Vous êtes sur la page 1sur 27

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN DENGAN GLAUKOMA

Disusun Oleh :

Alfin Pratama

(150206003)

3.1 PSIK

DOSEN PEMBIMBING

Ns Amila, M.Kep, Sp.Kep.MB

PRODI STUDI NERS

FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

2018
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kesehatan dan atas berkat rahmat dan karuniaNya sehingga saya dapat
menyelesaikan Proposal Mini ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Glaukoma”.

Penulisan Proposal mini ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi tugas Riset
Keperawatan Proposal ini dapat diselesaikan berkat bantuan pihak terkait. Oleh karena itu,
saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang membantu baik
secara moral maupun material, terutama kepada :

1. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara Indonesia
2. Taruli Yohana Sinaga, M.KM, selaku Dekan Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan
Universitas Sari Mutiara Indonesia
3. Ns. Rinco Siregar, S.Kep, MNS, selaku ketua Program Studi Ners Fakultas Farmasi
dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia
4. Ns. Jek Amidos Pardede, M.kep, Sp. Kep.J, selaku Koordinator Profesi Ners
5. Ns. Amila, M.Kep, Sp.Kep.MB,Selaku Dosen Sistem Persepsi Sensori Universitas
Sari Mutiara Indonesia
6. Ns. Elida Sinuraya, M.Kep Selaku Dosen Sistem Persepsi Sensori Universitas Sari
Mutiara Indonesia
7. Ns. Adventy, M.Kep Dosen Sistem Persepsi Sensori Universitas Sari Mutiara
Indonesia
8. Seluruh Dosen Program Studi Ners Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas
Sari Mutiara Indonesia
9. Seluruh staff Program Studi Ners Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas
Sari Mutiara Indonesia.
Saya menyadari bahwa proposal mini ini masih banyak kekurangan, dengan demikian saya
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka
penyempurnaan proposal mini ini, sehingga dapat bermanfaat bagi seluruh pihak, akhir kata
saya mengucapkan terimah kasih.

Medan, 12 Juni 2018


Penulis
Alfin Pratama
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mata merupakan salah satu panca indra yang sangat penting untuk kehidupan
manusia. Terlebih lebih dengan majunya teknologi, indra penglihatan yang baik
merupakan kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Apalagi dengan sempitnya
lapangan kerja, hanya orang-orang yang sempurna dengan segla indranya saja
mendapat kesempatan kerja termasuk matanya. Mata merupakan anggota badan yang
sangat peka. Trauma seperti debu sekecil apapun yang masuk kedalam mata, sudah
cukup untuk menibulkan gangguan yang hebat, apabila keadaan ini diabaikan, dapat
enimbulkan penyakit yang sangat gawat. Salah satu penyakitnya yaitu glaukoma.
Berdasarkan survei WHO pada tahun 2000, dari sekitar 45 juta penderita
kebutuhan 16% diantaranya disebabkan karena glaukoma, dan sekitar 0,2%
kebutuhan di Indonesia disebabkan oleh penyakit ini. Sedangkan survei Departemen
Kesehatan RI 1982-1996 melaporkan bahwa glaukoma menyumbang 0,45 atau sekitar
840.000 orang dari 210 juta pendududk penyebab kebutaan. Kondisi ini semakin
diperparah dengan pengetahuan dan kesadaraan masyarakat yang rendah akan bahaya
penyakit ini.
Glaukoma merupakan penyebab kebutaan yang ketiga di Indonesia. Terdapat
sejumlah 0,40% penderita glaukoma di Indonesia yang mengakibatkan kebutaan
0,16% penduduk. Prevalansi penyakit mata utama di Indonesia adlah kelainan refraksi
24,72%, pterigium 8,79%, katarak 7,40%, konjungtivitis 1,74%, part kornea 0,34%,
glaukoma 0,40%, retinopati 0,17%, strabismus 0,12%,. Prevalensi dan penyebab buta
kedua mata adalah lensa 1,20%, glaukoma dan saraf kedua 0,16%, kelainan refraksi
0,11%, retina 0,09%, kornea 0,06%, lain-lain 0,03%, prevalansi total 1,47% (Ilyas,
2004).
Diperkirakan di Amerika Serikat ada 2 juta orang yang mendrita glaukoma. Di
antara mereka, hampir setengahnya mengalami gangguan penglihatan, dan
hampir70.000 benar-benar buta, bertambah sebanyak 5500 orang tiap tahun. Untuk itu
kali ini penulis memusatkan pada pencegahan dan penatalaksanaan glaukoma
(smeltzer, 2001).
B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi glaukoma
2. Untuk mengetahui klasifikasi glaukoma
3. Untuk mengetahui etiologi galukoma
4. Untuk mengetahui gambaran klinis glaukoma
5. Untuk mengetahui patofisiologi & pathway glaukoma
6. Untuk mengetahui komplikasi glaukoma
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan glaukoma
8. Untuk mengetahui pemeriksaan penungjang pada glaukoma
9. Untuk mengetahui cara pemberian asuhan keperawatan pada pasien glaukoma

C. Manfaat Penulisan
1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi glaukoma
2. Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi glaukoma
3. Mahasiswa dapat mengetahui etiologi galukoma
4. Mahasiswa dapat mengetahui gambaran klinis glaukoma
5. Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi & pathway glaukoma
6. Mahasiswa dapat mengetahui komplikasi glaukoma
7. Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan glaukoma
8. Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan penungjang pada glaukoma
9. Mahasiswa dapat mengetahui cara pemberian asuhan keperawatan pada pasien
glaukoma
BAB II
KONSEP TEORITIS

A. Definisi
Glaukoma berasal dari kata Yunani “glaukos” yang berati hijau kebiruan, yang
memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma (Ilyas, 2006).
Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik berupa
peninggian tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optik dengan defek lapang
pandangan mata.(Sidarta Ilyas,2000).
Glaukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan peningkatan
tekanan intraokuler.( Long Barbara, 1996).
Jadi, Glaukoma adalah kelompok penyakit mata yang disebabkan oleh tingginya
tekanan bola mata sehingga menyebabkan rusaknya saraf optik yang membentuk
bagian-bagian retina retina dibelakang bola mata. Saraf optik menyambung jaringan-
jaringan penerima cahaya (retina) dengan bagian dari otak yang memproses informasi
pengelihatan.

B. Klasifikasi Glaukoma
Menurut Ilyas (2003) klasifikasi dari glaukoma adalah sebagai berikut:
a. Glaukoma primer
1. Glaukoma sudut terbuka
Merupakan sebagian besar dari glaukoma (90-95%), yang meli[uti kedua
mata. Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang secara lambat. Disebut
sudut terbuka karena humor aqueous mempunyai pintu terbuka ke jaringan
trabekular. Pengaliran dihambat oleh perubahan degeneratif jaringan
trabekular, saluran schleem, dan saluran yang berdekatan. Perubahan saraf
optik juga dapat terjadi. Gejala awal biasanya tidak ada, kelainan diagnose
dangen pengingkatan TIO dan sudut ruang anterior normal. Peningakatan
tekanan dapat dihubungkan dengan nyeri mata yang timbul.
2. Glaukoma sudut tertutup (sudut sempit)
Disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara anatomis menyempit
sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekular dan
menghambat humor aqueous mengalir ke saluran schlemm. Pergerakan iris ke
depan dapat karena peningkatan tekanan vitreus, penmbahan cairan di ruang
posterior atau lensa yang mengeras karena usia tua. Gejala yang timbul dari
penutupan yang tiba-tiba meningkatnya TIO, dspat berupa nyeri mata yang
berat, penglihatan yang kabur. Penempelan iris menyebabkan dilatasi pupil,
bila tidak segera ditangani akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.
b. Glaukoma sekunder
Dimana glaukoma timbul akibat kelainan didalam bola mata, yang dapat
disebabkan (kelainan lensa, katarak immature, hipermatur dan dislokasi lensa;
kelainan uvea, uveitis anterior; trauma, hifema, inkarserasi iris; pasca bedah,
blokade pupil, goniosikenekia). Terjadi dari peradangan mata, perubahan
pembuluh darah dan trauma.

c. Glaukoma kongenital
Glaukoma kongenital adalah suatau dmana tekanan bola mata tidak normal.
Tekanan bola mata yang normal dinyatakan dengan tekanan air raksa yaitu antara
15-20 mmHg. Glaukoma yang terjadi sejak lahir, ini terdapat lebih jarang dari
pada glaukoma pada orang dewasa. Glaukoma kongenital biasanya disebabkan
oleh sistem saluran pembuangan cairan di dalam mata tidak berfungsi dengan
baik. Akibatnya tekanan bola mata meningkat terus dan menyebabkan pembesaran
mata bayi, bagian depan mata berair dan berkabut dan peka terhadap cahaya.

d. Glaukoma absolut
Merupakan stadium akhir glaokoma (sempit/terbuka) dimana sudah terjadi
kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut. Pada
glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papilatrofi dengan
eksvasi glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit. Sering mata
dengan buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga
menimbulkan penyulit berupa neovaskulisasi pada iris, keadaan ini memberikan
rasa sakit sekali akibat timbulnya glaukoma hemoragik. Pengobatan glaukoma
absolut dapat dengan memberikan sinar eta pada badan sliar, alkohol retrobuller
atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata telah tidak berfungsi dan
memberikan rasa sakit.

C. Etiologi

Bilik anterior dan bilik posterior mata terisi oleh cairan encer yang disebut
humor aqueus. Bila dalam keadaaan normal, cairan ini dihasilkan didalam bilik
posterior, melewati pupil masuk kedalam bilik anterior lalu mengalir dari mata
melalui suatu saluran. Jika aliran cairan ini terganggu (biasanya karena penyumbatan
yang menghalangi keluarnya cairan dari bilik anterior), maka akan terjadi peningkatan
tekanan.

Peningkatan tekanan intraokuler akan mendorong perbatasan antara saraf


optikus dan retina di bagian belakang mata. Akibatnya pasokan darah kesaraf optikus
berkurang sehingga sel-sel sarafnya mati. Karena saraf optikus mengalami
kemunduran, maka akan terbentuk bintik buta pada lapang pandang mata. Yang
pertama terkena adalah lapang pandang tepi, lalu diikuti oleh lapang pandang sentral.
Jika tidak diobati, glaukoma pada akhirnya bisa menyebabkan kebutaan.
D. Gambaran Klinis

1) Glaukoma primer
a) Glaukoma sudut terbuka

 Kerusakan visus yang serius

 Lapang pandang mengecil dengan maca-macam skottoma yang khas

 Perjalanan penyakit progresif lambat

b) Glaukoma sudut tertutup

 Nyeri hebat didalam dan sekitar mata

 Timbulnya halo/pelangi disekitar cahaya

 Pandangan kabur

 Sakit kepala

 Mual, muntah

 Kedinginan

 Demam baahkan perasaan takut mati mirip serangan angina, yang sangat

sedemikian kuatnya keluhan mata ( gangguan penglihatan, fotofobia dan

lakrimasi) tidak begitu dirasakan oleh klien.

2) Glaukoma sekunder

 Pembesaran bola mata

 Gangguan lapang pandang

 Nyeri didalam mata

3) Glaukoma kongential

 Gangguan penglihatan
E. Patofisiologi

TIO ditentukan oleh kecepatan produksi Aqueos humor dan aliran keluar

Aqueos humor dari mata.TIO normal adalah 10- 21 mmHg dan dipertahankan selama

terdapat keseimbangan antara produksi dan aliran Aqueos humor. Aqueos humor

diproduksi didalam badan siliar dan mengalir keluar melalui kanal Schelmn kedalam

sistem vena. Ketidakseimbangan dapat terjadi akibat produksi berlebih badan siliar

atau oleh peningkatan hambatan abnormal terhadap aliran keluar Aqueos humor

melalui kamera occuli anterior(COA). Peningkatan TIO > 23 mmHg memerlukan

evaluasi yang seksama. Peningkatan TIO mengurangi aliran darah ke saraf optik dan

retina. Iskemia menyebakan struktur ini kehilangan fungsinya secara

bertahap.Kerusakan jaringan biasanya dimulai dari perifer dan bergerak menuju fovea

sentralis. Kerusakan visus dan kerusakan saraf optik serta retina adalah irreversible

dan hal ini bersifat permanen. Tanpa penanganan, glaukoma dapat menyebabkan

kebutaan. Hilangnya pengelihatan ditandai dengan adanya titik buta pada lapang

pandang.
F. Pathway

Usia > 40 th
DM
Kortikosteroid Jangka Panjang
Miopia
Trauma mata

Obstruksi Jaringan Peningkatan tekanan


Trabekuler Vitreus

Hambatan Pengaliran Pergerakan Iris Kedepan


Cairan Humor Aqueous

Nyeri TIO Meningkat Glaukoma TIO Meningkat

Gangguan Saraf Optik Tindakan Operasi

Gangguan Persepsi Perubahan Penglihatan Ansietas Kurang


Sensori Perifer Pengetahuan
Penglihatan

Kebutaan

G. Komplikasi
Menurut Elizabeth (2009) komplikasi glaukoma terdiri dari :
1. Kebutaan dapat terjadi pada semua jenis glaukoma. Glaukoma penutupan sudut
akut adalah suatu kedaruratan medis.
2. Agen topikal yang digunakan untuk mengobati glaukoma dapat memiliki efek
sistemik yang merugikan, terutama pada lansia. Efek ini dapat berupa perubahan
kondisi jantung, pernapasan, atau neurologis.
3. Sinelia anterior perifer
Iris perifer melekat pada jalinan trabekel dan menghambat aliran mata keluar.
4. Katarak
Lensa kadang-kadang melekat membengkak, dan bisa terjadi katarak. Lensa yang
membengkakmendorong iris lebih jauh kedeapan yang akan menambah hambatan
pupil dan pada gilirannya akan menambah derajat hambatan sudut.
5. Atrofi retina dan saraf optik
Daya tahan saraf mata terhadap tekanan intraokular yang tinggi adalah buruk.
Terjadi gaung glaukoma pada pupil optik dan atrofi retina, terutama pada lapisan
sel-sel ganglion.

H. Penatalaksanaan
1) Terapi Medikamentosa
Tujuannya adalah menurunkan TIO (Tekanan Intra Okuler) terutama dengan
mengguakan obat sistemik (obat yang mempengaruhi tubuh
a) Obat Sistemik
 Asetazolamida, obat yang menghambat enzim karbonik anhidrase yang
akan mengakibatkan diuresis dan menurunkan sekresi cairan mata
sebanyak 60%, menurunkan tekanan bola mata. Pada permulaan
pemberian akan terjadi hipokalemia sementara. Dapat memberikan efek
samping hilangnya kalium tubuh parastesi, anoreksia, diarea,
hipokalemia, batu ginjal dan myopia sementara.
 Agen hiperosmotik. Macam obat yang tersedia dalam bentuk obat
minum adalah glycerol dan isosorbide sedangkan dalam bentuk
intravena adalah manitol. Obat ini diberikan jika TIO sangat
tinggi atau ketika acetazolamide sudah tidak efektif lagi.

b) Obat Tetes Mata Lokal


 Penyekat beta. Macam obat yang tersedia adalah timolol, betaxolol,
levobunolol, carteolol, dan metipranolol. Digunakan 2x sehari, berguna
untuk menurunkan TIO.
 Steroid (prednison). Digunakan 4x sehari, berguna sebagai dekongestan
mata. Diberikan sekitar 30-40 menit setelah terapi sistemik.
2) Terapi Bedah
a) Iridektomi perifer. Digunakan untuk membuat saluran dari bilik mata belakang
dan depan karena telah terdapat hambatan dalam pengaliran humor akueus.
Hal ini hanya dapat dilakukan jika sudut yang tertutup sebanyak 50%.
b) Trabekulotomi (Bedah drainase). Dilakukan jika sudut yang tertutup lebih dari
50% atau gagal dengan iridektomi.

I. Pemeriksaan Penunjang
1) Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral
penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, aquous atau
2) vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau penglihatan ke retina
atau jalan optik.Lapang penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan CSV,
massa tumor pada hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau
glaukoma.
3) Tes Provokatif :digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal
atau hanya meningkat ringan.
4) Darah lengkap, LED :Menunjukkan anemia sistemik/infeksi
5) EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan aterosklerosisi,PAK
6) Tes Toleransi Glukosa :menentukan adanya DM.
7) Oftalmoskopi : Untuk melihat fundus bagian mata dalam yaitu retina, discus
optikus macula dan pembuluh darah retina.
8) Tonometri : Adalah alat untuk mengukur tekanan intra okuler, nilai mencurigakan
apabila berkisar antara 21-25 mmhg dan dianggap patologi bila melebihi 25
mmhg. (normal 12-25 mmHg). Tonometri dibedakan menjadi dua antara lain
(Sidharta Ilyas, 2004) : Membantu membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup
glaukoma.
9) Pemeriksaan lampu-slit. : Lampu-slit digunakan unutk mengevaluasi oftalmik
yaitu memperbesar kornea, sclera dan kornea inferior sehingga memberikan
pandangan oblik kedalam tuberkulum dengan lensa khusus.
10) Perimetri : Kerusakan nervus optikus memberikan gangguan lapang pandangan
yang khas pada glaukoma. Secara sederhana, lapang pandangan dapat diperiksa
dengan tes konfrontasi.
11) Pemeriksaan Ultrasonografi..: Ultrasonografi dalai gelombang suara yang dapat
digunakan untuk mengukur dimensi dan struktur okuler.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Data Umum
a. Identitas klien, meliputi :
Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, agama.
b. Keluhan utama , meliputi apa yang menjadi alasan utama klien masuk ke RS.
Biasanya klien akan mengeluhkan nyeri di sekitar atau di dalam bola mata.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang : meliputi apa-apa saja gejala yang dialami klien
saat ini sehingga menganggu aktivitas klien itu sendiri.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu : meliputi penyakit apa saja yang pernah dialami
klien sebelumnya, baik itu yang berhubungan dengan penyakit yang
dideritanya ataupun tidak.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga : meliputi riwayat penyakit yang pernah dialami
anggota keluarga.
f. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan oftalmoskop untuk
mengetahui adanya cupping dan atrofi diskus optikus. Diskus optikus
menjadi lebih luas dan lebih dalam. Pada glaucoma akut primer, kamera
anterior dangkal, akues humor keruh dan pembuluh darah menjalar
keluar dari iris.
2) Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut lapang pandang
cepat menurun secara signifikan dan keadaan kronik akan menurun secara
bertahap.
3) Pemeriksaan fisik melalui inspeksi untuk mengetahui adanya inflamasi
mata, sklera kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil sedang yang gagal
bereaksi terhadap cahaya. Sedangkan dengan palpasi untuk memeriksa
mata yang mengalami peningkatan TIO, terasa lebih keras dibanding mata
yang lain.
4) Uji diagnostik menggunakan tonometri, pada keadaan kronik atau open
angle didapat nilai 22-32 mmHg, sedangkan keadaan akut atau angle closure
≥ 30 mmHg. Uji dengan menggunakan gonioskopi akan didapat sudut
normal pada glaukoma kronik. Pada stadium lanjut, jika telah timbul
goniosinekia (perlengketan pinggir iris pada kornea/trabekula) maka sudut
dapat tertutup. Pada glaukoma akut ketika TIO meningkat, sudut COA
akan tertutup, sedang pada waktu TIO normal sudutnya sempit.
2. Pengkajian Pola Fungsional Gordon
a. POLA PERSEPSI DAN MANAJEMEN KESEHATAN
 Persepsi terhadap penyakit ; tanyakan bagaimana persepsi klien menjaga
kesehatannya. Bagaimana klien memandang penyakit glaukoma,
bagaimana kepatuhannya terhadap pengobatan.
 Perlu ditanyakan pada klien, apakah klien mempunyai riwayat keluarga
dengan penyakit DM, hipertensi, dan gangguan sistem vaskuler, serta
riwayat stress, alergi, gangguan vasomotor, dan pernah terpancar
radiasi.

b. POLA NUTRISI/METABOLISME
 Tanyakan menu makan pagi, siang dan malam
 Tanyakan berapa gelas air yang diminum dalam sehari
 Tanyakan bagaimana proses penyembuhan luka ( cepat / lambat )
 Bagaimana nafsu makan klien
 Tanyakan apakah ada kesulitan dan keluhan yang mempengaruhi makan
dan nafsu makan
 Tanyakan juga apakah ada penurunan BB dalam 6 bulan terakhir Biasanya
pada klien yang mengalami glaukoma klien akan mengeluhkan mual
muntah

c. POLA ELIMINASI
 Kaji kebiasaan defekasi
 Berapa kali defekasi dalam sehari, jumlah, konsistensi, bau, warna dan
karekteristik BAB
 Kaji kebiasaan miksi
 Berapa kali miksi dalam sehari, jumlah, warna, dan apakah ada ada
kesulitan/nyeri ketika miksi serta apakah menggunakan alat bantu untuk
miksi
 Klien dengan glaukoma, biasanya tidak memiliki gangguan pada pola
eliminasi, kecuali pada pasien yang mempunyai penyakit glukoma tipe
sekunder (DM, hipertensi).

d. POLA AKTIVITAS/LATIHAN
 Menggambarkan pola aktivitass dan latihan, fungsi pernafasan dan
sirkulasi
 Tanyakan bagaimana kegiatan sehari-hari dan olahraga (gunakan table
gorden)
 Aktivitas apa saja yang dilakukan klien di waktu senggang
 Kaji apakah klien mengalami kesulitan dalam bernafas, lemah, batuk,
nyeri dada. Data bisa didapatkan dengan mewawancara klien langsung
atau keluarganya ( perhatikan respon verbal dan non verbal klien )
 Kaji kekuatan tonus otot
 Penyakit glaukoma biasanya akan mengganggu aktivitas klien sehari-hari.
Karena, klien mengalami mata kabur dan sakit ketika terkena cahaya
matahari.

e. POLA ISTIRAHAT TIDUR


 Tanyakan berapa lama tidur di malam hari, apakah tidur efektif
 Tanyakan juga apakah klien punya kebiasaan sebelum tidur
 Penyakit glaukoma biasanya akan mengganggu pola tidur dan istirahat
klien
 sehari-hari karena klien mengalami sakit kepala dan nyeri hebat sehingga
pola tidur klien tidak normal.

f. POLA KOGNITIF-PERSEPSI
 Menggambarkan pola pendengaran, penglihatan, pengecap, penciuman.
Persepsi nyeri, bahasa dan memori
 Status mentalBicara : - apakah klien bisa bicara dengan normal/ tak
jelas/gugup
 Kemampuan berkomunikasi dan kemampuan memahami serta
keterampilan interaksi
 Kaji juga anxietas klien terkait penyakitnya dan derajatnya
 Pendengaran : DBN / tidak
 Peglihatan :DBN / tidak
 Apakah ada nyeri : akut/ kronik. Tanyakan lokasi nyeri dan intensitas
nyeri
 Bagaimana penatalaksaan nyeri, apa yang dilakukan klien untuk
mengurangi nyeri saat nyeri terjadi
 Apakah klien mengalami insensitivitass terhadap panas/dingin/nyeri
 Klien dengan glaukoma pasti mengalami gangguan pada indera
penglihatan. Pola pikir klien juga terganggu tapi masih dalam tahap yang
biasa.

g. POLA PERSEPSI DIRI-KONSEP DIRI


 Menggambarkan sikap terhadap diri dan persepsi terhadap kemampuan,
harga diri, gambaran diri dan perasaan terhadap diri sendiri
 Kaji bagaimana klien menggambar dirinya sendiri, apakah ada hal yang
membuaatnya mengubah gambaran terhadap diri
 Tanyakan apa hal yang paling sering menjadi pikiran klien, apakah klien
sering merasa marah, cemas, depresi, takut, suruh klien
menggambarkannya.
 Pada klien dengan glaukoma, biasanya terjadi gangguan pada konsep diri
karena mata klien mengalami gangguan sehingga kemungkinan klien
tidak PD dalam kesehariannya. Tapi, pada kasus klien tidak mengalami
gangguan pada persepsi dan konsep diri.

h. POLA PERAN HUBUNGAN


 Menggambarkan keefektifan hubungan dan peran dengan keluarga
lainnya.
 Tanyakan pekerjaan dan status pekerjaan klien
 Tanyakan juga system pendukung misalnya istri,suami, anak maupun
cucu dll
 Tanyakan bagaimana keadaan keuangan sejak klien sakit.
 Bagaimana dalam pengambilan keputusan dan penyelesaian konflik
 Tanyakan juga apakah klien aktif dalam kegiatan social
 Klien dengan glaukoma biasanya akan sedikit terganggu dalam
berhubungan dengan orang lain ketika ada gangguan pada matanya yang
mengakibatkan klien malu berhubungan de ngan orang lain.
 Biasanya klien dengan glaukoma akan sedikit mengalami gangguan dalam
melakukan perannya

i. POLA KOPING-TOLERANSI STRESS


 Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress dan menggunakan
system pendukung
 Tanyakan apakah ada perubahan besar dalam kehidupan dalam beberapa
bulan terakhir
 Tanyakan apa yang dilakukan klien dalam menghadapi masalah yang
dihadapi, apakah efektif?Apakah klien suka berbagi maslah/curhat pada
 keluarga / orang lain
 Tanyakan apakah klien termasuk orang yang santai atau mudah panik
 Tanyakan juga apakah klien ada menggunakan obat dalam menghadapi
stress
 Biasanya klien dengan glaukoma akan sedikit stress dengan penyakit
yang dideritanya karena ini berkaitan dengan konsep dirinya dimana klien
mengalami penyakit yang mengganggu organ penglihatannya.

j. POLA REPRODUKSI/ SEKSUALITAS


 Bagaimana kehidupan seksual klien, apakah aktif/pasif
 Jika klien wanita kaji siklus menstruasinya
 Tanyakan apakah ada kesulitan saat melakukan hubungan intim
berhubungan penyakitnya, misalnya klien merasa sesak nafas atau batuk
hebat saat melakukan hubungan intim
 Biasanya klien tidak terlalu mengalami gangguan dengan pola reproduksi
seksualitas. Akan tetapi, pencurahan kasih sayang dalam keluarga akan
terganggu ketika anggota keluarga tidak menerima salah seorang dari
mereka yang mengalami penyakit mata.
k. POLA KEYAKINAN-NILAI
 Menggambarkan spiritualitas, nilai, system kepercayaan dan tujuan dalam
hidup
 Kaji tujuan, cita-cita dan rencana klien pada masa yang akan datang.
 Apakah agama ikut berpengaruh, apakah agama merupakan hal penting
dalam hidup
 Klien akan mengalami gangguan ketika menjalankan aktivitas ibadah
sehari-hari karena klien mengalami sakit mata dan sakit kepala yang akan
mengganggu ibadahnya.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokuler (TIO) yang ditandai
dengan mual muntah.
2. Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan gangguan
penerimaan, gangguan status organ ditandai dengan kehilangan lapang pandang
progresif.
3. Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis, perubahan status kesehatan,
adanya nyeri, kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan ditandai dengan
ketakutan, ragu-ragu, menyatakan masalah tentang perubahan kejadaian hidup.
4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar ) tentang kondisi, prognosis, dan
pengobatan berhubungan dengan terpajan/tak mengenal sumber, kurang
mengingat, salah interprestasi ditandai dengan pertanyaan, pertanyaan salah
persepsi, tak akurat mengikuti instruksi, terjadi komplikasi yang dapat dicegah.

C. Rencana Tindakan
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
1. Nyeri Setelah dilakukan a. Kaji tipe, intensitas, a. Mengenal berat
berhubungan tindakan dan lokasi nyeri ringannya nyeri dan
dengan keperawatan selama menentukan terapi
peningkatan 1 x 24 jam b. Pantau derajat nyeri b. Untuk
tekanan diharapakan nyeri mata setiap 30 mentit mengidentifikasi
intraokuler hilang/ berkurang selama masa akut kemajuan atau
(TIO) yang dengan Kriteria penyimpanan dari
ditandai Hasil: hasil yang
dengan mual  Klien dapat diharapkan.
muntah. mengidentifikasi c. Pertahankan istirahat c. Mengurangi
penyebab nyeri di tempat tidur dalam rangsangan terhadap
 Klien ruangan yang tenang syaraf sensori dan
menyebutkan dan gelap dengan mengurangi TIO
faktor-faktor kepala ditinggikan
yang dapat 30° atau dalam posisi
meningkatkan nyaman
nyeri d. Berikan lingkungan d. Stress dan sinar
 Klien mampu yang nyaman menimbulkan TIO
melakukan yang mencetuskan
tindakan untuk nyeri
mengurangi e. Anjurkan tehnik e. Keadaan rileks dapat
nyeri. relaksasi. mengurangi nyeri.
 Ekspresi wajah f. Kolaborasi tentang f. untuk mengurangi
rileks pemberian analgesic nyeri

2. Gangguan Setelah dilakukan a. Pastikan derajat/tipe a. Mempengaruhi


persepsi tindakan kehilangan harapan masa depan
sensori keperawatan selama penglihatan pasien dan pilihan
penglihatan 1 x 24 jam intervensi.
berhubungan diharapakan b. Dorong b. Sementara intervensi
dengan penggunaaan mengekspresikan dini mencegah
gangguan penglihatan dengan perasaan tentang kebutuhan, pasien
penerimaan, optimal dengan kehilangan/kemungkin menghadapi
gangguan Kriteria Hasil: an kehilangan kemungkinan atau
status organ  pasien akan penglihatan. mengalami
ditandai berpartisipasi pengalaman
dengan dalam program kehilangan
kehilangan pengobatan penglihataan sebagian
lapang  pasien akan atau total. Meskipun
pandang mempertahanka kehilangan
progresif. n lapang penglihatan telah
ketajaman terjadi tak dapat
penglihatan diperbaiki (meskipun
tanpa kehilangan dengan pengobatan),
lebih lanjut kehilangan lanjut
dapat dicegah.
c. Tunjukkan pemberian c. Mengontrol TIO,
tetes mata, contoh mencegah kehilangan
menghitung tetesan, penglihatan lanjut
mengikuti jadwal,
tidak salah dosis
d. Lakukan tindakan d. Menurunkan bahaya
untuk membantu keamanan sehubungan
pasien menangani dengan perubahan
keterbatasan lapang
penglihatan, contoh, pandang/kehilangan
kurangi kekacauan, penglihatan dan
atur perabot, ingatkan akomodasi pupil
memutar kepala ke terhadap sinar
subjek yang terlihat; lingkungan
perbaiki sinar suram
dan masalah
penglihatan malam
e. Kolaborasi obat e. Diharapkan dapat
sesuai indikasi mempercepat proses
penyembuhan
3. Ansietas Setelah dilakukan a. Kaji tingkat ansietas, a. Faktor ini
berhubungan tindakan derajat pengalaman mempengaruhi
dengan faktor keperawatan selama nyeri/timbulnya gejala persepsi pasien
fisiologis, 1 x 24 jam tiba-tiba dan terhadap ancaman diri,
perubahan diharapakan cemas pengetahuan kondisi potensial siklus
status hilang atau saat ini ansietas, dan dapat
kesehatan, berkurang dengan mempengaruhi upaya
adanya nyeri, Kriteria Hasil: medik untuk
kemungkinan/  Pasien tampak mengontrol TIO
kenyataan rileks dan b. Berikan informasi b. Menurunkan ansietas
kehilangan melaporkan yang akurat dan jujur. sehubungan dengan
penglihatan ansietas Diskusikan ketidaktahuan/harapan
ditandai menurun sampai kemungkinan bahwa yang akan datang dan
dengan tingkat dapat pengawasan dan memberikan dasar
ketakutan, daiatasi pengobatan dapat fakta untuk membuat
ragu-ragu,  Pasien mencegah kehilangan pilihan informasi
menyatakan menunjukkan penglihatan tambahan tentang pengobatan
masalah keterampilan c. Dorong pasien untuk c. Memberikan
tentang pemecahan mengakui masalah dan kesempatan untuk
perubahan masalah mengekspresikan pasien menerima
kejadaian  Pasien perasaan situasi nyata,
hidup menggunakan mengklarifikasi salah
sumber secara konsepsi dan
efektif pemecahan masalah
d. Identifikasi d. Memberikan
sumber/orang yang keyakinan bahwa
menolong pasien tidak sendiri
dalam menghadapi
masalah
4. Kurang Setelah dilakukan a. Diskusikan perlunya a. Vital untuk
pengetahuan tindakan menggunakan memberikan informasi
(kebutuhan keperawatan selama idenifikasi, contoh pada perawat pada
belajar ) 1 x 24 jam gelang Waspada- kasus darurat untuk
tentang diharapakan Klien Medik menurunkan risiko
kondisi, tmengetahui tentang menerima obat yang
prognosis, dan kondisi, prognosis dikontraindikasikan
pengobatan dan pengobatannya (contoh atropin)
berhubungan dengan Kriteria b. Tunjukkan teknik b. Meningkatkan
dengan Hasil: yang benar untuk keefektifan
terpajan/tak  Klien pemberian tetes mata. pengobatan.
mengenal menyatakan Izinkan pasien Memberikan
sumber, pemahaman mengulang tindakan kesempatan untuk
kurang kondisi, pasien menunjukkan
mengingat, prognosis, dan kompetensi dan
salah pengobatan menanyakan
interprestasi  Mengidentifika pertanyaan.
ditandai si hubungan c. Kaji pentingnya c. Penyakit ini dapat
dengan antar mempertahankan dikontrol, bukan
pertanyaan, gejala/tanda jadwal obat, contoh diobati, dan
pertanyaan dengan proses tetes mata. mempertahankan
salah persepsi, penyakit Diskusikan obat konsistensi program
tak akurat  Melakukan yang harus dihindari, obat adalah kontrol
mengikuti proseddur cth: tetes midriatik vital. Beberapa obat
instruksi, dengan benar (atropin/propantelin menyebabkan dilatasi
terjadi dan bromin), kelbihan pupil, peningkatan
komplikasi menjelaskan pemakaian steroid TIO dan potensial
yang dapat alasan tindakan topikal kehilangan penglihatan
dicegah tambahan.
d. Identifikasi efek d. Efek samping
samping/reaksi obat/merugikan
merugikan dari mempengaruhi rentang
pengobatann, cth: dari nyaman sampai
penurunan selera ancaman kesehatan
makan, berat.
mual/muntah, diare,
kelemahan dll
e. Dorong pasien e. Pola hidup tenang
membuat perubahan menurunkan respons
yang perlu untuk emosi terhadap stres,
pola hidup mencegah perubahan
okuler yang
mendoroong iris
kedepan, yang dapat
mencetuskan serangan
akut.
f. Dorong pasien f. Dapat meningkatkan
menghindari TIO mencetuskan
aktivitas, seperti serangan akut.
mengakat
berat/mendorong,
menyekop salju,
menggunakan baju
ketat/sempit
g. Diskusikan g. Tindakan untuk
pertimbangan diet, mempertahankan
cth: cairan adekuat, konsistensi feses untuk
makanan berserat menghindari
konstipasi/mengejan
selama defekasi
h. Tekankan h. Pentingnya untuk
pentingnya periksa mengawasi
rutin kemajuan/pemeliharaa
n penyakit untuk
memungkinkan
intervensi dini dan
mencegah kehilangan
penglihatan lanjut.
i. Nasehatkan pasien
i. Upaya tindakan perlu
untuk melaporkan
untuk mencegah
dengan cepat nyeri
kehilangan
mata hebat,
penglihiatan
inflamasi,
lanjut/komplikasi lain,
peningakatan
fotofobia, contoh robek retina
peningkatan
lakrimasi, perubahan
lapang pandang,
penglihatan kabur,
kilatan siinar/partikel
ditengah lapang
pandang
j. Anjurkan anggota j. Kecenderungan
keluarga memeriksa herediter dangkalnya
secara teratur tanda bilik anterior,
glaukoma menempatkan anggota
keluarka berisikopada
konsis ini

D. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan
pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan
lainnya.
Evaluasi pada pasien dengan glaukoma adalah :
1) Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokuler (TIO) yang
ditandai dengan mual muntah.
dengan KE :
- Mengungkapkan metode yang memberikan penghilangan
- Mendemonstrasikan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas
hiburan.
2) Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan gangguan
penerimaan, gangguan status organ ditandai dengan kehilangan lapang
pandang progresif.
dengan KE :
- Mengidentifikasikan tipe perubahan visual yang dapat terjadi saat TIO
meningkat di atas level aman
- Mencari bantuan saat terjadi perubahan visual
- Mendapatkan kembali dan mempertahankan visus normal dengan
pengobatan.
3) Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis, perubahan status kesehatan,
adanya nyeri, kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan ditandai dengan
ketakutan, ragu-ragu, menyatakan masalah tentang perubahan kejadaian hidup.
dengan KE:
- Menunjukkan keterampilan pemecahan masalah
- Menggunakan sumber secara efektif
4). Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar ) tentang kondisi, prognosis, dan
pengobatan berhubungan dengan terpajan/tak mengenal sumber, kurang
mengingat, salah interprestasi ditandai dengan pertanyaan, pertanyaan salah
persepsi, tak akurat mengikuti instruksi, terjadi komplikasi yang dapat
dicegah.
dengan KE:
- Mengidetifikasi hubungan tanda/gejala dengan proses penyakit
- Melakukan prosedur dengan benar dan menjelaskan alasan tindakan
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpualan
Glaukoma adalah suatu tekanan intraokuler/tekanan dalam bola mata relatif cukup
besar untuk menyebabkan kerusakan papil saraf optik dan menyebabkan kelainan
lapang pandang (RS Mata dr. YAP, 2009). Glaukoma adalah suatu penyakit yang
memberikan gambaran klinik berupa peninggian tekanan bola mata, penggaungan
papil saraf optik dengan defek lapang pandangan mata (Ilyas,2006).

Diagnosa yang dapat ditegakkan dalam kasus pasien dengan glaukoma ada 4, yaitu :

a. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intra okuler (TIO) yang


ditandai dengan mual dan muntah.
b. Gangguan persepsi sensosi penglihatan berhubungan dengan gangguan
penerimaan, gangguan status organ ditandai dengan kehilangan lapang
pandang progesif.
c. Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis, perubahan status kesehatan,
adanya nyeri, kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan ditandai dengan
ketakutan, ragu0ragu, menyatakan masalah tantang perubahan kejadian hidup
d. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan
pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan/tak mengenal sumber,
kurang mengingat, salah interpretasi ditandai dengan pertanyaan, pertanyaan
salah persepsi, tak akurat mengikuti instruksi, terjadi komplikasi yang dapat
dicegah.

B. Saran

Hendaknya jika mengalami tanda gejala glaukoma, secara cepat lakukan


pemerikasaan dini agar glaukoma dapat segera dittanganin dan tidak berkelanjutan.
Kewaspadaan terhadap glaukoma juga seharusnya lebih diperhatikan dan
ditingkatkan, dengan cara melakukan pemerikasaan berkala minimal 2 kali setahun,
terutama bagi mereka yang memiliki resiko terkena glaukoma.
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne. C, Bare, Brenda. G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah


Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol. 3. Jakarta: EGC

Doengoes, Marylinn. E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan


dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. jakarta: EGC

Price, Sylvia. A. 1995. Patofisiolog: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 4 buku II.
Jakarta: EGC

Ilyas, S. (2006). Ilmu Penyakit Mata Ed 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Burunner &suddart. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Glaukoma. 182405245-77740809-A1-Glaukoma-


pdf (diakses maret 2015)

Vous aimerez peut-être aussi