi perusahaan
6) Perubahan berupa adanya produk baru
7) Bencana alam
c. Pengungkapan Informatif
Pengungkapan informatif menyangkut hal-hal material yang berkaitan
dengan bentuk, susunan, dan isi laporan keuangan serta catatan atas laporan
keuangan yang menyertainya.
d. Pernyataan Suatu Pendapat
Syarat ini mengharuskan auditor untuk menyatakan suatu pendapat atau
pernyataan bahwa suatu pendapat tidak dapat diberikan. Apabila pernyataan
pendapat tidak dapat diberikan, alasannya harus dinyataka dalam laporan auditor.
e. Laporan Keuangan
Dalam hal ini laporan keuangan bisa berupa laporan yang diterbitkan oleh
sebuah perusahaan secara individual atau berupa laporan konsolidasi. Selain itu
laporan bisa diterbitkan untuk satu periode akuntansi atau bisa juga disajikan secara
komparatif. Pendapat auditor harus dinyatakan (atau menolak untuk menyatakan
pendapat) atas laporan keuangan yang disebutkan dengan jelas dalam paragraf
pendahuluan dalam laporan auditor.
f. Karakter Suatu Audit
Dalam melakukan auditing, auditor diminta untuk menunjukkan dalam
laporannya petunjuk yang jelas mengenai karakter suatu audit. Suatu audit dapat
meliputi :

6
1) Pemeriksaan bukti-bukti berdasarkan pengujian
2) Menilai prinsip akuntansi yang digunakan, estimasi signifikan yang
digunakan manajemen, dan penyajian laporan keuangan sebagai
keseluruhan.
g. Keterkaitan dengan Laporan Keuangan
Seorang akuntan publik terkait dengan laporan keuangan auditan apabila
ia telah ditunjuk untuk mengaudit laporan keuangan berdasarkan standar auditing
yang ditetapkan IAI dan telah menerapkan prosedur-prosedur auditing atas laporan
keuangan tersebut.
h. Tingkat Tanggungjawab
Auditor harus menunjukkan tingkat tanggung jawabnya atas audit dan
pendapat yang diberikannya.

3. Kriteria Wajar dalam Laporan Auditor


Menurut SPAP (Standar Profesional Akuntan Publik), opini audit terdapat 5 macam,
yaitu :
a. Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion)
Pendapat wajar tanpa pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan
menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil
usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia. Ini adalah pendapat yang dinyatakan dalam laporan auditor
bentuk baku. Kriteria pendapat wajar tanpa pengecualian tersebut, antara lain
mencakup :
1) Laporan keuangan lengkap
2) Tiga standar umum telah dipenuhi
3) Bukti yang cukup telah diakumulasi untuk menyimpulkan bahwa tiga
standar lapangan telah dipatuhi
4) Laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan GAAP (Generally
Accepted Accounting Principles)
5) Tidak ada keadaan yang memungkinkan auditor untuk menambahkan
paragraf penjelas atau modifikasi laporan

7
b. Opini Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelasan (Modified
Unqualified Opinion)
1) Keadaan tertentu mungkin saja mengharuskan auditor menambahkan suatu
paragraf penjelasan (atau bahasa penjelasan yang lain) dalam laporan
auditnya. Auditor menyampaikan pendapat ini jika :
2) Kurang konsistennya suatu entitas dalam menerapkan GAAP
3) Keraguan besar akan konsep going concern
4) Auditor ingin menekankan suatu hal
c. Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion)
Pendapat wajar dengan pengecualian, menyatakan bahwa laporan
keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi
keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungan
dengan yang dikecualikan.
d. Pendapat tidak wajar (Adverse Opinion)
Pendapat tidak wajar menyatakan bahwa laporan keuangan tidak
menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
e. Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer of Opinion)
Pernyataan tidak memberikan pendapat menyatakan bahwa auditor tidak
menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Opini ini bisa saja dikeluarkan jika
auditor tidak puas akan seluruh laporan keuangan yang disajikan.

8
REFERENSI

Fery. “Jenis-jenis Laporan Auditor” http://fekool.blogspot.co.id/2015/04/jenis-jenis-


laporan-auditor.html Diakses pada 24 Februari 2018

Etikas,Sari. “Persyaratan Masing-masing Auditor”


https://www.academia.edu/11402535/PENGAUDITAN_SAP_4_PEMBAHASAN”.
Diakses pada 24 Februari 2018
Riyanto, Teguh. “Kriteria Wajar dalam Laporan Auditor”
https://zahiraccounting.com/id/blog/5-jenis-opini-audit-laporan-keuangan/ Diakses 24
Februari 2018

Vous aimerez peut-être aussi