Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Visi
Paguyuban kaum muda yang militant, yang secara bersama-sama maupun sebagai pribadi
memiliki dalam dirinya kualitas dasar kemanusiaan, kemudaan dan kekatolikan
Misi
Menciptakan pribadi yang bertanggungjawab secara pribadi dan bersama-sama sehingga
kaum muda mampu menampilkan diri baik dalam lingkup paroki maupun masyarakat dengan
kekhasan kemudaan, kekatolikan dan budaya setempat dengan menggunakan Ilmu
Pengetahuan dan Tekhnologi.
KATA PENGANTAR
Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap
gulita menutupi samudera raya dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.
Berfirmanlah Allah: “Jadilah Terang”. Lalu terang itu jadi. Allah melihat terang itu baik, lalu
dipisahkannyalah terang itu dari gelap. Dan Allah menamai terang itu siang dan gelap itu
malam….(kej. 1:1-50). Se perti cara pandang Allah melihat bahwa tidak wajib jika gelap dan
terang itu menjadi satu, demikian juga harapan dari penyusunan buku Anggaran Dasar dan
Anggaran RumahTangga OMK Paroki Maria Annunciata Lodalem ini.
Anggaran ini dibuat berdasarkan apa yang sudah ada di beberapa paroki lain dan di keuskupan
lain. kami melihat itu baik, maka kami mengambilnya dan menata ulang sesuai dengan
kebutuhan mudka paroki.
Dengan adanya buku ini, kami berharap bahwa OMK kita semakin memiliki arah yang lebih
jelas dan pembinaan yang lebih terarah dan berkesinambungan, mereka tidak lagi melayang-
layang di atas kemudaan dan kebingungan harus berbuat apa dan memposisikan diri
bagaimana. Karena itu, evaluasi dan penyempurnaan terus menerus sangat dibutuhkan, agar
jelas apakah buku ini membawa terang atau sebaliknya membawa kegelapan dalam
perjalanan OMK paroki kita ini.
Hal-hal yang mendasar tertera dalam buku ini dan pantas dibaca agar wawasan dan tema
paguyuban dalam ide , pola pikir dan gerakan bersama itu benar-benar menjadi real. Semoga
dengan tema paguyuban, kita semua menjadi satu dalam membangun Kerajaan Allah di dunia
ini, khususnya di wilayah Paroki Maria Annunciata Lodalem ini. berkah dalem, Tuhan
memberkati kita semua.
Lodalem, 6 Maret 2011
Penyusun
VISI DAN MISI PAROKI “MARIA ANNUNCIATA”
VISI:
Paguyuban umat Allah yang beriman, bersemangat kebersamaan dan kekeluargaan menuju
kemandiriaan paroki, baik spiritual dan finansial.
MISI:
Membangun semangat persaudaraan dan kekeluargaan antar umat Allah yang tersebar di
berbagai stasi, wilayah dalam rangka menuju paroki mandiri.
‘Tak ada musuh yang tak dapat ditaklukkan oleh cinta
Tak ada penyakit yang tak dapat disembuhkan oleh kasih sayang
Tak ada permusuhan yang tak dapat dimaafkan oleh ketulusan
Tak ada kesulitan yang tak dapat dipecahkan oleh ketekunan
Tak ada batu keras yang tak dapat dipecahkan oleh kesabaran
Semua itu haruslah berasal dari hati anda’.
VISI DAN MISI KEUSKUPAN MALANG
VISI:
Gereja Keuskupan Malang adalah persekutuan umat Allah dan terang dunia, yang merayakan
Sabda Allah dan misteri keselamatan, mewartakan kabar gembira Kristus secara otentik dan
berakar dalam budaya, melayani orang miskin secara integral, dalam bimbingan Roh Kudus
menyimak tanda-tanda zaman, berdialog dan bekerjasama dengan masyarakat untuk
membangun kerajaan Allah, yang terwujud pada komunitas basis insani, yang penuh
kedamaian, keadilan dan cinta kasih.
MISI:
1. Menghayati imannya secara mendalam, dewasa dan mandiri sehingga hidup mereka
menjadi kesaksian dan pewartaan kristiani yang otentik
2. Membangun komunitas basis gerejawi yang penghayatan dan iman kristianinya memiliki
daya transformatif, kritis dan profetis.
3. Membangun diri sebagai komunitas partisipatif yang bertanggungjawab dalam
mengembangkan persekutuaannya dan bekerjasama dalam perencanaan pastoral serta
pelaksanaannya
4. Menumbuhkembangkan cita rasa sebagai anggota tubuh Gereja yang utuh dan langsung
dari komunitas basis setempat, paroki dan Keuskupan. Sebagai bagian dari Gereja
Universal, segenap umat Keuskupan Malang solider terhadap kesulitan Gereja-gereja
partikular lain serta menolong mereka dengan memberikan tenaga klerus diosesan, awam
atau menyediakan bantuan lain.
5. Mengakarkan iman pada budaya masyarakat setempat, sehingga iman dan budaya saling
memperkaya. Memandang budaya, anugerah Sang Pencipta, sebagai sarana pewartaan
dan lahan di mana benih-benih iman tertanam namun perlu ditumbuhkembangkan serta
dimurnikan dalam terang Injil Kristus.
6. Mengembangkan karya-karya misioner dan pastoral yang inovatif, kontekstual dan
menjangkau serta melibatkan semakin banyak orang sesuai dengan dinamika kehidupan
mereka sendiri.
7. Mewartakan Injil dengan menjumpai pribadi-pribadi manusia di tempat mereka hidup,
bekerja, berkomunitas dan mengisi waktu luang mereka dengan memanfaatkan segala
sarana komunikasi modern.
8. Seturut teladan Kristus (Luk 4:18-19), melayani secara integral orang miskin dan membela
yang tertindas dengan mengedepankan dan mempromosikan martabat dan hak-hak asasi
manusia.
9. Memberikan kesaksian iman dan hidup yang disumberkan dari pesan-pesan injil dalam
dialog dengan saudara-saudari yang berkeyakinan lain; bersikap solider, terbuka
mendengarkan harapan dan kebutuhan mereka (bdk.Nostra Aetate) menggalang
persaudaraan sejati dan menjadi rekan kerja dari semua orang yang berkehendak baik untuk
bersama-sama menegakkan komunitas basis insani yang dijiwai oleh perdamaian, keadilan
dan cinta kasih yang merupakan tanda kehadiran Kerajaan Allah.
BAGIAN I
ANGGARAN DASAR
I. DASAR KEHIDUPAN OMK
Dasar kehidupan dan seluruh kegiatan OMK adalah Iman Katholik.
V. VISI OMK
Paguyuban kaum muda yang militan, yang secara bersama-sama maupun sebagai pribadi
memiliki dalam dirinya kualitas dasar kemanusiaan, kemudaan dan kekhatolikan
BAGIAN II
ANGGARAN RUMAH TANGGA OMK
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Pengertian OMK
· OMK singkatan dari muda-mudi katolik, ialah semua orang muda yang beriman
katolik, berusia 13-35 dan belum menikah.
· Wadah struktural OMK mengikuti struktur teritorial organisasi gereja, yakni
keuskupan, paroki, dan wilayah, dan dibedakan dari struktur kategorial seperti
organisasi/kelompok/gerakan katolik lainnya.
· OMK (sebagai wadah perkumpulan) merupakan paguyuban sejauh berpartisipasi
dalam sifat communio gereja, dan bukan organisasi kemasyarakatan.
· Seorang muda warga paroki otomatis adalah anggota OMK, meskipun ia dapat
sekaligus termasuk kelompok, wadah atau organisasi katolik tertentu.
BAB IV
PENGEMBANGAN POTENSI OMK
Pengembangan potensi ini meliputi potensi pribadi dan potensi di luar dirinya
4.1. Potensi Pribadi
Minat, bakat, hobi, impian, refleksi, dll
4.2. Potensi Luar
Trend, gaya hidup, club, dll
4.3. Pendekatan pada Pengelolaan Potensi ini
Pendekatan ini meliputi pendekatan pribadi dan kelompok
4.3.1. Pendekatan Kelompok
Pendekatan kelompok merupakan pembinaan terhadap pribadi dalam kelompok sebagai satu
kesatuan yang dinamis.
BAB V
METODE PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN
Metode pembinaan ini meliputi eksperensial, dialog, retret, rekoleksi, camping, studi tour,
rekreasi, kunjungan dll
5.1 Eksperensial
· Mengajak menggumuli pengalaman hidup/iman untuk menemukan sendiri nilai dan
makna baru bagi perkembangannya. Pengalaman ini mencakup: kejadian, peristiwa, dan
tantangan yang dialami sendiri maupun ditemukan dari pelbagai media komunikasi.
· Eksperensial juga berarti menciptakan kemungkinan di mana para peserta bina
mendalami suatu tema(misalnya lewat studi kasus, ekskursi sosial) untuk kemusian diolah
dalam berbagai bentuk refleksi yang mengantar kearah penemuan makna baru sendiri dan
bersama-sama, lewat proses mengalami semacam ini para peserta bina baik pribadi maupun
dalam kelompok sekaligus memperluas, memperdalam cakrawala pemikiran dan perhatian.
5.2. Dialog
Dialog berarti melibatkan dan mengaktifkan para peserta bina untuk mengungkapkan diri
sebagai peran utama dalam proses pembinaan.
5.3. Retret rekoleksi, camping, studi tour, rekreasi, kunjungan dll
Kegiatan ini dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan paket pembinaan yang direncanakan.
BAB VI
POLA PIKIR DAN PERENCANAAN KEGIATAN
Hendaknya setiap anggota OMK se-paroki dan sepatutnya pengurus OMK (baik tingkat paroki,
wilayah, dan stasi) memiliki pola berpikir dalam mengembangkan potensi setiap
pribadi/individu atau pribadi dalam kelompok sebagai berikut:
· Apa yang akan dikembangkan / dibina?
· Apa yang terbaik untuk dikembangkan/dibina?
· Bagaimana cara mengetahui jika sudah dikembangkan/dibina?
6.1. Proses Pengadaan Kegiatan
· Perencanaan yang matang. Seetiap ide/gagasan yang akan disetujui untuk dilakukan,
hendaknya didiskusikan dengan sebaik-baiknya dan tidak bersimpangan dan/berbenturan
dengan program kerja serta arah dan tujuan organisasi OMK
· Pengolahan. Setiap ide/gagasan yang telah disetujui, hendaknya diolah dalam
kepanitiaan kecil dulu, setelah mendapatkan rumusan yang jelas selanjutnya dibahas dalam
kepanitiaan besar (panitia pelaksana).
· Hendaknya membuat proposal kegiatan, yang berisi:
Uraian Kegiatan
Menjelaskan maksud, tujuan, dan saran kegiatan yang akan dilakukan
Anggaran Biaya
Menguraikan secara jelas pembiayaan kegiatan dan sumber-sumber dana untuk membiayai
kegiatan.
Mengadakan evaluasi kegiatan setelah satu kegiatan selesai dilaksanakan, terutama acaranya.
Membuat laporan pertanggungjawaban atas kegiatan dan kegagalan kegiatan yang telah
direncanakan. Yang paling mendasar dari laporan pertanggungjawaban ini adalah laporan
pelaksanaan kegiatan dan laporan keuangan
BAB VII
TATA KERJA OMK
· Suasana kerja OMK (terutama pengurus OMK paroki, wilayah/ stasi) menampakkan
wajah paguyuban.
· Semangat paguyuban yang dimaksud, tidak berarti menghilangkan cara kerja
profesional. Dengan kata lain profesionalisme kerja OMK harus dijiwai semangat paguyuban
yang terbuka, bersahabat, mengasihi secara tulus, dan mengutamakan yang kecil, lemah,
miskin, dan tersingkir
· Hendaknya pengambilan keputusan dilakukan dengan jalan:
Musyawarah untuk penegasan bersama. Di dalam musyawarah untuk penegasan bersama
terbuka kemungkinan pengambilan keputusan lewat pemungutan suara.
· Mementingkan kepentingan bersama
Kepentingan bersama harus berada di atas kepentingan pribadi dan ke “ego”-an yang
berlebihan.
BAB VIII
STATUS KEANGGOTAAN
Setiap orang muda yang beriman katolik, berusia 13-35 tahun dan belum menikah otomatis
menjadi anggota OMK paroki.
8.1. Susunan Kepengurusan
· Susunan pengurus dibuat tidak untuk meunjukkan “kekuasaan” (yang biasa-nya erat
berkaitan dengan: kedudukan dan jabatan) dalam organisasi OMK, tetapi untuk
mempermudah koordinasi dan alur antar pengurus.
· Jiwa dan roh yang ingin diwujudkan dalam kerja OMK adalah kerjasama dalam satu
jaringan koordinasi
· Struktur atau susunan tidak untuk menggambarkan kekuasaan dengan jalur
komando, melainkan untuk memperlihatkan suatu skema kerja bersifat koordinatif-kemitraan
· Kepengurusan ini terdiri dari pengurus OMK paroki, OMK wilayah /stasi.
8.1.1. Kepengurusan OMK Paroki terdiri dari:
· Ketua dan wakil ketua
· Sekertaris I dan Sekertaris II
· Bendahara I dan bendahara II
· Anggota meliputi ketua OMK wilayah/ stasi
· Seksi-seksi yang dibutuhkan
8.1.2. Gambaran Tugas Kepengurusan
Tugas Ketua OMK
1. Bertanggungjawab atas seluruh kegiatan yang dilaksanakan oleh Penguruh OMK.
2. Sebagai perantara mekanisme kegiatan Pengurus OMK dengan Dewan Paroki.
3. Memimpin:
a. Penyusunan program kerja Pengurus OMK
b. Pelaksanaan program kerja
c. Penyelenggaraan penyegaran Pengurus OMK di akhir masa bakti kepengurusan yang
sedang berlangsung.
4. Mendelegasikan tugas-tugas bagi pelaksanaan kegiatan Pengurus OMK kepada
anggota pengurus sesuai dengan job discribtion masing-masing
5. Menerima laporan kegiatan Pengurus OMK melalui ketua Harian sekurang-kurangnya
satu bulan sekali.
6. Mempertanggungjawabkan kepengurusan OMK dalam rapat pleno Pengurus dan
Anggota OMK pada akhir masa kepengurusan.
Tugas Ketua Harian
1. Bertanggungjawab atas seluruh pelaksanaan kegiatan Pengurus OMK yang telah
diprogramkan.
2. Menyelenggarakan rapat pleno Pengurus OMK secara periodik.
3. Mengkoordinasikan dan memonitor kegiatan-kegiatan dari seluruh bidang dalam
kepengurusan OMK.
4. Menerima laporan-laporan dari sekertaris, bendahara, staf umum dan seluruh
koordinator bidang atau penanggungjawab kegiatan atas hasil pelaksanaan kegiatan yang
menjadi tanggungjawab masing-masing.
5. Melaporkan seluruh kegiatan pengurus OMK kepada Ketua OMK sekurang-kurangnya
satu bulan sekali.
Tugas Sekertaris
1. Bertanggungjawab atas tugas-tugas kesekretariatan Pengurus OMK.
2. Membantu Ketua Harian dalam persiapan penyelenggaraan rapat pleno Pengurus
OMK, membuat natulen dan mendokumentasikan hasil rapat pleno Pengurus OMK.
3. Mendokumentasikan seluruh hasil kegiatan Pengurus OMK.
4. Mendokumentasikan keanggotaan OMK.
5. Melaporkan kegiatan kesekretariatan kepad Ketua Harian.
6. Membantu Ketua Harian menyusun laporan seluruh kegiatan Pengurus OMK.
Tugas Bendahara
1. Bertangggungjawab atas kegiatan perbendaharaan Pengurus OMK.
2. Mengeluarkan dana bagi kegiatan Pengurus OMK sesuai dengan prosedur yang
ditentukan.
3. Membukukan pemasukan dan pengeluaran dana kepengurusan OMK
4. Melaporkan keiatan perbendaharaan Pengurus OMK kepada Ketua Harian dalam rapat
pleno dan ditembuskan kepada anggota OMK secara periodik.
Tugas Seksi-seksi
1. Menopang pelaksanaan kegiatan bidang-bidang dalam kepengurusan OMK dan/atau
Penanggungjawab yang dibentuk oleh Pengurus OMK, seperti perlengkapan, trasportasi,
kesehatan, keamanan, dan lain-lain
2. Melaporkan pelaksanaan kegiatan kepada Ketua Harian.
8.2. Kewajiban dan Hak Anggota
8.2.1. Kewajiban Anggota
1. Mentaati Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
2. Membayar uang iuran bulanan
3. Aktif menghadiri pertemuan-pertemuan baik dalam rapat organisasi maupun dalam
kegiatan doa dan ibadah.
4. Aktif berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiatan maupun pelaksanaan program
perkumpulan.
5. Memelihara nama baik perkumpulan, Persatuan dan kesatuan diantara anggota
dengan semangat kekeluargaan.
8.2.2. Hak-hak anggota
1. Berhak dipilih dan memilih dalam kepengurusan maupun kepanitiaan dalam
perkumpulan.
2. Berhak untuk memperoleh pelayanan dari perkumpulan.
3. Berhak memperoleh perhatian dan dukungan dalam berbagai kegiatan organisasi
untuk kepentingan bersama.
4. Berhak untuk berbicara dan hak suara dalam setiap pertemuan atau rapat.
BAB IX
KEORGANISASIAN
9.1. Tugas Pokok dan Tanggungjawab
9.1.1. OMK Paroki
1. Memikirkan dan mengkoordinasikan kegiatan OMK.
2. Mengusahakan dana dan sarana untuk menunjang kelancaran pembinaan dan
pengembangan di paroki dan bagian-bagian teritorial-nya (wilayah/ stasi)
3. Bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan OMK di tingkat paroki maupun wilayah/
stasi.
4. Membuat laporan pertanggungjawaban tahunan dan insidental atas pelaksanaan
tugas maupun keuangan kepada Dewan Pastoral Paroki.
9.1.2. OMK Wilayah
1. Memikirkan dan mengkoordinasikan kegiatan OMK di wilayah dan sebaiknya tidak
bersimpangan/berbenturan dengan kegiatan tingkat OMK Paroki.
2. Mengusahakan dana dan sarana untuk menunjang kelancaran pembinaan dan
pengembangan di wilayah/ stasi.
3. Membuat laporan pertangggungjawaban tahunan dan insidental atas pelaksanaan
tugas maupun keuangan kepada OMK Paroki.
9.2. Pemilihan Pengurus dan Masa Bakti
9.2.1. Acuan dan Tatacara Pemilihan
a) Pemilihan pengurus sebaiknya dilaksanakan sesuai dengan keadaan setempat.
b) Tatacara pemilihan akan diatur dalam pedoman lain (pedoman terpisah).
9.2.2. Masa Bakti
3 tahun
9.2.3. Tahun Kerja
a) Masa Orientasi dan adaptasi selama 3 bulan (di awal kepengurusan)
b) Masa kerja (aktif) selama 27 bulan (=2tahun + 3 bulan)
c) Masa kaderisasi dan Pemilihan Pengurus selama 6 bulan (sebelum akhir
kepengurusan)
9.3. Kaderisasi
a) Kaderisasi dilakukan untuk menjaga dinamika tata kerja OMK dan ke-organisasian
OMK.
b) Pengurus OMK Paroki dapat mengadakan kaderisasi setiap saat sesuai dengan
kemampuan dengan melibatkan OMK wilayah dalam setiap kegiatan/tugas/kepanitiaan di
tingkat paroki dan stasi.
c) Pengurus OMK Wilayah dapat mengadakan kaderisasi setiap saat sesuai dengan
kebutuhan kemampuan dengan melibatkan anggotanya dalam setiap
kegiatan/tugas/kepanitiaan di wilayah.
9.4. Pembekalan
a) Sebagai subjek bina, OMK harus mempunyai sifat kerja yang profesional dan dinamis
b) Untuk menunjang ke-profesionalisme-an, pengurus OMK (baik pengurus OMK paroki,
wilayah/ stasi) dapat meminta bantuan pembekalan kepada Bidang Kepemudaan Paroki.
9.5. Konsultasi
Dalam keadaan tertentu yang berhubungan dengan kelancaran kegiatan/tugas; pengurus
OMK (baik pengurus OMK paroki, wilayah/ stasi) dapat melakukan dialog/ konsultasi dengan:
1. Pastor Paroki
2. Moderator
3. Seksi kepemudaan (di paroki, wilayah, dan stasi),
4. Pendamping OMK (di paroki, wilayah, dan stasi),
5. Dan simpatisan(yang dianggap dapat memberikan bantuan konseling).
9.6. Pendamping
a) Hendaknya setiap pengurus OMK mencari pendamping sesuai dengan kebutuhan.
b) Banyaknya pendamping tidak dibatasi, sesuai dengan kebutuhan.
9.7. Konflik
a) Di organisasi OMK memang tidak diharapkan terjadi konflik baik internal pengurus,
antar wilayah, maupun antar pribadi, sebaiknya jika terjadi konflik diredam dengan bersifat
arif, bijaksana, mau menerima kesalahan/kekalahan, mau memaafkan, toleransi, tidak egois.
b) Sedapat mungkin konflik yang terjadi secepatnya diselesaikan dan tidak sampai
berlarut tanpa ada pemecahan dan penyelesaiaan.
c) Jika diperlukan Bidang kepemudaan (paroki dan stasi) dapat menjadi mediator
penyelesaian konflik.
BAB X
PENUTUP
1. Hal-hal yang belum atau tidak tercakup dalam pedoman kerja ini hendaknya dalam
pelaksanaannya dibicarakan dengan moderator dan pembina maupun Dewan Pastoral Paroki.
2. Pedoman OMK ini mulai sejak tanggal ditetapkan dan tetap terbuka untuk peninjauan
kembali.
Join Group
_______________________________________________
SUSUNAN PENGURUS OMK
Ketua Mudika : Tomas Heppy Dwi Prianto
Sekretaris I: Margaretha Dyah
Bendahara II: Dionisia Pipit
Bendahara II:
Bidang I : Kerohanian
Koordinator :
Bidang II : Komunikasi
Koordinator : Fendy Plick Sipirili
Bidang III : Intelektual
Koordinator :
Bidang IV : Seni dan Bakat
Koordinator :
Bidang V: Olah Raga
Koordinator :
Anggota :
Orang Muda Katolik (OMK) di tengah arus hubungan antar agama dan
kepercayaan (HAK)
Pembahasan
1. Meluas Sejak ”Zaman Kita”
2. Realitas Orang Muda Katolik (OMK) Dalam Arus Dialog
3. Harapan atas OMK di Tengah Arus Dialog Agama-Agama
4. Peluang
1. Meluas Sejak ”Zaman Kita”
Arus dialog antar-agama makin kuat sejak 1960-an. Seperti teologi pembebasan, teologi
pluralisme agama-agama memiliki akar resminya dari Konsili Vatikan II (1962-1965), dan
benihnya diperkenalkan kepada Gereja oleh Paus Paulus VI dalam ensikliknya Ecclesiam
Suam (6 Agustus 1964). Teologi pluralisme agama-agama ini merupakan buah dari panggilan
Konsili bagi Gereja agar berada dalam dialog dengan agama-agama lain. Jika teologi
pembebasan mengambil titik pijak pada dokumenGaudium et Spes (“Kegembiraan dan
Harapan”), maka teologi pluralisme agama-agama berpijak pada dokumen Nostra
Aetate (”Zaman Kita”), deklarasi hubungan Gereja terhadap agama-agama non-Kristen.
Walaupun dokumen yang ditetapkan tahun 1965 ini ini singkat saja, hanya 5 artikel, namun
telah secara signifikan mengubah sikap Gereja Katolik dalam membangun hubungan dengan
masyarakat dan agama-agama lain. Khususnya, artikel di bawah ini sangat revolusioner,
paling tidak menurut standard Gereja tahun 1960-an:
”Gereja Katolik tidak menolak apapun yang benar dan suci dalam agama-agama [!: The
Catholic Church rejects nothing which is true and holy in these religions]. Dengan sikap hormat
dan tulus, Gereja merenungkan cara-cara bertindak dan hidup, kaidah-kaidah serta ajaran-
ajaran, yang memang dalam banyak hal berbeda dari apa yang diyakini dan diajarkannya
sendiri, tetapi tidak jarang toh memantulkan sinar kebenaran yang menerangi semua orang”
(NA, 2). Sampai di sini kita teringat pula akan Lumen Gentium : ”Sebab mereka yang tanpa
bersalah tidak mengenal Injil Kristus serta GerejaNya, tetapi dengan hati tulus mencari Allah,
dan berkat pengaruh rahmat berusaha melaksanakan kehendakNya yg mereka kenal melalui
suara hati dengan perbuatan nyata, dapat memperoleh keselamatan kekal” (LG, 16)
Catatan berikutnya dalam NA artikel 2 itu mengingatkan, bahwa Gereja tidak mau terjebak
dalam indiferentisme:
”Namun Gereja tiada hentinya mewartakan dan wajib mewartakan Kristus, yakni jalan,
kebenaran dan hidup (Yoh 14:6); dalam Dia manusia menemukan kepenuhan hidup, dalam
Dia pula Allah mendamaikan segala sesuatu dengan diriNya (2Kor 5:18-19). Di sini ingatan
melayang ke LG 14 yang berseru untuk orang Katolik sendiri: ”Berdasarkan Kitab Suci dan
Tradisi, konsili mengajarkan bahwa Gereja yang sedang mengembara ini perlu untuk
keselamatan. Sebab hanya satulah pengantara dan jalan keselamatan yakni Kristus. Ia hadir
dalam TubuhNya yakni Gereja. Dengan jelas-jelas menegaskan perlunya iman dan baptis
(Mrk 16:16; Yoh 3:5), Kristus sekaligus menegaskan perlunya Gereja… Maka andaikata ada
orang yang benar-benar tahu bahwa Gereja Katolik itu didirikan oleh Allah melalui Yesus
Kristus sebagai upaya yang perlu, namun tak mau masuk ke dalamnya atau tetap tinggal di
dalamnya, ia tidak dapat diselamatkan”
Alinea terakhir NA 2: ”Gereja mendorong para puteranya, supaya dengan bijaksana dan penuh
kasih, melalui dialog dan kerja sama dengan penganut agama-agama lain, sambil memberi
kesaksian tentang iman serta peri hidup Kristiani, mengakui, memelihara, dan
mengembangkan harta-kekayaan rohani dan moral serta nilai-nilai sosio-budaya yang
terdapat pada mereka.
Setelah itu, menguatlah arus dialog antar-agama dalam kepala dan anggota-anggota tubuh
Gereja Katolik, dibandingkan era sebelumnya. Federation of Asian Bishops’
Conferences (FABC) dalam sidang-sidangnya sejak tahun 1990 – 1995 bergembira dengan
arus teologi pluralisme. Tidak heran karena konteks Asia menuntut Gereja berdialog dengan
agama-agama lain di samping dengan budaya-budaya dan realitas kemiskinan. Memang,
agama-agama besar terlahir di Asia. Bahkan penerbitan dokumen Dominus Iesus 5
September 2000 oleh Kongregasi Ajaran Iman, yang menekankan karya penyelamatan Allah
melalui Kristus dalam Gereja Katolik Roma, yang sebenarnya mirip LG 14, tidak mematahkan
semangat dialog, selain malahan menegaskan bahwa alasan dialog memang diakui
muncul karena adanya perbedaan dalam hidup bersama. Isu-isu teologis yang timbul
sejak Dominus Iesus tetap menunjukkan bahwa sikap positif atas dialog tetap menempati
95%, sedangkan penolakan atas dialog pasca terbitnya dokumen itu hanya 1% (Edmund
Chia, Towards a Theology of Dialogue: Schillebeeckx’s Method as Bridge between Vatican’s
Dominus Iesus and Asia’s FABC Theology. Bangkok: 2003). Komisi Dialog atau Hubungan
Antar Kepercayaan di FABC, KWI serta Keuskupan dan Paroki pun dibentuk untuk
mengembangkan dialog dengan agama-agama lain, memantapkan hubungan ekumenis, dan
relasi dengan penghayat kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dialog kemudian
berkembang dalam tujuh (7) bentuk: (1) dialog kehidupan, (2) dialog dalam hidup sehari-
hari, (3) dialog karya, (4) kerja sama antar lembaga, (5) dialog pakar, (6) pemahaman dalam
persahabatan, (7) dialog pengalaman religius. Dengan demikian sebenarnya bisa
ditegaskan kebenaran iman kita ini: Allah sendiri-lah yang menghendaki ”keluar dari dirinya
sendiri”, mendatangi manusia untuk berdialog dengan manusia untuk menyelamatkan
manusia.
2. Realitas Orang Muda Katolik (OMK) Dalam Arus Dialog
Rapat Pengurus Komisi Kepemudaan KWI 12 Februari 2009, menegaskan agar klausul
”mengembangkan wawasan dan pengalaman dialog dengan agama-agama lain” dimasukkan
dalam rancangan Pedoman Pastoral OMK. Usulan atas kalimat itu dalam Pedoman Pastoral
OMK itu bukannya tanpa alasan. Arus zaman menuntut kita berdialog antar agama, dan Komisi
Kepemudaan semestinya mengajak OMK berlatih berdialog. Maka, dialog antar-agama mesti
menjadi perhatian Komisi Kepemudaan pula. Kita tahu dari pengalaman, betapa urusan
Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan (HAK) selama ini terkesan menjadi urusan orang
tua. Padahal di lapangan, banyak ajakan berdialog kepada OMK di tingkat paroki,
kevikepan/dekenat, maupun keuskupan, dan nasional baik oleh pemerintah maupun majelis
agama-agama dan forum-forum lintas agama. Kebutuhan untuk menampilkan OMK dalam
panggung dialog ini hendaknya bukan hanya karena desakan rasa malu karena selama ini kita
sukar memenuhi undangan dari saudara-saudara kita karena minimnya OMK yang mau dan
mampu terlibat, namun hendaknya didorong dari dalam oleh ketulusan hati yang penuh
syukur atas kasih Allah yang menggapai semua orang. Kesungguhan untuk melibatkan OMK
dalam HAK sebenarnyalah bukan karena OMK kita selama ini ”mengkawatirkan” jika harus
menjelaskan pengetahuan iman Katolik mereka di antara teman-teman agama-agama lain
yang begitu percaya diri, namun lebih-lebih karena perutusan oleh Tuhan sendiri untuk
menaburkan cinta kasihNya demi terwujudnya Kerajaan Allah di dunia.
3. Harapan atas OMK di Tengah Arus Dialog Agama-Agama
Pastoral OMK mesti menganut blue ocean management. Karya kepemudaan tak bisa
mengincar satu bentuk saja. Fokus Karya KomKep memang hanya satu yakni pengembangan
OMK secara holistik pada katolisitas/spiritualitas, kepribadian, kemasyarakatan,
kepemimpinan/organisasi dan profesionalitas. OMK Indonesia dengan segala dimensinya
harus berkembang, dengan program, bentuk dan cara kegiatan yang beraneka ragam dan
banyak pilihan, termasuk pengembangan diri OMK dalam hal dialog antaragama dan
kepercayaan. Oleh karena itu, pastoral OMK dalam konteks HAK semestinya:
1. Menetapkan tujuan pelibatan OMK dalam HAK, berdasar needs analysis, tentu saja
bisa dipakai berbagai alat analisis, seperti SWOT, dll, namun juga alat pikir tiga poros
keadaban publik (NotaPastoral KWI 2004).
2. Menetapkan desain program yang nyata dalam kerja sama dengan Komisi HAK.
Pembinaan Orang Muda Katolik yang holistik, bersama Komisi HAK semoga berani membidik
keberanian OMK agar menghayati iman dengan praktek hidup, aktif terlibat dalam hidup
kemasyarakatan, berjiwa pejuang wirausaha, menjalani studi dengan baik, mudah berefleksi,
mudah mengayunkan hati dalam doa, dan ringan hati menjalin persahabatan dengan teman-
teman agama-agama dan kepercayaan lain. Pendek kata, menghasilkan OMK yang siap
berdialog dalam ketujuh bentuknya di atas dengan teman-teman agama-agama lain.
3. Menumbuhkan minat OMK akan pengetahuan imannya. Kenyataan ini berbanding
lurus dengan kemalasan membaca kekayaan iman dan intelektual, suatu depositum fideiyang
dalam dan luas dari Gereja Katolik. Kemalasan dan minimnya pengetahuan iman yang menjadi
suatu batu sandungan jika ingin suatu dialog yang lebih mendalam dengan teman-teman
agama-agama lain. Apa yang mau didialogkan jika tak tahu persis mengenai aspek-aspek
pengetahuan imannya sendiri? Apa bisa berdialog jika tidak terjun langsung dan segera
bergaul dengan teman-teman muda dari agama-agama lain?
4. Peluang
Zaman kita memberi peluang baru yakni minat OMK akan teknologi informasi terkini. Jika
orang muda Katolik mulai membangun jejaring dalam berbagai minat dengan aneka milist,
facebook, twitter, blog, website, tentu saja alat ini akan berguna pula bagi pengembangan
jejaring muda Katolik penggerak HAK. Yang saya maksud bukanlah media kontak-kontak
romantisme belaka, namun terlebih bagaimana memakai media internet untuk menambah
pengetahuan iman Katolik bagi OMK, dan berdialog dengan agama-agama lain dalam 7
bentuknya di atas. Beberapa website Katolik yang dikelola dengan baik oleh umat bisa
ditautkan dengan website OMK dalam rangka membina HAK. Orang muda agama lain bisa
diundang agar berinteraksi di dalamnya untuk berdialog. Semoga.
Yohanes Dwi Harsanto Pr, Sekretaris Eksekutif Komisi Kepemudaan KWI. Tulisan ini pernah
dipaparkan dalam diskusi Komisi HAK Regio Jawa, Februari 2009.
VII.HAL-HAL LAIN
Anggaran Dasar Mudika ini dapat diubah sesuai dengan keadaan sepanjang disetujui oleh
Anggota Mudika melalui Rapat Pleno Pengurus Mudika dan Anggota Mudika, yang diatur di
dalam Anggaran Rumah Tangga, kecuali dalam hal Dasar Kehidupan Mudika.
B. ANGGARAN RUMAH TANGGA MUDIKA
I. ANGGOTA MUDIKA
Setiap anggota Mudika memiliki kesempatan yang sama untuk aktif sebagai pelaksana
maupun peserta dalam kegiatan-kegiatan Mudika.
II.PENGURUS MUDIKA
1. Pengurus Mudika dipilih dari dan oleh anggota Mudika dan pihak lain jika dianggap
perlu seperti Pastor Paroki serta Dewan Paroki, dalam Rapat Pleno Pengurus Mudika dan
Anggota Mudika untuk masa pelayanan satu tahun.
2. Pada akhir masa pelayanannya, Pengurus Mudika menyampaikan Laporan
Pertanggung-jawaban di dalam suatu Rapat Pleno Pengurus Mudika dan anggota Mudika.
3. Susunan Pengurus Mudika sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua, Sekretaris,
Bendahara dan Koordinator/Penanggung Jawab kegiatan. Jumlah keanggotaan pengurus
Mudika disesuaikan dengan kebutuhan dan keberadaan jumlah anggota Mudika maupun
jumlah serta jenis kegiatan.
4. Ketua Mudika menyusun ‘Job Describtion’ bagi setiap jabatan dalam kepengurusan
Mudika.
5. Pelaksanaan tugas kepengurusan merupakan bentuk pelayanan bagi sesama anggota
Mudika pada khususnya dan kepada Gereja pada umumnya.
II.RAPAT MUDIKA
1. Rapat Pleno Pengurus Mudika adalah rapat yang dihadiri oleh seluruh wakil-wakil
bidang-bidang kepengurusan Mudika secara periodik.
2. Rapat Pleno Pengurus dan Anggota Mudika adalah rapat yang dihadiri oleh seluruh
anggota Pengurus Mudika dan seluruh atau sebagian anggota Mudika.
3. Rapat Bidang adalah rapat yang dihadiri oleh anggota bidang tertentu.
Demi syahnya Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ini, beberapa pihak berikut
membubuhkan tanda tangan sebagai persetujuan dan pengesyahannya bagi Mudika CIC St.
Michael Daceyville.
Mengetahui :
Chaplain CIC - Daceyville Ketua Dewan Paroki CIC - Daceyville
Bendahara : Vicky
Staf Umum :
1. Peter
2. Roy
3. Johannes
4. Andre
5. Jan Pratama
Bidang I : Kerohanian
Koordinator : Agus
Anggota :
1. Novi T.
2. Cheryl
3. Lenny
4. Indah
Bidang II : Komunikasi
Koordinator :
1. Novy Sugandhy
2. Suryo
Anggota :
1. Rini
2. Lidwina
3. Lisa T
JOB DESCRIPTION
PENGURUS MUDIKA
CIC ST. MICHAEL - DACEYVILLE
KETUA MUDIKA
1. Bertanggung jawab atas seluruh kegiatan yang dilaksanakan oleh Pengurus Mudika.
2. Sebagai perantara mekanisme kegiatan Pengurus Mudika dengan Dewan Paroki.
3. Memimpin :
a. Penyusunan program kerja Pengurus Mudika
b. Pelaksaan kegiatan sesuai dengan program kerja
c. Evaluasi hasil pelaksanaan program kerja
d. Penyelenggaraan penyegaran Pengurus Mudika di akhir masa bakti kepengurusan
yang sedang berlangsung
4. Mendelegasikan tugas-tugas bagi pelaksanaan kegiatan Pengurus Mudika kepada
anggota pengurus sesuai dengan job describtion masing-masing.
1. Menerima laporan kegiatan Pengurus Mudika melalui Ketua Harian sekurang-
kurangnya satu bulan sekali.
2. Mempertanggungjawabkan kepengurusan Mudika dalam rapat pleno Pengurus dan
Anggota Mudika pada akhir masa kepengurusan.
KETUA HARIAN
1. Bertanggung jawab atas seluruh pelaksanaan kegiatan Pengurus Mudika yang telah
diprogramkan.
2. Menyelenggarakan rapat pleno Pengurus Mudika secara periodik.
3. Mengkoordinasikan dan memonitor kegiatan-kegiatan dari seluruh bidang dalam
kepungurusan mudika.
4. Menerima laporan-laporan dari sekretaris, bendahara, staf umum dan seluruh
koordinator bidang atau penanggung jawab kegiatan atas hasil pelaksanaan kegiatan yang
menjadi tanggung jawab masing-masing.
5. Melaporkan seluruh kegiatan Pengurus Mudika kepada Ketua Mudika sekurang-
kurangnya satu bulan sekali.
SEKRETARIS
1. Bertanggung jawab atas tugas-tugas kesekretariatan Pengurus Mudika.
2. Membantu Ketua Harian dalam persiapan penyelenggaraan rapat pleno Pengurus
Mudika, membuat notulen dan mendokumentasikan hasil rapat pleno Pengurus Mudika.
3. Mendokumentasikan seluruh hasil kegiatan Pengurus Mudika.
4. Mendokumentasikan keanggotaan Mudika.
5. Melaporkan kegiatan kesekretariatan kepada Ketua Harian.
6. Membantu Ketua Harian menyusun laporan seluruh kegiatan Pengurus Mudika.
BENDAHARA
1. Bertanggung jawab atas kegiatan perbendaharaan Pengurus Mudika.
2. Mengeluarkan dana bagi kegiatan Pengurus Mudika sesuai dengan prosedur yang
ditentukan.
3. Membukukan pemasukan dan pengeluaran dana kepengurusan mudika.
4. Melaporkan kegiatan perbendaharaan Pengurus Mudika kepada Ketua Harian dalam
rapat pleno dan ditembuskan kepada anggota Mudika secara periodik.
STAF UMUM
1. Menopang pelaksanaan kegiatan bidang-bidang dalam kepengurusan Mudika dan atau
Penanggung Jawab yang dibentuk oleh Pengurus Mudika, seperti perlengkapan, transportasi,
kesehatan, keamanan, dan lain-lain.
2. Melaporkan pelaksanaan kegiatan kepada Ketua Harian.
BIDANG I : KEROHANIAN
1. Mempersiapkan program kerja kegiatan di bidang kerohanian dan mengusulkan untuk
ditetapkan sebagai program kerja Pengurus Mudika di dalam Rapat Kerja Pengurus.
2. Melaksanakan kegiatan Pengurus Mudika di bidang kerohanian sebagaimana yang
telah diprogramkan.
3. Melaporkan pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada butir 2 kepada Ketua
Harian.
BIDANG II : KOMUNIKASI
1. Mempersiapkan program kerja kegiatan di bidang komunikasi dan mengusulkan untuk
ditetapkan sebagai program kerja Pengurus Mudika di dalam Rapat Kerja Pengurus.
2. Melaksanakan kegiatan Pengurus Mudika di bidang komunikasi sebagaimana yang
telah diprogramkan.
3. Melaporkan pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada butir 2 kepada Ketua
Harian.
Lima (5) sasaran yang ditetapkan agar dicapai melalui berbagai kegiatan Pengurus Mudika
adalah sebagai berikut :
Waktu Minimal :
3 bulan 1 kali untuk pengurus
6 bulan 1 kali untuk semua
Keterangan -
Tempat
Anggaran $ 50.00
Keterangan Administrasi
Dokumentasi
Tempat
Anggaran 50.00
Keterangan -
Waktu Insidential
Tempat
Peserta Mudika
Keterangan Rekreasi
Cari dana
Sayembara logo
Catatan
Waktu 6 bulan
Tempat
Peserta Mudika
Anggaran $ 100.00
Keterangan
Waktu 6 bulan
Peserta -
Keterangan
Keterangan Rutin
Catatan Anggaran akan dibiayai oleh hasil kolekte dan bila tidak
mencukupi akan disubsidi oleh kas Mudika
Keterangan Rutin
Catatan Anggaran akan dibiayai oleh hasil kolekte dan bila tidak
mencukupi akan disubsidi oleh kas Mudika
Anggaran $ 7,500.00
Keterangan Rutin
Waktu 4 May
Keterangan Rutin
Anggaran -
Keterangan Rutin
Catatan -
Waktu -
Tempat -
Peserta -
Anggaran -
Keterangan -
Catatan -
Waktu -
Tempat -
Peserta -
Keterangan -
Catatan -
Tujuan Evaluasi
Waktu -
Peserta -
Penanggung Jawab Suryo dan Danny
Anggaran $ 50.00
Kegiatan Seminar
Waktu
Anggaran Sponsor
Catatan
Tujuan Informatif
Tempat -
Anggaran
Keterangan
Catatan
Tempat
Peserta Mudika
Anggaran
Keterangan
Catatan
Kegiatan Koor
Tempat
Peserta Mudika
Keterangan -
Catatan -
Kegiatan Band
Tempat
Peserta 6 orang
Waktu
Tempat
Keterangan -
Catatan -
Keterangan
Catatan
Kegiatan Fishing
Anggaran Free
Keterangan
Catatan
Catatan
Tujuan Mempermudah
Tempat
Keterangan Fleksible
Tujuan
Peserta 1 - 4 orang
Anggaran -
Keterangan -
Catatan -
Anggaran $ 1,000.00
Catatan
Peserta 2 - 4 orang
Anggaran
19 COMMENTS
1. Stephani Jun 19, 2012 at 1:22 pm
Romo Wanta..saya mau bertanya,mungkin pertanyaan saya agak aneh
1.Misalnya kita memiliki hutang entah itu dengan seseorang, bank atau perusahaan ketika
kita belum lunas semuanya tiba2 seseorang itu meninggal n keluarganya pindah entah ke
mana, bank atau perusahaannya tutup ke mana kita mengembalikan uang yang telah kita
pinjam? Karena hutang yang tidak dibayar itu katanya dosa.
2.Mengenai memakai kontrasepsi adalah dosa.Kalau keluarga pas pasan biar anak anak juga
lebih terjamin dan tidak terlantar terus orang tua memakai kontrasepsi misalnya
kondom.apakah tetap dosa ?
o Stefanus Tay Jul 7, 2012 at 3:47 am
Shalom Stephani,
Secara prinsip, adalah adil kalau kita melakukan apa yang menjadi tugas dan kewajiban kita,
termasuk adalah membayar hutang-hutang yang kita lakukan. Namun, kalau kita
telah berusaha mencari tahu dan tetap tidak tahu keberadaan orang yang berhak menerima
pembayaran, maka kesalahan bukan berada pada pihak kita. Namun, alangkah baiknya, kalau
kita juga bersiap-siap untuk tetap melakukan pembayaran, karena bisa saja sewaktu-waktu
mereka akan menagih apa yang menjadi hak mereka. Tentang dosa menggunakan
kontrasepsi, dapat Anda baca di sini – silakan klik. Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
MUKADIMAH
Bahwa sesungguhnya pemuda adalah merupakan generasi yang akan melanjutkan karya
generasi pendahulu untuk mencapai masa depan yang lebih baik. Kerinduan dan semangat
para mudika di Rayon St. Bartolomeus (IV- B) untuk membentuk perkumpulan ini sudah
sejak lama dirintis, namun belum juga terlaksana karena adanya berbagai kendala.
Semagat, tekad dan kerinduan yang semakin membara dalam hati para muda-mudi rayaon
St. Bartolomeus tertama pada tahun 2005, Melahirkan satu organisasi muda-mudi katolik
dengan pelindungnya santa Brigita, Oleh karena itu perkumpulan yang didirikan oleh para
mida-mudi katolok di rayon St. Bartolomeus (IV-B) ini dinamakan “ MUDIKA SANTA
BRIGITA”.
Dengan berkat Tuhan kita Yesusu Kristus, dan semangat para Mudika yang didukung oleh
para orang tua Rayon St.Bartolomeus (IV-B), Mudika Santa Brigita ingin meningkatkan,
mengembangkan dan membina serta membimbing generasi muda di Rayon St. Bartolomeus
tersebut dalam berbagai bidang kehidupan baik jasmani maupun rohani serta dengan segala
kemungkinannya di masa depan untuk mencapai cita-cita yang luhur.
BAB I
NAMA, TEMPAT, PELINDUNG
Pasal 1
Perkumpulan muda-mudi katolok ini bernama “muda-mudi katolik santa brigita”, Rayon
St.Bartolomeus (IV-B), Stasi Tabing, Paroki santo Fansiskus Asisi Padang Baru, dan
selanjutnya dinamakan “MUDIKA SANTA BRIGITA”.
Pasal 2
Mudika santa brigita berkedudukan di Rayon St.Bartolomeus, Stasi tabing, Paroki Padang
Baru,dan didirikan untuk waktu yang tidak terbatas.
Pasal 3
Pelindung perkumpulan adalah “SANTA BRIGITA”, dengan semboyan “PRO ECCLESIA ET
PATRIA” (berjuang untuk Gereja dan Negara).
BAB II
AZAS, SIFAT, DAN TUJUAN
Pasal 4
Azas Perkumpulan ini ialah Pancasila dan Ajaran Gereja Katolik.
Pasal 5
Sifat perkumpulan ialah sebagai perkumpulan social dan keagamaan dikalangan muda-mudi
katolik.
Pasal 6
Tujuan Perkumpulan ini ialah :
BAB III
KEANGGOTAAN
Pasal 7
Anggota Mudika Santa Brigita adalah :
1. Waraga Negara RI yang berdomisilih di Rayon St. Bartolomeus dan Mahasiswa serta
Umat Gereja Katolik yang berkenan untuk bergabung.
2. Usia antara 14 tahun sampai dengan 30 tahun dan belum menikah
3. Terdaftar dalam buku keanggotaan perkumpulan.
BAB IV
KEWAJIBAN DAN HAK ANGGOTA
Pasal 8
Kewajiban anggota :
1. Mentaati Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
2. Membayar uang iuran bulanan
3. Aktif menghadiri pertemuan-pertemuan baik dalam rapat organisasi maupun dalam
kegiatan doa dan ibadah.
4. Aktif berpartisifasi dalam melaksanakan kegiatan maupun pelaksanaan program
perkumpulan.
5. Memelihara nama baik perkumpulan, Persatuan dan kesatuan diantara anggota dengan
semangat kekeluargaan.
Pasal 9
Hak-hak anggota :
1. Berhak dipilih dan memilih dalam kepengurusan maupun kepanitiaan dalam perkumpulan.
2. Berhak untuk memperoleh pelayanan dari perkumpulan
3. Berhak memperoleh perhatian dan dukungan dalam berbagai kegiatan organisasi untuk
kepentingan bersama
4. Berhak untuk berbicara dan hak suara dalam setiap pertemuan atau rapat.
BAB IV
KEPENGURUSAN
Pasal 10
Susunan kepengurusan terdisi dari :
Pasal 12
Tugas Pokok Pengurus :
a. Memelihara dan mengembangkan perkumpulan, sesuai dengan AD / ART
b. Mewakili anggota untuk melakukan hubungan dengan pihak lain
c. Melayani keperluan anggota dan mempersatukan anggota
d. Menjaga agar anggota mentaati AD / ART dan melakukan kewajiban
BAB VI
PERANGKAT PERKUMPULAN
Pasal 13
Perangkat perkumpulan terdiri dari :
1. Rapat Anggota
2. Rapat Pengurus
Pasal 14
Rapat Anggota :
a. Rapat anggota adalah pemegang kekuasan yang tertinggi dalam perkumpulan
b. Rapat anggota terdiri oleh anggota perkumpulan yang pelaksanaannya diatur oleh ART
c. Rapat pengurus diadakan paling tidak sekali sebulan
d. Rapat anggota berhak :
• Menetapkan dan merubah AD / ART
• Menetapkan program perkumpulan
• Melakukan pemilihan pengurus baru
• Menyampaikan laporan tahunan dari pengurus
e. Rapat anggota terdiri dari
• Rapat bulanan
• Rapat tahunan
BAB VII
USAHA DAN KEUANGAN
Pasal 15
1. Perkumpulan berusaha dalam kegiatan social dan keagamaan
2. Sumber pembiayaan untuk kegiatan perkumpulan berasal dari :
• Uang iuran bulanan anggota
• Sumbangan dari berbagai pihak yang tidak mengikat
• Usaha lain yang disetujui dalam rapat anggota
BAB VIII
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR & PERUBAHAN PERKUMPULAN
Pasal 16
Perubahan Anggaran Dasar
1. Anggaran Dasar hanya dapat dirubah kalau dikehendaki oleh rapat anggota
2. Pemburan perkumpulan dapat dilaksanakan jika :
• Perkumpulan telah benar-benar melanggar AD dan etika perkumpulan
• Dikehanedaki oleh rapat anggota dan dilaksanakan dalam rapat anggota khusus untuk
membahas pembubaran tersebut.
• Bila perkumpulan bubar dan terdapat inventaris yang tersisa, maka semua inventaris yang
tersisa harus diserah terimakan kepada pengurus Rayon St. Bartolomeus (IV-B).
BAB III
USAHA DAN KEUANGAN
Pasal 3
1. Setiap anggota dikenakan uang iuran bulanan sebesar Rp 1.000,- (seribuh rupiah) /
minggu yang dibayar setiap minggu pada saat pertemuan rutin setiap minggu.
2. Pertemuan bulanan akan diadakan sekali sebulan pada minggu pertama setiap bulannya.
BAB IV
KEWAJIBAN LAIN
Pasal 4
Ketua Sekretaris
Ketua Rayon
(Bpk. R. Sitanggang )
PROGRAM KERJA
A. SEKSI KESENIAN
1. Belajar Tarian
2. Vokal Group 1 x 2 minggu
3. Belajar Drama Singkat
D. SEKSI LITURGI
1. Mudika aktif dalam pelayanan gereja
2. Mudika aktif dalam ibadah rayon atau pertemuan bulanan
3. Ibadah setiap malam sabtu yang diadakan sekali sebulan pada minggu pertama