Vous êtes sur la page 1sur 68

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAHTANGGA

OMK PAROKI “MARIA ANNUNCIATA” LODALEM


GEREJA PAGUYUBAN OMK PAGUYUBAN
OMK PAROKI “MARIA ANNUNCIATA”
Jl. Trisula 57, Dusun Lodalem, Kec. Kalipare, Malang Selatan 65166Telp. (0341)2993905

Visi
Paguyuban kaum muda yang militant, yang secara bersama-sama maupun sebagai pribadi
memiliki dalam dirinya kualitas dasar kemanusiaan, kemudaan dan kekatolikan
Misi
Menciptakan pribadi yang bertanggungjawab secara pribadi dan bersama-sama sehingga
kaum muda mampu menampilkan diri baik dalam lingkup paroki maupun masyarakat dengan
kekhasan kemudaan, kekatolikan dan budaya setempat dengan menggunakan Ilmu
Pengetahuan dan Tekhnologi.
KATA PENGANTAR
Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap
gulita menutupi samudera raya dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.
Berfirmanlah Allah: “Jadilah Terang”. Lalu terang itu jadi. Allah melihat terang itu baik, lalu
dipisahkannyalah terang itu dari gelap. Dan Allah menamai terang itu siang dan gelap itu
malam….(kej. 1:1-50). Se perti cara pandang Allah melihat bahwa tidak wajib jika gelap dan
terang itu menjadi satu, demikian juga harapan dari penyusunan buku Anggaran Dasar dan
Anggaran RumahTangga OMK Paroki Maria Annunciata Lodalem ini.
Anggaran ini dibuat berdasarkan apa yang sudah ada di beberapa paroki lain dan di keuskupan
lain. kami melihat itu baik, maka kami mengambilnya dan menata ulang sesuai dengan
kebutuhan mudka paroki.
Dengan adanya buku ini, kami berharap bahwa OMK kita semakin memiliki arah yang lebih
jelas dan pembinaan yang lebih terarah dan berkesinambungan, mereka tidak lagi melayang-
layang di atas kemudaan dan kebingungan harus berbuat apa dan memposisikan diri
bagaimana. Karena itu, evaluasi dan penyempurnaan terus menerus sangat dibutuhkan, agar
jelas apakah buku ini membawa terang atau sebaliknya membawa kegelapan dalam
perjalanan OMK paroki kita ini.
Hal-hal yang mendasar tertera dalam buku ini dan pantas dibaca agar wawasan dan tema
paguyuban dalam ide , pola pikir dan gerakan bersama itu benar-benar menjadi real. Semoga
dengan tema paguyuban, kita semua menjadi satu dalam membangun Kerajaan Allah di dunia
ini, khususnya di wilayah Paroki Maria Annunciata Lodalem ini. berkah dalem, Tuhan
memberkati kita semua.
Lodalem, 6 Maret 2011
Penyusun
VISI DAN MISI PAROKI “MARIA ANNUNCIATA”
VISI:
Paguyuban umat Allah yang beriman, bersemangat kebersamaan dan kekeluargaan menuju
kemandiriaan paroki, baik spiritual dan finansial.
MISI:
Membangun semangat persaudaraan dan kekeluargaan antar umat Allah yang tersebar di
berbagai stasi, wilayah dalam rangka menuju paroki mandiri.
‘Tak ada musuh yang tak dapat ditaklukkan oleh cinta
Tak ada penyakit yang tak dapat disembuhkan oleh kasih sayang
Tak ada permusuhan yang tak dapat dimaafkan oleh ketulusan
Tak ada kesulitan yang tak dapat dipecahkan oleh ketekunan
Tak ada batu keras yang tak dapat dipecahkan oleh kesabaran
Semua itu haruslah berasal dari hati anda’.
VISI DAN MISI KEUSKUPAN MALANG
VISI:
Gereja Keuskupan Malang adalah persekutuan umat Allah dan terang dunia, yang merayakan
Sabda Allah dan misteri keselamatan, mewartakan kabar gembira Kristus secara otentik dan
berakar dalam budaya, melayani orang miskin secara integral, dalam bimbingan Roh Kudus
menyimak tanda-tanda zaman, berdialog dan bekerjasama dengan masyarakat untuk
membangun kerajaan Allah, yang terwujud pada komunitas basis insani, yang penuh
kedamaian, keadilan dan cinta kasih.
MISI:
1. Menghayati imannya secara mendalam, dewasa dan mandiri sehingga hidup mereka
menjadi kesaksian dan pewartaan kristiani yang otentik
2. Membangun komunitas basis gerejawi yang penghayatan dan iman kristianinya memiliki
daya transformatif, kritis dan profetis.
3. Membangun diri sebagai komunitas partisipatif yang bertanggungjawab dalam
mengembangkan persekutuaannya dan bekerjasama dalam perencanaan pastoral serta
pelaksanaannya
4. Menumbuhkembangkan cita rasa sebagai anggota tubuh Gereja yang utuh dan langsung
dari komunitas basis setempat, paroki dan Keuskupan. Sebagai bagian dari Gereja
Universal, segenap umat Keuskupan Malang solider terhadap kesulitan Gereja-gereja
partikular lain serta menolong mereka dengan memberikan tenaga klerus diosesan, awam
atau menyediakan bantuan lain.
5. Mengakarkan iman pada budaya masyarakat setempat, sehingga iman dan budaya saling
memperkaya. Memandang budaya, anugerah Sang Pencipta, sebagai sarana pewartaan
dan lahan di mana benih-benih iman tertanam namun perlu ditumbuhkembangkan serta
dimurnikan dalam terang Injil Kristus.
6. Mengembangkan karya-karya misioner dan pastoral yang inovatif, kontekstual dan
menjangkau serta melibatkan semakin banyak orang sesuai dengan dinamika kehidupan
mereka sendiri.
7. Mewartakan Injil dengan menjumpai pribadi-pribadi manusia di tempat mereka hidup,
bekerja, berkomunitas dan mengisi waktu luang mereka dengan memanfaatkan segala
sarana komunikasi modern.
8. Seturut teladan Kristus (Luk 4:18-19), melayani secara integral orang miskin dan membela
yang tertindas dengan mengedepankan dan mempromosikan martabat dan hak-hak asasi
manusia.
9. Memberikan kesaksian iman dan hidup yang disumberkan dari pesan-pesan injil dalam
dialog dengan saudara-saudari yang berkeyakinan lain; bersikap solider, terbuka
mendengarkan harapan dan kebutuhan mereka (bdk.Nostra Aetate) menggalang
persaudaraan sejati dan menjadi rekan kerja dari semua orang yang berkehendak baik untuk
bersama-sama menegakkan komunitas basis insani yang dijiwai oleh perdamaian, keadilan
dan cinta kasih yang merupakan tanda kehadiran Kerajaan Allah.

BAGIAN I
ANGGARAN DASAR
I. DASAR KEHIDUPAN OMK
Dasar kehidupan dan seluruh kegiatan OMK adalah Iman Katholik.

II. PENGERTIAN OMK


OMK adalah akronim (singkatan) dari ‘Muda-mudi Katolik’, yaitu persekutuan muda-mudi yang
berimankan Katholik, baik simpatisan, sedang dalam persiapan permandian maupun yang
sudah dipermandikan oleh Gereja Katholik.

III. KEANGGOTAAN OMK


Keanggotaan OMK bersifat terbuka, artinya bahwa setiap individu yang dimaksud dalam butir
II merupakan anggota OMK. Untuk kepentingan pelaksanaan kegiatan OMK, keanggotaan
OMK dapat dikelompokkan menurut wilayah tertentu sesuai dengan situasi dan kondisi
setempat.

IV. KEPENGURUSAN OMK


1. Untuk pelaksanaan kegiatan, OMK dapat menyusun kepengurusan sesuai dengan
keadaan setempat atau berdasarkan Anggaran Rumah Tangga OMK.
2. Setiap anggota OMK yang sudah dipermandikan oleh Gereja Katholik memiliki
kesempatan yang sama untuk duduk sebagai anggota Pengurus OMK.

V. VISI OMK
Paguyuban kaum muda yang militan, yang secara bersama-sama maupun sebagai pribadi
memiliki dalam dirinya kualitas dasar kemanusiaan, kemudaan dan kekhatolikan

VI. KEGIATAN OMK


Untuk mewujudkan Visi OMK sebagaimana dimaksudkan butir V, OMK dapat melaksanakan
kegiatan yang bersifat rohani dan jasmani sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anggota
OMK setempat.

VII. HAL-HAL LAIN


Anggaran Dasar OMK ini dapat diubah sesuai dengan keadaan sepanjang disetujui oleh
Anggota OMK melalui rapat Pleno Pengurus OMK dan Anggota OMK, yang diatur di dalam
Anggaran Rumah Tangga, kecuali dalam hal Dasar Kehidupan OMK.

BAGIAN II
ANGGARAN RUMAH TANGGA OMK

BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Pengertian OMK
· OMK singkatan dari muda-mudi katolik, ialah semua orang muda yang beriman
katolik, berusia 13-35 dan belum menikah.
· Wadah struktural OMK mengikuti struktur teritorial organisasi gereja, yakni
keuskupan, paroki, dan wilayah, dan dibedakan dari struktur kategorial seperti
organisasi/kelompok/gerakan katolik lainnya.
· OMK (sebagai wadah perkumpulan) merupakan paguyuban sejauh berpartisipasi
dalam sifat communio gereja, dan bukan organisasi kemasyarakatan.
· Seorang muda warga paroki otomatis adalah anggota OMK, meskipun ia dapat
sekaligus termasuk kelompok, wadah atau organisasi katolik tertentu.

1.2. Kepengurusan OMK


Karena wadah struktural OMK mengikuti struktur teritorial organisasi gereja serta untuk
memudahkan koordinasi dan komunikasi, maka dibentuklah kepengurusan OMK, yang terbagi
atas:
1.2.1 Pengurus OMK Paroki
· Adalah tim nudika yang berisi perwakilan anggota OMK wilayah yang Ketuanya dipilih
oleh anggota OMK se-paroki melalui pemilihan umum.
· Keanggotaan dalam pengurus OMK Paroki menggunakan sistem perwakilan (yang
diwakili oleh Para Ketua OMK Wilayah dan Ketua OMK Stasi).
1.2.2 Pengurus OMK Stasi
· Adalah tim OMK yang berisi perwakilan anggota OMK wilayah yang Ketua umumnya
dipilih oleh anggota OMK se-Stasi melalui pemilihan umum.
· Keanggotaan dalam Pengurus OMK Stasi menggunakan sistem perwakilan (yang
diwakili oleh Para Ketua OMK Wilayah).
· Kepengurusan OMK Stasi dibawah Kepengurusan OMK Paroki.

1.3. Pembina OMK


Pembina ialah orang katolik dewasa, rekan kerja partor moderator dalam pembinaan OMK.

1.4. Pendamping OMK


· Pendamping adalah orang katolik dewasa, yang dipilih oleh anggota OMK sesuai
bidang terkait untuk mendampingi kegiatan OMK sesuai dengan bidang kegiatannya.
· Pendamping adalah rekan kerja Bidang Kepemudaan Paroki dan Stasi.

1.5. Moderator OMK


Adalah imam yang ditugaskan pastor kepala paroki untuk melayani pastoral OMK dalam
lingkup paroki. Bila pastor kepala satu-satunya imam di paroki maka otomatis menjadi
moderator OMK.
BAB II
DASAR, TUJUAN, dan SASARAN PEMBINAAN OMK
Dasar Pembinaan OMK
Pastoral OMK bersumber pada iman katolik dan berazaskan pancasila dalam cahaya iman
katolik.
2.1. Tujuan Pembinaan OMK
Arah dan tujuan pembinaan OMK ialah berkembangnya jati diri kaum muda menjadi manusia
Indonesia Katolik yang tanggap, tangguh, dan melibatkan diri dalam hidup menggereja dan
masyarakat, berbangsa dan bernegara.
2.2. Sasaran Pembinaan OMK
· Berkepribadian kuat
· Beriman teguh
· Memiliki kepekaan dan kepribadian sosial
· Memiliki semangat berorganisasi dan kepemimpinan
· Memiliki kemauan dan kemampuan untuk berperan aktif dalam hidup menggereja dan
bermasyarakat
BAB III
BIDANG-BIDANG PEMBINAAN OMK
3.1 Kepribadian
Pembinaan kepribadian meliputi kemandiriaan dan kehidupan bersama
3.1.1. Kemandirian
Kemandiriaan meliput pengenalan dan penemuan jati diri, kesadaran diri dalam kelompok dan
dapat bertanggungjawab di dalamnya, mempunyai gambaran diri yang sehat dan seimbang
serta mampu terus berkembang dalam daya cipta, bakat, dan keterampilan-keterampilan,
dengan aksi dan refleksi.
3.1.2. Kehidupan Bersama
Kehidupan bersama mencakup kemampuan bergaul dan menjalin hubungan yang akrab
dengan orang lain, ada pengertian dan kesabaran terhadap orang lain serta sanggup berusaha
dan bekerja dengan orang lain.
3.2. Kerohanian
Pembinaan kerohaniaan meliputi kehidupan iman dan kegerejaan
3.2.1. Kehidupan Iman
· Menyerahkan diri kepada Allah yang makin bersifat pribadi
· Mengetahui kebenaran-kebenaran iman dan keagamaan yang makin luas dan
mendalam.
· Menghayati hidup rohani dalam doa dan ibadat sebagai persekutuan dengan
· Allah dan merayakan iman bersama seluruh umat Allah
· Menggumuli hidup sehari-hari sebagai perwujudan iman, pertemuan dengan Allah,
hidup dengan sesama dan dengan dirinya sendiri.
3.2.2. Kehidupan Menggereja
· Semakin menghayati iman pribadi bersama seluruh Gereja.
· Melibatkan diri dalam berbagai bidang kehidupan dan pelayanan Gereja dengan ciri
kepemudaannya.
· Membuka diri bagi status hidup dalam Gereja sebagai panggilan, baik dalam hidup
berkeluarga atau cara hidup khusus (iman, biarawan/biarawati, awam yang tidak menikah).
3.3. Kemanusiaan
· Bidang kemanusiaan adalah hal-hal yang terarah langsung kepada pribadi orang lain
secara konkrit
· Terarah dan memberi perhatian yang tulus dan efektif kepada orang-orang yang
menderita, walaupun dalam bentuk dan cara yang sederhana.
· Dengan mencari dan mengalami sendiri, memupuk sikap dan tindakan solider
terhadap orang lain, khususnya mereka yang tidak mendapat perhatian.
3.4. Kemasyarakatan
· Menyadari diri sebagai warga masyarakat dan negara dengan segala hak dan
kewajibannya.
· Melibatkan diri dalam kehidupan dan kegiatan masyarakat.
3.5. Orientasi Kemasyarakatan
Orientasi kemasyarakatan (hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara) perlu mendapat
perhatian khusus tidak hanya karena perlu dibina iman dan dibangun Gereja yang
bermasyarakat, melainkan juga dalam rangka kaderisasi calon-calon tokoh Khatolik di masa
depan. Hal ini meliputi kepemimpinan dan keorganisasian.
3.5.1 Kepemimpinan
· Kepemimpinan Kristiani sebagai pelayan
· Kemampuan membaca dan menanggapi tanda-tanda jaman
· Ketajaman melihat peluang strategis dan keberanian untuk tampil merebut peluang
· Memiliki kemampuan kepemimpinan
3.5.2. Keorganisasian
· Kemampuan berorganisasi yang mengembangkan pribadi, kelompok, dan
masyarakat.
· Kemampuan menjalankan organisasi secara bertanggungjawab

BAB IV
PENGEMBANGAN POTENSI OMK
Pengembangan potensi ini meliputi potensi pribadi dan potensi di luar dirinya
4.1. Potensi Pribadi
Minat, bakat, hobi, impian, refleksi, dll
4.2. Potensi Luar
Trend, gaya hidup, club, dll
4.3. Pendekatan pada Pengelolaan Potensi ini
Pendekatan ini meliputi pendekatan pribadi dan kelompok
4.3.1. Pendekatan Kelompok
Pendekatan kelompok merupakan pembinaan terhadap pribadi dalam kelompok sebagai satu
kesatuan yang dinamis.

BAB V
METODE PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN
Metode pembinaan ini meliputi eksperensial, dialog, retret, rekoleksi, camping, studi tour,
rekreasi, kunjungan dll
5.1 Eksperensial
· Mengajak menggumuli pengalaman hidup/iman untuk menemukan sendiri nilai dan
makna baru bagi perkembangannya. Pengalaman ini mencakup: kejadian, peristiwa, dan
tantangan yang dialami sendiri maupun ditemukan dari pelbagai media komunikasi.
· Eksperensial juga berarti menciptakan kemungkinan di mana para peserta bina
mendalami suatu tema(misalnya lewat studi kasus, ekskursi sosial) untuk kemusian diolah
dalam berbagai bentuk refleksi yang mengantar kearah penemuan makna baru sendiri dan
bersama-sama, lewat proses mengalami semacam ini para peserta bina baik pribadi maupun
dalam kelompok sekaligus memperluas, memperdalam cakrawala pemikiran dan perhatian.
5.2. Dialog
Dialog berarti melibatkan dan mengaktifkan para peserta bina untuk mengungkapkan diri
sebagai peran utama dalam proses pembinaan.
5.3. Retret rekoleksi, camping, studi tour, rekreasi, kunjungan dll
Kegiatan ini dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan paket pembinaan yang direncanakan.
BAB VI
POLA PIKIR DAN PERENCANAAN KEGIATAN
Hendaknya setiap anggota OMK se-paroki dan sepatutnya pengurus OMK (baik tingkat paroki,
wilayah, dan stasi) memiliki pola berpikir dalam mengembangkan potensi setiap
pribadi/individu atau pribadi dalam kelompok sebagai berikut:
· Apa yang akan dikembangkan / dibina?
· Apa yang terbaik untuk dikembangkan/dibina?
· Bagaimana cara mengetahui jika sudah dikembangkan/dibina?
6.1. Proses Pengadaan Kegiatan
· Perencanaan yang matang. Seetiap ide/gagasan yang akan disetujui untuk dilakukan,
hendaknya didiskusikan dengan sebaik-baiknya dan tidak bersimpangan dan/berbenturan
dengan program kerja serta arah dan tujuan organisasi OMK
· Pengolahan. Setiap ide/gagasan yang telah disetujui, hendaknya diolah dalam
kepanitiaan kecil dulu, setelah mendapatkan rumusan yang jelas selanjutnya dibahas dalam
kepanitiaan besar (panitia pelaksana).
· Hendaknya membuat proposal kegiatan, yang berisi:
Uraian Kegiatan
Menjelaskan maksud, tujuan, dan saran kegiatan yang akan dilakukan
Anggaran Biaya
Menguraikan secara jelas pembiayaan kegiatan dan sumber-sumber dana untuk membiayai
kegiatan.
Mengadakan evaluasi kegiatan setelah satu kegiatan selesai dilaksanakan, terutama acaranya.
Membuat laporan pertanggungjawaban atas kegiatan dan kegagalan kegiatan yang telah
direncanakan. Yang paling mendasar dari laporan pertanggungjawaban ini adalah laporan
pelaksanaan kegiatan dan laporan keuangan

BAB VII
TATA KERJA OMK
· Suasana kerja OMK (terutama pengurus OMK paroki, wilayah/ stasi) menampakkan
wajah paguyuban.
· Semangat paguyuban yang dimaksud, tidak berarti menghilangkan cara kerja
profesional. Dengan kata lain profesionalisme kerja OMK harus dijiwai semangat paguyuban
yang terbuka, bersahabat, mengasihi secara tulus, dan mengutamakan yang kecil, lemah,
miskin, dan tersingkir
· Hendaknya pengambilan keputusan dilakukan dengan jalan:
Musyawarah untuk penegasan bersama. Di dalam musyawarah untuk penegasan bersama
terbuka kemungkinan pengambilan keputusan lewat pemungutan suara.
· Mementingkan kepentingan bersama
Kepentingan bersama harus berada di atas kepentingan pribadi dan ke “ego”-an yang
berlebihan.

7.1 Tempat Kerja dan Mengadakan Rapat


· Untuk mengakrabkan hubungan kerja yang harmonis, akan lebih baik tempat rapat
dapat menggunakan rumah (kediaman) pengurus OMK atau anggota OMK (teritorial wilayah)
secara bergantian.
· Rapat pleno OMK Paroki diadakan sekurang-kurangnya satu tahun sekali. Rapat Pleno
diadakan untuk:
1. Mendengarkan dan mengevaluasi laporan pertanggungjawaban pengurus OMK paroki
dalam hal pelaksanaan kerja, penggunaan keuangan dan hal-hal lain yang penting.
2. Membicarakan dan mengesahkan program kerja tahun mendatang.
· Rapat Pengurus OMK Wilayah diadakan sebulan sekali atau sesuai dengan kebutuhan.
· Rapat pengurus OMK Paroki diadakan sekurang-kurangnya tiga bulan sekali atau
sesuai dengan kebutuhan.

BAB VIII
STATUS KEANGGOTAAN
Setiap orang muda yang beriman katolik, berusia 13-35 tahun dan belum menikah otomatis
menjadi anggota OMK paroki.
8.1. Susunan Kepengurusan
· Susunan pengurus dibuat tidak untuk meunjukkan “kekuasaan” (yang biasa-nya erat
berkaitan dengan: kedudukan dan jabatan) dalam organisasi OMK, tetapi untuk
mempermudah koordinasi dan alur antar pengurus.
· Jiwa dan roh yang ingin diwujudkan dalam kerja OMK adalah kerjasama dalam satu
jaringan koordinasi
· Struktur atau susunan tidak untuk menggambarkan kekuasaan dengan jalur
komando, melainkan untuk memperlihatkan suatu skema kerja bersifat koordinatif-kemitraan
· Kepengurusan ini terdiri dari pengurus OMK paroki, OMK wilayah /stasi.
8.1.1. Kepengurusan OMK Paroki terdiri dari:
· Ketua dan wakil ketua
· Sekertaris I dan Sekertaris II
· Bendahara I dan bendahara II
· Anggota meliputi ketua OMK wilayah/ stasi
· Seksi-seksi yang dibutuhkan
8.1.2. Gambaran Tugas Kepengurusan
Tugas Ketua OMK
1. Bertanggungjawab atas seluruh kegiatan yang dilaksanakan oleh Penguruh OMK.
2. Sebagai perantara mekanisme kegiatan Pengurus OMK dengan Dewan Paroki.
3. Memimpin:
a. Penyusunan program kerja Pengurus OMK
b. Pelaksanaan program kerja
c. Penyelenggaraan penyegaran Pengurus OMK di akhir masa bakti kepengurusan yang
sedang berlangsung.
4. Mendelegasikan tugas-tugas bagi pelaksanaan kegiatan Pengurus OMK kepada
anggota pengurus sesuai dengan job discribtion masing-masing
5. Menerima laporan kegiatan Pengurus OMK melalui ketua Harian sekurang-kurangnya
satu bulan sekali.
6. Mempertanggungjawabkan kepengurusan OMK dalam rapat pleno Pengurus dan
Anggota OMK pada akhir masa kepengurusan.
Tugas Ketua Harian
1. Bertanggungjawab atas seluruh pelaksanaan kegiatan Pengurus OMK yang telah
diprogramkan.
2. Menyelenggarakan rapat pleno Pengurus OMK secara periodik.
3. Mengkoordinasikan dan memonitor kegiatan-kegiatan dari seluruh bidang dalam
kepengurusan OMK.
4. Menerima laporan-laporan dari sekertaris, bendahara, staf umum dan seluruh
koordinator bidang atau penanggungjawab kegiatan atas hasil pelaksanaan kegiatan yang
menjadi tanggungjawab masing-masing.
5. Melaporkan seluruh kegiatan pengurus OMK kepada Ketua OMK sekurang-kurangnya
satu bulan sekali.
Tugas Sekertaris
1. Bertanggungjawab atas tugas-tugas kesekretariatan Pengurus OMK.
2. Membantu Ketua Harian dalam persiapan penyelenggaraan rapat pleno Pengurus
OMK, membuat natulen dan mendokumentasikan hasil rapat pleno Pengurus OMK.
3. Mendokumentasikan seluruh hasil kegiatan Pengurus OMK.
4. Mendokumentasikan keanggotaan OMK.
5. Melaporkan kegiatan kesekretariatan kepad Ketua Harian.
6. Membantu Ketua Harian menyusun laporan seluruh kegiatan Pengurus OMK.
Tugas Bendahara
1. Bertangggungjawab atas kegiatan perbendaharaan Pengurus OMK.
2. Mengeluarkan dana bagi kegiatan Pengurus OMK sesuai dengan prosedur yang
ditentukan.
3. Membukukan pemasukan dan pengeluaran dana kepengurusan OMK
4. Melaporkan keiatan perbendaharaan Pengurus OMK kepada Ketua Harian dalam rapat
pleno dan ditembuskan kepada anggota OMK secara periodik.
Tugas Seksi-seksi
1. Menopang pelaksanaan kegiatan bidang-bidang dalam kepengurusan OMK dan/atau
Penanggungjawab yang dibentuk oleh Pengurus OMK, seperti perlengkapan, trasportasi,
kesehatan, keamanan, dan lain-lain
2. Melaporkan pelaksanaan kegiatan kepada Ketua Harian.
8.2. Kewajiban dan Hak Anggota
8.2.1. Kewajiban Anggota
1. Mentaati Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
2. Membayar uang iuran bulanan
3. Aktif menghadiri pertemuan-pertemuan baik dalam rapat organisasi maupun dalam
kegiatan doa dan ibadah.
4. Aktif berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiatan maupun pelaksanaan program
perkumpulan.
5. Memelihara nama baik perkumpulan, Persatuan dan kesatuan diantara anggota
dengan semangat kekeluargaan.
8.2.2. Hak-hak anggota
1. Berhak dipilih dan memilih dalam kepengurusan maupun kepanitiaan dalam
perkumpulan.
2. Berhak untuk memperoleh pelayanan dari perkumpulan.
3. Berhak memperoleh perhatian dan dukungan dalam berbagai kegiatan organisasi
untuk kepentingan bersama.
4. Berhak untuk berbicara dan hak suara dalam setiap pertemuan atau rapat.
BAB IX
KEORGANISASIAN
9.1. Tugas Pokok dan Tanggungjawab
9.1.1. OMK Paroki
1. Memikirkan dan mengkoordinasikan kegiatan OMK.
2. Mengusahakan dana dan sarana untuk menunjang kelancaran pembinaan dan
pengembangan di paroki dan bagian-bagian teritorial-nya (wilayah/ stasi)
3. Bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan OMK di tingkat paroki maupun wilayah/
stasi.
4. Membuat laporan pertanggungjawaban tahunan dan insidental atas pelaksanaan
tugas maupun keuangan kepada Dewan Pastoral Paroki.
9.1.2. OMK Wilayah
1. Memikirkan dan mengkoordinasikan kegiatan OMK di wilayah dan sebaiknya tidak
bersimpangan/berbenturan dengan kegiatan tingkat OMK Paroki.
2. Mengusahakan dana dan sarana untuk menunjang kelancaran pembinaan dan
pengembangan di wilayah/ stasi.
3. Membuat laporan pertangggungjawaban tahunan dan insidental atas pelaksanaan
tugas maupun keuangan kepada OMK Paroki.
9.2. Pemilihan Pengurus dan Masa Bakti
9.2.1. Acuan dan Tatacara Pemilihan
a) Pemilihan pengurus sebaiknya dilaksanakan sesuai dengan keadaan setempat.
b) Tatacara pemilihan akan diatur dalam pedoman lain (pedoman terpisah).
9.2.2. Masa Bakti
3 tahun
9.2.3. Tahun Kerja
a) Masa Orientasi dan adaptasi selama 3 bulan (di awal kepengurusan)
b) Masa kerja (aktif) selama 27 bulan (=2tahun + 3 bulan)
c) Masa kaderisasi dan Pemilihan Pengurus selama 6 bulan (sebelum akhir
kepengurusan)
9.3. Kaderisasi
a) Kaderisasi dilakukan untuk menjaga dinamika tata kerja OMK dan ke-organisasian
OMK.
b) Pengurus OMK Paroki dapat mengadakan kaderisasi setiap saat sesuai dengan
kemampuan dengan melibatkan OMK wilayah dalam setiap kegiatan/tugas/kepanitiaan di
tingkat paroki dan stasi.
c) Pengurus OMK Wilayah dapat mengadakan kaderisasi setiap saat sesuai dengan
kebutuhan kemampuan dengan melibatkan anggotanya dalam setiap
kegiatan/tugas/kepanitiaan di wilayah.
9.4. Pembekalan
a) Sebagai subjek bina, OMK harus mempunyai sifat kerja yang profesional dan dinamis
b) Untuk menunjang ke-profesionalisme-an, pengurus OMK (baik pengurus OMK paroki,
wilayah/ stasi) dapat meminta bantuan pembekalan kepada Bidang Kepemudaan Paroki.
9.5. Konsultasi
Dalam keadaan tertentu yang berhubungan dengan kelancaran kegiatan/tugas; pengurus
OMK (baik pengurus OMK paroki, wilayah/ stasi) dapat melakukan dialog/ konsultasi dengan:
1. Pastor Paroki
2. Moderator
3. Seksi kepemudaan (di paroki, wilayah, dan stasi),
4. Pendamping OMK (di paroki, wilayah, dan stasi),
5. Dan simpatisan(yang dianggap dapat memberikan bantuan konseling).
9.6. Pendamping
a) Hendaknya setiap pengurus OMK mencari pendamping sesuai dengan kebutuhan.
b) Banyaknya pendamping tidak dibatasi, sesuai dengan kebutuhan.
9.7. Konflik
a) Di organisasi OMK memang tidak diharapkan terjadi konflik baik internal pengurus,
antar wilayah, maupun antar pribadi, sebaiknya jika terjadi konflik diredam dengan bersifat
arif, bijaksana, mau menerima kesalahan/kekalahan, mau memaafkan, toleransi, tidak egois.
b) Sedapat mungkin konflik yang terjadi secepatnya diselesaikan dan tidak sampai
berlarut tanpa ada pemecahan dan penyelesaiaan.
c) Jika diperlukan Bidang kepemudaan (paroki dan stasi) dapat menjadi mediator
penyelesaian konflik.

BAB X
PENUTUP
1. Hal-hal yang belum atau tidak tercakup dalam pedoman kerja ini hendaknya dalam
pelaksanaannya dibicarakan dengan moderator dan pembina maupun Dewan Pastoral Paroki.
2. Pedoman OMK ini mulai sejak tanggal ditetapkan dan tetap terbuka untuk peninjauan
kembali.

Join Group
_______________________________________________
SUSUNAN PENGURUS OMK
Ketua Mudika : Tomas Heppy Dwi Prianto
Sekretaris I: Margaretha Dyah
Bendahara II: Dionisia Pipit
Bendahara II:
Bidang I : Kerohanian
Koordinator :
Bidang II : Komunikasi
Koordinator : Fendy Plick Sipirili
Bidang III : Intelektual
Koordinator :
Bidang IV : Seni dan Bakat
Koordinator :
Bidang V: Olah Raga
Koordinator :
Anggota :
Orang Muda Katolik (OMK) di tengah arus hubungan antar agama dan
kepercayaan (HAK)

Pembahasan
 1. Meluas Sejak ”Zaman Kita”
 2. Realitas Orang Muda Katolik (OMK) Dalam Arus Dialog
 3. Harapan atas OMK di Tengah Arus Dialog Agama-Agama
 4. Peluang
1. Meluas Sejak ”Zaman Kita”
Arus dialog antar-agama makin kuat sejak 1960-an. Seperti teologi pembebasan, teologi
pluralisme agama-agama memiliki akar resminya dari Konsili Vatikan II (1962-1965), dan
benihnya diperkenalkan kepada Gereja oleh Paus Paulus VI dalam ensikliknya Ecclesiam
Suam (6 Agustus 1964). Teologi pluralisme agama-agama ini merupakan buah dari panggilan
Konsili bagi Gereja agar berada dalam dialog dengan agama-agama lain. Jika teologi
pembebasan mengambil titik pijak pada dokumenGaudium et Spes (“Kegembiraan dan
Harapan”), maka teologi pluralisme agama-agama berpijak pada dokumen Nostra
Aetate (”Zaman Kita”), deklarasi hubungan Gereja terhadap agama-agama non-Kristen.
Walaupun dokumen yang ditetapkan tahun 1965 ini ini singkat saja, hanya 5 artikel, namun
telah secara signifikan mengubah sikap Gereja Katolik dalam membangun hubungan dengan
masyarakat dan agama-agama lain. Khususnya, artikel di bawah ini sangat revolusioner,
paling tidak menurut standard Gereja tahun 1960-an:
”Gereja Katolik tidak menolak apapun yang benar dan suci dalam agama-agama [!: The
Catholic Church rejects nothing which is true and holy in these religions]. Dengan sikap hormat
dan tulus, Gereja merenungkan cara-cara bertindak dan hidup, kaidah-kaidah serta ajaran-
ajaran, yang memang dalam banyak hal berbeda dari apa yang diyakini dan diajarkannya
sendiri, tetapi tidak jarang toh memantulkan sinar kebenaran yang menerangi semua orang”
(NA, 2). Sampai di sini kita teringat pula akan Lumen Gentium : ”Sebab mereka yang tanpa
bersalah tidak mengenal Injil Kristus serta GerejaNya, tetapi dengan hati tulus mencari Allah,
dan berkat pengaruh rahmat berusaha melaksanakan kehendakNya yg mereka kenal melalui
suara hati dengan perbuatan nyata, dapat memperoleh keselamatan kekal” (LG, 16)
Catatan berikutnya dalam NA artikel 2 itu mengingatkan, bahwa Gereja tidak mau terjebak
dalam indiferentisme:
”Namun Gereja tiada hentinya mewartakan dan wajib mewartakan Kristus, yakni jalan,
kebenaran dan hidup (Yoh 14:6); dalam Dia manusia menemukan kepenuhan hidup, dalam
Dia pula Allah mendamaikan segala sesuatu dengan diriNya (2Kor 5:18-19). Di sini ingatan
melayang ke LG 14 yang berseru untuk orang Katolik sendiri: ”Berdasarkan Kitab Suci dan
Tradisi, konsili mengajarkan bahwa Gereja yang sedang mengembara ini perlu untuk
keselamatan. Sebab hanya satulah pengantara dan jalan keselamatan yakni Kristus. Ia hadir
dalam TubuhNya yakni Gereja. Dengan jelas-jelas menegaskan perlunya iman dan baptis
(Mrk 16:16; Yoh 3:5), Kristus sekaligus menegaskan perlunya Gereja… Maka andaikata ada
orang yang benar-benar tahu bahwa Gereja Katolik itu didirikan oleh Allah melalui Yesus
Kristus sebagai upaya yang perlu, namun tak mau masuk ke dalamnya atau tetap tinggal di
dalamnya, ia tidak dapat diselamatkan”
Alinea terakhir NA 2: ”Gereja mendorong para puteranya, supaya dengan bijaksana dan penuh
kasih, melalui dialog dan kerja sama dengan penganut agama-agama lain, sambil memberi
kesaksian tentang iman serta peri hidup Kristiani, mengakui, memelihara, dan
mengembangkan harta-kekayaan rohani dan moral serta nilai-nilai sosio-budaya yang
terdapat pada mereka.
Setelah itu, menguatlah arus dialog antar-agama dalam kepala dan anggota-anggota tubuh
Gereja Katolik, dibandingkan era sebelumnya. Federation of Asian Bishops’
Conferences (FABC) dalam sidang-sidangnya sejak tahun 1990 – 1995 bergembira dengan
arus teologi pluralisme. Tidak heran karena konteks Asia menuntut Gereja berdialog dengan
agama-agama lain di samping dengan budaya-budaya dan realitas kemiskinan. Memang,
agama-agama besar terlahir di Asia. Bahkan penerbitan dokumen Dominus Iesus 5
September 2000 oleh Kongregasi Ajaran Iman, yang menekankan karya penyelamatan Allah
melalui Kristus dalam Gereja Katolik Roma, yang sebenarnya mirip LG 14, tidak mematahkan
semangat dialog, selain malahan menegaskan bahwa alasan dialog memang diakui
muncul karena adanya perbedaan dalam hidup bersama. Isu-isu teologis yang timbul
sejak Dominus Iesus tetap menunjukkan bahwa sikap positif atas dialog tetap menempati
95%, sedangkan penolakan atas dialog pasca terbitnya dokumen itu hanya 1% (Edmund
Chia, Towards a Theology of Dialogue: Schillebeeckx’s Method as Bridge between Vatican’s
Dominus Iesus and Asia’s FABC Theology. Bangkok: 2003). Komisi Dialog atau Hubungan
Antar Kepercayaan di FABC, KWI serta Keuskupan dan Paroki pun dibentuk untuk
mengembangkan dialog dengan agama-agama lain, memantapkan hubungan ekumenis, dan
relasi dengan penghayat kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dialog kemudian
berkembang dalam tujuh (7) bentuk: (1) dialog kehidupan, (2) dialog dalam hidup sehari-
hari, (3) dialog karya, (4) kerja sama antar lembaga, (5) dialog pakar, (6) pemahaman dalam
persahabatan, (7) dialog pengalaman religius. Dengan demikian sebenarnya bisa
ditegaskan kebenaran iman kita ini: Allah sendiri-lah yang menghendaki ”keluar dari dirinya
sendiri”, mendatangi manusia untuk berdialog dengan manusia untuk menyelamatkan
manusia.
2. Realitas Orang Muda Katolik (OMK) Dalam Arus Dialog
Rapat Pengurus Komisi Kepemudaan KWI 12 Februari 2009, menegaskan agar klausul
”mengembangkan wawasan dan pengalaman dialog dengan agama-agama lain” dimasukkan
dalam rancangan Pedoman Pastoral OMK. Usulan atas kalimat itu dalam Pedoman Pastoral
OMK itu bukannya tanpa alasan. Arus zaman menuntut kita berdialog antar agama, dan Komisi
Kepemudaan semestinya mengajak OMK berlatih berdialog. Maka, dialog antar-agama mesti
menjadi perhatian Komisi Kepemudaan pula. Kita tahu dari pengalaman, betapa urusan
Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan (HAK) selama ini terkesan menjadi urusan orang
tua. Padahal di lapangan, banyak ajakan berdialog kepada OMK di tingkat paroki,
kevikepan/dekenat, maupun keuskupan, dan nasional baik oleh pemerintah maupun majelis
agama-agama dan forum-forum lintas agama. Kebutuhan untuk menampilkan OMK dalam
panggung dialog ini hendaknya bukan hanya karena desakan rasa malu karena selama ini kita
sukar memenuhi undangan dari saudara-saudara kita karena minimnya OMK yang mau dan
mampu terlibat, namun hendaknya didorong dari dalam oleh ketulusan hati yang penuh
syukur atas kasih Allah yang menggapai semua orang. Kesungguhan untuk melibatkan OMK
dalam HAK sebenarnyalah bukan karena OMK kita selama ini ”mengkawatirkan” jika harus
menjelaskan pengetahuan iman Katolik mereka di antara teman-teman agama-agama lain
yang begitu percaya diri, namun lebih-lebih karena perutusan oleh Tuhan sendiri untuk
menaburkan cinta kasihNya demi terwujudnya Kerajaan Allah di dunia.
3. Harapan atas OMK di Tengah Arus Dialog Agama-Agama
Pastoral OMK mesti menganut blue ocean management. Karya kepemudaan tak bisa
mengincar satu bentuk saja. Fokus Karya KomKep memang hanya satu yakni pengembangan
OMK secara holistik pada katolisitas/spiritualitas, kepribadian, kemasyarakatan,
kepemimpinan/organisasi dan profesionalitas. OMK Indonesia dengan segala dimensinya
harus berkembang, dengan program, bentuk dan cara kegiatan yang beraneka ragam dan
banyak pilihan, termasuk pengembangan diri OMK dalam hal dialog antaragama dan
kepercayaan. Oleh karena itu, pastoral OMK dalam konteks HAK semestinya:
1. Menetapkan tujuan pelibatan OMK dalam HAK, berdasar needs analysis, tentu saja
bisa dipakai berbagai alat analisis, seperti SWOT, dll, namun juga alat pikir tiga poros
keadaban publik (NotaPastoral KWI 2004).
2. Menetapkan desain program yang nyata dalam kerja sama dengan Komisi HAK.
Pembinaan Orang Muda Katolik yang holistik, bersama Komisi HAK semoga berani membidik
keberanian OMK agar menghayati iman dengan praktek hidup, aktif terlibat dalam hidup
kemasyarakatan, berjiwa pejuang wirausaha, menjalani studi dengan baik, mudah berefleksi,
mudah mengayunkan hati dalam doa, dan ringan hati menjalin persahabatan dengan teman-
teman agama-agama dan kepercayaan lain. Pendek kata, menghasilkan OMK yang siap
berdialog dalam ketujuh bentuknya di atas dengan teman-teman agama-agama lain.
3. Menumbuhkan minat OMK akan pengetahuan imannya. Kenyataan ini berbanding
lurus dengan kemalasan membaca kekayaan iman dan intelektual, suatu depositum fideiyang
dalam dan luas dari Gereja Katolik. Kemalasan dan minimnya pengetahuan iman yang menjadi
suatu batu sandungan jika ingin suatu dialog yang lebih mendalam dengan teman-teman
agama-agama lain. Apa yang mau didialogkan jika tak tahu persis mengenai aspek-aspek
pengetahuan imannya sendiri? Apa bisa berdialog jika tidak terjun langsung dan segera
bergaul dengan teman-teman muda dari agama-agama lain?

4. Peluang
Zaman kita memberi peluang baru yakni minat OMK akan teknologi informasi terkini. Jika
orang muda Katolik mulai membangun jejaring dalam berbagai minat dengan aneka milist,
facebook, twitter, blog, website, tentu saja alat ini akan berguna pula bagi pengembangan
jejaring muda Katolik penggerak HAK. Yang saya maksud bukanlah media kontak-kontak
romantisme belaka, namun terlebih bagaimana memakai media internet untuk menambah
pengetahuan iman Katolik bagi OMK, dan berdialog dengan agama-agama lain dalam 7
bentuknya di atas. Beberapa website Katolik yang dikelola dengan baik oleh umat bisa
ditautkan dengan website OMK dalam rangka membina HAK. Orang muda agama lain bisa
diundang agar berinteraksi di dalamnya untuk berdialog. Semoga.
Yohanes Dwi Harsanto Pr, Sekretaris Eksekutif Komisi Kepemudaan KWI. Tulisan ini pernah
dipaparkan dalam diskusi Komisi HAK Regio Jawa, Februari 2009.

Rm Yohanes Dwi Harsanto


Imam Keuskupan Agung Semarang dan bertugas sebagai Sekretaris Eksekutif Komisi
Kepemudaan Konferensi Waligereja Indonesia/KWI.
OMK Yang Militan: Bagaimana Membentuknya ?
43 COMMENTS
1. Alfons Bethan Oct 2, 2013 at 12:35 pm
Salam Romo. Adakah yang bisa membantu mengirimkan kepada sy contoh AD/ART OMK
Paroki? Terima kasih sebelumnya, Tuhan memberkati.
[dari katolisitas: Apakah ada pembaca yang bisa turut membantu?]
Log in to leave a comment

2. Maria Angelina Sep 30, 2012 at 12:44 pm


Salam Kasih, Romo.
Saya ingin bertanya mengenai KKR Romo. Bolehkah seorang Katolik mengikuti KKR?
Log in to leave a comment

o Yohanes Dwi Harsanto Pr Oct 1, 2012 at 11:51 am


Salam Maria Angelina,
Pada prinsipnya agama Katolik sudah lengkap memiliki liturgi, sakramen-sakramen, tradisi
dan doa yang sesuai dengan kehendak Kristus sendiri. Jika Anda berminat terhadap acara doa
kebangunan rohani, maka hadirlah dalam acara KRK (Kebangunan Rohani Katolik, bukan KKR)
yang diselenggarakan oleh Kelompok Gerakan Pembaharuan Karismatik Katolik. KKR sendiri
yang kepanjangannya ialah “Kebaktian dan Kebangunan Rohani” sebenarnya ialah kebaktian,
yaitu ibadah agama aliran-aliran denominasi Protestan.
Kita umat Kristen yang satu kudus katolik apostolik, menghadiri perayaan sakramen-
sakramen, ibadat sabda, perayaan iman kita sendiri termasuk KRK (Kebangunan Rohani
Katolik).
Salam
RD. Yohanes Dwi Harsanto
Tambahan:
Silakan menyimak juga diskusi yang pernah membahas pertanyaan yang sama, klik di
sini (mohon lihat jawaban no.3) dan juga silakan klik di sini.
Log in to leave a comment

3. Stefanus Refi Sep 29, 2012 at 9:49 pm


Maaf Romo saya mau tanya apa pentingnya retret bagi remaja Katholik ??
Log in to leave a comment

o Yohanes Dwi Harsanto Pr Sep 30, 2012 at 11:15 am


Salam Stefanus Refi,
Retret berarti mengundurkan diri dari keramaian atau kegiatan hidup sehari-hari ke tempat
yang tepat dengan jangka waktu tertentu, untuk lebih memusatkan diri pada Tuhan. Jika kita
melakukannya, kita akan lebih terpusat untuk menemukan kehendak Tuhan atas diri kita
masing-masing. Untuk remaja, retret sangat penting untuk lebih mengenal diri sendiri,
mengenal sesama, mengenal Tuhan. Dengan retret, remaja akan lebih mengetahui dan
menerima jati dirinya dengan jernih, dan mantap menjalani hidup ini menuju cita-cita yang
selaras dengan panggilan Tuhan.
Saya beri contoh gambaran retret remaja, dalam buku retret untuk remaja berjudul “Tuhan
dalam Segalanya” buku 2, terbitan OBOR, 1986, susunan Romo Yosef Lalu Pr. Dalam buku itu
disebutkan acara-acara retret: hari pertama merenungkan “Tuhan Segalanya”; hari kedua
merenungkan “Siapakah aku ini?”; hari ketiga merenungkan “Mereka yang mencintai aku”;
hari keempat merenungkan “aku dan alam ini”. Metodenya ialah reflektif, aktif-partisipatif.
Dipakai beberapa cara yaitu dengan Sabda Tuhan, Ekaristi, Sakramen Tobat, aneka
permainan, lagu, dan wawancara pribadi dengan pembimbing. Retret mendorong peserta
untuk memiliki dalam dirinya alasan untuk bersyukur dan suka cita menjalani masa remaja
menuju dewasa, karena mengalami dikasihi Tuhan dan memahami panggilan Tuhan.
Salam
RD. Yohanes Dwi Harsanto
Log in to leave a comment

4. Thomas Robiana Sembiring Aug 20, 2012 at 12:14 am


Salam Hormat Romo …
Sebagai bagian dari OMK, kami menyadari juga peran kami Kader PMKRI dalam
mengembangkan kaderisasi OMK yang berada di Perguruan Tinggi. Berkaitan dengan IYD,
bagaimanakah kiranya pengaturan terhadap alokasi peran maupun partisipasi bagi OMK yang
berada di basis organisasi kemahasiswaan katolik, baik yang berbasis di Intra Kampus (KMK),
berbasis kedaerahan, maupun PMKRI?
Pro Ecclesia et Patria!
Ite Inflammate Omnia
Salam Hormat dari Ngayogyakarta Hadiningrat
Log in to leave a comment

o Yohanes Dwi Harsanto Pr Aug 20, 2012 at 9:01 am


Salam Thomas Robiana Sembiring,
Indonesian Youth Day di Pontianak-Sintang dan Sanggau dengan pusat Sanggau, 20-26
Oktober 2012, dipercayakan kepada Komisi Kepemudaan Keuskupan masing-masing untuk
merekrut peserta, termasuk kerjasama dengan karya kemahasiswaan dan ormas-ormas
PMKRI dan Pemuda Katolik. Komisi Kepemudaan KWI menganjurkan Komisi Kepemudaan tiap
keuskupan untuk menggalang kemitraan dengan ormas-ormas pemuda Katolik dan kampus.
Karena Anda berdomisili di Yogyakarta, maka hubungilah Komisi Kepemudaan Keuskupan
Agung Semarang yang memiliki kewenangan penuh untuk mengatur hal ini.
Salam
Yohanes Dwi Harsanto Pr
Log in to leave a comment

5. Eduar Jan 18, 2012 at 1:30 pm


kapan kita pertemuan orang muda Katolik seluruh Indonesia?

[dari katolisitas: 20 – 26 Oktober 2012. Informasi lebih lanjut: link to orangmudakatolik.net


Log in to leave a comment
6. Eduar Jan 18, 2012 at 1:29 pm
yg pertama saya mengucapkan terimakasih romo atas jawaban di atas.
mau bertanya lagi…bagi saya apapun agamanya itu tidak masalah, maksud saya begini romo
saya tidak merendahkan agama lain dalam bentuk apapun, tapi saya tidak suka kalau ada
teman-teman saya pindah agama itu dengan alasan apapun, karena itu bentuk pelecehan
terhadap agama tersebut. Pertanyaannya kalau kawin campur itu boleh kan romo? Klw boleh
jadi gak mesti pindah agama orang menikah saja yg penting tetap berpegang pada agamanya.
Log in to leave a comment
o Ingrid Listiati Jan 30, 2012 at 2:42 pm
Shalom Eduar,
Perkawinan campur sesungguhnya memang tidak dianjurkan oleh Gereja Katolik. Namun jika
sampai tidak terhindarkan, maka pihak yang akan menikah dapat meminta izin (jika calonnya
Kristen non-Katolik) ataupun dispensasi (jika calonnya non- Kristen) kepada pihak keuskupan,
dan pihak Katolik perlu memenuhi janji agar mengusahakan sedapat mungkin agar dirinya
tetap Katolik, membaptis anak-anak secara Katolik dan mendidik anak- anak secara Katolik
juga.
Silakan disimak penjelasan yang lebih mendetil dalam artikel “Perkawinan Sah Kanonik Jika
Salah Satu Tidak Terbaptis”, silakan klik. Dan dalam artikel “Perkawinan Campur beda
Gereja”, silakan klik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati – http://www.katolisitas.org

7. Bertho Dec 4, 2011 at 6:22 pm


Salam dalam Kasih Kristus Romo, saya mau tanya Romo, bagaimana, mana yang
menyelamatkan, Iman atau Agama?

o Yohanes Dwi Harsanto Pr Dec 5, 2011 at 1:35 pm


Salam Bertho,
Maaf, istilah “Agama” dalam pertanyaan Anda saya pahami sebagai Gereja atau agama
Katolik.
Iman akan Allah Bapa, Yesus Kristus dan Roh Kudus menyelamatkan namun iman akan Allah
Tritunggal itu bagaimana bisa menyelamatkan? Bagaimanapun, iman akan Allah Tritunggal
ialah rahmat pemberian Allah. Maka orang yang menerima iman itu mestinya memperlakukan
imannya itu sebagai relasi dengan Allah Tritunggal yang bisa:
1. Diungkapkan. Ungkapannya ialah doa-doa, yang jika ditulis akan menjadi rumusan doa.
2. Diakui, dinyatakan, yang jika ditulis isi pengakuan itu berupa rumusan syahadat atau credo.
Dan pernyataan ini bisa diformalkan dalam baptisan.
3. Diwujudkan: yang bisa dicek tolok ukurnya yaitu dalam perbuatan cinta kasih yang nyata.
4. Dipertanggungjawabkan secara nalar, yang kemudian berkembang dalam tanya jawab
iman, dan jika ditulis menjadi katekismus, dokumen Gereja atau masih berupa traktat teologi,
yang kemudian ditulis pula di website ini.
5. Dirayakan: yang jika ditulis menjadi buku-buku liturgi, dan jika dilakukan menjadi perayaan
libadat dengan segala simbolnya.
6. Diyakini pula oleh orang lain yang kemudian membentuk komunitas: kemudian dengan
kepemimpinan dan keanggotaannya.
7. Diungkapkan dalam kesepakatan bersama: yang dalam komunitas menjadi peraturan
bersama mengenai kapan dan dalam orang beriman Katolik menjadi Kodeks Hukum Gereja.
Gereja ialah sarana yang perlu bagi keselamatan, (Lumen Gentium art. 14) karena Yesus
sendiri yang membuatnya dan Kristus tinggal penuh di dalamnya. Dalam credo, kita percaya
/ mengimani Gereja juga.
Maaf sekali lagi bahwa saya anggap “agama” dalam pertanyaan Anda ialah Gereja atau agama
Katolik.
Salam
Yohanes Dwi Harsanto Pr

8. aritra Nov 15, 2011 at 9:36 pm


Syalom Romo, saya mau nanya romo : apa hubungannya ajaran sosial agama dengan suara
hati kristiani menurut ajaran agama kita..?
terimakasih

o Yohanes Dwi Harsanto Pr Nov 16, 2011 at 9:17 am


Salam Aritra,
Menurut ajaran Gereja Katolik, hati nurani ialah sebuah instansi yang harus dihormati, karena
dengan hati nurani orang memutuskan dan bertindak dengan bebas. Namun, hati nurani bisa
salah karena ketidaktahuan orang itu. (Katekismus Gereja Katolik – KGK # 1790).
Hati nurani bisa tumpul, buta, karena kesalahan orang itu sendiri yang tidak peduli untuk
mencari yang benar dan baik, malas belajar, memelihara kebiasaan dosa. (Gaudium et Spes
16, KGK # 1791).
Keputusan hati nurani yang salah bisa juga disebabkan karena ketidaktahuan tentang Kristus
dan Injil-Nya, contoh hidup yang buruk, perbudakan nafsu, salah mengartikan otonomi suara
hati, menolak kebenaran ajaran Gereja dan kuasa Hierarki Gereja, kurang rela bertobat,
kurang mau hidup dalam cinta kasih Kristen. Orang berkewajiban mendidik hati nurani dengan
mempelajari mana yang benar dan mana yang salah (KGK 1793).
KGK 1794 menyatakan: Hati nurani yang baik dan murni diterangi oleh iman yang benar,
karena cinta kasih Kristen timbul sekaligus “dari hati yang suci, dari hati yang murni dan dari
iman yang tulus ikhlas” (1 Tim 1: 5, 1 Tim 3: 9; 1 Tim 3: 21; Kis 24:16).
Gaudium et Spes 16: “Semakin besar pengaruh hati nurani yang cermat, semakin jauh pula
pribadi-pribadi maupun kelompok-kelompok menghindar dari kemauan membabi -buta, dan
semakin mereka berusaha mematuhi norma-norma kesusilaan yang objektif“.
Pelajarilah ajaran Gereja, agar hati nurani Anda bisa memutuskan suatu perkara dan bertindak
dengan makin sesuai kehendak Allah, yaitu keputusan dan tindakan yang baik dan bijaksana,
bermanfaat, adil bagi semua.
Salam,
Yohanes Dwi Harsanto Pr
 aritra Nov 16, 2011 at 9:40 pm
terimakasih atas penjelasannya romo..
kalo begitu, kapan kah kita harus mengungkapkan iman kita, dan kapan saatnya kita
mewujudkan iman kita itu..?
 Yohanes Dwi Harsanto Pr Nov 17, 2011 at 9:23 am
Salam Aritra,
Iman diwujudkan dalam perilaku, diungkapkan dengan doa, dirumuskan dengan syahadat
pengakuan iman, dipertanggungjawabkan dengan tanya jawab, dirayakan dalam liturgi,
diresapkan dalam renungan, dibayangkan selalu dalam pikiran. Kapan? Sekarang juga. Di
mana? Di sini, di tempat ini.
Memang, karena keterbatasan kita, kita tidak bisa melakukan itu sekaligus. Namun secara
integral kita menghayati iman dalam keberadaan nyata.
Salam
Yohanes Dwi Harsanto Pr
 aritra Nov 17, 2011 at 11:16 am
Terimakasih banyak Romo. Semoga bisa dipraktekkan dalam kehidupan sehari – hari.
 Anastasia Rafaela Nov 18, 2011 at 7:32 am
Salam kasih Romo Yohanes Dwi,
Dapatkah romo menerangkan lebih jelas lagi maksud dari ’Iman dipertanggungjawabkan
dengan tanya jawab‘? Terima kasih sebelumnya. Damai Sejahtera.
Peace and Best Wishes
Anastasia Rafaela
 Yohanes Dwi Harsanto Pr Nov 18, 2011 at 12:43
pm
Salam Anastasia,
Dalam 1 Petrus 3:15, kita diminta mempertanggungjawabkan iman kita. Maka kita harus bisa
mempertanggungjawabkannya. Antara lain secara intelektual, seperti yang dibuat dalam
tanya jawab di website ini. Sebenarnya tanya jawab juga bisa dibuat untuk diri sendiri seperti
misalnya: “Mengapa aku menjadi Katolik dan mengapa tetap Katolik? Siapa Kristus? Siapa
Gereja? Mengapa Kristus mendirikan Gereja? Bagaimana harusnya sikap kita orang Katolik
menghadapi kloning, homoseksualitas, kontrasepsi? Bagaimana sikap kita terhadap agama-
agama lain?” dan sebagainya.
Salam,
Yohanes Dwi Harsanto Pr

9. Eduardus Suparto Jul 1, 2011 at 1:27 am


mohon petunjuk untuk konsep dasar pendapingan OMK di seluruh indonesia…..mengingat
sekarang banyak teman-teman muda katolik masuk dalam kelompok gabungan dengan yang
protestan…dan banyak OMk pidah haluan, karena pemahaman yang dibuat dalam kelompok
tersebut. mereka pindah agama
lalu apakah memang katolik dan protestan itu sama tau tidak perlu dibuat sama…karena
menurut saya kita beda…dan kelompok doa yang dibuat bersama itu tidak benar…mohon
penjelasan…karena banyak teman saya sudah masuk dlm kelompok doa-doa ini….dan jadi
aneh….sya geram dengan semua ini…….klw memang kita beda…sebaiknya jangan legalkan
kegiatan doa bersama itu…terimakasih….

o Yohanes Dwi Harsanto Pr Jul 14, 2011 at 2:24 pm


Salam Eduardus Suparto
Ada 5 pilar pendampingan OMK Indonesia yang harus menjadi panduan bagi setiap
pendamping di paroki dan kelompok doa:
1. Katolisitas. Yaitu rasa dan pikiran Katolik. Pendamping haruslah memberi pengertian
mengenai makna menjadi seorang Katolik. Ajaran Katolik yang dasar harus diberikan dalam
pendampingan. Spiritualitas Katolik harus menonjol. Dalam hal ini, secara pengetahuan, kita
terbantu dengan sudah terbitnya buku “Katekismus Gereja Katolik” dalam bahasa Indonesia,
juga untuk orang muda. Secara komunitas, harus pula digalakkan doa-doa Katolik dalam
persekutuan-persekutuan doa, dengan disertai pemahaman yang tepat. Pendamping harus
menanamkan rasa bangga menjadi Katolik dengan teladan nyata dan pengajaran.
2. Kepribadian: OMK harus berkembang mantap dalam kepribadian. Pendamping mesti
mengarahkan mereka untuk mengenali jati dirinya sendiri sehingga menjadi pribadi yang
sehat, matang, menghayati kebebasan dan tanggung jawab sesuai tahap usianya. OMK
sendiri lajang berusia 13-35 tahun.
3. Kemasyarakatan: Pendamping mesti menyadarkan OMK akan fungsinya dalam masyarakat.
Semangat “No man is an island”, “Milik pribadi berfungsi sosial”, ajaran sosial Gereja, harus
ditanamkan dalam-dalam. Bahwa mereka ialah bagian dari masyarakat, dan bahwa menjadi
Katolik 100% berarti menjadi Indonesia 100%. Keprihatinan warga masyarakat merupakan
keprihatinan orang Katolik juga.
4. Profesionalisme: OMK yang bekerja mestilah menghayati diri sebagai seorang tulus dan
jujur yang diterjemahkan sebagai profesional. Dia tidak mencampuradukkan urusan pribadi:
kesukuan, agama, dll dalam pengabdiannya kepada masyarakat.
5. Pengorganisasian: Pendamping mesti mengajak OMK mengerti dan mempraktekkan sikap
dan tujuan yang benar dalam berorganisasi. (diambil dari buku: Pedoman Karya Pastoral
Kaum Muda, KomKep KWI 1995).
Saya setuju dengan Anda bahwa OMK haruslah beriman mendalam dan dewasa, tahu bedanya
dengan berbagai aliran protestan dan agama-agama lain. Hal itu merupakan tekanan pada
butir 1 di atas, yang harus terkait dengan butir 2, 3, 4, dan 5.
Salam
Romo Yohanes Dwi Harsanto Pr

10. Alwi Jun 9, 2011 at 7:59 pm


Romo Yohanes,
Terima kasih atas artikelnya romo, Menurut saya kurang aktifnya OMK dikarenakan oleh
beberapa hal
1. Orangtua, Banyak orangtua yang melarang anaknya mengikuti kegiatan OMK, karena
menurut mereka hanya buang2 waktu dan tidak bermanfaat.
2. Pendidikan formal. Tuntutan pendidikan formal saat ini yang lebih mementingkan hasil
formal. dan ini termasuk sekolah2 katholik.
3. Dewan Paroki. Kurangnya dukungan dari Dewan Paroki bahkan dari Romo Paroki sendiri.
mungkin Romo bisa memberikan masukan bagaimana mengatasi masalah2 tersebut diatas.
Terima kasih.

o Romo Yohanes Dwi Harsanto, Pr. Jun 10, 2011 at 12:43 pm


Salam Alwi.
Terimakasih atas tanggapan Anda. Memang pandangan yang Anda sampaikan itu sempat
muncul dalam dinamika penampingan OMK. Ada fakta bahwa orangtua tidak mengizinkan
anaknya berkegiatan karena mengira tak ada hasilnya. Ada sekolah Katolik yang berorientasi
pada hasil belajar saja (nilai ujian) sehingga mengabaikan sisi-sisi hidup OMK yang
multidimensi. Ada pula sebagian pengurus Dewan Paroki yang mencap kegiatan OMK sebagai
tiada berguna karena tidak segera tampak hasilnya.
Dalam hal ini, sebenarnya kita harus mengingat filosofi dasar pendampingan orang muda.
Bahwa membina OMK bagaikan menanam benih tumbuhan. Benih ini tidak seketika
menghasilkan buah. Ia harus bertumbuh dalam proses, mendapatkan sinar mentari, air, unsur
hara, bebas dari hama, disiangi/ dipangkas, diberi pagar, diberi pancang penguat, dsb.
Lagipula, hal itu harus dilakukan, jika kita tidak ingin Gereja Katolik saat ini menjadi calon
museum di masa depan. Saya berdoa dan berupaya selalu hadir bersama OMK dan para
pendamping OMK, serta mendoakan para orangtua dan pastor, agar makin menyadari
kebenaran keberadaan OMK. Pada Oktober 2012 akan direncanakan akan diadakan Hari
Orang Muda Katolik Indonesia di Keuskupan Sanggau sebagai tuan rumah yg dibantu
keuskupan agung Pontianak dan keuskupan Sintang Semoga acara itu menyemangati OMK di
37 keuskupan se Indonesia beserta semua parokinya, dan menyadarkan pentingnya
pembinaan OMK. Pada tahun ini, ada World Youth Day di Madrid (Agustus 2011), yang diikuti
OMK seluruh dunia dan dihadiri Paus Benediktus. Beberapa keuskupan seperti Bandung,
Palangkaraya, Palembang, Timikan dll tahun ini mencanangkan Diocese Youth Day. Jadi,
dalam kenyataan, pembinaan OMK yang berjenjang dan berkelanjutan, merupakan jawaban
atas keragu-raguan dan anggapan yang salah mengenai pembinaan OMK. Namun tetap harus
diingat, bahwa orangtua ialah guru dan pembina pertama dan utama bagi OMK.
Salam
Rm YD Harsanto Pr

11. mudika45 Apr 28, 2011 at 10:32 am


Terimakasih untuk Romo Yohanes Dwi Harsanto, Pr
Kebetulan saya adalah ketua mudika di wilayah, dan memang banyak sekali permasalahan
yang harus di hadapi untuk membangun mudika di wilayah saya.
Setelah membaca artikel dari romo, wawasan saya sedikit bertambah dan semoga
kedepannya saya bisa lebih maksimal dalam memajukan mudika di wilayah saya….
Salam sejahtera,
Mudika 4 & 5.
12. Johanes Baptista Setyastanto Apr 26, 2011 at 9:50 am
Sungguh sangat menarik kalau kita bicara soal kaum muda. Terlebih saat sekarang ini dimana
arus informasi dari segala penjuru mengalir deras tanpa batas. Apa yang harus dan bisa kita
lakukan dalam rangka pendampingan anak-anak muda generasi penerus kita? Dari hasil
pantauan saya pribadi, maaf kalau salah, peran mereka khususnya di gereja seperti agak
alergi. Ada yang pernah terucap dari antara mereka: “Gak sehati sih!” Maksudnya ketika harus
“duduk bareng” bersama para sesepuh. What happen? Ini adalah pertanyaan yang
menggelitik sanubariku saat itu. Saya pernah di DPP sebagai pendamping OMK. Dan kebetulan
juga sampai saat ini saya masih getol keliling dari kota ke kota untuk memberikan atau lebih
suka saya bilang, berbagi melalui training-training khusus untuk kaum muda. Dan dengan
spirit FEEL FREE saya and the gank lebih suka menggunakan istilah “Jembarke keraton Dalem
Gusti”. Kenapa demikian? Kami gak pernah bicara berapa, tetapi bagaimana. Inilah semangat
kami. Bahkan kami tidak pernah bicara siapanya. Siapapun kaum muda kami coba layani
dengan berbagai pelatihan yang membangkitkan semangat mereka untuk tumbuh dan
berkembang menjadi manusia yang sebenarnya. Non Scholae sed vitae discimus. Salam buat
Romo Santo, semangat muda untuk kita semua.

o Romo Yohanes Dwi Harsanto, Pr. May 3, 2011 at 9:23 am


Salam Johanes Setyastanto
Saya bertanya ke seorang tua (71 thn), apakah dulu ketika muda, suka berkegiatan bersama
orang tua? Jawabannya: “Tidak. Saya suka bergaul dengan teman sebaya. Walaupun ada
waktu di mana sebagai orang muda saya berkegiatan bersama dengan orang tua, namun
pada dasarnya sebagai orang muda waktu itu, saya lebih suka bersama sesama muda, juga
ketika kami mendengarkan pidato Bung Karno yang menggelorakan semangat kebangsaan…
kami tetap bersorak bersama orang muda sebaya…”. Orang muda memang khas mau bergaul
dengan hanya yang sebaya. Semua teori Psikologi Perkembangan menyatakannya dengan
jelas. Pada saatnya nanti, mereka pun akan menjadi orang tua, dan mengeluhkan hal yang
sama seperti orang tua sekarang. Mereka pun kelak akan mendengarkan keluhan orang muda
yang sama, yang tidak sehati dengan orang tua. Karena itu, saya senang bahwa Anda selalu
bergiat berbagi bersama orang muda dalam berbagai training. Semangatlah selalu.
Salam
Yohanes Dwi Harsanto Pr

13. Abel Sulung Apr 24, 2011 at 11:14 pm


Salam Romo Yohanes Dwi,
Saya mau ikut sumbang saran mengenai OMK,
Menurut saya rentang usia 13-35 tahun sungguh suatu rentang usia yang lebar, karena secara
psikologis, Intelektual dll; anak(orang muda juga) usia 13 tahun, masih SMP, dengan
seorang(orang muda juga) usia 35 tahun , sarjana, sedang mendaki puncak karir, sudah
menikah dan jangan-jangan sudah punya anak usia 13, akan sangat berbeda. Sehingga perlu
sekali dipikirkan dengan hati-hati pengelompokannya, dalam usaha
mendampingi/menampung/memberi kesempatan untuk orang muda mengembangkan diri
agar mulai/bisa mengambil peran dalam keseharian hidupnya sebagai warga Gereja, warga
Negara, warga masyarakat sesuai dengan usia dan kemampuannya.
Sayangnya, di beberapa paroki (minimal disekitar saya), Anak-anak remaja tidak lagi dinamai
MUDIKA tapi OMK dibiarkan berkembang sendiri yang penting bisa nyumbang suara untuk
Paduan suara, bisa meramaikan acara Natal dst-dstnya, tanpa di bimbing untuk persiapan ke
masa (Psikologis, Intelektual, tanggung jawab) berikutnya, tentu saja mereka ini pada
waktunya nanti akan gamang dan tidak bisa ambil peran dalam aktivitas bersama teman-
temanya yang berbeda Agama dan Kepercayaannya.
Saran , menurut saya;
1. MUDIKA sebaiknya tetap ada untuk menampung mereka yang remaja sampai selesai SMU,
dan mereka di dampingi/dipersiapkan untuk mendapat kemampuan-kemampuan dasar
seperti diskusi/debat, mengelola kegiatan, menulis/reportase, mengelola Web dll. selain yang
utama tentu keteguhan Imannya, pemahaman hukum-hukum Gereja dll, dengan sedikit porsi
kegiatan keluar (pelayanan sosial, dll).
2. Kemudian ketika Telah masuk jenjang kuliah, mungkin langsung kerja juga, sudah bisa
masuk dalam kelompok diskusi (pendalaman suatu topik; Iman Katholik, kondisi sosial
kemasyarakatan , diskusi dengan kelompok lain sehubungan HAK), melakukan proyek
bersama(HAK), yang sederhana dan selesai 1-2 hari. Perlu juga dilibatkan sebagai pengurus
(Dewan Paroki) / diberi tangung jawab di Paroki.
3. Selanjutnya ketika orang muda sudah berkarir, bisa disediakan kesempatan-kesempatan
untuk mengelola sendiri Seminar-seminar sesuai minat mereka (dengan melibatkan pihak
diluar Gereja Katholik juga), merancang kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan bersama
dll.
Untuk yang 2 dan 3, perlu diberi wadah dengan pengurus yang tidak terlalu ketat, hanya
untuk melayani kegiatan.
Sementara ini berjalan bagi mereka yang berminat selain kegiatan di dalam (OMK) bisa di
dorong untuk ikut ke organisasi di luar Paroki (Gereja) seperti PMKRI, ISKA, WKRI atau
ORMAS lain yang tanpa embel-embel Gerejanya.
Saya percaya Komisi Kepemudaan sudah punya konsep yang lengkap dan bagus untuk hal
ini, tetapi mungkin masih kurang sekali sosialisasinya sampai ke paroki-paroki / keuskupan
sehingga pendampingan OMK ini masih caranya masing-masing. (dan kalau parokinya malas
ya dibiarin aja tumbuh sendiri).
Wah… maaf nih Romo kepanjangan barangkali, tetapi semoga yang sederhana ini bisa
mengail sumbang saran lain yang lebih baik dan arif.
Salam Romo

o Romo Yohanes Dwi Harsanto, Pr. Apr 26, 2011 at 8:46 am


Salam Abel
Saya mengucapkan terima kasih atas saran Anda. Dalam praktek pastoral, memang para
pelayan pastorl OMK mengelompokkan rentang usia yang panjang itu dalam beberapa
penggal. Antara lain: Usia 13-17 = remaja (Pelajar SMP-SMA); 18-24 (Perguruab Tinggi), 25-
35 = masa kerja, karir dan jodoh.
Masih ada pengelompokan lain, namun rata-rata berdasarkan jenjang studi dan usia kerja.
Memang, asalkan lajang, mereka tetaplah OMK. Maka, Komisi Kepemudaan tidak sendirian.
Ada beberapa instansi lain yang berkolaborasi aktif dengan Komisi Kepemudaan untuk
mendampingi OMK. Antara lain: Untuk rentang usia pelajar, ada Organisasi Pelajar Katolik,
Remaja Katolik, SEKAMI/KKI/Komisi Karya Misioner, dan semacamnya. Untuk rentang usia
mahasiswa perguruan tinggi, ada Pastoral Kemahasiswaan, di samping ormas PMKRI dan
Pemuda Katolik yang walaupun bergerak di ranah kemasyarakatan, secara pribadi para
fungsionarisnya ada yang peduli pada OMK. WKRI pun mulai melirik OMK untuk pengkaderan,
dan karena memang AD/ART nya menyebut bahwa keanggotaan WKRI ialah perempuan
Katolik usia 18 tahun ke atas. Pada level usia kerja, ada KKMK (Komunitas Karyawan Muda
Katolik), dan berbagai komunitas sejenis. Kelompok kategorial lain seperti PDKK Karismatik,
Komunitas Tritunggal Mahakudus, Sant’ Egidio, Choice, dsb, pembagian pendampingan
berdasarkan usia sangat diperhatikan. Namun demikian, masih saja diperlukan sinergi antara
semua pelaku pastoral OMK dan melibatkan OMK itu sendiri. Sekali lagi, terima kasih atas
masukan Anda. Komisi Kepemudaan KWI sedang mengembangkan website di mana kita bisa
mensosialisasikan program dan berdiskusi. Walaupun web itu masih harus terus
disempurnakan, namun silahkan dijenguk dulu di http://www.orangmudakatolik.net
Salam:
Yohanes Dwi Harsanto Pr

14. Christian War Apr 22, 2011 at 12:20 pm


Romo,….
saya skarang dlam sebuah dilema tentang kberadaan Tuhan,…Apakah dia bnar-bnar nyata?
[dari Katolisitas: silakan memabca terlebih dahulu artikel ini: Bagaimana membuktikan bahwa
Tuhan itu ada?, silakan klik]
15. Ria Mar 4, 2011 at 4:39 pm
Syalom Romo… Maaf saya ikut nimbrung romo, tdnya mau cari bahan u rekoleksi OMK,
ehh..kebaca artikelny Romo…skalian ja nanya Mo..
Romo, saya mau menyakan, bagaimana sebenarny peran OMK didalam Greja dan masyaakat?
Karena slama yg saya lihat dan jalani, orang muda sering sekali tidak dipercaya dalam
melakukan suatu hal, terutama dari orang tua dlam lingkup greja… ketika bersosialisasi juga
tidak trlalu berperan aktif. yang mungin dikarenakan minoritas…
Satu lagi Mo, bagaimana Greja memandang Katolik yg brpolitik, krna sring skali agama
dibawa2 dlm perpolitikan yang sudah jelas2 bahwa politik sulit sekali untuk bersih dari
kecurangan2..
Tlong dijawab ya Mo… dan trimasih.
Salamq: Ria :>

o Romo Yohanes Dwi Harsanto, Pr. Mar 7, 2011 at 6:08 pm


Salam Ria
Gereja Katolik mengakui bahwa OMK berperanan besar bagi penginjilan, hanya jika dipercaya,
dipersiapkan dan dibantu. Masa muda sendiri merupakan saat belajar sebanyak-banyaknya,
bergaul seluas-luasnya, dan saat bersiap diri menyambut estafet kepemimpinan dan
pelayanan Gereja. Karena itu, orang tua seharusnyalah memberikan kepercayaan kepada
OMK untuk berkembang. Jangan sampai orang tua bangga menjadi pengurus selama puluhan
tahun, dan merasa sudah banyak berpengalaman. Mengapa? Karena bisa jadi yang ia
banggakan sebagai “pengalaman” itu sebenarnya hanya “peng-lama-an” satu saja
pengalaman yang diulangi rutin tiap tahun selama bertahun-tahun tanpa ada pembaharuan.
“Peng-lamaan” itu juga tanda kegagalan dalam mempercayai orang muda untuk berkiprah.
“Peng-lama-an” peran orang-orang tua dalam Gereja hanyalah tanda kegagalan kaderisasi.
Peran orang muda Katolik dalam masyarakat pun demikian halnya. Kita mengacu pada peran
awam Katolik pada umumnya di masyarakat. Dokumen-dokumen utama hasil Konsili Vatikan
II yang secara gamblang membicarakan peran awam, dasar panggilan dan peran yang harus
dilakukan di masyarakat ialah: 1. Konstitusi Dogmatis tentang Gereja (Lumen Gentium/LG)
bab IV; 2. Dekrit tentang Kerasulan Awam (Apostolicam Actuositatem/ AA); dan 3. Konsititusi
Pastoral tentang Gereja Di Dunia Modern (Gaudium et Spes / GS). Dalam melibatkan diri
dalam masyarakat, OMK haruslah terjun langsung bergaul dengan sesama, mewujudkan
perutusan sebagai garam dan ragi seolah dari dalam (“from within”)masyarakat sendiri. OMK
sewajarnya sesuai panggilan karena martabat baptis – ekaristi dan krisma yang telah mereka
terima, ikut dalam kelompok minat tertentu (hobi, profesi); bisa masuk dalam kelompok politik
(ormas, parpol), bisa pula ke pelayanan kemasyarakatan (LSM, lembaga sosial).
Tujuan kerasulan awam ialah (lihat AA 6): 1. Mewartakan Injil; 2. Menyucikan umat manusia;
3. Membaharui tata dunia, 4. Menjalankan amal kasih.
Gereja mengajarkan agar umat Katolik terlibat dalam masyarakat dan politik. Mengenai
keterlibatan dalam politik, AA 14 menyatakan: “Dalam berbakti kepada bangsa dan dalam
menunaikan tugas-tugas kewarganegaraan dengan setia, Umat Katolik hendaknya menyadari
kewajibannya untuk memajukan kesejahteraan umum yang sejati. Hendaknya mereka
berusaha berpengaruh, dengan bobot pandangan dan pemikiran mereka, sehingga
pemerintahan dijalankan dengan adil dan hukum serta peraturan duibuat selaras dengan
tuntutan-tuntutan moral serta menunjang kesejahteraan umum. Hendaknya orang-orang
Katolik yg mahir di bidang politik dan sebagaimana wajarnya berdiri teguh dalam iman serta
ajaran Kristiani, jangan menolak untuk menjalankan urusan-urusan umum. Hendaklah umat
Katolik berusaha bekerja sama dengan semua orang yang berkehendak baik untuk
memajukan apa pun yang benar, apa pun yang adil, apa pun yg suci, dan apa pun yg manis
(bdk. Flp 4:8). Hendaknya umat Katolik berdialog dengan mereka serta mendekati mereka
dengan bijaksana dan penuh pengertian, lagi pula menyelidiki bagaimana menyempurnakan
lembaga-lembaga sosial dan umum menurut semangat Injil”.
Bagi Gereja Katolik, politik berarti usaha untuk memajukan kesejahteraan umum (bonum
commune), khususnya kesejahteraan rakyat banyak. Bonum Commune ialah keseluruhan
kondisi kehidupan sosial yang memungkinkan orang-orang, keluarga-keluarga dan
perhimpunan-perhimpunan mencapai kesempurnaan mereka secara lebih penuh dan lebih
mudah (GS 74). Maka, politik ialah sesuatu yang baik dan luhur. Jika melihat politik dikotori
oleh oknum-oknum dan sistem politik yang buruk, yaitu sustu sistem yang menindas rakyat,
maka orang Katolik wajib bersuara dan berjuang untuk meluruskannya.
Karena itu, salah satu desakan GS 75 ialah agar Gereja menyelenggarakan pembinaan
kewarganegaraan dan politik khususnya kepada OMK. Komisi Kepemudaan KWI dan Komisi
Kepemudaan Keuskupan-Keuskupan bekerja sama dengan Komisi Kerawam KWI dan
Keuskupan menjalankan “Pendidikan Politik” sebagai salah satu programnya.
Karena itu, sebagai orang Katolik 100% dan Warga negara Indonesia 100% (bdk. ucapan
pahlawan nasional uskup agung Mgr Albertus Soegijapranata), kita wajib menjadi sakramen
bagi dunia dengan peduli pada 4 pilar bangsa: Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika,
dan Negara Kesatuan Republik Indonesia; justru karena kasih kita kepada Kristus yang
memberitakan pembebasan sejati (lihat Luk 4: 18-21).
Mengenai hubungan Gereja (agama) dan Negara, ada dalam GS 76. Intinya: Gereja otonom,
dan negara pun otonom, tidak saling tergantung. Namun karena keduanya memperjuangkan
yang sama, yaitu agar manusia bermartabat, maka Gereja dan negara bisa bekerja sama
dalam hal-hal untuk memajukan kesejahteraan umum.
Salam
Romo Yohanes Dwi Harsanto Pr

16. Philipus Riberu Feb 28, 2011 at 7:16 pm


Salam Katolisitas…
Saya senang bisa menemukan blog OMK ini…. sangat berarti bagi saya karena saya bisa
dikatakan jarang membaca artikel yang menarik soal OMK dan aksi2 yang di lakukannya…
maklum pergaulan saya jarang dengan anggota2 OMK apalagi mengikuti kegiatannya. Karena
itu dengan adanya blog ini saya senang bisa belajar lebih soal OMK dan iman akan Kristus
Yesus… GBU.
17. Darmawan GUrning Feb 27, 2011 at 1:33 pm
syaloom… Romo Yohanes Dwi Harsanto, Pr
saya mau menanyakan
1. bagaimana pandangan gereja katolik terhadap kaum muda pada masa revolusi?
2. bagaimana pandangan gereja katolik terhadap kaum muda pada masa Industri?
3. bagaimana pandangan gereja katolik terhadap kaum muda pada masa konsili vatikan 2?
4. bagaimana pandangan gereja katolik terhadap kaum muda pada masa era globalisasi?
saya mencari hal tersebut di website tapi tidak menemukan jawabannya, mohon bantuannya…
terimakasih sebelumnya
Darmawan Gurning

o Romo Yohanes Dwi Harsanto, Pr. Mar 1, 2011 at 4:08 pm


Salam Darmawan Gurning
Kitab Suci kita bertaburan dengan kisah orang muda, baik pada Perjanjian Lama maupun
Perjanjian Baru. Yesus sendiri sampai selalu muda. Ia memanggil orang-orang muda
bersamaNya, menguduskan mereka dan mengutus mereka mewartakan Injil. Sepanjang
sejarahnya, Bunda Gereja selalu berpesan pada orang muda.
Pesan-pesan Gereja itu tersebar dalam berbagai situasi zaman. Untuk mencarinya tentu
mungkin, namun betapa membutuhkan waktu. Paling gampang silahkan
klik http://www.vatican.va lalu klik bagian WYD (World Youth Day), tepatnya link to
vatican.va . Di situ ditayangkan aneka pesan terhadap OMK yang bertaburan dari zaman ke
zaman oleh para paus. Namun demikian, kita sadar bahwa redaksi website Vatican pun belum
sanggup memberikan semua, mengingat betapa banyaknya pesan-pesan tersebut dalam
aneka konteks zaman. Karena itu, mohon maaf bahwa saya tidak menjawab pertanyaan Anda
satu per satu.
Saya sendiri menemukan betapa Gereja sangat peduli pada OMK bahkan menaruh
kepercayaan kepada mereka. Misalnya, simaklah kekuatan pidato Paus Pius XII (1939-1958)
kepada para karyawan muda, yang berkonteks pasca Perang Dunia II, ketika hidup sangat
sukar dan terpuruk. Begini beliau berpidato: “Dewasa ini, lebih daripada zaman terdahulu,
Gereja memerlukan karyawan-karyawan muda yang gagah berani baik dalam kegembiraan
maupun penderitaan, baik dalam keberhasilan maupun pencobaan, untuk membangun suatu
dunia yang sesuai dengan kehendak Tuhan, yaitu masyarakat persaudaraan, di mana
penderitaan warga yang terkecil pun dipikul bersama dan menjadi ringan. Para karyawan
muda, berjuanglah untuk memulihkan kembali luhurnya pandangan Kristiani tentang kerja,
tentang kepantasan dan kesuciannya! Tindakan-tindakan kalian merupakan tindakan seorang
pribadi putra Allah dan saudara Kristus. Mudah-mudahan, pandangan Kristiani mengenai kerja
itu merasuki perusahaan-perusahaan, kantor-kantor, dan sekolah-sekolah teknik, melalui
anggota-anggota gerakanmu. Itulah kerasulan yang sungguh-sungguh dan sepraktis-
praktisnya! Anda sekalian adalah orang Katolik dalam arti sesungguhnya. Artinya, Anda tak
hanya secara pribadi beriman akan kebenaran yang diwahyukan dalam Kristus dan selalu
hidup dalam rahmat penebusan, tetapi lebih dari itu, Anda sebagai anggota masyarakat,
memenuhi panggilan Anda dalam masyarakat. Demi hidup dan seimbangnya masyarakat,
panggilan ini tak dapat Anda tinggalkan…”
Misalnya lagi, Pesan Konsili Vatikan II pada Orang Muda Katolik, menekankan keberanian OMK
menghadapi tantangan zaman yang penuh tantangan hedonisme, atheisme, dan kemajuan
lain. Lengkapkan pada
link to vatican.va
Dalam pesan-pesan itu, selalu ditekankan kemurnian, daya juang, pengharapan akan masa
depan, panggilan dan potensi OMK, yang mengalir tiada habisnya dari relasi pribadi OMK
dengan Kristus dalam penerimaan sakramen-sakramen dan pengajaran iman Katolik.
Salam: Yohanes Dwi Harsanto Pr
 Darmawan Gurning Mar 3, 2011 at 8:17 pm
Terimakasih banyak Romo Yohanes Dwi Harsanto Pr atas bantuan dan petunjuknya,
semoga sukses selalu dalam pelayanannya, Gbu
Salam Kasih
Darmawan Gurning

 RM. SYPRI TES MAU,PR Apr 1, 2011 at 1:49 pm


Salam kenal romo Yohanes,
Kenalkan, saya rm Sypri Tes Mau,pr, projo keuskupan atambua, ntt. Saya senang membaca
semua bahan yang romo muat, saya juga lagi cari bahan untuk pendampingan orang muda.
Orang muda di keuskupan saya juga sedang semangat-semangatnya membangun hidup dan
peran serta aktifnya dalam gereja dan masyarakat. semoga kita bisa saling memperkaya
dalam banyak hal.
salam dan hormat
 Romo Yohanes Dwi Harsanto, Pr. Apr 12, 2011 at 5:05 pm
Terima kasih Romo Sypri Tes Mau.
Salam saya untuk OMK Atambua. Saya senang mendapatkan sahabat seimamat yang
bersemangat seperti Anda khususnya dalam mendampingi OMK. Tahun 2012 kita akan
mengadakan Indonesian Youth Day. Di samping melalui surat ke Keuskupan, informasi
mengenai Indonesian Youth Day 2012 akan tersebar di internet. Silahkan mencari dan
mengikuti terus prosesnya. Semoga bisa terlaksana dengan baik.
Salam saya:
Yohanes Dwi Harsanto Pr.

18. Beslam Feb 24, 2011 at 10:00 am


Salam Katolisitas,
numpang tanya, apa perbedaan OMK, PMKRI dan MUDIKA ?, terimakasih

o Romo Yohanes Dwi Harsanto, Pr. Feb 24, 2011 at 8:17 pm


Salam Beslam,
Mengenai OMK dan Mudika sudah pernah dijawab dalam artikel “OMK dan Penghayatan
Imannya” dalam website katolisitas ini. OMK ialah semua orang yang muda (lajang usia 13-
35 tahun) dan beragama Katolik. Sedangkan Mudika ialah kelompok OMK yang berbasis
teritorial (lingkungan, stasi, wilayah, paroki, keuskupan). PMKRI (Perhimpunan Mahasiswa
Katolik Republik Indonesia), merupakan organisasi massa (ormas) yang mempunyai Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART). Di Indonesia, selain PMKRI, ormas-ormas
Katolik lainnya ialah Pemuda Katolik dan Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI). Sebagai
Ormas, mereka memiliki AD/ART. Ormas-ormas itu berkiprah di bidang kemasyarakatan.
Sedangkan OMK dan Mudika berkiprah di wilayah internal Gereja. Namun sebagai OMK,
anggota PMKRI mesti aktif dalam kegiatan Mudika dan OMK paroki dan kelompok kategorial
yang diminati.
Jadi jika dibuat lingkaran, OMK paling luas lingkarannya. Di dalam lingkaran OMK ada Mudika.
Di luar lingkaran itu, ada PMKRI, yang merupakan ormas. Namun seorang anggota PMKRI
yang tidak sedang bertindak atas nama organisasi PMKRI, dia tetaplah OMK dan bagian dari
Mudika.
Salam: Yohanes Dwi Harsanto Pr

19. Anthonius Lolong Feb 24, 2011 at 8:50 am


Salam Damai & Kasih Kristus. Maaf Romo, saya mo tanya apakah Gereja Katolik membebaskan
penggunaan/ pengajaran lagu2 Rohani Non Katolik dalam Ibadah anak2, Mudika, bahkan
ibadah Jalan Salib? Apakah Gereja Katolik kita memang kekurangan Lagu2 asli katolik? Kalau
gereja Katolik membebaskan akan hal itu hendaklah para pimpinan/ rohaniwan Katolik
menjelaskannya di hadapan Umat. Tapi kalau tidak, hendaklah menganjurkan kpd kaum
awam Katolik,bagaimana sebaiknya. Sebab dari kenyataan yg ada sekarang setelah masuknya
praktek2 seperti itu, unsur2 kesakralan/ keaslian ibadah Katolik sudah mulai kabur. Dan
berefek pd pemahaman umat yg jadi brpandangan bhwa semua Gereja itu sama,sehingga
bnyk pula yg mengikuti Gereja lain.kalau sudah begini,siapa yg brtanggung jawab trjadi
kegoncangan iman katolik pd umatnya?

o Romo Yohanes Dwi Harsanto, Pr. Feb 24, 2011 at 8:20 pm


Salam Anthonius Lolong,
Sukar mengukur kekurangan dan kecukupan stok lagu-lagu dalam ibadat Katolik. Seorang
nenek yang dibesarkan dalam tradisi Katolik di masa lalu mungkin akan puas dengan satu
lagu saja yang menjadi favoritnya seumur-umur. Namun bisa pula karena pergaulan yang dan
komunikasi yang luas di zaman modern ini, seorang OMK tidak puas dengan lagu yang itu-itu
saja. Dalam hal ini, Komisi Liturgi KWI dan Komisi Liturgi Keuskupan sudah dan terus
membuat lokakarya musik liturgi untuk menambah khasanah lagu-lagu liturgi. Mengenai
prinsip penggunaan lagu liturgi dan lagu rohani, ada di website ini bagian Sakramen dan
Liturgi artikel Musik Liturgi. (silakan klik)
Menghadapi banjir lagu pop rohani (bukan lagu liturgi), para Uskup dan Imam tentu tidak
tinggal diam jika lagu-lagu itu dengan serampangan dimasukkan ke dalam liturgi. Namun para
uskup melalui Komisi Liturgi tidak bisa serta merta membuat pernyataan bahwa lagu A boleh,
lagu B dilarang dalam liturgi Katolik. Dengan bijaksana mereka mempertimbangkan situasi
umat. Alasan pastoral pertama-tama yang dilakukan, yaitu agar semuanya dikoreksi dengan
damai, tidak reaktif yang justru akan merugikan iman umat itu sendiri. Misalnya, jika ada
orang yang sangat selera dengan lagu tertentu yang tiba-tiba dilarang dunyanyikan dalam
liturgi resmi Gereja, maka bisa sakit hati tanpa tahu alasannya mengapa dilarang. Untuk doa-
doa devosi-devosi di luar liturgi, biasanya lagu-lagu rohani lebih leluasa dinyanyikan.
Dalam hal ini kita yang telah lebih tahu hendaknya memberi penerangan kepada umat Katolik
yang belum tahu dengan kasih. Komisi Liturgi dengan program-programnya serta para imam
dan umat yang tahu diharapkan menjelaskan aspek ini. Namun kendati sudah dijelaskan,
tetap perlu penjelasan berulang-ulang dalam berbagai kesempatan yang tepat.
Salam: Rm Y Dwi Harsanto Pr

20. David Richardo Feb 22, 2011 at 12:47 am


Mau nanya nih Romo, ada gak website buat forum diskusi OMK?

o Romo Yohanes Dwi Harsanto, Pr. Feb 23, 2011 at 12:05 pm


Salam David Richardo,
Website OMK sedang dibangun oleh Komisi Kepemudaan KWI, semoga akhir April atau awal
Mei nanti bisa diluncurkan. Sementara ini diskusi dibangun melalui FB – FB dan milist-milist.
Salam
Romo Santo
ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA MUDIKA CIC ST. MICHAEL -
DACEYVILLE

ANGGARAN DASAR MUDIKA


ANGGARAN RUMAH TANGGA MUDIKA
SUSUNAN PENGURUS MUDIKA 1997 / 1998
JOB DESCRIPTION PENGURUS MUDIKA
SASARAN KEPENGURUSAN ST. MICHAEL - DACEYVILLE MUDIKA PERIODE 1997 / 1998
PROGRAM KERJA MUDIKA ST. MICHAEL - DACEYVILLE PERIODE 1997 / 1998

A. ANGGARAN DASAR MUDIKA

I. DASAR KEHIDUPAN MUDIKA


Dasar kehidupan dan seluruh kegiatan Mudika adalah Iman Katholik.

II. PENGERTIAN MUDIKA


1. Mudika adalah akronim (singkatan) dari ‘Muda-mudi Katholik’, yaitu persekutuan
muda-mudi yang berimankan Katholik, baik simpatisan, sedang dalam persiapan permandian
maupun yang sudah dipermandikan oleh Gereja Katholik.
2. Muda-mudi Katholik sebagaimana dimaksud pada butir 1 adalah bagian tak
terpisahkan dari umat Katholik secara keseluruhan, yang berusia diatas 15 tahun, belum
berkeluarga dan atau sudah berkeluarga tetapi masih bersemangat dalam kegiatan
kepemudaan.

III. KEANGGOTAAN MUDIKA


Keanggotaan Mudika bersifat terbuka, artinya bahwa setiap individu yang dimaksud dalam
butir II merupakan anggota Mudika. Untuk kepentingan pelaksanaan kegiatan Mudika,
keanggotaan Mudika dapat dikelompokkan menurut wilayah tertentu sesuai dengan situasi
dan kondisi setempat.

IV. KEPENGURUSAN MUDIKA


1. Untuk pelaksanaan kegiatan, Mudika dapat menyusun kepengurusan sesuai dengan
keadaan setempat atau berdasarkan Anggaran Rumah Tangga Mudika.
2. Setiap anggota Mudika yang sudah dipermandikan oleh Gereja Katholik memiliki
kesempatan yang sama untuk duduk sebagai anggota Pengurus Mudika.
V. VISI MUDIKA
Sebagai bagian tak terpisahkan dari umat Katholik, Mudika memiliki visi ke depan untuk
mempersiapkan dan mewujudkan anggota Mudika yang handal dalam kehidupan di tengah
keluarga dan masyarakat serta dalam hidup menggereja dan memasyarakat yang didasarkan
atas iman Katholik.

VI. KEGIATAN MUDIKA


Untuk mewujudkan Visi Mudika sebagaimana dimaksud pada butir V, Mudika dapat
melaksanakan kegiatan yang bersifat rohani dan jasmani sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan anggota Mudika setempat.

VII.HAL-HAL LAIN
Anggaran Dasar Mudika ini dapat diubah sesuai dengan keadaan sepanjang disetujui oleh
Anggota Mudika melalui Rapat Pleno Pengurus Mudika dan Anggota Mudika, yang diatur di
dalam Anggaran Rumah Tangga, kecuali dalam hal Dasar Kehidupan Mudika.
B. ANGGARAN RUMAH TANGGA MUDIKA

I. ANGGOTA MUDIKA
Setiap anggota Mudika memiliki kesempatan yang sama untuk aktif sebagai pelaksana
maupun peserta dalam kegiatan-kegiatan Mudika.

II.PENGURUS MUDIKA
1. Pengurus Mudika dipilih dari dan oleh anggota Mudika dan pihak lain jika dianggap
perlu seperti Pastor Paroki serta Dewan Paroki, dalam Rapat Pleno Pengurus Mudika dan
Anggota Mudika untuk masa pelayanan satu tahun.
2. Pada akhir masa pelayanannya, Pengurus Mudika menyampaikan Laporan
Pertanggung-jawaban di dalam suatu Rapat Pleno Pengurus Mudika dan anggota Mudika.
3. Susunan Pengurus Mudika sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua, Sekretaris,
Bendahara dan Koordinator/Penanggung Jawab kegiatan. Jumlah keanggotaan pengurus
Mudika disesuaikan dengan kebutuhan dan keberadaan jumlah anggota Mudika maupun
jumlah serta jenis kegiatan.
4. Ketua Mudika menyusun ‘Job Describtion’ bagi setiap jabatan dalam kepengurusan
Mudika.
5. Pelaksanaan tugas kepengurusan merupakan bentuk pelayanan bagi sesama anggota
Mudika pada khususnya dan kepada Gereja pada umumnya.

II.RAPAT MUDIKA
1. Rapat Pleno Pengurus Mudika adalah rapat yang dihadiri oleh seluruh wakil-wakil
bidang-bidang kepengurusan Mudika secara periodik.
2. Rapat Pleno Pengurus dan Anggota Mudika adalah rapat yang dihadiri oleh seluruh
anggota Pengurus Mudika dan seluruh atau sebagian anggota Mudika.
3. Rapat Bidang adalah rapat yang dihadiri oleh anggota bidang tertentu.

IV. SASARAN KEGIATAN MUDIKA


Setiap kepengurusan Mudika mencanbutirn Sasaran Kegiatan Mudika sesuai dengan kondisi
Mudika untuk periode satu tahun.

V. PROGRAM KERJA MUDIKA


1. Program Kerja Mudika disusun oleh Pengurus Mudika pada awal masa pelayanan untuk
jbutir waktu satu tahun. Program Kerja tersebut disusun sedemikian rupa sehingga mengarah
kepada tercapainya Visi Mudika sebagimana ditetapkan dalam Anggaran Dasar Mudika.
2. Hal-hal yang dicantumkan dalam program kerja antara lain : jenis kegiatan, tujuan
dari jenis kegiatan, pelaksana atau penanggung jawab kegiatan, peserta kegiatan, jadwal dan
tempat kegiatan dan pendanaan kegiatan.

VI. PENDANAAN KEGIATAN MUDIKA


Sumber dana Mudika berasal dari Dewan Paroki, swadaya anggota Mudika, sumber lain yang
ditetapkan dalam Program Kerja dan donatur. Dana tersebut digunakan untuk membiayai
kegiatan-kegiatan Mudika. Pemasukan dan pengeluaran dana Mudika dibukukan dalam buku
kas Pengurus Mudika.
VII. HAL-HAL LAIN
1. Dalam keadaan tertentu, keanggotaan Pengurus Mudika dapat digantikan oleh
anggota Mudika yang lain sebelum masa pelayanannya berakhir melalui Rapat Pleno Pengurus
Mudika.
2. Apabila diperlukan, Pengurus Mudika dapat menyelenggarakan kegiatan yang
sebelumnya tidak diprogramkan sepanjang keputusan untuk melaksanakan kegiatan tersebut
ditetapkan sebelumnya dalam Rapat Pleno Pengurus Mudika.
3. Apabila karena halangan tertentu sehingga seorang anggota Pengurus Mudika tidak
dapat melaksanakan tugas kepengurusan, tugas tersebut dapat dilimpahkan kepada anggota
pengurus yang lain atas sepengetahuan Ketua Mudika.
4. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ini dapat diubah sesuai dengan
keadaan sepanjang ditetapkan dalam Rapat Pleno Pengurus Mudika yang dihadiri minimal 2/3
pengurus dan disetujui oleh 1/2 + 1 dari peserta rapat.
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Mudika ini dibuat atas dasar persetujuan dan
keputusan yang ditetapkan dalam Rapat Pleno Pengurus dan Anggota Mudika pada hari Sabtu
tanggal 2 bulan Agustus tahun 1997 bertempat di Turramura, Sydney, pukul 01.10.

Demi syahnya Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ini, beberapa pihak berikut
membubuhkan tanda tangan sebagai persetujuan dan pengesyahannya bagi Mudika CIC St.
Michael Daceyville.

Sidang Anggaran Dasar :


Ketua : Gabriel Triwibawa
Sekretaris : Linda W
Novi T.

Sidang Anggaran Rumah Tangga :


Ketua : Jan Pratama
Sekretaris : Conny
Tasia

Wakil Peserta Sidang :


1. Richard
2. Hermawan
3. Vicky
4. Deasy
5. Lidwina

Mengetahui :
Chaplain CIC - Daceyville Ketua Dewan Paroki CIC - Daceyville

( Pastor Bill Burt, SVD) ( Edy Sugandhy )

SUSUNAN PENGURUS MUDIKA


CIC ST. MICHAEL - DACEYVILLE
PERIODE 1997 / 1998

Ketua Mudika : Stefanus Sudibyo


Ketua Harian : Gabriel Triwibawa
Sekretaris :
1. Rini
2. Listi

Bendahara : Vicky
Staf Umum :
1. Peter
2. Roy
3. Johannes
4. Andre
5. Jan Pratama

Bidang I : Kerohanian
Koordinator : Agus
Anggota :
1. Novi T.
2. Cheryl
3. Lenny
4. Indah

Bidang II : Komunikasi
Koordinator :
1. Novy Sugandhy
2. Suryo
Anggota :
1. Rini
2. Lidwina
3. Lisa T

Bidang III : Intelektual


Koordinator : Hermawan
Anggota :
1. Makmur Andrianus
2. Richard

Bidang IV : Seni dan Bakat


Koordinator : Redy
Anggota :
1. Linda W.
2. Justinus
3. Rika
4. Martha

Bidang V: Olah Raga


Koordinator : Elwin
Anggota :
1. Vincent
2. Sindhu
3. Ricky
4. Fernando

JOB DESCRIPTION
PENGURUS MUDIKA
CIC ST. MICHAEL - DACEYVILLE

KETUA MUDIKA
1. Bertanggung jawab atas seluruh kegiatan yang dilaksanakan oleh Pengurus Mudika.
2. Sebagai perantara mekanisme kegiatan Pengurus Mudika dengan Dewan Paroki.
3. Memimpin :
a. Penyusunan program kerja Pengurus Mudika
b. Pelaksaan kegiatan sesuai dengan program kerja
c. Evaluasi hasil pelaksanaan program kerja
d. Penyelenggaraan penyegaran Pengurus Mudika di akhir masa bakti kepengurusan
yang sedang berlangsung
4. Mendelegasikan tugas-tugas bagi pelaksanaan kegiatan Pengurus Mudika kepada
anggota pengurus sesuai dengan job describtion masing-masing.
1. Menerima laporan kegiatan Pengurus Mudika melalui Ketua Harian sekurang-
kurangnya satu bulan sekali.
2. Mempertanggungjawabkan kepengurusan Mudika dalam rapat pleno Pengurus dan
Anggota Mudika pada akhir masa kepengurusan.

KETUA HARIAN
1. Bertanggung jawab atas seluruh pelaksanaan kegiatan Pengurus Mudika yang telah
diprogramkan.
2. Menyelenggarakan rapat pleno Pengurus Mudika secara periodik.
3. Mengkoordinasikan dan memonitor kegiatan-kegiatan dari seluruh bidang dalam
kepungurusan mudika.
4. Menerima laporan-laporan dari sekretaris, bendahara, staf umum dan seluruh
koordinator bidang atau penanggung jawab kegiatan atas hasil pelaksanaan kegiatan yang
menjadi tanggung jawab masing-masing.
5. Melaporkan seluruh kegiatan Pengurus Mudika kepada Ketua Mudika sekurang-
kurangnya satu bulan sekali.

SEKRETARIS
1. Bertanggung jawab atas tugas-tugas kesekretariatan Pengurus Mudika.
2. Membantu Ketua Harian dalam persiapan penyelenggaraan rapat pleno Pengurus
Mudika, membuat notulen dan mendokumentasikan hasil rapat pleno Pengurus Mudika.
3. Mendokumentasikan seluruh hasil kegiatan Pengurus Mudika.
4. Mendokumentasikan keanggotaan Mudika.
5. Melaporkan kegiatan kesekretariatan kepada Ketua Harian.
6. Membantu Ketua Harian menyusun laporan seluruh kegiatan Pengurus Mudika.

BENDAHARA
1. Bertanggung jawab atas kegiatan perbendaharaan Pengurus Mudika.
2. Mengeluarkan dana bagi kegiatan Pengurus Mudika sesuai dengan prosedur yang
ditentukan.
3. Membukukan pemasukan dan pengeluaran dana kepengurusan mudika.
4. Melaporkan kegiatan perbendaharaan Pengurus Mudika kepada Ketua Harian dalam
rapat pleno dan ditembuskan kepada anggota Mudika secara periodik.
STAF UMUM
1. Menopang pelaksanaan kegiatan bidang-bidang dalam kepengurusan Mudika dan atau
Penanggung Jawab yang dibentuk oleh Pengurus Mudika, seperti perlengkapan, transportasi,
kesehatan, keamanan, dan lain-lain.
2. Melaporkan pelaksanaan kegiatan kepada Ketua Harian.

BIDANG I : KEROHANIAN
1. Mempersiapkan program kerja kegiatan di bidang kerohanian dan mengusulkan untuk
ditetapkan sebagai program kerja Pengurus Mudika di dalam Rapat Kerja Pengurus.
2. Melaksanakan kegiatan Pengurus Mudika di bidang kerohanian sebagaimana yang
telah diprogramkan.
3. Melaporkan pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada butir 2 kepada Ketua
Harian.

BIDANG II : KOMUNIKASI
1. Mempersiapkan program kerja kegiatan di bidang komunikasi dan mengusulkan untuk
ditetapkan sebagai program kerja Pengurus Mudika di dalam Rapat Kerja Pengurus.
2. Melaksanakan kegiatan Pengurus Mudika di bidang komunikasi sebagaimana yang
telah diprogramkan.
3. Melaporkan pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada butir 2 kepada Ketua
Harian.

BIDANG III : INTELEKTUAL


1. Mempersiapkan program kerja kegiatan di bidang intelektual dan mengusulkan untuk
ditetapkan sebagai program kerja Pengurus Mudika di dalam Rapat Kerja Pengurus.
2. Melaksanakan kegiatan Pengurus Mudika di bidang intelektual sebagaimana yang telah
diprogramkan.
3. Melaporkan pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada butir 2 kepada Ketua
Harian.

BIDANG IV : SENI DAN BAKAT


1. Mempersiapkan program kerja kegiatan di bidang seni dan bakat dan mengusulkan
untuk ditetapkan sebagai program kerja Pengurus Mudika di dalam Rapat Kerja Pengurus.
2. Melaksanakan kegiatan Pengurus Mudika di bidang seni dan bakat sebagaimana yang
telah diprogramkan.
3. Melaporkan pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada butir 2 kepada Ketua
Harian.

BIDANG V : OLAH RAGA


1. Mempersiapkan program kerja kegiatan di bidang olah raga dan mengusulkan untuk
ditetapkan sebagai program kerja Pengurus Mudika di dalam Rapat Kerja Pengurus.
2. Melaksanakan kegiatan Pengurus Mudika di bidang olah raga sebagaimana yang telah
diprogramkan.
3. Melaporkan pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada butir 2 kepada Ketua
Harian.

SASARAN KEPENGURUSAN MUDIKA


CIC ST. MICHAEL - DACEYVILLE
PERIODE 1997 / 1998

Lima (5) sasaran yang ditetapkan agar dicapai melalui berbagai kegiatan Pengurus Mudika
adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan Iman Katholik di kalangan anggota Mudika.


2. Meningkatkan komunikasi di antara sesama anggota Mudika.
3. Menyalurkan bakat atau talenta yang dimiliki oleh anggota Mudika .
4. Meningkatkan peran dan keberadaan anggota Mudika di dalam kehidupan menggereja
dan memasyarakat.
5. Meningkatkan jumlah anggota Mudika yang berperan aktif dalam kegiatan Mudika.

PROGRAM KERJA MUDIKA - BIDANG KESEKRETARIATAN


CIC ST. MICHAEL - DACEYVILLE
PERIODE 1997 / 1998

Kegiatan Rapat Pleno Pengurus dan Anggota Mudika

Tujuan  Media komunikasi


 Laporan & evaluasi kegiatan

Waktu Minimal :
 3 bulan 1 kali untuk pengurus
 6 bulan 1 kali untuk semua

Tempat  Rumah pengurus


 Jubilee Hall

Peserta  Pengurus Mudika


 Pengurus & Anggota Mudika
Penanggung Jawab Ketua Harian

Anggaran  $ 20.00 untuk konsumsi Rapat Pleno Pengurus


 $ 50.00 untuk konsumsi Rapat Pleno Pengurus dan
Anggota Mudika

Keterangan -

Catatan Anggaran telah disetujui oleh sidang

Kegiatan Penertiban administrasi kesekretariatan

Tujuan Menertibkan administrasi kegiatan Mudika

Waktu Awal September 1997

Tempat

Peserta Pengurus inti

Penanggung Jawab Pengurus inti

Anggaran $ 50.00

Keterangan  Administrasi
 Dokumentasi

Catatan Anggaran telah disetujui sidang

Kegiatan Penertiban administrasi bendahara

Tujuan  Menertibkan administrasi keuangan Mudika

Waktu Awal September 1997

Tempat

Peserta Pengurus inti

Penanggung Jawab Pengurus inti

Anggaran  50.00

Keterangan -

Catatan Anggaran telah disetujui oleh sidang

Kegiatan Kegiatan Insidential

Tujuan Mengisi waktu ( ke-vakum-an)

Waktu Insidential
Tempat

Peserta Mudika

Penanggung Jawab Panitia

Anggaran Akan ditentukan kemudian

Keterangan  Rekreasi
 Cari dana
 Sayembara logo

Catatan

Kegiatan Pendataan Mudika

Tujuan Database anggota Mudika

Waktu 6 bulan

Tempat

Peserta Mudika

Penanggung Jawab Sekretariat

Anggaran $ 100.00

Keterangan

Catatan Anggaran telah disetujui oleh sidang

Kegiatan Mengusahakan adanya sekretariat

Tujuan Tempat segala aktivitas Mudika

Waktu 6 bulan

Tempat Eastern suburb

Peserta -

Penanggung Jawab Ketua Mudika

Anggaran $ 200.00 untuk rent

Keterangan

Catatan Anggaran telah disetujui oleh sidang

PROGRAM KERJA MUDIKA - BIDANG KEROHANIAN


CIC ST. MICHAEL - DACEYVILLE
PERIODE 1997 / 1998
Kegiatan Persekutuan Doa

Tujuan  Saling mendukung


 Saling mendoakan
 Saling melayani dalam kasih

Waktu 5.00 pm Sabtu pertama

Tempat Jubilee Hall

Peserta +/- 25 - 50 orang

Penanggung Jawab Novyanti Tanudjaja

Anggaran $ 50.00 ( $ 25.00 untuk Rent Hall, $ 25.00 untuk konsumsi )

Keterangan Rutin

Catatan Anggaran akan dibiayai oleh hasil kolekte dan bila tidak
mencukupi akan disubsidi oleh kas Mudika

Kegiatan Pendalaman iman ( Bible Study )

Tujuan Memperdalam dan memperkuat iman katholik

Waktu 5.00 pm Sabtu keempat

Tempat Jubilee Hall

Peserta +/- 20 - 30 orang

Penanggung Jawab Agus

Anggaran $ 50.00 ( $ 25.00 untuk Rent Hall, $ 25.00 untuk konsumsi )

Keterangan Rutin

Catatan Anggaran akan dibiayai oleh hasil kolekte dan bila tidak
mencukupi akan disubsidi oleh kas Mudika

Kegiatan Sunday School

Tujuan  Memperkenalkan anak-anak kecil akan iman katolik


 Menjaga ketertiban selama misa

Waktu Setiap hari Minggu

Tempat ST. Michael - Daceyville

Peserta Anak-anak kecil

Penanggung Jawab Lenny dan Indah

Anggaran $ 50.00 ( beli buku, gambar, white board )


Keterangan Rutin

Catatan Anggaran telah disetujui oleh sidang

Kegiatan Retreat Mudika

Tujuan Penyegaran iman

Waktu Awal Oktober

Tempat Francisville - NSW

Peserta +/- 100 orang

Penanggung Jawab Benny Gozal

Anggaran $ 7,500.00

Keterangan Rutin

Catatan Pembiayaan akan ditentukan oleh rapat panitia

Kegiatan Ziarah ke Gua Maria Penrose Park

Tujuan Devosi Bunda Maria

Waktu 4 May

Tempat Penrose Park

Peserta +/- 100 orang

Penanggung Jawab Sudibyo

Anggaran $ 25.00 per orang

Keterangan Rutin

Catatan Pembiayaan swadaya

Kegiatan Tata laksana Gereja

Tujuan Melaksanakan perayaan Ekaristi dengan baik

Waktu Setiap hari Minggu

Tempat ST. Michael - Daceyville

Peserta Umat CIC

Penanggung Jawab Cheryl

Anggaran -

Keterangan Rutin
Catatan -

PROGRAM KERJA MUDIKA - BIDANG KOMUNIKASI


CIC ST. MICHAEL - DACEYVILLE
PERIODE 1997 / 1998

Kegiatan Membuat homepage

Tujuan Memperlancar komunikasi antar umat

Waktu -

Tempat -

Peserta -

Penanggung Jawab Suryo dan Danny

Anggaran -

Keterangan -

Catatan -

Kegiatan Pertemuan antar Mudika ( camping, picnic, BBQ )

Tujuan Mempererat keakraban antar Mudika

Waktu -

Tempat -

Peserta -

Penanggung Jawab Koordinator bidang

Anggaran Akan ditentukan kemudian

Keterangan -

Catatan -

Kegiatan Menyediakan kotak saran

Tujuan Evaluasi

Waktu -

Tempat Gereja ST. Michael - Daceyville

Peserta -
Penanggung Jawab Suryo dan Danny

Anggaran $ 50.00

Keterangan Akan diedit dan diterbitkan di buletin

Catatan Sesuai dengan harga kotak

PROGRAM KERJA MUDIKA - BIDANG INTELEKTUAL


CIC ST. MICHAEL - DACEYVILLE
PERIODE 1997 / 1998

Kegiatan Seminar

Tujuan Menambah pengetahuan

Waktu

Tempat Jubilee Hall

Peserta Mudika / Umum

Penanggung Jawab Koordinator bidang

Anggaran Sponsor

Keterangan Akan mencari Pembicara

Catatan

Kegiatan Menerbitkan majalah

Tujuan Informatif

Waktu 3 bulan 1 kali

Tempat -

Peserta Mudika / Umum

Penanggung Jawab Bapak Edy Sugandhy

Anggaran

Keterangan

Catatan

Kegiatan Membantu kaderisasi

Tujuan Mencari penerus Mudika


Waktu 2 bulan sebelum masa jabatan berakhir

Tempat

Peserta Mudika

Penanggung Jawab Koordinator bidang

Anggaran

Keterangan

Catatan

PROGRAM KERJA MUDIKA - BIDANG SENI & BAKAT


CIC ST. MICHAEL - DACEYVILLE
PERIODE 1997 / 1998

Kegiatan Koor

Tujuan  Memacu semangat


 Menyemarakan Misa dan acara-acara khusus

Waktu 4 minggu sekali

Tempat

Peserta Mudika

Penanggung Jawab Linda

Anggaran +/- $ 30.00 untuk konsumsi

Keterangan -

Catatan -

Kegiatan Band

Tujuan Menyemarakan Misa dan acara-acara khusus

Waktu 2 minggu sekali

Tempat

Peserta 6 orang

Penanggung Jawab Redy

Anggaran +/- $ 35.00 untuk sewa Hall & konsumsi

Keterangan Latihan setiap weekend siang


Catatan -

Kegiatan Vocal group anak-anak dan remaja

Tujuan Mengembangkan bakat anggota Mudika

Waktu

Tempat

Peserta <= 15 tahun

Penanggung Jawab Redy

Anggaran Akan ditentukan kemudian

Keterangan -

Catatan -

PROGRAM KERJA MUDIKA - BIDANG OLAH RAGA


CIC ST. MICHAEL - DACEYVILLE
PERIODE 1997 / 1998

Kegiatan Volleyball, Basketball

Tujuan  Menggalang persahabatan


 Menyalurkan bakat
 Meningkatkan prestasi dan skill
 Work as a team

Waktu Setiap hari Minggu 10.30 - 12.30

Tempat Moore Park

Peserta +/- 12 orang ( Volleyball )


+/- 10 - 15 orang ( Basketball )

Penanggung Jawab Chin ( Volleyball )


Shindu ( Basketball )

Anggaran Iuran $ 2.50 per orang


Volleyball competition $ 360.00 per group

Keterangan Court hire : $ 25.00 per 2 jam

Catatan 25 % biaya Volleyball competition sudah disetujui oleh sidang


akan disubsidi dari kas Mudika

Kegiatan Sepak bola


Tujuan  Menggalang persahabatan
 Menyalurkan bakat
 Meningkatkan prestasi dan skill
 Work as a team

Waktu Setiap hari Sabtu 11.00 - 13.00 ( Sepak bola )

Tempat Daceyville Park

Peserta +/- 11 orang

Penanggung Jawab Fernando

Anggaran Iuran $ 2.00 per orang

Keterangan

Catatan

Kegiatan Fishing

Tujuan  Menggalang persahabatan


 Relaxation

Waktu Sabtu malam during Summer

Tempat Fishing Points

Peserta Yang berminat

Penanggung Jawab Richard

Anggaran Free

Keterangan

Catatan

Kegiatan Badminton & Tennis

Tujuan  Menggalang persahabatan


 Menyalurkan bakat
 Meningkatkan prestasi dan skill

Waktu Jumat malam ( Badminton )


Sabtu malam ( Tennis )

Tempat UNSW Gym

Peserta Yang berminat

Penanggung Jawab Gabriel ( Badminton )


Vincent ( Tennis )

Anggaran Iuran anggota ( akan ditentukan kemudian )


Keterangan

Catatan

PROGRAM KERJA MUDIKA - BIDANG STAFF UMUM


CIC ST. MICHAEL - DACEYVILLE
PERIODE 1997 / 1998

Kegiatan Membantu kegiatan Mudika

Tujuan Mempermudah

Waktu Sesuai dengan agenda yang ditetapkan

Tempat

Peserta Sesuai dengan acara

Penanggung Jawab Peter dan Johannes

Anggaran Sesuai dengan acara

Keterangan Fleksible

Catatan Sewa security bila dibutuhkan

Kegiatan Buka / tutup Gereja

Tujuan

Waktu Setiap hari Minggu

Tempat Gereja St. Michael - Daceyville

Peserta 1 - 4 orang

Penanggung Jawab Roy

Anggaran -

Keterangan -

Catatan -

Kegiatan Keamanan dan Tata tertib Gereja

Tujuan Mengamankan dan menertibkan

Waktu Setiap hari Minggu

Tempat Gereja St. Michael - Daceyville


Peserta 4 - 6 orang

Penanggung Jawab Peter

Anggaran $ 1,000.00

Keterangan Anggaran akan digunakan untuk membeli peralatan seperti :


HT ( 2 buah ), Torch, Raincoat / Umbrella, hand free set

Catatan

Kegiatan Parkir selama Misa

Tujuan Mengamankan dan menertibkan

Waktu Setiap hari Minggu

Tempat Gereja St. Michael - Daceyville

Peserta 2 - 4 orang

Penanggung Jawab Johannes

Anggaran

Keterangan Akan ditempatkan kotak sumbangan di depan pintu parkir

Catatan Akan mengajukan proposal kepada Dewan Paroki

Bagaimana mengelola pastoral kaum muda paroki di era digital?


Pembahasan [hide]
 Fakta:
 How to Intiate? Dari Visi Gereja !
 Visi Tentang Pastor Paroki
 Visi Tentang Gereja Paroki
 Tanggungjawab Gereja pada Orang muda
o Siapa Orang Muda Katolik?
o Mengapa Orang Muda ?
 Permasalahan Orang Muda
o Identitas diri
o Aktualisasi diri
o Pendampingan
o Tradisi Pendampingan Kaum Muda:
 Di Gereja Paroki, Apa yang Dapat Kita Buat Bersama Orang Muda?
 Harapan
Fakta:
SMS tgl 3 Oktober 2010 pk 18.07 WIB:
“Mo, binun deh, knapa temen OMK, ga mw misa. Doi aktivis komunitas doa kita. Katanya misa
bikin boring mending bikin doa sendiri, kadang jajan ke grj bethel n pantekosta” .
Dalam hati aku bergumam: “Ini wilayah katekese Liturgi , spiritualitas dan komunitas”.
Yahoo Mesenger, chatting tgl 20 Juli 2010 pk 20.44 WIB:
“Mo, tolong. aku sakit hati banget. Rasanya habis manis sepah dibuang. Kecewa… kok ada
cowok Katolik seperti itu. Pedih… pedih… mau nangis… ”
Dalam hati aku bergumam: “Ini wilayah Pengakuan dan Kamar Tamu (Konseling-Poimenik),
tapi toh bertalian dengan aneka kerumitan lainnya”.
Yahoo Mesenger, chatting tgl 14 September 2010 pk 18.05 WIB:
Seorang Ketua Lingkungan di Semarang: “Mo, paya de… ada BKS di rumah, anakku malah
nglayap.. piye, jal?. Yang hadir cuma 5 orang tuwir-tuwir”.
Dalam hati aku bergumam: “Ini wilayah Sistemik fokus Pastoral yg tak kunjung jelas”
Mail Message melalui Facebook, 26 Agustus 2010 pk 19.15 WIB:
“Mo, kalo ada info kerjaan, please aku diprioritaskan yaaach… Mummmeett…”
Dalam hati bergumam: “Soal ini, Presiden dan Mentri Tenaga Kerja pun bingung?”
Komentar seorang pastor tahun 2001, pada rekoleksi Tahun Kaum Muda KAS:
“Sudah habis waktuku buat misa lingkungan, berkat jenazah, kunjungan keluarga… Tak
sempat lagi ngurus kaum muda… Malah mereka bikin ribet saja… memboroskan dana…”
Dalam hati bergumam: “Ini soal paradigma terhadap orang muda dan paradigma tugas
pastoral”.
Kalimat dari mulut aktivis ormas muda, tahun 2005, pernas OMKI Cibubur:
“OMK, Mudika.. apa bedanya tuh… bikin bingung.. Apa maunya Gereja? Tetap saja kaum
muda Katolik jago kandang… tak mau ke luar gaul di sesama muda-mudi agama lain dan
masyarakat…”
Dalam hati berumam: “Ini soal Apostolicam Actuositatem, Nostra Aetate, dan Evangelii
Nuntiandi”
Dan masih banyak lagi….
Ada yang bilang: Pastoral OMK, dari dulu sampai kekal, selalu mulai dari nol menuju tak jelas.
Tetapi bagi saya, pasti itu karena pihak- pihak yang mestinya menangani tidak mau terjun.
Jika kita mau terjun langsung bersama OMK, tetap ada benih-benih unggul dan secercah
harapan.
Bagaimanapun, pastoral OMK, (lajang usia 13 – 35 tahun, PKPKM – KomKep KWI 1995), tetap
rumit, melibatkan semua dimensi kehidupan, namun bagaimanapun tetap vital karena masa
depan kita di tangan mereka. Dari mana kita mulai memikirkannya?

How to Intiate? Dari Visi Gereja !


Gereja Katolik sekarang hidup dengan semangat Konsili Vatikan II (1962-1965). Sebagai
muktamar para uskup yang terbesar sepanjang sejarah Gereja, konsili ini kental berwarna
pastoral. Konsili Vatikan II memberi visi baru tentang karya pastoral Gereja. Para bapa konsili
di bawah kepemimpinan paus membaharui pertama-tama visi mengenai Gereja, yakni Umat
Allah. (lihat Lumen Gentium bab II). Gereja adalah kesatuan seluruh umat beriman kepada
Kristus. Salah satu konsekuensi pastoralnya ialah bahwa Gereja mesti terbuka pada seluruh
umat, siapa mereka, apa profesi serta dari mana di mana pun posisi mereka.
Faham bahwa karya pastoral Gereja paroki adalah karya sakramental teritorial saja kini
dinilai tidak cukup lagi. Gereja di jaman ini dipanggil juga untuk menjadi Gereja kategorial,
demi pelayanan yang makin menjangkau semakin banyak orang, khususnya orang muda..
Kekuatan Gereja tidak tergantung pada kemampuan dan kemauan pastor parokinya belaka.
Selain tidak sesuai dengan zaman, juga tidak sesuai dengan cita-cita Konsili Vatikan II, sebab
yang bisa dijala hanya oleh inisiatif pastor paroki terbatas. Umat dan orang muda punya
pengalaman hidup dan iman mereka sesuai dengan panggilan profesinya masing-masing.

Visi Tentang Pastor Paroki


Fakta sejak abad-abad lalu, pastor paroki adalah seorang pelayan sakramen di batas wilayah
teritorial tertentu. Hal ini berlangsung terus, praktis sampai zaman pasca Konsili Vatikan II
ini. Namun, seorang pastor paroki di zaman ini mesti menempatkan dirinya dalam visi Gereja
mondial serta menyadari panggilannya berkait dengan visi karya pastoral Gereja Konsili Vatika
II. Maka menjadi seorang pastor paroki diharapkan tidak hanya menjadi seorang pelayan
sakramen, apalagi hanya ’tukang’ Ekaristi saja walaupun itu memang tugas pokok pertama
kali. Hal ini karena pastor bukan hanya seorang pemimpin, namun juga mesti
seorang manager. Tapi hendaknya ia bukan menjadi comercial manager melainkan pastoral
manager. Ia sebaiknya juga menguasai manajemen yang utuh sehingga mampu mengelola
permasalahan pastoral dengan tepat sasaran dan menjala sebanyak mungkin orang untuk
keselamatan. Manager macam ini adalah pemimpin yang melayani, seperti yang telah
dicontohkan sendiri oleh Tuhan Yesus dan para rasul.
Visi Tentang Gereja Paroki
Pelayanan pastoral teritorial sebenarnya berasal dari tradisi pastor seumurhidup di tanah
Eropa abad pertengahan. Praktek itu didukung oleh zaman agraris yang menuntut teritorial
sebagai basis hidup seseorang. Dulu mata pencaharian seseorang bersumber pada tanah.
Rejeki hidupnya ada di tanah, makin luas tanah, makin menjamin kehidupan. Kini jaman sudah
berubah. Mata pencaharian orang tidak lagi berbasis pada tanah, melainkan pada apa pun
yang memberi rejeki hidup. Masyarakatnya bukan agraris lagi, melainkan modernis
dengan era digital dan mobilitas pergerakan yang tinggi.
Paroki mesti sedikit atau banyak mengubah mindset, dari pelayanan sakramental teritorial
belaka, ke arah pelayanan pastoral personal/kategorial/profesional. Ini berarti, menambahkan
pelayanan pastoral teritorial plus. Orientasi karya pastoral paroki hendaknya direncanakan
berdasarkan pada ajaran ”dogma plus”, yaitu dogma Gereja plus kenyataan hidup umat.
Kalau tujuannya adalah keselamatan jiwa-jiwa, maka yang mesti menjadi pertimbangan
utama adalah jiwa-jiwa umat. Sama sekali bukan melulu berdasarkan kebiasaan yang yang
ada, yang seringkali terikat pada zamannya. Paroki di pusat kota berbeda dengan yang berada
di pinggiran. Paroki di desa berbeda dengan paroki di pinggir pantai dll. Paroki tua, dengan
umat yang sudah sepuh-sepuh juga berbeda dengan paroki di kompleks perumahaan baru.
Karenanya tidak mungkin dan tidak perlu dibuat peraturan yang sama, atau seragam yang
berlaku pada semua paroki di seluruh wilayah keuskupan.
Menangani karya pastoral paroki senantiasa memerlukan ketrampilan managerial. Dewan
Paroki dengan ketua Pastor Paroki mesti menemukan potensi yang ada dan mengembangkan
aneka potensi umat semaksimal mungkin. Menemukan kebutuhan yang real dan kebutuhan
ideal sebagai umat Allah. Memperhitungkan kekuatan dan kelemahan yang ada. Setelah
semuanya itu, merencanakan sesuatu berdasarkan perhitungan tersebut. Meskipun demikian,
harus diakui bahwa dari jaman dulu sampai kini selalu ada yang tetap misalnya administrasi
paroki dan kedudukan paroki itu sendiri. Di situlah tempat untuk Allah berkarya melalui Roh
Kudus yang hadir di dalam Gereja umat Allah.
Tanggungjawab Gereja pada Orang muda
Siapa Orang Muda Katolik?
Pedoman Pastoral Kaum Muda menyebut Katolik lajang usia 13-35 tahun. Jika demikian,
sebagian besar umat Katolik adalah orang-orang muda. Mereka adalah orang-orang yang
karena usianya belum punya tempat untuk kiprah di dalam Gereja. Pada umumnya hal ini
dianggap sebagai sesuatu yang biasa, lumrah saja, tanpa perlu diambil tindakan apa pun. Di
lain pihak meskipun, orang-orang tua yang jumlahnya lebih sedikit, namun merekalah yang
sering memegang wewenang di dalam Gereja kita. Akibatnya orang muda sering hanya
menjadi obyek pelayanan Gereja dan bukan subyek pelayanan. Memang harus diakui bahwa
di samping segala kelebihan yang belum tergali pada diri orang muda, ada segudang
permasalahan yang menghadang yakni aneka masalah psikologis seputar identitas diri
maupun masalah sosio-antropologis sebagai anggota masyarakat moderen dewasa ini.
Demikian sehingga umumnya orang muda belum atau malah tidak sanggup menentukan
dirinya sendiri.
Ketidaksanggupan ini bukan karena mereka bodoh melainkan karena mereka tidak berdaya
(powerless) di tengah kaum senior di sekelilingnya. Mereka tidak bersalah, namun sering
dipersalahkan. Mereka adalah korban sistem masyarakat dunia dewasa ini, namun sering
dituding sebagai pengganggu. Akibatnya mereka ini bingung bahkan tidak jarang menjadi
linglung. Bingung dengan dirinya sendiri. Bingung dengan orang-orang tua mapan yang juga
bingung di tengah kemajuan zaman ini. Tiada teladan tiada jalan bagi orang-orang muda
tersebut. Karena itu tidak mengherankan kalau berkarya untuk, berkarya bersama dan demi
orang muda janjinya bukan prestasi melainkan frustrasi. Semoga di waktu sekarang, dimulai
perubahan justru dari paradigma kita memandang orang muda.
Mengapa Orang Muda ?
Kecuali sisi gelap seperti di atas, orang muda juga punya sisi terang. Sebagai orang muda,
mereka kalah pengalaman (paling tidak penglamaan) dengan mereka yang tua. Namun justru
karena kekurangan inilah orang muda siap untuk berbuat apa saja demi memperoleh
pengalaman (penglamaan) yang menjadi harta orang tua. Dalam masa pencarian ini,
seringkali orang muda salah langkah, salah pilih, karena salah nilai. Karena itu orang muda
memanggil kita, orang tua untuk mendampingi mereka. Mendampingi mereka dalam
pengenalan nilai-nilai, dalam memilih, apalagi dalam memperjuangkan nilai-nilai hidup
manusia maupun nilai kristiani. Kalau tidak, orang muda yang amat reseptif atas aneka nilai
ini dan hidup di tengah budaya permisif ini, bisa jadi justru akan makin bingung. Dan
celakanya, mereka sendiri tidak mungkin menolong dirinya sendiri. Kita, orang tualah yang
diundang untuk membantu orang muda tersebut.
Sisi terang orang muda lainnya ialah bahwa orang-orang muda kita menyimpan kekuatan
besar dalam dan diri dan jiwa mereka. Tenaga orang muda luar biasa, semangat orang muda
ini besar, belum lagi didukung oleh cita-cita luhur mereka. Semuanya itu andai saja dapat
diintegrasikan pasti dapat menjadi sumber rahmat bagi Gereja dan masyarakat pada
umumnya. Seumpama harta, orang muda adalah harta tak ternilai bagi Gereja. Namun,
memang punya harta saja belum cukup, sebab masih memerlukan kemampuan untuk
menggunakan apalagi mengembangkannya.
Permasalahan Orang Muda
Identitas diri
Masalah laten yang selalu menyertai orang muda adalah identitas diri. Tanpa ini orang muda
tidak pernah akan tumbuh. Dalam hal ini yang dibutuhkan adalah pendampingan orang yang
sudah melewati dan mengatasi permasalahan ini.
Tahun 1992 Keuskupan Agung Jakarta membuat suatu penelitian dengan hasil akhir sebagai
berikut. Ada tiga masalah utama yang mencekam orang muda:
Orang muda yang ber umur 13-17 tahun, masalah terbesarnya adalah soal identitas diri.
Sedang yang berumus 17-25 tahun umumnya menghadapi permasalahan menentukan karier.
Dan mereka yang berumur 25 tahun. plus umumnya bergulat dengan masalah perjodohan.
Aktualisasi diri
Kecuali kebutuhan untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas, orang memerlukan
kemudahan dan pendampingan dalam mengaktualisasikan dirinya. Secara sederhana orang
muda butuh waktu dan tempat serta teman untuk dapat mengaktualisasikan diri secara
maksimal. Orang dewasa sebetulnya lebih dibutuhkan kehadiran dan keberadaannya lebih
sebagai teman daripada sebagai penasihat.
Pendampingan
Pendampingan diperlukan orang muda bukan pertama karena pendamping lebih ahli daripada
yang didampingi melainkan karena wibawa dan otoritas yang dimilikinya. Dari pendamping
sebetulnya tidak dituntut suatu ilmu atau keahlian. Kalau pengalaman pendamping
dibutuhkan pun tidak secara langsung diperlukan, sebab itu semua dapat mereka temukan
sendiri. Sedangkan otoritas atau wewenang hanya dapat dimiliki oleh pendamping. Seperti
kita tumbuh dan berkembang bersama orang lain, maka bila pendamping ada, maka
pertumbuhan orang dapat lebih pesat karena orang muda punya kebanggaan lebih. Orang
muda mendapat nilai tentang dirinya justru dengan aktualisasi dirinya.

Tradisi Pendampingan Kaum Muda:


Sayang bahwa selama ini dunia pendampingan sudah terlanjur salah kaprah. Kesalahan ini
berawal dari kekeliruan konsep pendidikan. Yakni pendidikan yang berorientasi pada hasil,
daripada pada proses. Pendidikan masih saja mengutamakan pemberian isi, dan kurang
memberikan perhatian pada pembangunan suasana demi kelancaran proses. Seperti seekor
benih ikan yang bermutu, bila hidup di air yang keruh, apalagi terpolusi, pasti tidak bisa
tumbuh dengan baik. “Lebih baik benih ikan yang kurang bermutu, namun air tempat
hidupnya sehat, karena di situ ikan akan berkembang baik,” demikian kata alm Mgr. Leo
Soekoto SJ. Banyak pendamping dan pendampingan yang lebih menekankan isi daripada
suasananya. Akibatnya menimbulkan frustrasi di kedua belah pihak: pendamping dan orang
yang didampinginya.
Pertumbuhan itu proses bukan tumpukan konsep atau ide. Pendidikan itu butuh waktu dan
tempat dan lebih dari itu butuh hati orang-orang lain di sekitarnya. Orang muda juga bukan
tempat untuk menampung segala ide dan pengalaman. Orang muda mencoba segala ilmu
dan nasihat. Orang muda tidak butuh nasihat, sebab masalahnya bukan terletak pada
kurangnya pengetahuan, melainkan kurangnya kesempatan dan tempat untuk
mengaktualisasikan dirinya, intinya: kurang dipercaya! Orang muda akan punya pengalaman
jika dipercaya. Dalam pengolahan pengalaman itulah orang muda memerlukan orang tua/
pendamping yang siap menjadi teman.
Di Gereja Paroki, Apa yang Dapat Kita Buat Bersama Orang Muda?
Orang muda merupakan sumber kekuatan dan kehidupan serta pembaharuan Gereja. Bila
Gereja tidak pandai-pandai menangkap dan memanfaatkan kekuatan orang muda, dengan
cepat Gereja akan mengalami kehancuran. Minimal, tanpa orang muda, Gereja hanya akan
mengalami kemandegan mungkin malah kemunduran. Dan kalau ini terjadi orang dewasa
akan kehabisan tenaga dan energi dan akan sia-sia. Untuk apa segala keberhasilan orang
dewasa kalau orang muda lari keluar dari Gereja Katolik.
Secara teoritis dapat dirumuskan demikian:
Di Gereja paroki mesti dikembangkan karya pastoral orang muda berdasarkan realita orang
muda. Artinya, mesti ada data untuk pengembangan pastoral.
Siapa orang muda yang de facto ada dan datang ke Gereja paroki kita?
Bagaimana umumnya tingkat pendidikan dan kemampuan mereka: SMU, mahasiswa,
karyawan?
Bagaimana suasana pada umumnya: pergaulan antar mereka, keakraban antar mereka, mutu
pembicaraan mereka dll.
Menurut St Ignatius Loyola, kita mesti mencari pintu masuk ke mereka, agar kita dapat
membawa ke mana kita inginkan. Pintu masuk itu kita temukan bila kita mengenal mereka
dan punya kemauan untuk menemukannya. Untuk itu kita mesti menyediakan waktu dan
memperkuat kemauan dan bertekun dalam menghadapi aneka kemungkinan. Termasuk dan
lebih-lebih rasa frustrasi dalam setiap usaha pendekatan tersebut. Barang kali semacam usaha
untuk memberi tempat kesempatan dan kepercayaan, formal maupun informal, perlu terus
menerus diusahakan. Dalam hal ini kita perlu pandai-pandai menciptakan kesempatan
kepada orang muda untuk bertemu, saling mengenal, saling mendukung.
Konkretnya apa?
1. Mengenali nama mereka satu demi satu (sehabis perayaan Ekaristi, pagi, hari
Minggu), mendengarkan siapa, mengapa ke gereja dll?
2. Mengakui keberadaan mereka: Mereka riil ada di dalam Gereja lalu mengajak mereka
ini terlibat dalam aneka kehidupan dan kegiatan Gereja.
3. Menyediakan suasana, kemudahan untuk mengakui keberadaannya: dengan
pengenalan antara orang muda, sewaktu perayaan Ekaristi dan sesudahnya atau membuat
acara bersama khusus untuk mereka. Biasanya dengan bungkus MSF (Musik, Sport/Seni,
Film/Fun) disukai, juga perjumpaan a la kafe, namun isinya tema-tema ajaran Gereja
menanggapi persoalan riil mereka.
4. Mendengarkan: persoalan real dan konkret mereka: ulangan, ujian, pacaran, beda
agama, dll Mengajak membawa persoalan tersebut dalam perayaan ekaristi. Misalnya,
menyapa yang sedang menulis skripsi, yang sedang susah cari kerja.
5. Mendampingi: hadir di antara dan bersama acara mereka, hadir dan menunggui
kala weekend.
6. Menantang orang muda dengan tahap-demi tahap memberi mereka tanggungjawab:
menyerahkan kepada mereka untuk membuat acara-acara untuk orang muda: Paskah orang
muda, welcome party, kemah remaja, 17 Agustus, operet Natal, Imlek, Valentine’s Day, dll.
7. Memberi kebebasan demi tanggungjawab: ide dasar kita pikirkan, dan pelaksanaannya
mereka, dengan tetap didampingi: meminta mereka menjadi tim pelaksanaan acara paroki.
8. Mempercaya dengan tetap mendampingi: mengenalkan prinsip-prinsip dasar: asal
bisa mempertanggungjawabkan, silakan!
9. Melibatkan mereka di kancah yang lebih luas, di luar diri mereka: anggota dewan
paroki, melaksanakan acara umat; mengusahakan agar orang-orang muda dapat aktif di
lektor, Website/Facebook/Twitter/Kaskus Paroki; dll.
Harapan
Semoga fakta-fakta adanya masalah OMK seperti temuan penulis di atas, segera bisa diatasi
bersama-sama di paroki-paroki sebagai tim kerja, yang melibatkan OMK sendiri. Mari
mempercayai orang muda, karena di tangan merekalah kita mempercayakan masa depan.
Semoga OMK kita Bantu untuk menjawab panggilan Tuhan kepada Yeremia :TUHAN berfirman
kepadaku: “Janganlah katakan: Aku ini masih muda, tetapi kepada siapapun engkau Kuutus,
haruslah engkau pergi, dan apapun yang Kuperintahkan kepadamu, haruslah kausampaikan.
(Yer 1:7)

Penulis: Yohanes Dwi Harsanto Pr


Sekretaris Eksekutif Komisi Kepemudaan KWI, Imam diosesan KAS, tinggal di Pastoran UNIO
Indonesia, Jakarta. Khususnya saya berterima kasih pada Bp YR Widadaprayitna yang
mensahringkan hal ini selama saya sebagai Ketua Komisi Kepemudaan Kevikepan DIY, belajar
dari beliau di Jogja (2002-2004). Sumber tulisan memang pada refleksi beliau yang
dituangkan di di http://gerejakaummuda.wordpress.com/2009/10/ dan “Pedoman Pastoral
Kaum Muda”, KomKep KWI, 1995.

19 COMMENTS
1. Stephani Jun 19, 2012 at 1:22 pm
Romo Wanta..saya mau bertanya,mungkin pertanyaan saya agak aneh
1.Misalnya kita memiliki hutang entah itu dengan seseorang, bank atau perusahaan ketika
kita belum lunas semuanya tiba2 seseorang itu meninggal n keluarganya pindah entah ke
mana, bank atau perusahaannya tutup ke mana kita mengembalikan uang yang telah kita
pinjam? Karena hutang yang tidak dibayar itu katanya dosa.
2.Mengenai memakai kontrasepsi adalah dosa.Kalau keluarga pas pasan biar anak anak juga
lebih terjamin dan tidak terlantar terus orang tua memakai kontrasepsi misalnya
kondom.apakah tetap dosa ?
o Stefanus Tay Jul 7, 2012 at 3:47 am
Shalom Stephani,
Secara prinsip, adalah adil kalau kita melakukan apa yang menjadi tugas dan kewajiban kita,
termasuk adalah membayar hutang-hutang yang kita lakukan. Namun, kalau kita
telah berusaha mencari tahu dan tetap tidak tahu keberadaan orang yang berhak menerima
pembayaran, maka kesalahan bukan berada pada pihak kita. Namun, alangkah baiknya, kalau
kita juga bersiap-siap untuk tetap melakukan pembayaran, karena bisa saja sewaktu-waktu
mereka akan menagih apa yang menjadi hak mereka. Tentang dosa menggunakan
kontrasepsi, dapat Anda baca di sini – silakan klik. Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org

2. Meirina Jun 6, 2012 at 8:30 pm


Sy adl anggota KTM. Dimana skrng KTM sy dipermasalahkan utk mslh keuangannya. Pastor
paroki setempat tdk senang dgn kenyataan klo KTM menyimpan keuangannya sendiri. Pdhl
sejak pertama kali KTM sy berdiri, KTM tdk pernah meminta uang dr kas paroki. Uang kita dpt
dr hsl kolekte anggota KTM & fundraising.
Yg menjadi pertanyaan, apakah itu salah klo KTM menyimpan & mengurus keuangannya
sendiri? Krn sy membaca artikel klo suatu organisasi kategorial (KTM termasuk organisasi
kategorial, benar?) diberi kekuasaan sendiri utk mengatur terutama di bidang ekonomi.
Meskipun tetap bekerjasama dgn paroki setempat.
Apa ada dasar hukumnya mengenai keuangan KTM bisa dikelola sendiri? Misalnya katekismus
gereja katolik, dll?
Terima kasih atas jawabannya,
Meirina

o Romo Wanta, Pr. Jun 18, 2012 at 9:38 pm


Meirina Yth
KTM adalah Komunitas Tritunggal Mahakudus. Dalam kodeks umat beriman diberi hak untuk
berserikat (berkomunitas) dengan tujuan karya kesalehan injili spt KTM. Kalau meneliti
sejarah, tarekat memiliki kisah yang sama mulai dengan pembentukan asosiasi, kelompok
yang didirikan oleh pemimpinnya. setelah lama kemudian mengajukan pendidiran serikat dan
telah memiliki Konstitusi hidup rohani/komunitas, maka Pimpinan Gereja mengakuinya. Jika
sudah diakui oleh Gereja maka Pedoman/Statuta, Konstitusinya hendaknya disahkan oleh
ordinaris/Uskup setempat. KTM sebaiknya juga demikian agar diakui eksistensinya oleh
Uskup. Jika sudah memiliki aprobasi dari uskup setempat tentang komunitas itu (KTM) maka
lembaga itu dapat mengumpulkan dan mengembangkan dananya dari anggota. Jadi, jika hal
ini sudah dilakukan, KTM dapat memiliki harta benda sendiri, (uang) untuk kegiatan
komunitasnya, sehingga KTM tidak salah menyimpan dan mengurus keuangan sendiri, karena
komunitas sah dan diakui Wali Gereja setempat. Hanya sekarang KTM perlu menyampaikan
Statuta/konstitusinya: berikan laporan keuangan setiap semester kepada pastor paroki
sebagai representasi Uskup dalam karya pastoralnya dan juga kepada anggota. Laporan
keuangan perlu akuntable dan transparan sehingga Uskup dapat membaca laporan keuangan
KTM. Dasar dari KTM menyimpan uang adalah seperti disebut di atas, KTM sebagai usaha
Komunitas, yang berbakti pada Tritunggal mahakudus sesuai dengan Konstitusinya (Pedoman
Dasar/corak hidup KTM). Semoga semakin terbuka dan jelas.
salam
rm wanta

3. Brian Nov 23, 2011 at 6:35 pm


Baru-baru ini OMK (Orang Muda Katolik) di paroki kami baru memilih kepengurusannya yang
baru. Tahun sebelumnya OMK-nya agak mati suri. Untuk tahun ini ada “semangat” baru dalam
diri anak-anak muda ini. Empat hari lalu mereka datang kepada saya untuk memberikan
semacam pembekalan bagi pengurus baru sebelum nanti mereka dilantik.
Nah, pertanyaan saya adalah apa yang saya harus berikan mengingat saya sendiri TIDAK
punya pengalaman mendampingi OMK, TIDAK pernah terlibat dalam organisasi di Gereja.
Mungkin ada saudara/i yang punya pengalaman dalam memajukan OMK di tempatnya atau
malah punya bahannya. Sekedar diketahui saja mereka meminta saya karena mereka senang
dan percaya pada saya. Dan saya juga punya niat untuk menghidupkan serta memajukan
OMK di paroki saya.
Demikianlah masalah saya. Sekian dan terima kasih.

o Yohanes Dwi Harsanto Pr Nov 24, 2011 at 6:47 am


Salam Brian,
Pertama, silahkan berikan harapan dan semangat iman Anda sendiri. De facto mereka telah
mempercayai Anda. Bersyukurlah. Kepercayaan itu modal utama untuk mendampingi OMK.
Karena yang namanya pendampingan pertama-tama ialah proses bersama yang didampingi,
bukan hanya kegiatan dalam satu atau beberapa hari. “Jam terbang” Anda bertambah dan
kelak jumlah “jam terbang” itu akan membantu.
Kedua, silakan dengan tenang berdialog dengan mereka tentang apa yang mereka harapkan
dalam kegiatan tersebut. Mereka pun harus berproses bersama mengenai apa yang mereka
harapkan, dan diajak terlibat, tidak membebankan semua pada Anda seorang. Jika ada rekan
lain yang bisa diajak membantu, akan lebih baik. . Dengan mengetahui tujuan, langkah dan
metode lebih mudah ditetapkan.
Setelah itu, langkah ketiga, silakan mempelajari beberapa modul yang bisa Anda pilih mana
yang kira-kira cocok. Ada beberapa modul di website Komisi Kepemudaan KWI yang mungkin
cocok, silahkan klik di sinihttp://www.orangmudakatolik.net dan klik kolom “gudang ilmu”.
Semoga membantu.
Salam
Yohanes Dwi Harsanto Pr

4. Johanes Eko Trisulo Jul 5, 2011 at 1:46 pm


TENTANG OMK YANG MEMAKAI NAMA KEDAERAHAN
Yang saya ingin tanyakan apakah diperbolehkan membentuk OMK yang memakai nama
kedaerahan misalnya OMK IKSU – OMK KAWANUA – dan lain lain.
Yang saya tahu dalam perihal OMK itu hanya OMK bersifat BASIS – lingkungan atau di
wilayahnya .. dan tidak memakai nama kedaerahan .. dan ditakutkan kalau memakai nama
kedaerahan akan bersifat EGOIS dan tidak kompak sesama OMK di wilayahnya ..mohon
sarannya, terima kasih.
Yohanes Dwi Harsanto Pr Jul 14, 2011 at 3:59 pm

Salam Johanes Eko Trisulo


Rasul Santo Paulus menasehati dalam Galatia 3:26-28 : “Sebab kamu semua adalah anak-
anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus. Karena kamu semua yang dibaptis dalam
Kristus, telah mengenakan Kristus. Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani,
tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua
adalah satu di dalam Kristus Yesus”.
Dari nasehat itu, jelaslah bahwa kita bersatu dalam Kristus sebagai Tubuh Kristus yang
kelihatan, yang menerima komuni yang satu dan sama. Kelompok-kelompok kesukuan
bukanlah sifat Gereja yang satu, kudus, katolik, apostolik. Namun demikian, jika orang-orang
Katolik suku tertentu, atau bangsa tertentu mau berkumpul hanya sebagai pelepas rindu,
tetap saja boleh. Bahkan di beberapa negara, kelompok orang Katolik berbahasa Indonesia
rutin berkumpul. Hal ini bahkan bisa mendukung kesatuan Gereja, jika orientasinya bukan
hanya demi kesukuannya sendiri, namun terarah pada kebersamaan sebagai kesatuan Gereja
universal. Setelah rasa rindu terpuaskan, lalu siap memberi sumbangsih bagi kebersamaan
Gereja.
Sebenarnya prinsip yang sama berlaku pula bagi kelompok berdasar minat, hobi, dan keahlian.
Misalnya, persekutuan wartawan Katolik, persatuan dokter Katolik, persekutuan pelajar
Katolik, dll. Hal itu tetap terarah pada kesatuan kebersamaan dalam Gereja yang satu, kudus,
katolik, apostolik. Setiap anggota menyumbang pada kesatuan Tubuh (1Kor12:12-31).
Salam
Rm Yohanes Dwi Harsanto Pr

5. Petrus Canisius Kahono May 31, 2011 at 11:12 pm


Siapa yg menguasai pemuda, mereka akan mengasai masa depan.Maka,wadah semacam
OMK mutlak perlu.,sebagai arena belajar berorganisasi dan medan latihan pengabdian untuk
sesama,agar jadi generasi penerus Gereja yg beriman kukuh,cerdas,berwatak
mulia,sehat,trampil,berguna tuk sesama.Dulu pernah ada AMKRI, lalu MKI, , lalu Pemuda
Katolik,lalu Mudika.Dan kini OMK harus berkiprah.Tuhan memberkati
6. Hendro Mar 17, 2011 at 11:16 am
Salam,
saya senang ada perhatian kepada kaum muda.
kaum muda merupakan harapan dan masa depan kita bergereja.
usaha-usaha pendampingan dan memberikan kesempatan yang lebih luas kepada kaum muda
sangat bagus dan mulia.
satu diantaranya misalkan misa-misa / perayaan ekaristi yang dikususkan untuk, bagi dan
oleh kaum muda, boleh sering diadakan.
bagi anak-anak yang sekolah di sekolah katolik mungkin ada misa sebulan sekali. bagi yang
sekolah di lain tempat jarang merasakan perayaan ekaristi kaum muda. mudah-mudah dapat
diadakan secara berkala dan sesering mungkin. misal sabtu minggu ada 5 kali misa. dua
minggu sekali ada satu misa yang dikususkan untuk misa kaum muda. cuma 1/10 bagian.
satu kai misa dari 10 kali misa sabtu minggu.
o Romo Yohanes Dwi Harsanto, Pr. Mar 17, 2011 at 4:21 pm
Salam Hendro,
Terima kasih masukannya. Yang lebih penting dalam penyelenggaraan misa OMK ialah
melibatkan mereka, mempercayai mereka untuk bertugas sebagai pelayan misa. Ada yang
jadi misdinar, lektor, pembawa doa umat, kolektan, koor, solis. Selain itu mereka harus
didampingi dalam latihan dan diberi dasar-dasar pengertian mengenai Perayaan Ekaristi.
Terima kasih dukungan terhadap OMK. Bicaralah selalu dengan pastor / Dewan Paroki agar
lebih memperhatikan katekese bagi OMK dan lebih memercayai mereka terlibat dalam ekaristi,
kegiatan paroki dan komunitas.
Salam: Yohanes Dwi Harsanto Pr

7. Isa Inigo Mar 4, 2011 at 6:04 pm


Shalom Katolisitas. Di mailing list umat Keuskupan Agung Semarang awal Maret 2011 ini ramai
didiskusikan mengenai seorang pastor di Jakarta yang diadukan oleh umatnya kepada uskup
Keuskupan Agung Jakarta karena pastor tersebut selalu memanfaatkan laptop dalam misa,
dengan layar dan proyektor. Ada yang merasa itu berlebihan, sehingga dilaporkan uskup.
Pastor tersebut mengeluh dalam homilinya bahwa diadukan ke umat. Pertanyaan saya:
apakah ada aturan bahwa teknologi presentasi ini dipakai dalam misa? Bukankah kita sudah
biasa memakainya?
Salam saya
Isa Inigo

o Romo Wanta, Pr. Mar 7, 2011 at 10:10 am


Isa Inigo Yth
Diskusi terbuka di milist KAS tersebut memang sudah merambah kemana saja. Persoalan
adalah seorang imam berhomili saat perayaan ekaristi menggunakan media audio visual
(laptop dan lcd) dengan bermacam macam presentasi dan film katanya. Memang sudah biasa
namun ada umat yang kurang suka dan ada yang suka karena baru modern. Persoalan bukan
tidak boleh dan boleh menggunakan IT untuk pewartaan? Persoalan pada bagaimana
seharusnya berhomili di dalam ekaristi? Apa itu homili? Berbeda dengan kotbah, berbeda
dengan katekese? Tidak bisa disamakan saja. Umat kadang kurang paham, walaupun ada
juga yang paham. Homili adalah pewartaan sabda Tuhan atas bacaan perayaan ekaristi saat
itu. Maka sebagai pemimpin ibadat seorang imam berdiri di mimbar sabda dan bukan jalan
keliling umat, tapi berdiri di depan mimbar sabda Tuhan di mana dia telah membacanya,
menjelaskan isi pesan Sabda Tuhan kepada Umat, memberikan renungan peneguhan iman
pada umat. Berbeda dengan katekese terjadi di luar misa kita boleh menggunakan IT agar
umat bisa memahami pengajaran iman Katolik. Karena media IT dapat membantu
menjelaskan isi ajaran GK kepada umat. Kotbah bisanya pewartaan sabda Tuhan yang tematis
dengan pesan khusus dan tidak terikat pada teks tertentu. Khotbah bisa di luar misa dalam
bentuk ibadat Sabda. Nah apa yang terjadi? Imam kadang kurang memahami arti dan peran
pemimpin Ekaristi dalam berhomili. Ada yang menyanyi pakai gitar, ada yang lari ke sana
kemari di tengah umat, ada yang bermain dengan umat, ada yang pakai film dll. Ini keliru
besar. Homili dalam perayaan Ekaristi tugas pemimpin menjelaskan Sabda Tuhan dan
memberikan permenungan untuk meneguhkan iman umat. Jadi monolog, tanpa media,
medianya adalah komunikasi pewartaan dengan berbicara kepada umat. Di situlah kekuatan
sang pemimpin dalam berhomili. (Bacalah teman ini dalam artikel di katolisitas).
Bereksperimen dengan membawa nuansa entertain dalam perayaan ekaristi adalah salah dan
keliru besaaarrr. Ekaristi bukan pertunjukan melainkan ibadat perayaan iman di mana Kristus
hadir bersama umat-Nya. Mohon baca majalah hidup edisi terakhir ttg ekaristi bukan
pertunjukan/entertaiment oleh Rm Jack Tarigan Pr.
salam
Rm Wanta
 Isa Inigo Mar 7, 2011 at 2:22 pm
Terima kasih Romo Wanta. Saya sendiri sebagai orang Semarang jadi tahu bahwa beberapa
yang pernah dilakukan oknum imam di Semarang saat itu kliru. Mungkin juga yang di Jakarta
juga sama kelirunya. Memang beberapa kali saya memergoki imam yang jalan-jalan dan main
alat musik saat homili atau sesudah doa setelah komuni. Tapi semoga penjelasan Romo
semoga membuat semua mengerti. Saya dulunya protestan pindah-pindah gereja. Muak
dengan macem-macem kotbah pendeta yang ngalor-ngidul, cari-cari kreativitas aneh-aneh
cari perhatian yg ujungnya untuk cari pendapatan. Ternyata di Katolik saya menemukan
damai. Bukan karena kreativitas cara homili (dalam ekaristi) , tapi sebaliknya karena romo-
romonya rendah hati dan menjelaskan Sabda Tuhan sesuai kehendak Tuhan dan GerejaNya,
bukan selera sendiri, bukan cari popularitas dan uang saku pribadi. Saya beli katekismus, beli
dokumen gereja setelah tahu website katolisitas ini dan makin tahu akan hakikat Gereja yang
didirikan Kristus. Saya jadi makin paham akan kebenaran Gereja Katolik . Saya lega dg
penjelasan romo karena saya hampir bertanya, kok imam Katolik gak ada bedanya dengan
pendeta yang dulu saya merasa muak, karena kayak artis saja. Tapi dengan penjelasan romo
jadi tahu yang benar dan lega. Terima kasih romo. Salam dari Semarang: Isa Inigo
 Parjo Mar 7, 2011 at 9:13 pm
Mohon tanya mo.
Apakah untuk homili HARUS berada di mimbar dan berdiri? Bukankah tujuan homili adalah
untuk menyampaikan firman dan menjelaskan kepada umat, lalu mengapa ketika
menyampaikan harus dibatasi dengan sebuah mimbar. Haruskah seorang imam juga berdiri?
Apa arti mimbar kalau justru tujuan utama tidak terpenuhi.
Salam,
Parjo
 Romo Wanta, Pr. Mar 14, 2011 at 11:04 am
Parjo Yth
Setiap imam yang merayakan perayaan ekaristi adalah in persona christi menghadirkan Kristus
sebagai pemimpin dalam perayaan perjamuan suci bersama umat. Karena itu, Imam selain
mempersembahkan doa bersama umat juga menghadirkan Kristus di tengah umat. Ketika
perayaan sabda bukan hanya orang yang membaca sabda Tuhan melainkan dia mewartakan
Sabda Allah. Homili adalah peristiwa iman ketika Imam tidak tergantikan oleh awam dalam
membaca dan mewartakan Sabda Allah. Saat itu dia sebagai representasi Kristus sebagai
Kepala Gereja, mewartakan Sabda Allah. Sikap yang pantas adalah berdiri, Berdiri artinya
tanda kesiapan hormat, tanda kewibawaan membawakan Sabda Allah, bukan duduk
melainkan berdiri dalam tempat yang khusus, yaitu Mimbar; bahkan dalam Gereja lama
tempatnya di atas. Lihatlah misalnya seperti di gereja Katedral, Jakarta.
Oleh karena itu saat memberikan homili tidak duduk atau berjalan ke-sana kemari melainkan
berdiri di tempat yang khusus. Mimbar sabda dan mimbar perjamuan (altar) memiliki arti
penting. Maka ketika homili seorang imam harus berdiri (kecuali karena sakit atau memberi
renungan bukan saat Ekaristi dapat duduk di kursi) dan berdiri di tempat mimbar.
salam
Rm Wanta

8. agustinus hantoro Feb 23, 2011 at 10:18 pm


mohon ijin mempost Romo
[Dari Katolisitas: Silakan mempost artikel ini, dengan menyebutkan sumbernya yaitu dari
katolisitas.org, karangan Romo Santo Pr.]
9. Christian Feb 19, 2011 at 10:36 pm
Setuju romo, tapi bagaimana untuk OMK yang sudah ikut dengan namanya komunitas
Persekutuan Doa Karismatik Katolik??? Karena kebanyakan OMK telah bergabung dengan
komunitas-komunitas tersebut…
Dan kebanyakan dari mereka juga melayani Tuhan di Komunitas-komunitas mereka masing-
masing… tetapi di lingkup Gereja ato paroki mereka enggan untuk melayani karena mungkin
semangat dalam pelayanan nya berbeda, ato mungkin juga ada orang-orang Gereja juga yang
mungkin masih enggan atau belum menerima dengan yang namanya Karismatik, sehingga
OMK sudah merasa aman dalam komunitasnya masing-masing…
Sampai sekarang saya masih belum menemukan cara mengajak OMK dari PDKK atau
Komunitas Karismatik tersebut untuk turut serta melayani di Gereja….
Mungkin Romo ada usul????
Terimakasih Romo….Tuhan beserta kita semuaaa OMK…AMIN..!!! :)

o Romo Yohanes Dwi Harsanto, Pr. Feb 23, 2011 at 10:36 am


Salam Christian
Kelompok-kelompok doa dan aneka kelompok kategorial berkembang dalam Gereja yang
Satu, Kudus, Katolik dan Apostolik dari zaman ke zaman. Persekutuan Doa Karismatik Katolik
muncul dan berkembang pula dalam paroki maupun lintas paroki sebagaimana kelompok-
kelompok doa dan kelompok kategorial lainnya. Dalam hal ini kita patut bersuka cita karena
perkembangan kelompok-kelompok doa merupakan khasanah Gereja dan karunia-karunia
Roh Kudus sendiri yang memperkembangkan Gereja.
Pada dasarnya, semua kelompok doa seharusnya menyumbangkan karya nyata dalam Gereja
paroki. Jika kita lihat tugas Pastor Paroki, maka tampak bahwa tugas terutama ialah
menyatukan aneka paguyuban /komunitas di parokinya dalam kesatuan dengan Gereja
Keuskupan dan Gereja Universal. Ia membina semua umat parokinya apapun minatnya agar
bersatu dalam paroki. “Peranan khas yang dipunyai kaum beriman kristiani awam dalam
pengutusan Gereja hendaknya diakui dan dikembangkan oleh Pastor Paroki, dengan
memupuk serikat-serikat mereka yang mempunyai tujuan keagamaan. Hendaknya ia
bekerjasama dengan Uskupnya dan presbiterium keuskupan, juga dengan mengusahakan
agar kaum beriman membina kesatuan dalam lingkup paroki, dan agar mereka sadar akan
keanggotaannya, baik dalam keuskupan maupun dalam Gereja universal, dan mengambil
bagian dalam atau mendukung karya-karya untuk mengembangkan kesatuan itu” (KHK kan.
529, par. 2).
Karena itu, kelompok doa apapun dan kelompok kategorial apapun mesti memperhatikan
kesatuan ini. Kelompok Persekutuan Doa Karismatik Katolik (PDKK) pun memiliki visi dan misi
persatuan dan persaudaraan sebagai satu Tubuh Kristus yang tampak yaitu Gereja. Maka, jika
ada kasus seperti di paroki Anda bahwa Anda kesulitan mengajak mereka aktif melayani di
paroki, maka anda memiliki kewajiban untuk lebih proaktif lagi. Ada dua jalur: yaitu jalur
persaudaraan dan jalur pengorganisasian. Di jalur persaudaraan, Anda hendaknya dengan
rendah hati lebih proaktif lagi untuk mengenal mereka, bersaudara dan menyapa mereka.
Bisa saja Anda ikut suatu kali dalam persekutuan doa mereka. Kesatuan dalam doa biasanya
membuahkan kesatuan persaudaraan pula. Lagi pula benarlah ungkapan “tak kenal maka tak
sayang”. Di jalur pengorganisasian, Anda bisa mengajak teman-teman PDKK untuk
merancang acara bersama yang menarik untuk OMK. Bersama Dewan Paroki dan
sepengetahuan pastor paroki, Anda bisa dengan simpatik mengajak (istilahnya: minta
bantuan) teman-teman PDKK untuk bersama merencanakan kegiatan yang menarik baik
berupa liturgi, paraliturgi, atau pun di luar liturgi demi memupuk koinonia/persaudaraan dan
demi menggairahkan semangat OMK. Karena PDKK sendiri memiliki visi yang sama dengan
visi Gereja, saya yakin ajakan Anda yang tak jemu-jemu pada akhirnya akan disambut baik.
Semoga.
Salam,
Rm Yohanes Dwi Harsanto Pr
ANGGARAN RUMAH TANGGA MUDIKA SANTA BRIGITA
A NGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA
MUDIKA “ SANTA BRIGITA “ RAYON St. Bartolomeus
STASI TABING
PAROKI St. FRANSISKUS ASISI PADANG BARU

MUKADIMAH
Bahwa sesungguhnya pemuda adalah merupakan generasi yang akan melanjutkan karya
generasi pendahulu untuk mencapai masa depan yang lebih baik. Kerinduan dan semangat
para mudika di Rayon St. Bartolomeus (IV- B) untuk membentuk perkumpulan ini sudah
sejak lama dirintis, namun belum juga terlaksana karena adanya berbagai kendala.
Semagat, tekad dan kerinduan yang semakin membara dalam hati para muda-mudi rayaon
St. Bartolomeus tertama pada tahun 2005, Melahirkan satu organisasi muda-mudi katolik
dengan pelindungnya santa Brigita, Oleh karena itu perkumpulan yang didirikan oleh para
mida-mudi katolok di rayon St. Bartolomeus (IV-B) ini dinamakan “ MUDIKA SANTA
BRIGITA”.
Dengan berkat Tuhan kita Yesusu Kristus, dan semangat para Mudika yang didukung oleh
para orang tua Rayon St.Bartolomeus (IV-B), Mudika Santa Brigita ingin meningkatkan,
mengembangkan dan membina serta membimbing generasi muda di Rayon St. Bartolomeus
tersebut dalam berbagai bidang kehidupan baik jasmani maupun rohani serta dengan segala
kemungkinannya di masa depan untuk mencapai cita-cita yang luhur.

BAB I
NAMA, TEMPAT, PELINDUNG
Pasal 1
Perkumpulan muda-mudi katolok ini bernama “muda-mudi katolik santa brigita”, Rayon
St.Bartolomeus (IV-B), Stasi Tabing, Paroki santo Fansiskus Asisi Padang Baru, dan
selanjutnya dinamakan “MUDIKA SANTA BRIGITA”.
Pasal 2
Mudika santa brigita berkedudukan di Rayon St.Bartolomeus, Stasi tabing, Paroki Padang
Baru,dan didirikan untuk waktu yang tidak terbatas.
Pasal 3
Pelindung perkumpulan adalah “SANTA BRIGITA”, dengan semboyan “PRO ECCLESIA ET
PATRIA” (berjuang untuk Gereja dan Negara).

BAB II
AZAS, SIFAT, DAN TUJUAN
Pasal 4
Azas Perkumpulan ini ialah Pancasila dan Ajaran Gereja Katolik.
Pasal 5
Sifat perkumpulan ialah sebagai perkumpulan social dan keagamaan dikalangan muda-mudi
katolik.

Pasal 6
Tujuan Perkumpulan ini ialah :

1. Meningkatkan mutu keimanan para anggota


2. mewujudkan perkembangan kesehatan jasmani maupun rohani
3. meningkatkan potensi mudika dalam berbagai bidang untuk memberikan jasa dan bekal
dalam mempersiapkan kehidupan masa depan
4. Menjadikan para mudika mampu hidup menyesuaikan diri dengan lingkungan masyarakat
tanpa kehilangan jati dirinya serta mampu hidup dalam masyarakat luas yang dimana
mereka berbeda.

BAB III
KEANGGOTAAN
Pasal 7
Anggota Mudika Santa Brigita adalah :
1. Waraga Negara RI yang berdomisilih di Rayon St. Bartolomeus dan Mahasiswa serta
Umat Gereja Katolik yang berkenan untuk bergabung.
2. Usia antara 14 tahun sampai dengan 30 tahun dan belum menikah
3. Terdaftar dalam buku keanggotaan perkumpulan.

BAB IV
KEWAJIBAN DAN HAK ANGGOTA
Pasal 8
Kewajiban anggota :
1. Mentaati Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
2. Membayar uang iuran bulanan
3. Aktif menghadiri pertemuan-pertemuan baik dalam rapat organisasi maupun dalam
kegiatan doa dan ibadah.
4. Aktif berpartisifasi dalam melaksanakan kegiatan maupun pelaksanaan program
perkumpulan.
5. Memelihara nama baik perkumpulan, Persatuan dan kesatuan diantara anggota dengan
semangat kekeluargaan.
Pasal 9
Hak-hak anggota :
1. Berhak dipilih dan memilih dalam kepengurusan maupun kepanitiaan dalam perkumpulan.
2. Berhak untuk memperoleh pelayanan dari perkumpulan
3. Berhak memperoleh perhatian dan dukungan dalam berbagai kegiatan organisasi untuk
kepentingan bersama
4. Berhak untuk berbicara dan hak suara dalam setiap pertemuan atau rapat.

BAB IV
KEPENGURUSAN
Pasal 10
Susunan kepengurusan terdisi dari :

1. Ketua : Hendra Paulinus Simbolon


2. Wakil Ketua : Henry Leonard Naibaho
3. Sekretaris : Tetti Liyana Silalahi
4. Bendahara : Surya Natasya Simbolon
5. Seksi-seksi
a. Seksi Kesenian
Koordinator : Herianto Harianja
Anggota : Fansiskus Ronny S.S
Wulan
Febrika Valen Siboro
Agustina Manurung
b. Seksi Olah Raga
Koordinator : Afriadi Markus
Anggota : Guido Ambarita
Sandi Purba
c. Seksi Humas dan Informasi
Koordinator : Riamsa Naibaho
Anggota : Merni Sinaga
Tetty Friska Manalu
Dedi Sugianto S
Dakunir Pasaribu
Andry Malau
d. Seksi Liturgi dan Pendidikan
Koordinator : Nora sinaga
Anggota : Cecilia Oktaviani
Dessy Kristine Siboro
Sere Limbong
Pasal 11
Masa Jabatan Kepengurusan
Masa jabatan pengurus selama 1 (satu) tahun dan dapat dipilih kembali.

Pasal 12
Tugas Pokok Pengurus :
a. Memelihara dan mengembangkan perkumpulan, sesuai dengan AD / ART
b. Mewakili anggota untuk melakukan hubungan dengan pihak lain
c. Melayani keperluan anggota dan mempersatukan anggota
d. Menjaga agar anggota mentaati AD / ART dan melakukan kewajiban

BAB VI
PERANGKAT PERKUMPULAN
Pasal 13
Perangkat perkumpulan terdiri dari :
1. Rapat Anggota
2. Rapat Pengurus
Pasal 14
Rapat Anggota :
a. Rapat anggota adalah pemegang kekuasan yang tertinggi dalam perkumpulan
b. Rapat anggota terdiri oleh anggota perkumpulan yang pelaksanaannya diatur oleh ART
c. Rapat pengurus diadakan paling tidak sekali sebulan
d. Rapat anggota berhak :
• Menetapkan dan merubah AD / ART
• Menetapkan program perkumpulan
• Melakukan pemilihan pengurus baru
• Menyampaikan laporan tahunan dari pengurus
e. Rapat anggota terdiri dari
• Rapat bulanan
• Rapat tahunan

BAB VII
USAHA DAN KEUANGAN
Pasal 15
1. Perkumpulan berusaha dalam kegiatan social dan keagamaan
2. Sumber pembiayaan untuk kegiatan perkumpulan berasal dari :
• Uang iuran bulanan anggota
• Sumbangan dari berbagai pihak yang tidak mengikat
• Usaha lain yang disetujui dalam rapat anggota

BAB VIII
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR & PERUBAHAN PERKUMPULAN
Pasal 16
Perubahan Anggaran Dasar

1. Anggaran Dasar hanya dapat dirubah kalau dikehendaki oleh rapat anggota
2. Pemburan perkumpulan dapat dilaksanakan jika :
• Perkumpulan telah benar-benar melanggar AD dan etika perkumpulan
• Dikehanedaki oleh rapat anggota dan dilaksanakan dalam rapat anggota khusus untuk
membahas pembubaran tersebut.
• Bila perkumpulan bubar dan terdapat inventaris yang tersisa, maka semua inventaris yang
tersisa harus diserah terimakan kepada pengurus Rayon St. Bartolomeus (IV-B).

ANGGARAN RUMAH TANGGA


BAB I
KEANGGOTAAN
Pasal 1
1. Untuk menjaga anggota mudika, calon anggota baru harus mendaftar diri kepada
pengurus
2. Syarat untuk menjadi anggota sesuai dengan AD BAB III Pasal 7
3. Anggota yang tidak aktif didalam perkumpulan akan dikenakan sanksi disiplin yang akan
dibicarakan dalam rapat perkumpulan, Setelah ada berbagai usaha untuk pembinaan kepada
yang bersangkutan.
BAB II
KEPENGURUSAN
Pasal 2
1. Pengurus harian terdiri dari : Ketua, Wakul Ketua, Sekretaris, Bendahara.
2. Kepengurusan yang lowong harus segara diisi pada kesempatan rapat pengurus bulan
berikutnya, setelah memperoleh persetujuan anggota.
3. Pengurus yang telah habis masa jabatannya dapat dipilih kembali untuk masa jabatan
sekali lagi.

BAB III
USAHA DAN KEUANGAN
Pasal 3
1. Setiap anggota dikenakan uang iuran bulanan sebesar Rp 1.000,- (seribuh rupiah) /
minggu yang dibayar setiap minggu pada saat pertemuan rutin setiap minggu.
2. Pertemuan bulanan akan diadakan sekali sebulan pada minggu pertama setiap bulannya.

BAB IV
KEWAJIBAN LAIN
Pasal 4

Semua anggota diwajibkan mengikuti kegiatan-kegiatan social dan kerohanian sebagai


berikut :
1. Pertemuan bulanan dalam rangka doa bersama atau pendalaman iman dan sebagainya
2. Mengunjungi anggota / keluarga umat Rayon St. Bartolomeus (IV-B) yang mengalami
kesusahan untuk ikut dalam doa.
3. Berpartisipasi dalam berbagai kegiatan Rayon atau kegiatan keluarga Rayon St.
Bartolomeus (IV-B), baik saat kemalangan maupun pada saat peristiwa pesta / gembira
4. Ikut aktif dalam doa / pertemuan bersama dalam Rayon.

Padang, 18 November 2010


PENGURUS MUDIKA SANTA BRIGITA RAYON St. BARTOLOMEUS (IV-B)
STASI TABING

Ketua Sekretaris

(Hendra Simbolon) (Tetti Liyana Silalahi)

Ketua Rayon
(Bpk. R. Sitanggang )
PROGRAM KERJA
A. SEKSI KESENIAN
1. Belajar Tarian
2. Vokal Group 1 x 2 minggu
3. Belajar Drama Singkat

B. SEKSI OLAH RAGA


1. Mengadakan latihan / olah raga
• Sabtu pukul 16.00 - selesai
• Minggu Pukul 15.30 - selesai
2. Mengikuti pertandingan yang diadakan organisasi lain
3. Mengadakan pertandingan

C. SEKSI HUMAS DAN INFORMASI


1. Mengunjungi umat Rayon yang dalam kemalangan / sakit yang berada di Rayon
St.Bartolomeus (IV-B)
2. Mencari tempattempat untuk beribadah
3. Syukuran untuk keberhasilan anggota mudika baik untuk wisuda, ulang tahun, dll
4. Acara keakrapan atau sering diadakan perbulannya

D. SEKSI LITURGI
1. Mudika aktif dalam pelayanan gereja
2. Mudika aktif dalam ibadah rayon atau pertemuan bulanan
3. Ibadah setiap malam sabtu yang diadakan sekali sebulan pada minggu pertama

Vous aimerez peut-être aussi