Vous êtes sur la page 1sur 2

Aspek lingkungan merupakan salah satu aspek yang perlu diperhatikan untuk

menentukan suatu industri yang dibangun telah layak atau tidak apabila dilihat dari sisi
lingkungannya. Aspek ini akan menganalisis mengenai sistem manajemen lingkungan berupa
sistem sanitasi dari aspek-aspek produksi dan pendukungnya, proses produksi penghasil
limbah, dan kemungkinan pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh limbah tersebut,
serta penanganan dari limbah tersebut. Hal tersebut ditujukan untuk memenuhi peraturan-
peraturan mengenai masalah lingkungan dan ekoefisiensi.

Analisis dalam aspek lingkungan akan dikaji dalam Analisis Dampak Lingkungan
Hidup (AMDAL). Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah kajian
mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan atau kegiatan yang direncanakan pada
lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha atau kegiatan. AMDAL merupakan salah satu studi kelayakan
lingkungan yang disyaratkan untuk memperoleh perizinan selain aspek teknis dan ekonomis.
Langkah awal tim AMDAL dalam melakukan studi adalah memahami peraturan dan
perundangan yang berlaku mengenai lingkungan hidup di lokasi tempat studi AMDAL
dilakukan. Peraturan-peraturan yang berlaku secara internasional mengenai AMDAL dapat
berupa deklarasi, perjanjian-perjanjian bilateral maupun multilateral. Sebagai contoh adalah
deklarasi Stockholm yang disebut Declaration of the United Nations Conference on the
Human Environment oleh semua negara anggota PBB tahun 1972. Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup No 17 Tahun 2001 yang mengatur jenis rencana usaha dan atau kegiatan
yang wajib dilengkapi dengan AMDAL, diantaranya sektor pariwisata, perhubungan,
perindustrian, pertanian, prasarana wilayah, perumahan, serta sarana kesehatan seperti
Rumah Sakit dan Puskesmas.

Peraturan pemerintah tentang AMDAL menegaskan bahwa AMDAL adalah salah


satu syarat perijinan, dimana para pengambil keputusan wajib mempertimbangkan hasil studi
AMDAL sebelum memberikan ijin usaha/kegiatan. Dokumen AMDAL terdiri dari :

1. Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL)

2. Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)

3. Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)

4. Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL)

Tiga dokumen (ANDAL, RKL, dan RPL) diajukan secara bersama-sama untuk dinilai oleh
Komisi Penilai AMDAL. Hasil penilaian ini akan menentukan apakah rencana usaha dan/atau
kegatan tersebut layak secara lingkungan atau tidak dan apakah perlu direkomendasikan
untuk diberi ijin atau tidak (Kementerian Lingkungan Hidup RI 2009).

Agar pelaksanaan AMDAL dapat berjalan efektif dan dapat mencapai sasaran yang
diharapkan, pengawasannya dikaitkan dengan mekanisme perijinan. Peraturan pemerintah
tentang AMDAL menegaskan bahwa AMDAL adalah salah satu syarat perijinan, dimana
para pengambil keputusan wajib mempertimbangkan hasil studi AMDAL sebelum
memberikan ijin usaha/kegiatan. Dokumen AMDAL terdiri dari :Dokumen Kerangka Acuan
Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL), Dokumen Analisis Dampak
Lingkungan Hidup (ANDAL), Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL),
dan Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL). Tiga dokumen (ANDAL,
RKL, dan RPL) diajukan secara bersama-sama untuk dinilai oleh Komisi Penilai AMDAL.
Kriteria industri yang harus memiliki amdal antara lain industri yang memiliki dampak besar
dan penting bagi masyarakat akibat aktifitas produksinya, luas wilayah yang menjadi
jangkauan penyebaran dampak lingkungan, intensitas dan lamanya dampak berlangsung serta
banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak. Walaupun industri tersebut telah
memiliki teknologi yang mampu menangani dampak limbah yang dihasilkan, industri
tersebut juga perlu dilengkapi dengan dokumen amdal.

Limbah atau hasil samping yang dihasilkan dari produksi lampu tidur aromaterapi
adalah limbah padat berupa sisa batang dan kulit batang singkong. Limbah yang
teridentifikasi semuanya merupakan bahan organik yang apabila dibuang ke lingkungan dapat
menimbulkan bau busuk dan menurunkan tingkat estetika lingkungan. Penanggulangan
limbah padat tersebut dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik dengan
bantuan EM4. Jadi sisa btatang dan kulit batang tersebut dihancurkan terlebih dahulu lalu
dicampurkan dengan air, EM4 dan tetes tebu (sumber glukosa). Selanjutnya campuran
tersebut ditutup rapat dan didiamkan selama 4 hari. Limbah padat yang telah diolah dapat
dijadikan sebagai pupuk kompos untuk berbagai tanaman. Limbah padat (cake) didedikasikan
untuk mempermudah petani dalam memperoleh pupuk organik untuk kesuburan lahan
pertanian.

Vous aimerez peut-être aussi