Vous êtes sur la page 1sur 20

PEMASARAN SOSIAL DAN PROMOSI KESEHATAN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Promosi Kesehatan


Dosen Pengampu : Damon Wicaksi, SST. M.Kes

Oleh :

Ayu Ananda Bahtiar (NIM. 17037140987)


Devi Lestianasari (NIM. 17037140996)
Ikram Hermawan (NIM. 17037141008)
Intan Putri Defianti (NIM. 17037141011)
M. Imaduddin (NIM. 17037141013)
Nur A’isyah Pertiwi (NIM. 17037141023)
Sindi Kamalia (NIM. 17037141035)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


UNIVERSITAS BONDOWOSO
2018

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas limpahan
Rahmat serta karunia-Nya semata, sehingga tugas mata kuliah ini dapat
terselesaikan dengan baik. Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Promosi Kesehatan dalam Keperawatan dengan baik. Tugas ni disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Promosi Kesehatan yang menjadi salah satu mata
kuliah wajib di Program Studi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso.
Mata kuliah Promosi Kesehatan merupakan mata kuliah yang mempelajari
tentang promosi kesehatan pada klien sebagai individu maupun kelompok di
klinik, di masyarakat dengan pendekatan pendidikan kesehatan. Penulis yakin
tanpa adanya bantuan dari semua pihak, maka tugas ini tidak akan dapat
diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis ingin megucapkan terimakasih
kepada:
1. Ibu Yuana Dwi Agustin, SKM, M. Kes sebagai Ketua Program Studi
DIII Keperawatan Universitas Bondowoso;
2. Bapak Damon Wicaksi, SST. M.Kes sebagai dosen pengampu mata
kuliah Promosi Kesehatan;
3. Semua pihak yang telah membantu pengerjaan makalah ini.
Semoga sumbangsih yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan
imbalan dari Allah SWT, dan penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak untuk bahan perbaikan penulisan makalah ini.

Bondowoso, 22 September 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER.............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ...................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................. .1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... .2
1.3 Tujuan.......................................................................................... .2
BAB 2 PEMBAHASAN ................................................................... .3
2.1 Batasan dan Pengertian ................................................................ .3
2.2 Prinsip dan Kegiatan Pemasaran Sosi.............................................4
2.3 Langkah- Langkah Kegiatan Pemasaran Sosial ........................... .7
BAB 3 PENUTUP ............................................................................. 15
3.1 Kesimpulan.................................................................................. 15
3.2 Saran ............................................................................................ 16
DAFTAR PUSTKA .......................................................................... 17

iii
4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komunikasi kesehatan masyarakat saat ini sudah mengalami
perubahan yang sangat pesat dan mendasar dari strategi yang bersifat
partial komunikasi kesehatan telah bergeser kepada strategi komprehensif
berdasarkan hasil studi empiris. Komunikasi kesehatan saat ini juga telah
memanfaatkan teknologi baru yang di modifikasi dengan komunikasi
pembangunan. Prinsip-prinsip pemasaran sosial. Analisis perilaku serta
manejemen yang berorientasi kepada pelanggan. Tujuan pokok dari
program komunikasi kesehatan adalah perubahan perilaku kesehatan
dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan. Dengan adanya interfensi
komunikasi kesehatan juga di harapkan dapat menumbuhkan permintaan
terhadap produk atau pelayanan kesehatan yang di butuhkan seperti
keluarga berencana. Kelangsungan hidup anak, pencegahan penyakit
infeksi yang aman dan efektif.
Upaya menumbuhkan permintaan terhadap pelayanan kesehatan
merupakan “ efek “ dari proses komunikasi kepada anggota masyarakat
bahwa telah tersedia pelayanan kesehatan yang mereka butuhkan muda di
dapat dan di gunakan. Informasi ini dapat mengubah perilaku masyarakat
yang mulanya tidak pernah memanfaatkan pelayanan kesehatan karena
tidak tahu kini bahkan menjadi kebutuhan.
Salah satu efek dari komunikasi kesehatan masyarakat adalah
tumbuhnya motifasi masyarakat untuk mengadopsi kebiasaan atau perilaku
baru dan bersikap “ fasilitasi “ terhadap masalah kesehatan yang di hadapi.
Dengan tumbuhnya motifasi di kalangan masyarakat di harapkan upaya-
upaya pergerakan-pergerakan masyarakat menjadi lebih dinamis untuk
memperoleh kesempatan dan peluang dalam upaya baik pencegahan
(prefentif) maupun promotif.

1
Upaya promotif tersebutlah yang dinamakan dengan pemasaran
sosial di bidang kesehatan. Di bidang kesehatan, konsep pemasaran telah
di terapkan di berbagai negara untuk berbagai program. Indonesia telah
menggunakan pendekataan ini dalam penanggulangan diare melalui
rehidraksi oral, imunisasi, penanggulan kekurangan vitamin A, keluarga
berencana dan lainnya.
Pengertian pemasaran seringkali dikacaukan dengan penjualan.
Padahal kedua konsep hal tersebut sangat berbeda. Penjualan bertolak dari
produk yang telah di buat, kemudian diupayakan untuk dijual pada
konsumen. Sedangkan pemasaran bertolak dari kebutuhan dan keinginan
konsumen, kemudian baru dibuat atau di kembangkan produk yang dapat
memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen itu.
Pemasaran di definisikan sebagai suatu proses sosial dan
manajerial di mana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan
keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan, dan bertukar sesuaru
yang bernilai satu sama lain. Definisi ini berdasarkan konsep inti
pemasaran, yaitu; kebutuhan, keinginan, dan permintaan; produk; nilai,
biaya, dan kepuasan; pertukaran, transaksi, dan hubungan; pasar serta
pemasar dan calon pembeli.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa batasan dan pengertian pemasaran sosial dalam promosi
kesehatan?
2. Apa saja prinsip dan kegiatan pemasaran sosial?
3. Apa saja langkah- langkah kegiatan pemasaran sosial?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui batasan dan definisi pemasaran sosial dalam
promosi kesehatan
2. Untuk mengetahui prinsip dan kegiatan pemasaran sosial
3. Untuk mengetahui langkah- langkah kegiatan pemasaran sosial

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Batasan dan Pengertian Pemasaran Sosial


Konsep pemasaran berbeda dengan konsep penjualan. Penjualan bertolak
dari produk yang dibuat, kemudian diupayakan untuk dijual kepada konsumen.
Sementara itu, pemasaran bertolak dari kebutuhan dan keinginan konsumen,
kemudian baru dibuat dan dikembangkan produk yang dapat memenuhi
kebutuhan dan keinginan konsumen itu. Pemasaran adalah suatu proses sosial dan
manajerial ketika ondividu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan
mereka dengan menciptakan, menawarkan, dan bertukar sesuatu yang bernilai
satu sama lain. Pengertian tersebut berdasarkan konsep inti pemasaran, yaitu
kebutuhan, keinginan dan permintaan, produk, nilai, biaya dan kepuasan,
pertukaran, transaksi dan hubungan, pasar serta pemasar dan calon pembeli.
Seiring dengan perubahan kebijakan pembangunan kesehatan di Indonesia,
pemasaran sosial (sosial marketing) telah banyak dipergunakan dalam berbagai
keperluan program kesehatan, yang merupakan salah satu bentuk operasional dari
komunikasi kesehatan. Sebagai contoh, upaya penaggulangan diare melalui
rehidrasi oral, imunisasi, penanggulanan kekurangan vitamin A dan keluarga
berencana.

Philip Kotler dalam bukunya “Marketing for Nonprofit Organization”


yang dikutip oleh Machfoedz dkk. (2005), menyatakan bahwa pemasaran sosial
adalah suatu proses untuk membuat rancangan, implementasi, dan pengawasan
program yang bertujuan meningkatkan penerimaan gagasan sosial atau perilaku
pada suatu kelompok sasaran. Selanjutnya, pemasaran dalam kontek promosi
kesehatan adalah keterampilan manajemen dalam hal mengidentifikasi
kesempatan-kesempatan untuk memenuhi permintaan konsumen atau klien
sehingga memberikan perlindungan maksimal dan/atau perbaikan dalam
kesehatan mereka (Ewles dan Simnett, 1994)

3
1.2 Prinsip dan Kegiatan Pemasaran Sosial

Pemasaran sosial pada dasarnya adalah penerapan konsep dan teknik


pemasaran untuk mendapatkan manfaat sosial. Dengan demikian, prinsip dan
kegiatan pemasaran sosial tidak berbeda dengan pemasaran komersial dalam hal
penggunaan teknik analisis yang meliputi riset pasar (marketing research),
pengembangan produk, penentuan harga (keterjangkauan), dan periklanan serta
promosi.

Meskipun demikian, terdapat beberapa perbedaan antara pemasaran komersial


dengan pemasaran sosial.

1. Penggunaan produk sosial sering kali lebih rumit.


2. Produk sosial sering lebih kontroversial.
3. Keuntungan produk sosial tidak segera tampak atau tidak dapat segera
dirasakan.
4. Saluran distribusi produk sosial sulit digunakan dan dikontrol.
5. Pasar produk sosial sulit dianalisis.
6. Sasaran produk sosial memiliki sumber yang sangat terbatas.
7. Ukuran keberhasilan penjualan atau adopsi produk sosial lebih berat
dibandingkan produk komersial.

Pusat kegiatan pada pemasaran sosial adalah konsumen atau masyarakat,


atau pemasaran sosial berorientasi pada konsumen, bukan pada perusahaan seperti
pada pemsaran komersial. Hal ini berarti bahwa tingkat keberhasilan kegiatan
pemasaran sosial ditentukan berdasarkan ukuran konsumen atau masyarakat.

Konsumen sebagai tolak ukur proses mempunyai empat unsur, yaitu


produk, harga, tempat, dan promosi. Keempat unsur tersebut harus dikembangkan
dan dikelola secara terpadu sebagai kesatuan dalam rangka memenuhi kebutuhan
dan keinginan konsumen. Keterpaduan unsur-unsur tersebut dikenal sebagai
bauran pemasaran atau marketing mix.

4
A. KONSUMEN
Konsumen secara sistematis dimintai saran sepanjang proses pemasaran sosial
dan memberikan data untuk menentukan strategi pemasaran. Konsumen bukan
hanya sebagai sasaran, tetapi juga sebagai pengukur kegiatan, apakah pelaksanaan
kegiatan cocok, diminati, dan berhasil. Langkah pertama sebelum produk baru
diperkenalkan adalah penelitian secara cermat tentang faktor lingkungan dan
psikologis yang memengaruhi sikap sasaran terhadap produk, melalui “riset
pasar”.
Riset pasar dalam kesehatan masyarakat dilakukan dengan mempelajari atau
menelaah sikap dan perilaku apa yang sekiranya dapat “dijual” (misalnya, sikap
dan perilaku cuci tangan, sikap dan perilaku penggunaan pelayanan kesehatan).
Selain itu, dalam riset pasar, juga penting untuk menentukan sasaran berdasarkan
karakteristik tertentu yang disebut segmentasi sasaran. Segmentasi pasar adalah
proses mengelompokkan sasarn dalam sub-sub kelompok yang lebih homogen
yang memiliki kesamaan kebutuhan dan atau karakter. Tujuan melakukan
segmentasi adalah mennetukan cara, metode, dan media yang sesuai untuk setiap
kelompok sasaran. Secara umum, segmentasi sasaran ditentukan berdasarkan
karakteristik sebagai berikut.
1. Karakteristik demografik (usia, jenis kelamin, pendidikan, sosial ekonomi,
tempat tinggal, dan agama).
2. Karakteristik geografi (wilayah, luar daerah, dan kepadatan).
3. Karakeristik perilaku (gaya hidup, nilai-nilai, norma, dan keyakinan)

Dari karakteristik tersebut, dapt ditentukan pembagian sub kelompok sasaran yang
meliputi hal-hal berikut.

1. Sasaran primer, yakni sasaran pokok yang diharapkan dapat berubah


perilakunya.
2. Sasaran sekunder, yakni sasaran antara yang mempunyai pengaruh
terhadap sasaran primer, misalnya petugas kesehatan, tokoh masyarakat,
dan anggota keluarga.

5
3. Sasaran tersier, yaitu sasaran penunjang yang ikut menentukan
keberhasilan program, misalnya penyandang dana, pengambil keputusan,
dan orang-orang berpengaruh untuk itu.
B. Produk
Jenis produk yang akan dijualn dalam pemasangan sosial adalah produk sosial
atau produk yang secara sosial bermanfaat. Hal ini berupa jenis pelayanan
(penimbangan balita, pemeriksaan ibu hamil) atau perilaku baru (berhenti
merokok, kesegaran jasmani) atau dapat juga berupa benda nyata (kapsul vitamin
A, tablet besi), yang berdasarkan minat atau kebutuhan masyarakat. Prduk sosial
dibuat dan dikembangkan berdasarkan kebutuhan dan keinginan konsumen.
Di sisi lain, perlu dipahami, kebutuhan dan keinginan konsumen selalu
berkembang sesuai keadaan dan faktor-faktor yang memengaruhinya. Oelh karena
itu, produk sosial harus selalu dimodifikasi sesuai tuntutan keadaan
kesinambungan riset pasar perlu dilaksanakan sejak tahap perencanaan,
pengembangan produk, penerapan, sampai evaluasi.
C. Harga
Dalam pemasaran komersial, penentuan harga didasarkan pada besarnya biaya
yang diperlukan dalam memproduksi barang tersebut. Sementara dalam
pemasaran sosial, harga prroduk ditentukan berdasarkan manfaat atau kemudahan
yang dapat dinikmati oleh masyarakat. Harga dapat berupa uang, kesempatan,
status, atau waktu. Contohnya, meskipun posyandu memberikan pelayanan secara
gratis, tetapi reaksi anak terhadap imunisasi dan gangguan keluarga, termasuk
biaya untuk jajan anak dan transportasi ke posyandu, dapat dianggap harga yang
harus dibandingkan dengan manfaat yang didapat. Dengan demikian, harga
menjadi sangat bervariasi untuk setiap individu.
Penetapan harga tidak terlepas dari ketiga unsur pemasaran lainnya karena
setiap unsur saling memengaruhi dan turut menentukan besarnya harga yang harus
dibayar konsumen.
D. Tempat
Tempat pemasaran sosial adalah lokasi tempat produk dapat diperoleh.
Penyediaan dan distribusi produk sosial tidak hanya melibatkan sistem agen dan
pengecer, tetapi dapat melalui kader, tenaga lapangan, sarana pelayanan

6
kesehatan, atau tenaga kesehatan sendiri. Di dalam pemasaran sosial, jalur
distribusi menyangkut bermacam-macam institusi yang terlibat, mulai dari
perumus gagasan sampai penerima yang dituju. Faktor efektivitas dan efisiensi
harus tetap dipertimbangkan sehingga produk sebaiknya ditempatkan ketika
terjadi kontak maksimal dengan konsumen. Arus penyaluran produk harus lancar
dan persediaan harus selalu cukup.
E. Promosi
Dalam meningkatkan penjualan produk, diperlukan kegiatan promosi yaitu
mengomunikasikan keunggulan dan membujuk konsumen atau kelompok sasaran
untuk menggunakan produk yang ditawarkan. Efektivitas pemasaran sangat
bergantung pada efektivitaskomunikasi, karena pada dasarnya promosi adalah
komunikasi.
Tema pokok promosi harus mengikat semua unsur pemasaran, yaitu tempat,
produk, dan harga karena ketiga unsur tersebut juga merupakan alat promosi.
Keterpaduan unsur-unsur tersebut harus dapat membangun citra produk yang
sejalan dengan citra diri konsumen.

1.3 LANGKAH-LANGKAH DALAM MENGEMBANGKAN


KEGIATAN PEMASARAN SOSIAL
Pemasaran sosial adalah suatu bentuk displin untuk mengembangkan kegiatan
komunikasi kesehatan. Tujuannya adalah mendapat kata yang tepat dipakai untuk
meyakinkan para ibu agar berbuat seperti yang dianjurkan, tokoh yang akan
dipakai untuk menyampaikan pesan, saluran komunikasi (langsung dan tidak
langsung), dan bagaimana memanfaatkan saluran komunikasi tersebut sebaik-
baiknya.
Ada 14 langkah dalam mengembangkan kegiatan pemasaran sosial itu, yaitu :
1. Riset Formatif
Sebelum kita menganjurkan orang untuk mengubah perilakunya, kita
harus tahu dulu bagaimana sekarang dan bagaimana sikapnya terhadap
perilaku yang kita anjurkan. Kita tidak dapat hanya menduga atau
memperkirakan kedua hal tersebut. Kita harus menggalinya dari mereka
sendiri. Kita namakan penggalian demikian riset formatif, karena dilakukan

7
untuk menentukan format strategi kegiatan. Kita akan memilih sampel secara
acak dalam jumlah, yang memadai serta melakukan wawancara dengan
mereka secara kelompok atau perorangan, dan biasanya kedua cara ini
dipakai. Kita juga ingin menemukan tokoh yang paling dihormati oleh
kelompok sasaran, sehingga kita dapat memanfaatkan tokoh tersebut untuk
menyampaikan pesan-pesan kita. Kita akan menggali sikap mereka terhadap
pelayanan yang ada, puskesmas, posyandu, kader, dan terhadap organisasi
kemasyarakatan, seperti PKK, dan lain sebagainya.
Kita juga akan mewawancarai petugas dan berbagai instansi. Kita akan
bertanya kepada ibu tentang kehidupan sehari-hari, bagaimana interaksi
mereka dalam masyarakat dan kelompok kemasyarakatan, ke mana mereka
pergi, kalau keluar rumah. Rasio dan media massa yang mereka manfaatkan,
berapa kali, kapan, dan hiburan apa serta peristiwa keagamaan atau budaya
apa yang mereka hadiri. Berdasarkan kesemua itu kita kembangkan strategi
kegiatan kita.

2. Penyusunan Strategi
Strategi akan mencakup :
a. Berbagai kelompok sasran yang diperoleh dari penelitian formatif
dapat dibagi dalam 3 kelompok besar :
1. Sasaran primer, yaitu sasaran pokok yang benar-benar kita
harapkan berubah kebiasaannya.
2. Sasaran sekunder, yaitu sasaran antara yang akan terlibat dalam
penyampaian produk atau pelayanan atau yang terlibat dalam
penyampaian pesan-pesan secara langsung.
3. Sasaran tersier, yaitu sasaran penunjang yang terlibat secara tidak
langsung, namun dukungannya sangat diperlukan.
b. Berbagai perilaku yang diharapkan dari tiap kelompok sasaran.
c. Sikap negatif terhadap perilaku yang diharapkan secara rinci.
d. Pemecahan yang disarankan untuk mengatasi hambatan tersebut.
e. Kata-kata yang disarankan untuk dipakai guna meyakinkan kelompok
sasaran untuk melakukan apa yang diharapkan.

8
f. Berbagai saluran komunikasi yang ada untuk analisis selanjutnya.

3. Menguji Coba Strategi


Setelah strategi disusun, kita kembali mengunjungi kelompok sasaran
primer untuk menguji coba strategi tersebut pada mereka. Bila perilaku yang
disarankan perlu dilaksanakan tiap hari, seperti pemberian makan anak, kita
minta para ibu melaksanakan dalam satu minggu. Bila perilaku yang
dianjurkan hanya dilaksanakan sekali, seperti imunisasi atau menimbangkan
anak di Posyandu, kita akan minta para ibu itu melaksanakan sekali atau dua
kali.
Kita akan menggunakan kata-kata dan tokoh yang tertuang dalam strategi
untuk meyakinkan ibu-ibu agar mau melaksanakannya. Semua pertanyaan
yang dipunyai ibu-ibu, seperti yang tergambar pada hasil riset formatif berupa
sikap negatif dan hambatan yang mungkin menghalanginya untuk berbuat,
hendaknya bisa terjawab.
Kendati demikian, pelaksanaan penelitian mungkin masih menjumpai
bahwa kata-kata tersebut belum cukup meyakinkan ibu-ibu untuk berbuat.
Dalam hal ini, petugas lapangan akan bekerja sama dengan para ibu untuk
menemukan cara melakukannya sampai ibu-ibu tersebut sepenuhnya puas dan
setuju untuk melaksanakannya. Petugas lapangan secara cermat menulis cara-
cara yang ditemukan untuk meyakinkan ibu-ibu itu. Biasanya, setelah satu
minggu petugas lapangan akan kembali mengunjungi ibu yang sama dan
membicarakan hasilnya dengan mereka. Apakah mereka melaksanakannya?
Apakah mereka akan melaksanakannya terus? Pembicaraan akan dilakukan
hati-hati dengan para ibu yang gagal, atau hanya setengah berhasil, untuk
menemukan apa masalahnya, rasa keberatan apa yang masih ada dan
bagaimana masalah dan rasa keberatan itu dapat diatasi. Percakapan ini akan
dicatat dengan cermat.
Berdasarkan masukan itu, strategi yang kita buat serta menggambarkan
apa yang kita harapkan dilakukan ibu-ibu itu dan bagaimana
melaksanakannya, sekarang sudah dapat disempurnakan.

9
4. Menulis Arahan Kreatif dan Media
Kini kita menulis strategi kreatif dan media. Kita menuliskan walaupun
kita akan melaksanakan kegiatan media kita sendiri. Arahan tertulis ini
penting walau pelaksanaannya dilakukan instansi lain atau biro iklan. Arahan
ini menyimpulkan tujuan dan maksud kegiatan, gambaran rinci data ekonomi,
sosial, dan geografis daerah kegiatan serta daftar kelompok sasaran primer,
sekunder, dan tersier dan gambaran keadaan mereka.
Kecuali itu juga berisikan analisis semua saluran komunikasi yang
mungkin dipakai untuk mencapai sasaran primer sehingga diteliti lebih lanjut
serta frekuensi dan biayanya. Mungkin akan mencakup media massa, kader,
kelompok masyarakat atau saluran lain seperti promosi di pasar lokal atau
peristiwa budaya dan saluran lain yang muncul dalam penelitian pada ibu-ibu
serta mungkin dapat dipakai. Juga catatan bagaimana komunikasi dan
motivasi sasaran sekunder dan tersier akan dilaksanakan.
Bahan komunikasi yang perlu dikembangkan mungkin meliputi TV atau
slide, bahan-bahan penyuluhan bagi kader dalam bentuk kartu konsultasi,
lembar balik atau poster dan pita kaset, spanduk (yang berguna untuk upaya
promosi jangka pendek) atau poster-poster (sebagai pengingat pesan-pesan
yang disampaikan media massa atau kader), dan lain sebagainya. Sebagai
tambahan, booklet barangkali cocok dipakai untuk mendapatkan dukungan
yang diharapkan dari kelompok sasaran sekunder dan tersier. Pedoman
pelatihan dan modul juga diperlukan untuk melatih kader. Pada arahan
dijelaskan pula anggaran yang mungkin didapat.
Bagian kedua dari arahan itu berupa uraian tentang kelompok sasaran, dan
kegiatan yang ditujukan pada tiap kelompok sasaran, semua keengganan yang
diketahui dan menghambat penerimaan dan bagaimana rasa keberatan itu
diatasi dan tokoh yang dapat diterima kelompok sasaran.

5. Menemukan Konsultan Kreatif dan Konsultan Media


Sangat disarankan untuk menggunakan ahli kreatif dan ahli media, apakah
itu orang yang berpengalaman dibidangnya, lembaga konsultan atau biro

10
iklan untuk membuat bahan-bahan media. Bila media mssa digunakan,
perencanaan media yang matang disertai pengalokasian waktu dan
pemantauan sangat diperlukan. Biasanya mereka dibayar berdasarkan tarif
komersial untuk produksi dan penyiarannya. Kelompok kreatif dan media
harus benar-benar mendapat arahan, baik itu ahli dari luar atau tenaga yang
ada didalam sendiri.

6. Menyusun Peran dan Bahan Serta Rencana Media


Para perencana kreatif dan perencana media kini dapat menyajikan
rancangan lengkap termasuk tatap muka dan bentuk semua bahan cetak,
naskah untuk spot radio dan bagaimana cerita untuk TV atau film. Alasan
tertulis untuk semua pesan dan ilustrasi juga dikemukakan untuk
membuktikan dan memastikan bahwa strategi telah dimanfaatkan sepenuhnya
sebagai dasar penyusuunan bahan-bahan tersebut.
Perencanaan media yang rinci dan biaya yang diperlukan juga termasuk.
Rencana tersebut harus menunjukkan jangkauan yang memadai terhadap
semua kelompok sasaran dengan frekuensi yang memadai dan biaya yang
paling sesuai. Beberapa Biro iklan khususnya merupakan sumber informasi
yang baik untuk perencanaan media. Berdasarkan hasil penelitian, misalnya
mereka tahu semua stasiun radio dan program yang ada pada waktu kapan
ibu-ibu desa paling banyak mendengarkan dan berapa banyak.
Kesemua itu merupakan informasi yang berharga untuk memanfaatkan
radio secara efektif. Mereka juga akan menganalisis efektivitas kader sebagai
komunikator berdasarkan data yang diberikan pada waktu riset formatif,
sehingga memberi gambaran berapa banyak ibu yang dapat berhubungan
(kontak) dengan kader. Arahan itu akan menjadi dasar untuk menyusun
rencana pelatihan bagi kader dan menentukan bahan penyuluhan apa yang
cocok digunakan kader (rancangannya dibuat kelompok kreatif). Biaya yang
diperlukan untuk jangkauan, frekuensi, juga biaya kegiatan komponen
komunikasi yang dilakukan kader dibuat perkiraannya. Perkiraan yang sama
juga dibuat untuk jalur komunikasi formal dan informal lain, sehingga biaya

11
yang diperlukan bisa dibandingkan, dan bisa diketahui panduan media mana
yang efektif dan efesien.
Biro ilkan juga menyarankan untuk memperkuat peran serta masyarakat
dengan menggunakan bahan cetak yang menarik dan kegiatan hubungan
masyarakat.
Pengelola kegiatan dapat mempelajari penyajian tersebut, memperbaikinya
bila diperlukan dan akhirnya minta kelompok kreatif membuat bahan untuk
diuji coba.

7. Menguji Bahan dan Pesan


Semua bahan dipersiapkan untuk diuji coba. Spot radio sudah dibuat,
bahan cetak sudah berwarna, atau berupa rancangan jadi, kadang-kadang
sudah tercetak bila biaya memungkinkan, bahan film diperlihatkan dalam
bentuk story board, benda besar seperti papan iklan atau spanduk dibuat
dalam bentuk kecil. Semua bahan sekarang diuji coba untuk memastikan
bahwa pesannya jelas, tidak membingungkan, bisa dimengerti, dipercaya,
sejalan dengan budaya, secara emosional merangsang dan bebas dari hal-hal
yang negatif. Tiap bahan media diuji coba pada wakil kelompok sasaran yang
dituju, bahan untuk memotivasi petugas dan kelompok masyarakat diuji coba
pada kelompok yang mewakili, bahan-bahan penyuluhan yang digunakan
sebagai alat bantu kader diuji coba pada kader. Hasil uji coba dipakai untuk
menyempurnakan semua bahan.

8. Memperbaiki Bahan
Kelompok kreatif sekarang diberi penjelasan tentang hasil uji coba. Semua
bahan bisa diperbanyak. Betapapun, bila diperlakukan perubahan basar, uji
coba ulang secara informal dibutuhkan untuk memastikan bahan perbaikan
yang telah dibuat dapat diterima kelompok sasaran.
Kegiatan uji coba bahan juga merupakan kesempatan yang sangat berguna
untuk memantapkan koordinasi. Proses uji coba termasuk uji coba kegiatan
dan bahan pada sektor-sektor yang terkait, unit-unit program ditingkat
nasional dan provinsi dan semua lembaga donor. Hal ini untuk memastikan

12
bahwa kegiatan didaerah panduan tidak bertentangan dengan kebijakan
program.

9. Penyempurnaan Program
Program pada akhirnya bisa disempurnakan. Bila mungkin kesimpulan
akhir perlu dibuat secara tertulis dan bisa dilengkapi dengan slides untuk
penyajian dan koordinasi.

10. Memproduksi Bahan


Semua bahan sudah diperbanyak dalam bentuk akhir.

11. Pengumpulan Data Dasar dan Evaluasi


Pengumpulan data dasar dilaksanakan di daerah uji coba dan daerah
kontrol. Masa proyek sudah ditentukan dan kegiatan evaluasi dijadwalkan.

12. Orientasi dan Pelatihan


Sebelum kegiatan dilaksanakan, kader dilatih dan semua sektor serta
kelompok masyarakat yang terlibat juga dilatih atau diberi orientasi tentang
peran mereka.

13. Melaksanakan Kegiatan


Kini tiba saatnya untuk melaksanakan kegiatan. Sebaiknya kegiatan
promosi dan hubungan masyarakat langsung dilaksanakan pada saat
pencanangan. Misalnya, dalam bentuk penyuluhan atau pencanangan oleh
kepala daerah yang dihadiri para pelaksana dan instansi serta media yang
terlibat.
Bahan-bahan luar ruang seperti spanduk, poster atau papan iklan dipasang.
Kelompok masyarakat dan kader memulai kegiatan komunikasi mereka dan
media massa mulai penyiaran (sebaiknya paling tidak 10-20 spot per hari di
setiap stasiun radio pada bulan pertama).

13
14. Memantau dan Memperbaiki
Setelah dicanangkan, semua kegiatan komunikasi harus dipantau untuk
memstikan bahwa pelaksanaannya seperti yang diharapkan. Apakah spanduk
dan poster dipasang ditempat yang tepat? Apakah kader sudah dilatih? Apakah
mereka aktif? Apakah bahan disiarkan? Untuk itu, semua dapat dilakukan
peninjauan lapangan. Kelemahan dalam pelaksanaan dapat segera diperbaiki.
Pemantauan harus dilakukan setiap 6 bulan. Kegiatan pemantauan seharusnya
lebih dalam untuk menjajagi efektivitas pesan yang disampaikan. Apakah
kelompok sasaran menerima pesan? Apakah pesannya benar dan dimengerti?
Apakah ada masalah atau kesulitan, atau hambatannya yang dialami dalam
menerapkan isi pesan?
Titik utama uji coba pemasaran adalah memantauan dan memperbaiki
kegiatan komunikasi yang diperlukan dan ditemukan dalam proses
pengalaman, apa saluran komunikasi dan pesan yang paling efektif untuk
mencapai tujuan program.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pemasaran sosial adalah suatu bentuk di siplin untuk mengembangan
kegiatan komunikasi kesehatan. Tujuannya adalah mendapat kata yang tepat
di pakai untuk meyakinkan para ibu agar berbuat seperti yang di anjurkan,
tokoh yang akan di pakai untuk menyampaikan pesan, saluran komunikasi
(langsung dan tidak langsung), dan bagaimana memanfaatkan saluran
komunikasi tersebut sebaik-baiknya.
Ada 14 langkah dalam mengembangkan kegiatan pemasaran sosial itu,
yaitu:
1. Riset Formatif
2. Penyusunan Strategi
3. Menguji Coba Strategi
4. Menulis Arahan Kreatif dan Media
5. Menentukan Konsultan Kreatif dan Konsultan Media
6. Menyusun Peran dan Bahan serta Rencana Media
7. Menguji Bahan dan Pesan
8. Memperbaiki Bahan
9. Penyempurnaan Program
10. Memproduksi Bahan
11. Pengumpulan Data Dasar dan Evaluasi
12. Orientasi dan Pelatihan
13. Melaksanakan Kegiatan
14. Memantau dan Memperbaiki

3.2 Saran
Dengan terselaikannya makalah ini diharapkan mahasiswa Program Studi
DIII Keperawatan Universitas Bondowoso dapat memahami permasalahan
etika keperawatan dengan baik serta hubungannya dengan Ilmu Keperawatan

15
yang telah ditekuni. Hal tersebut ditunjukkan agar mahasiswa Program Studi
DIII Keperawatan Universitas Bondowoso dapat memahami permasalahan
etika keperawatan. Serta mampu untuk menjalankan keperatawan baik untuk
sasaran perorang maupun komunitas.

16

Vous aimerez peut-être aussi