Vous êtes sur la page 1sur 9

6.

Biaya Operasional dan Maintenance

Operasi dan pemeliharaan dilakukan dengan tujuan agar unit-unit pengolahan


dapat berfungsi optimal dan mempunyai efisiensi pengolahan seperti yang diharapkan
sehingga dapat menghasilkan efluen air limbah memenuhi baku mutu yang
ditetapkan.

Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan instalasi penting dengan tujuan :

 Kinerja masing-masing unit optimal sehingga instalasi dapat terus beroperasi.


 Meminimalisasi biaya perbaikan unit.
 Tidak menggangu lingkungan sekitar.
Upaya operasi dan pemeliharaan dilakukan dengan kegiatan dasar seperti
pengukuran debit aliran, sampling, pengujian laboratorium dan pencatatan. Evaluasi
terhadap debit dilakukan untuk memeriksa akurasi peralatan pengukuran yang
digunakan pada instalasi. Prosedur sampling ditinjau melalui penentuan frekuensi
pengambilan sampel, lokasi pengambilan serta pengawetan yang tepat. Sedangkan
pencatatan dilakukan melalui pendokumentasian yang rinci mengenai fasilitas fisik,
operasi, pemeliharaan, persyaratan administrasi dan kepegawaian.

Pada pemeriksaan kinerja instalasi, teknisi perlu mengamati sampel, laju debit
dan hasil analisa laboratorium. Evaluasi instalasi pengolahan air limbah dilakukan
melalui pengujian tiap unit proses maupun unit operasi. Hal ini dilakukan dengan
meneliti mekanisme operasi unit dan fungsi tiap unit pada instalasi tersebut.

a. Analisis Dasar Pembobotan

Biaya Operasional dan Maintenance merupakan salah satu speksifikasi teknis


pembobotan dengan nilai persentasenya sebesar 15% dikarenakan unit yang
digunakan dalam 3 konfigurasi pada setiap tahapnya akan tergantung dengan
besart/rendahnya biaya O&M, Jika biaya operasioanal dan maintenancenya rendah
maka dapat beroperasi dalam jangka waktu yang lama.

b. Analisis Alternatif Pengolahan

Aspek Biaya Operasional dan Maintenance pada unit pretreatment meliputi


barscreen, Pada konfigurasi 1 dan 2 menggunakan Reciprocating barscreen memiliki
biaya O&M nya lebih tinggi karena memerlukan pasokan listrik namun lebih praktis
dalam membersihkan sampah, sedangkan untuk konfigurasi 3 menggunakan
barscreen manual dimana biayanya murah karena tidak memerlukan pasokan listrik,
namun membutuhkan waktu yang lama dalam pembersihan sampah. Dengan
demikian kami lebih menggunakan repciproakting karena lebih efektif dan efisien
dalam menangani benda-benda yang berukuran besar selain itu juga tipe mekanik
berguna untuk melindungi pompa, valve dan peralatan lainnya agar tidak terjadi
penyumbatan oleh sampah. Selanjutnya pada konfigurasi 1 menggunakan aerated grit
chamber sedangkan pada konfigurasi 2 dan 3 menggunakan velocity-controlled grit
chamber. Untuk menghemat biaya O&M kami cenderung memilih aerated grit
chamber karena memiliki fungsi ganda selain dapat digunakan saat awal sebelum
pengolahan, unit ini juga dapat digunakan untuk penambahan zat kimia, pengadukan,
dan flokulasi bila diperlukan sebelum masuk ke pengolahan selanjutnya, air limbah
yang masuk unit ini (akibat pengaruh aerasi) dapat mengurangi bau dan penambahan
penyisihan BOD5, head loss yang terjadi lebih kecil, penyisihan lemak/minyak dapat
dibuat jika unit ini ditambah peralatan skimming, dan pemberian udara ke dalam bak
dapat dikontrol sesuai dengan kebutuhan (Qasim, 1985), setelah itu langsung masuk
ke dalam bak pengendap 1/ primary treament jenis circular center feed karena untuk
perawatan dan pembersihan nya lebih mudah karena akan mengendap di bawah.
sedangkan untuk Velocity-controlled grit chamber lebih berfokus pada sistem
pengontrolan kecepatan flow air limbah yang masuk. Dalam hal ini kecepatan air
limbah yang masuk unit ini dipertahankan pada kondisi yang memungkinkan
terjadinya pengendapan butiran pasir, dan melewatkan materi lain selain pasir.
Tabel 6. Permasalahan Unit Bar Screen dan Solusi Permasalahan

No Indikasi Dugaan Penyebab Pemeriksaan Solusi


Pemeriksaan
terhadap metode dan Pemisahan materi
frekuensi penyisihan yang disaring dengan
Timbul bau dan Akumulasi Materi materi yang tersaring frekuensi yang lebih
1
serangga yang tersaring sering. Bisa
Pemeriksaan menggunakan semua
terhadap kadar tipe barscreen.
Hidrogen Sulfida
Peningkatan
kecepatan aliran
Terlau banyak (dengan
timbunan pasir Periksa kecepatan meningkatkan
Kecepatan
di saluran. alir dan ketinggian frekuensi
pengaliran yang
2 Dapat muka air untuk pembersihan saluran)
terlalu kecil pada
menyebabkan menentukan
saluran kurangi jumlah
peningkatan akumulasi grit
tinggi muka air penyaring atau
digelontor secara
rutin
Gunakan penyaring
Terlalu banyak yang lebih kasar
materi padat dapat menggunakan
dalam limbah Pemeriksaan reprociating bar
Bar Screen terhadap ukuran screen
3
tersumbat penyaring dan Peningkatan frekuensi
Frekuensi kecepatan alir pembersihan dapat
pembersihan menggunakan
kurang reprociating bar
screen.
(Sumber: TA Taufiq Ismail.TL ITB 2000)

Upaya pemeliharaan unit bar screen yang perlu dilakukan diantaranya :

1. Memeriksa bars terhadap korosi dan pengikisan.


2. Penggantian mur dan baut yang telah rusak dan aus.
3. Memeriksa plat penyangga.
4. Penyiraman saluran dan bars screen untuk membersihkan bars.
5. Pembuangan materi yang tersaring secara rutin.
6. Secara rutin dilakukan penggantian bar screen yang beroperasi untuk
dilakukan pemeriksaan struktur dan pipa yang berada di bagian bawah tanki.
Dilakukan penggantian terhadap struktur yang mengalami kerusakan dan
pengecatan terhadap struktur logam untuk mengurangi tingkat pengkaratan.

Pada Biaya Operasional dan Maintenance di Secondary Treament dilakukan


pembobotan dan hasilnya dapat dilihat pada tabel.
Pada konfigurasi 1 menggunakan CMAS (Complete Mix Activated Sludge)
memerlukan biaya operasional dan pemeliharaan yang tinggi karena lumpurnya sulit
untuk mengendap, lalu pada konfigurasi 2 menggunkan CAS (Conventional
Activated Sludge) memerlukan biaya operasional yang tinggi karena cukup rumit
dalam pengawasan pada suhu dan bulking control proces. Sedangkan pada
konfigurasi 3 memiliki biaya operasional dan pemeliharaan yang rendah karena
lumpur yang dihasilkan sedikit.
Dari ketiga konfigurasi diatas akan dipilih setelah didapatkan hasil dari
pembobotan sehingga kita dapat mengetahui mana yang lebih efisien dan dapat
diterapkan.
Untuk Biaya O&M pada Pengolahan Lumpur pada konfigurasi 1 dan 2
menggunakan Gravity thickening cukup rumit karena Upaya perawatan yang perlu
dilakukan terhadap unit gravity thickener diantaranya :
1. Pembersihan setiap hari dinding vertikal dan saluran dengan alat pembersih
yang terbuat dari karet, dan penyemprotan segera terhadap lumpur yang
meluap.
2. Pemeriksaan kedalaman lumpur setiap hari. Kedalaman lumpur dijaga selalu
berada lebih rendah dari permukaan atas thickener.
3. Pengaturan debit lumpur yang dibuang untuk menjaga kedalaman sludge
blanket.
4. Pemeriksaan minyak pelumas roda gigi dan diganti secara teratur
5. Pengurasan thickener satu tahun sekali untuk pemeriksaan struktur dan
mekanisme yang berada di bagian bawah thickener. Permukaan metal
diperiksa dari korisi, dibersihkan, dan dicat untuk mengurangi korosi.
Sedangkan pada konfigurasi 3 menggunakan Anaerobic digestion biaya
operasionalnya tinggi karena proses pengolahan dekomposisi organik dan anorganik
dilakukan dalam kondisi anaerob yang menghasilkan produk baru yaitu gas CO2 dan
CH4.
Tabel 7. Permasalahan pada unit Anaerobic Digester dan Solusi Permasalahan

Dugaan
No Indikasi Penyebab Pemeriksaan Solusi
Saluran Backflush resirkulasi
Temperatur tersumbat Cek perpipaan dan sludge
1
sludge drop Hydraulic reirkulasi
Cek heat exchanger
overload
Tekanan gas Pengambilan gas Tingkatkan
2 Cek kompressor
tinggi tidak sesuai pengambilan gas
Konsleting
Hentikan mixing
Lumpur terlalu Mixing berlebih
3 Cek sistem pompa beberapa jam sebelum
tipis
Pemompaan pengambilan lumpur
terlalu tinggi
Kadar grease
Scum terlalu Peningkatan mixing
4 tinggi Periksa permukaan
tebal
Mixing kurang Tingkatkan resirkulasi
Scum blanket Hentikan pengambilan
Busa pada Pemeriksaan
5 pecah supernatan
supernatan permukaan
Resirkulasi gas Kurangi output
Dugaan
No Indikasi Penyebab Pemeriksaan Solusi
berlebih kompressor
(Sumber: TA Taufiq Ismail.TL ITB 2000)

Upaya perawatan yang perlu dilakukan terhadap unit anaerobic digester diantaranya:

1. Pemeriksaan temperatur digester, volume supernatan dan feed.


2. Lakukan visual gas test dan sniff test.
3. Pembersihan tiap hari trap sedimentasi dan kondensat
4. Pemeriksaan pompa setiap hari dan kompressor gas

Pada konfigurasi akhir pengolahan lumpur pada konfigurasi ke-1


menggunakan centrifugal Thickening memiliki yang Perawatan dan biaya untuk
tenaga listrik bergantung pada skala fasilitas, sedangkan pada konfigurasi 2 dan 3
menggunkan Belt Filter Press memiliki operasional dan maintenance yang rumit yaitu
sbb;

Tabel 8. Permasalahan pada unit Belt Filter Press dan Solusi Permasalahan

No Indikasi Dugaan Penyebab Pemeriksaan Solusi


Penentuan dosis
Pengkondisian Pemeriksaan dosis
senyawa kimia
lumpur tidak tepat kapur dan polimer
Waktu operasi dengan tepat
1 Belt Filter Press Memperbaiki proses
terlalu lama Konsentrasi solid Pengukuran
pengkondisian lumpur
dalam lumpur konsentrasi solid
pada unit-unit
terlalu rendah dalam lumpur
sebelumnya

Timbul kesulitan Pemeriksaan Penambahan tekanan


Kurangnya tekanan
2 dalam tekanan pompa pompa (172 - 276
pompa
pemompaan lumpur kPa)
No Indikasi Dugaan Penyebab Pemeriksaan Solusi
lumpur Penentuan dosis
Pengkondisian Pemeriksaan dosis
senyawa kimia
lumpur tidak tepat kapur dan polimer
dengan tepat
Penambahan
Pemeriksaan dosis
senyawa kimia Penentuan dosis
Cake melekat senyawa kimia
untuk senyawa kimia untuk
3 pada belt untuk
pengkondisian pengkondisian
conveyor pengkondisian
senyawa anorganik senyawa anorganik
senyawa anorganik
tidak cukup
Penentuan dosis
Pengkondisian Pemeriksaan dosis
Masih tingginya senyawa kimia
lumpur tidak tepat kapur dan polimer
4 kandungan air dengan tepat
dalam cake Waktu operasi Pemeriksaan waktu Memperpanjang
terlalu pendek operasi waktu operasi
Penentuan dosis
Pengkondisian Pemeriksaan dosis
senyawa kimia
lumpur tidak tepat kapur dan polimer
dengan tepat
Terus Filter press Pemeriksaan kadar
meningkatnya tersumbat oleh kalsium yang Pencucian belt filter
5
tekanan pompa pembentukan terbentuk dalam dengan asam
yang diperlukan kalsium belt filter
debit lumpur yang Pemeriksaan debit Penurunan debit
dipompakan terlalu lumpur yang lumpur yang
besar masuk dipompakan
Pengaturan posisi belt
filter press, conveyor
Conveyor lumpur Kemiringan belt Pemeriksaan slope
dan truk pengangkut
6 tidak beroperasi conveyor terlalu belt conveyor
lumpur sehingga
maksimal besar lumpur
diperoleh slope <15
%
(Sumber: TA Taufiq Ismail.TL ITB 2000)
Untuk mengurangi resiko kerusakan pada unit belt filer press, perlu dilakukan upaya-
upaya perawatan diantaranya :

1. Proses pencucian belt dilakukan secara teratur sesuai dengan ketentuan dari
spesifikasi unit.
2. Penyemprotan dengan segera terhadap lumpur yang tumpah/meluap.
7. Biaya Konstruksi

Biaya Konstruksi merupakan salah satu speksifikasi teknis pembobotan


dengan nilai persentasenya sebesar 10% dikarenakan unit yang digunakan dalam 3
konfigurasi pada setiap tahapnya akan tergantung dengan luas lahan jika lahannya
luas maka kebutuhannya bagunan baru dan perlengkapan baru, serta setiap unit
pengolahan tergantung dengan material bahan bangunan yang digunakan. Dsan
teknologi yang digunakan. Maka dengan demikian biaya konstruksi akan mahal.

a. Analisis Alternatif Pengolahan

Aspek Biaya Operasional dan Maintenance pada 3 konfigurasi adalah sebagai


berikut:

Pada konfigurasi Alternatif 1 Menggunakan teknologi CMAS (Completely


mixed activated sludge) dengan memililki kebutuhan lahan relatif dengan demikian
biaya kontruksinya murah (1). Untuk konfigurasi 2 dengan menggunakan teknologi
Conventional Activated Sludge memiliki kebutuhan luas lahan yang luas,
memerlukan perlengkapan saat bulking control, dan menggunakan mikroorganisme,
maka biaya kontruksinya mahal (3). Sedangkan konfigurasi 3 dengan menggunakan
teknologi Orball memiliki luas lahan yang luas dan bangunan pengolahan nya tidak
terlalu membutuhkan material khusus (2).

Vous aimerez peut-être aussi