Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
1.3.1 Tujuan Umum
1
1.3.2.1 Mengidentifikasi klasifikasi trauma thorak.
1.3.2.2 Mengidentifikasi masalah-masalah mendesak akibat trauma thorak.
1.3.2.3 Menguraikan patofisiologi dari trauma thorak.
1.3.2.4 Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan trauma thorak
1.3.2.5 Merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan trauma thorak
1.3.2.6 Mengidentifikasi penatalaksanaan keperawatan mandiri dan kolaboratif pada
kasus trauma thorak.
1.3.2.7 Melaksanakan evaluasi keperawatan pada klien dengan trauma thorak
1.3.2.8 Mengidentifikasi penatalaksanaan keperawatan mandiri dan kolaboratif pada
kasus trauma thorak.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2. 1. DEFINISI
Trauma thorak adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh benturan
pada dinding dada yang mengenai tulang-tulang sangkar dada, pleura dan paru-paru,
diafragma ,atau organ-organ dalam mediastinum baik oleh benda tajam maupun
tumpul yang dapat menyebabkan gangguan system pernafasan.
Cedera pada dada secara luas diklasifikasikan menjadi dua kelompok: cedera
penetrasi dan tumpul. Cedera penetrasi (misalkan: pneumotoraks terbuka,
hemotoraks, ceder trekheobronkhial, kontusio pulmonal, ruptur diafragma)
mengganggu integritas dinding dada dan mengakibatkan perubahan dalam tekan
intratoraks. Cedera tumpul (nonpenetrasi) (mis. Pneumotoraks tertutup,
pneumotoraks tensi, cedera trakheobronkhial, flail chest, rupture diafragma, cedera
mediastinal, fraktur rusuk) merusak struktur didalam rongga dada tanpa mengganggu
integritas dinding dada.
Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat
gangguan emosional yang hebat (Brooker, 2001).
Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa kurang
dari 44 tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor implikasi pada
trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer,
2001).
Trauma thorax adalah semua ruda paksa pada thorax dan dinding thorax, baik
trauma atau ruda paksa tajam atau tumpul. (Hudak, 1999 dan Lap. UPF bedah, 1994).
3
2.2 ETIOLOGI
4
2.3.8 Batuk mengeluarkan sputum bercak darah.
2.3.9 Hypertympani pada perkusi di atas daerah yang sakit.
2.4 PATOFISIOLOGI
Trauma benda tumpul pada bagian dada / thorax baik dalam bentukkompresi
maupun ruda-paksa (deselerasi / akselerasi), biasanya menyebabkan memar / jejas
trauma pada bagian yang terkena. Jika mengenai sternum,trauma tumpul dapat
menyebabkan kontusio miocard jantung atau kontusio paru. Keadaan ini biasanya
ditandai dengan perubahan tamponade spada jantung, atau tampak kesukaran
bernapas jika kontusio terjadi pada paru-paru.
5
waktu yang relatif singkat seperti Pneumothorax , penurunan ekspansi paru, gangguan
difusi, kolaps alveoli, hingga gagal nafas dan jantung.
2.6 PENATALAKSANAAN
2.6.1 Terapi :
2.6.1.1 Nyeri biasanya berkurang dengan analgetik oral, seperti :
1) Hidrokodon atau kodein dengan kombinasinya aspirin atau asetaminofen setiap 4
jam.
2) Blok nervus interkostalis dapat digunakan untuk mengatasi nyeri berat akibat
fraktur iga.
3) Bupivakain (Marcaine), 0,5% 2 sampai 5 ml, diinfiltrasikan di sekitar n.
interkostalis pada iga yang fraktur, serta iga-iga di atas dan di bawah yang cidera.
2.6.1.2 Tempat penyuntikan dibawah tepi bawa iga, antara tempat fraktur dan prosesus
spinosus. Jangan sampai mengenai pembuluh darah interkostales dan parenkim
paru.
2.6.1.3 Pengikatan dada yang kuat tidak dianjurkan karena dapat membatasi
pernapasan. Sabuk iga yang mudah dilepas, dikaitkan dengan Velcro dapat
memberikan rasa nyaman, tetapi klien harus diingatkan tentang perlunya
6
bernapas dalam dan panjang secara periodic untuk mencegah hipoaerasi,
retensi secret, dan pnemounia.
2.6.1.4 Dengan blok saraf interkostal, yaitu pemberian narkotik ataupun relaksan otot
merupakan pengobatan yang adekuat. Pada cidera yang lebih hebat, perawatan
rumah sakit diperlukan untuk menghilangkan rasa nyeri, penanganan batuk,
pengisapan endotrakeal.
1) Fraktur 1-2 iga tanpa adanya penyulit/kelainan lain : konservatif (analgetika)
2) Fraktur >2 iga : waspadai kelainan lain (edema paru, hematotoraks, pneumotoraks)
2.6.1.5 Penatalaksanaan pada fraktur iga multipel tanpa penyulit pneumotoraks,
hematotoraks, atau kerusakan organ intratoraks lain, adalah :
1) Analgetik yang adekuat (oral/ iv / intercostal block)
2) Bronchial toilet
3) Cek Lab berkala : Hb, Ht, Leko, Tromb, dan analisa gas darah
4) Cek Foto Rontgen berkala
7
BAB III
3.1 PENGKAJIAN
3.1.1 Identitas Klien
Yang terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, agama, dan lain-lain.
3.1.2 Riwayat Kesehatan
3.1.3 Keluhan utama
Apa yang menjadi alasan klien datang ke RS atau tempat pelayanan kesehatan.
Biasanya klien dengan fraktur mengeluh nyeri didaerah yang mengalami fraktur.
3.1.4 Riwayat Keluhan Utama
Apa yang menjadi penyebab keluhan utama, yang memberatkan dan
meringankan, seberapa berat keluhan dirasakan, seberapa sering terjadinya, lokasi
keluhan serta apakah terjadi mendadak atau bertahap. Biasanya klien merasa nyeri
pada saat mobilitas, pada daerah fraktur.
3.1.5 Riwayat Kesehatan yang dulu
Keadaan yang dapat berhubungan dengan dihadapi klien saat ini, seperti
keadaan umum kesehatan yang berupa penyakit-penyakit yang pernah dialami.
3.1.6 Riwayat Kesehatan Keluarga
Pengkajian riwayat kesehatan keluarga diperlukan untuk menelusuri
kemungkinan adanya kecenderungan berhubungan dengan faktor ginetik, namun
fraktur tidak ada hubungan dengan herediter karena faktornya hanya kecelakaan.
3.1.7 Riwayat Psikososial
Mengkaji situasi lingkungan, separti kebiasaan hidup klien, pola aktivitas,
keadaan mental pasian. Bisanya klien dengan fraktur marasa kurang percaya diri,
karena adanya perubahan status kesehatan.
3.1.8 Pemeriksaan Fisik
3.1.8.1 Sistem Pernapasan
8
1) Sesak napas
2) Nyeri, batuk-batuk
3) Terdapat retraksi klavikula/dada
4) Pengambangan paru tidak simetris
5) Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain
6) Pada perkusi ditemukan Adanya suara sonor/hipersonor/timpani,hematotraks
(redup)
7) Pada asukultasi suara nafas menurun, bising napas yang berkurang/menghilang
8) Pekak dengan batas seperti garis miring/tidak jelas
9) Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat.
10) Gerakan dada tidak sama waktu bernapas
3.1.8.2 Sistem Kardiovaskuler
1) Nyeri dada meningkat karena pernapasan dan batuk
2) Takhikardia, lemah
3) Pucat, Hb turun /normal
4) Hipotensi.
3.1.8.3 Sistem Persyarafan : Tidak ada kelainan.
3.1.8.4 Sistem Perkemihan : Tidak ada kelainan.
3.1.8.5 Sistem Pencernaan : Tidak ada kelainan.
3.1.8.6 Sistem Muskuloskeletal - Integumen.
1) Kemampuan sendi terbatas
2) Ada luka bekas tusukan benda tajam
3) Terdapat kelemahan
4) Kulit pucat, sianosis, berkeringat, atau adanya kripitasi sub kutan.
3.1.8.7 Sistem Endokrine :
1) Terjadi peningkatan metabolisme
2) Kelemahan.
3.1.8.8 Sistem Sosial / Interaksi : Tidak ada hambatan.
3.1.8.9 Spiritual : Ansietas, gelisah, bingung, pingsan.
9
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
3.2.1 Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekpansi paru yang
tidak maksimal karena akumulasi udara/cairan.
3.2.2 Infektif bersihan jalan napas b/d peningkatan sekresi sekret dan penurunan
batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.
3.2.3 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik terpasang
bullow drainage.
3.3 INTERVENSI
INTERVENSI RASIOANAL
Berikan posisi yang nyaman, Meningkatkan inspirasi maksimal,
biasanya dnegan peninggian kepala meningkatkan ekpsnsi paru dan ventilasi
tempat tidur. Balik ke sisi yang pada sisi yang tidak sakit.
sakit. Dorong klien untuk duduk
sebanyak mungkin.
10
Obsservasi fungsi pernapasan, catat Distress pernapasan dan perubahan pada
frekuensi pernapasan, dispnea atau tanda vital dapat terjadi sebgai akibat stress
perubahan tanda-tanda vital. fifiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan
terjadinya syock sehubungan dengan
hipoksia.
Jelaskan pada klien bahwa tindakan Pengetahuan apa yang diharapkan dapat
tersebut dilakukan untuk menjamin mengurangi ansietas dan mengembangkan
keamanan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
11
sesuai yang diberikan, yang buntu.
meningkatkan ekspansi paru
optimum/drainase cairan.
Periksa batas cairan pada botol
penghisap, pertahankan pada
batas yang ditentukan.
rasionalnya : Air
penampung/botol bertindak
sebagai pelindung yang
mencegah udara atmosfir masuk
ke area pleural.
Observasi gelembung udara
botol penempung.
Posisikan sistem drainage slang rasionalnya b: osisi tak tepat, terlipat atau
untuk fungsi optimal, yakinkan pengumpulan bekuan/cairan pada selang
slang tidak terlipat, atau mengubah tekanan negative yang diinginkan.
menggantung di bawah saluran
masuknya ke tempat drainage.
Alirkan akumulasi dranase bela
perlu.
12
INTERVENSI RASIONAL
Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang Pengetahuan yang diharapkan akan
efektif dan mengapa terdapat penumpukan membantu mengembangkan
sekret di sal. pernapasan. kepatuhan klien terhadap rencana
teraupetik
Ajarkan klien tentang metode yang tepat Batuk yang tidak terkontrol adalah
pengontrolan batuk. melelahkan dan tidak efektif,
menyebabkan frustasi.
3.3.3 Diagnosa III : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik
terpasang bullow drainage.
Tujuan : Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.
Kriteria Hasil :
tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.
Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.
INTERVENSI RASIONAL
Kaji kulit dan identifikasi pada tahap Rasionalnya : suhu tubuh yang
perkembangan luka. meningkat dapat diidentifikasikan
rasionalnya : mengetahui sejauh mana sebagai adanya proses
perkembangan luka mempermudah dalam peradangan.
melakukan tindakan yang tepat.
Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta
jumlah dan tipe cairan luka.
rasionalnya : mengidentifikasi tingkat
keparahan luka akan mempermudah
13
Pantau peningkatan suhu tubuh
Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan Rasionalnya : agar benda asing
lanjutan, misalnya debridement. atau jaringan yang terinfeksi tidak
menyebar luas pada area kulit
normal lainnya.
Setelah debridement, ganti balutan sesuai balutan dapat diganti satu atau dua
kebutuhan. kali sehari tergantung kondisi
parah/ tidak nya luka, agar tidak
terjadi infeksi.
Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi. antibiotik berguna untuk
mematikan mikroorganisme
pathogen pada daerah yang
berisiko terjadi infeksi.
14
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Trauma thorak diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu : cedera penetrasi dan
tumpul. Cedera penetrasi (misalkan: pneumotoraks terbuka, hemotoraks, ceder
trekheobronkhial, kontusio pulmonal, ruptur diafragma) mengganggu integritas
dinding dada dan mengakibatkan perubahan dalam tekan intratoraks. Cedera tumpul
(nonpenetrasi) (mis. Pneumotoraks tertutup, pneumotoraks tensi, cedera
trakheobronkhial, flail chest, rupture diafragma, cedera mediastinal, fraktur rusuk)
merusak struktur didalam rongga dada tanpa mengganggu integritas dinding dada.
4.2 SARAN
15
DAFTAR PUSTAKA
Asih, Niluh Gede Yasmin. Effendy Christantie. 2002. Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta : Buku kedokteran EGC.
Smeltzer Suzanne, C (1997). Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddart. Edisi 8.
Vol 3. Jakarta. EGC
16