Vous êtes sur la page 1sur 9

A.

Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
b. Riwayat penyakit sekarang
Kaji kronologi terjadinya trauma yang menyebabkan patah tulang kruris,
pertolongan apa yang di dapatkan, apakah sudah berobat ke dukun patah
tulang. Selain itu, dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan,
perawat dapat mengetahui luka kecelakaan yang lainya. Adanya trauma
lutut berindikasi pada fraktur tibia proksimal. Adanya trauma angulasi akan
menimbulkan fraktur tipe konversal atau oblik pendek, sedangkan trauma
rotasi akan menimbulkan tipe spiral. Penyebab utama fraktur adalah
kecelakaan lalu lintas darat.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pada beberapa keadaan, klien yang pernah berobat ke dukun patah tulang
sebelumnya sering mengalami mal-union. Penyakit tertentu seperti kanker
tulang atau menyebabkan fraktur patologis sehingga tulang sulit
menyambung. Selain itu, klien diabetes dengan luka di kaki sangat beresiko
mengalami osteomielitis akut dan kronik serta penyakit diabetes
menghambat penyembuhan tulang.
d. Riwayat penyakit keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan patah tulang cruris adalah
salah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti osteoporosis yang
sering terjadi pada beberapa keturunan dan kanker tulang yang cenderung
diturunkan secara genetik.
e. Pola kesehatan fungsional
1) Aktifitas/ Istirahat
Keterbatasan/ kehilangan pada fungsi di bagian yang terkena (mungkin
segera, fraktur itu sendiri atau terjadi secara sekunder, dari
pembengkakan jaringan, nyeri)
2) Sirkulasi
a) Hipertensi (kadang- kadang terlihat sebagai respon nyeri atau
ansietas) atau hipotensi (kehilangan darah)
b) Takikardia (respon stresss, hipovolemi)
c) Penurunan / tidak ada nadi pada bagian distal yang cedera,pengisian
kapiler lambat, pusat pada bagian yang terkena.
d) Pembangkakan jaringan atau masa hematoma pada sisi cedera.
3) Neurosensori
a) Hilangnya gerakan/sensasi, spasme otot
b) Kebas/ kesemutan (parestesia)
c) Deformitas local: angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi
(bunyi berderit) Spasme otot, terlihat kelemahan/ hilang fungsi.
d) Angitasi (mungkin badan nyeri/ ansietas atau trauma lain)
4) Nyeri/kenyamanan
a) Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada
area jaringan/kerusakan tulang pada imobilisasi), tidak ada nyeri
akibat kerusakan syaraf.
b) Spasme/kram otot (setelah imobilisasi)
5) Keamanan
a) Laserasi kulit, avulse jaringan, pendarahan, perubahan warna.
b) Pembengkakan local (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-
tiba).
6) Pola hubungan dan peran
Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat
karena klien harus menjalani rawat inap.
7) Pola persepsi dan konsep diri
Dampak yang timbul dari klien fraktur adalah timbul ketakutan dan
kecacatan akibat fraktur yang dialaminya, rasa cemas, rasa ketidak
mampuan untuk melakukan aktifitasnya secara normal dan pandangan
terhadap dirinya yang salah.
8) Pola sensori dan kognitif
Daya raba pasien fraktur berkurang terutama pada bagian distal fraktur,
sedangkan indra yang lain dan kognitif tidak mengalami gangguan.
Selain itu juga timbul nyeri akibat fraktur.
9) Pola nilai dan keyakinan
Klien fraktur tidak dapat beribadah dengan baik, terutama frekuensi dan
konsentrasi dalam ibadah. Hal ini disebabkan oel nyeri dan keterbatasan
gerak yang dialami klien.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang, gerakan fragmen
tulang, edema dan cedera pada jaringan.
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan, perubahan status
metabolic, kerusakan sirkulasi dan penurunan sensasi.
c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri / ketidak nyamanan,
kerusakan musculoskeletal, terapi pembatasan aktifitas, penurunan kekuatan
/ tahanan.

3. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang, gerakan fragmen
tulang, edema dan cedera pada jaringan.
Tujuan:
Dapat menurunkan tingkat nyeri, nyeri dapat terkontrol dan peningkatan
kenyamanan.
Kriteria Hasil:
1) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan
tekhnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri)
2) Melaporkan bahwa nyeri sudah berkurang
3) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi, dan tanda nyeri)
4) Menyatakan rasa nyaman setelah rasa nyeri berkurang
Intervensi:
1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi)
2) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3) Gunakan tekhnik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
nyeri pasien
4) Lakukan penanganan nyeri (farmakologi dan nonfarmakologi)
5) Kolaborasi dalam pemberian analgesik
6) Anjurkan klien untuk meningkatkan waktu istirahat
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan, perubahan status
metabolic, kerusakan sirkulasi dan penurunan sensasi.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan pemenuhan masalah kerusakan kulit dapat
teratasi, penyembuhan luka sesuai waktu.
Kriteria Hasil:
1) Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan
2) Tidak ada luka/lesi pada kulit
3) Perfusi jaringan baik
4) Menunjukan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah
terjadinya cidera berulang
5) Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembapan kulit dan
perawatan alami
Intervensi:
1) Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian yang longgar
2) Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
3) Mobilisasi klien setiap 2 jam sekali
4) Monitor kulit adanya kemerahan
5) Oleskan lotion pada daerah yang tertekan
6) Membersihkan, memantau dan meningkatkan proses penyembuhan luka
yang ditutup dengan jahitan.
7) Monitor tanda dan gejala infeksi pada daerah insisi
8) Kolaborasi pemberian antibiotik
9) Ganti balutan pada interval waktu yang ditentukan

c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri / ketidak nyamanan,


kerusakan musculoskeletal, terapi pembatasan aktifitas, penurunan kekuatan
/ tahanan.
Tujuan:
Pasien akan menunjukan tingkat mobilitas optimal
Kriteria Hasil:
1) Adanya peningkatan aktifitas fisik
2) Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas
3) Memperagakan penggunaan alat bantu untuk mobilisasi (walker)
Intervensi:
1) Monitor vital sign sebelum dan sesudah latihan fisik dan lihat respon
klien saat latihan
2) Kaji kemampuan klien dalam mobilisasi
3) Dampingi dan bantu klien saat mobilisasi
4) Ajarkan klien tentang tekhnik ambulasi
5) Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah
terhadap cidera
6) Latih klien dalam pemenuhan kebutuhan aktifitas sehari-hari secara
mandiri sesuai kemampuan

4. Implementasi
Komponen Implementasi dalam proses keperawatan mencakup penerapan
keterampilan yang diperlukan untuk mengimplementasikan Intervensi
keperawatan. Keterampilam dan pengetahuan yang diperlukan untuk
implementasi biasanya berfokus pada :
a. Melakukan aktifitas untuk klien atau membantu klien
b. Melakukan pengkajian keperawatan untuk mengidentifikasi masalah baru
atau memantau status masalah yang telah ada
c. Memberi pendidikan kesehatan untuk membantu klien mendapatkan
pengetahuan yang baru tentang kesehatannya
d. Membantu klien membuat keputusan tentang layanan kesehatannya sendiri
e. Memberi tindakan yang spesifik untuk menghilangkan, mengurangi atau
menyelesaikan masalah kesehatan
f. Membantu klien melakukan aktivitasnya sendiri

5. Evaluasi Keperawatan
a. Memperlihatkan kemampuan untuk turut serta dalam aktifitas:
1) Merencanakan aktifitas dan latihan serta periode istirahat secara
bergantian.
2) Melaporkan peningkatan kekuatan dan kesehatan pasien
3) Memperlihatkan peningkatan berat badan tanpa pertambahan edema dan
pembentukan asitesis
4) Turut serta dalam asuhan higienik
b. Memperlihatkan perbaikan integritas kulit
1) Memperlihatkan kulit yang utuh tanpa bukti adanya luka, infeksi atau
trauma
2) Menunjukkan turgor kulit yang normal pada ekstremitas dan batang
tubuh tanpa edema
3) Mengubah posisi dengan sering dan menginspeksi prominensia
(tonjolan) tulang setiap hari
4) Menggunakan lotion untuk meredakan prutius
c. Tidak menunjukkan cedera
1) Bebas dari daerah-daerah ekimos atau pembentukan hematom
2) Menyatakan dasar pemikiran untuk memasang penghalang disamping
tempat tidur dan meminta bantuan ketika akan turun dari tempat tidur
3) Melakukan tindakan untuk mencegah trauma
d. Bebas dari komplikasi
1) Melaporkan tidak adanya gejala syok hipovolemik, sindrom emboli
lemak, sindrom kompartement, kerusakan arteri, infeksi dan avaskuler
nekrosis.
2) Tidak terjadi union (proses penyembuhan yang terus berjalan dengan
kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal)
BAB III
TINJAUAN KASUS

Tn. M umur 18 tahun, seorang mahasiswa, belum menikah, mengalami kecelakaan antara
motor dan bajaj. Sekitar satu jam sebelum masuk rumah sakit, tungkai kanan pasien
tertabrak langsung oleh bajaj tersebut. Pasien terjatuh ke kiri. Nyeri dirasakan pada tungkai
kanan. Terdapat luka pada tungkai bagian bawah, saat ini perdarahan sudah berhenti.
Penonjolan tulang tidak jelas. Benturan pada kepala tidak ada. Pasien mengenakan helm
dan jaket kain. Pingsan tidak ada muntah, mual muntah tidak ada, sesak nafas tidak ada,
pasien belum mendapatkan penanganan apapun. TD: 110/80 mmHg, N: 94x/menit, S:
36,7°C, RR: 20x/menit.
Klien dilakukan pembedahan, hasil pengkajian pasca bedah diperoleh data klien
mengatakan nyeri di kaki kanan, tampak kaki kanan terbalut elastis perban, kaki tampak
bengkak, kaki kanan baru di operasi pemasangan pen: plat 8 hole 1 screw 8 buah, kemarin.
TD: 110/70 mmHg, N: 86x/menit, RR: 18x/menit dengan irama teratur dan jenis dada dan
perut, S:36,5°C. TB: 175 cm, BB: 65 kg
Pemeriksaan penunjang:
a. Rontgen.
Rontgen cruris dekstra proyeksi AP dan lateral: tampak fraktur linear komplit pada
sepertiga distal os tibia dan fibula kanan dengan pergeseran fragmen distal fraktur
kearah posterolateral. Celah sendi tidak tampak menyempit.
b. Hematologi
Hb: 15,8 gr/dl, Ht: 45,3%, eritrosit: 4,7/uL, leukosit: 13.200 sel/uL, trombosit
222.000/uL, neutrofil: 70%, limfosit: 14%
A. Klasifikasi Data

Data Subjektif Data Objektif


1. Klien mengatakan nyeri di kaki 1. Tampak kaki sebelah kanan
kanan terbalut elastis perban
2. Klien mengatakan sulit bergerak 2. Kaki tampak bengkak
3. Kaki kanan baru di operasi
pemasangan pen; plat 8, hole 1,
screw 8 buah
4. TD: 110/70 mmHg, N: 86x/menit,
RR: 18x/menit, S: 36,5
5. Pemeriksaan penunjang:
 Rontgen cruris dekstra:
Fraktur linier komplit pada
sepertiga distal os tibia dan
fibula kanan.
 Hasil lab:
Hb: 15,8 g/dl, Ht: 45,3 %,
eritrosit: 4,7/ul, leukosit:
13.200, trombosit: 222.000/ul,
neutrofil: 70%, limfosit: 14%.

B. Analisa Data

Data subjektif/objektif Masalah Kemungkinanpenyebab


DS: Gangguan Rasa Diskontinuitas tulang
Klien mengatakan nyeri di kaki Nyaman Nyeri
kanan
DO:
- Tampak kaki sebelah
kanan terbalut elastis
perban
- Kaki kanan baru
dioperasi pemasangan
pen, post op hari ke- 1
- Skala nyeri: 6 (1-10)

DS:
Klien mengatakan sulit
bergerak
DO: Pembatasan Gerak
- Klien post operasi Gangguan Mobilitas
mayor Fisik
- Kaki kanan di operasi
pemasangan pen
- Kaki terbalut elastis
perban

C. Daftar Masalah

Diagnosa
No
Keperawatan
1. Gangguan Rasa Nyaman Nyeri b.d diskontinuitas tulang

2. Gangguan Mobilitas Fisik b.d pembatasan gerak


D. Perencanaan

DiagnosaKepera TujuandanKriteri
No RencanaTindakan Rasional
watan aHasil
1. Gangguan rasa Tujuan:  pertahankan bed  Bed rest
nyaman Nyeri b.d rest adekuatdantindaka
diskontinuitas Setelah dilakukan selamafaseakut. nkenyamananmem
tulang. tindakan bantumerelaksasika
keperawatan nyeri notot&menurunkan
klien berkurang. kecemasan.

KH :  Denganmengkajisk
 Mampu  Kajiskala, lokasi , alanyeridapatmem
mengontrol danhal yang bantuevaluasideraja
nyeri memperberatataum tketidaknyamanan
 mampu enguranginyeri
menggunakan  Lingkungan yang
teknik non nyaman dapat
farmokologi  Kontrol membuat tubuh
untuk lingkungan yang klien merasa rileks
mengurangi dapat sehingga dapat
nyeri mempengaruhi mengurangi nyeri
 tanda- nyeri seperti, suhu
tandavital ruangan,
dalamrentang pencahayaan, dan
normal kebisingan.
 klientampakril  Dengan teknik
eks.  Ajarkan teknik nafas dalam dapat
nonfarmokologi meningkatkan
(nafas dalam) kemampuan dalam
manajemen nyeri

 Peningkatan
 Tingkatkan istirahat dapat
istirahat mencegah
kesalahan posisi
tulang/jaringan
yang cidera

 Pemberian
analgetik berfungsi
mengurangi nyeri
 Kolaborasi dengan
tim dokter dalam
pemberian obat  Membantu dalam
Tujuan : analgetik. ambulasi dapat
menurunkan
Setelah dilakukan  Bantu komplikasi tirah
tindakan pasiendalamambul baring
keperawatan klien
diharapkan mampu asisesuaikebutuhan
meningkatkan .  Dapat memonitor
2. Gangguan aktivitas adanya hipotensi
mobilitas fisik b.d postural
pembatasan gerak Kriteria Hasil:
 Monitoring TTV
 klien sebelum/ sesudah
meningkat latihan dan lihat
dalam aktifitas respon pasien saat  Membantu
fisik latihan. mempertahankan
 memverbalisasi kekuatan dan masa
kan perasaan  Ajarkan pasien otot
dalam tentang teknik
meningkatkan mobilisasi.  Dapat menentukan
kekuatan dan derajat kemampuan
kemampuan mobilitas klien
bermobilisasi  Kaji kemampuan
 adanya klien untuk  Meningkatkan
peningkatan mobilisasi kekuatan otot dan
kekuatan otot sirkulasi
 Latih klien dalam
pemenuhan
kebutuhan ADL
secara mandiri  Mempertahankan
sesuai kebutuhan. kekuatan otot
 Berikan alat bantu
jika klien
memerlukan.

DAFTAR PUSTAKA
A.Price, Sylvia .1995 .PatofisiologisKonsepKlinis Proses Penyakit .Jakarta : EGC
C.Smeltzer, Suzzane .2001 .KeperawatanMedikalBedah .Jakarta : EGC
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta. EGC
Nurarif, Amin Huda.2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis&NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction.

Vous aimerez peut-être aussi