Vous êtes sur la page 1sur 16

PENGOPTIMALAN PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK UNTUK MENINGKATKAN VOLATILE

SOLIDS DESTRUCTION MENGGUNAKAN ANAEROBIC DIGESTION

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jumlah timbulan sampah di dunia mencapai 1,3 miliar ton/tahun dan diprediksi akan meningkat
hampir dua kali lebih besar pada tahun 2025. Khusus untuk negara berkembang, timbulan sampah
diprediksi akan meningkat 38-67%. Secara global, komposisi sampah organik merupakan jumlah
terbesar dari total timbulan sampah yakni 46%. Bahkan di negara berkembang termasuk Indonesia,
komposisi sampah organik mencapai 64% (1). Sampah organik umumnya berasal dari aktivitas
domestik, komersial, dan institusi. Pengolahan sampah di negara berkembang umumnya
menggunakan landfill baik sanitary landfill maupun controlled landfill (2). Pengolahan tersebut dapat
meningkatkan resiko penyebaran penyakit misalkan melalui bakteri Escherichia coli, pencemaran air
tanah, dan pencemaran air permukaan (3). Berdasarkan PP 81 Tahun 2012, sampah di Indonesia
diproses dengan tahapan pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan
akhir. Namun, pengolahan di peraturan tersebut hanya ditekankan pada sampah anorganik yang
bertolak belakang dengan komposisi sampah di Indonesia dengan kandungan organik sebesar 60,5-
74% (4).

Rumusan Permasalahan

Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan permasalahan penelitian yang ada adalah:

Pengolahan sampah organik menggunakan pengomposan masih kurang efisien karena


membutuhkan lahan yang besar dan tingkat reduksi volume rendah. Sampah organik lebih cocok
menggunakan AD karena memiliki kemampuan mereduksi jumlah timbulan sampah yang tinggi dan
lebih cepat. Kuantitas reduksi volume sampah dapat diketahui melalui besarnya VSD.

Operasional AD dalam mereduksi volume sampah sangat bergantung pada konsentrasi organik
substrat yang dimasukkan. Konsentrasi organik substrat dapat diketahui melalui OLR. Kekurangan dan
kelebihan OLR dapat menghambat proses AD sehingga diperlukan nilai optimum OLR yakni 7-15 gVS
m3/hari atau 12-15 gVS m3/hari.

Rumusan Penelitian

Berdasarkan perumusan permasalahan, pada penelitian ini dirumuskan beberapa pertanyaan


penelitian yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana kesesuaian substrat sampah organik X dioperasikan menggunakan dry AD?

2. Berapa OLR optimum operasional dry AD yang menghasilkan VSD tertinggi?

3. Bagaimana pengaruh nilai VSD terhadap pembentukan biogas dan gas metana?
4. Bagaimana pengaruh penambahan AD terhadap pengolahan sampah organik di X?

Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menentukan kesesuaian substrat sampah organik X dioperasikan menggunakan dry AD.

2. Menentukan OLR optimum operasional dry AD untuk menghasilkan VSD tertinggi.

3. Mengidentifikasi hubungan nilai VSD terhadap pembentukan biogas dan gas metana.

4. Mengevaluasi pengolahan sampah organik X dengan menambahkan AD.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini yaitu mendapatkan informasi pengelolaan AD secara teknis untuk
meningkatkan pengolahan sampah organik X yang diklasifikasikan menjadi:

Manfaat Teoritis

Memberikan pandangan terhadap kriteria substrat optimum limbah organik menggunakan AD


untuk memperoleh VSD tertinggi sebagai indikator menghasilkan biogas dan gas metana
terbanyak.
Manfaat Akademis

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan untuk penelitian yang akan datang dan dalam
pengembangan kurikulum Program Studi Teknik Lingkungan serta memberikan informasi mengenai
prosedur perancangan AD dan kriteria substrat yang optimum untuk meningkatkan VSD.

Manfaat Praktis

Masyarakat

Meningkatkan kepedulian masyarakat dalam upaya pengendalian dan pencegahan


pencemaran dengan mengubah paradigma pengelolaan sampah menjadi pemanfaatan
sampah dengan menerapkan teknologi AD sebagai cara resource recovery.

Pemerintah

Meningkatkan perhatian pemerintah terhadap pencegahan pencemaran dengan


menetapkan standar baku mutu buangan limbah organik rumah tangga secara kuantitatif
dan kualitatif. Penelitian ini juga mengharapkan agar pemerintah meningkatkan
pengawasan terhadap operasional penanganan limbah rumah tangga sesuai yang telah
ditetapkan pada Undang – Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
dan Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. Serta memberikan usulan kriteria
desain AD untuk limbah rumah tangga di Indonesia.

Peneliti

Meningkatkan pengetahuan dan wawasan pribadi mengenai operasi dan proses AD skala
kawasan, teknis pengelolaan sampah, dan proses perancangan unit AD sebagai sarana
perubahan paradigma menjadi resource recovery.
Operasional Penelitian

Model operasional penelitian adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati
atau diukur melalui penelitian yang dilakukan. Model operasional berfungsi sebagai kerangka
pemikiran dan membantu pembaca memahami konsep serta alur penelitian seperti yang disajikan
pada

Model Operasional Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA

Metaanalisis dan Kebaharuan Penelitian (Novelty)

Penelitian dan penerapan AD semakin berkembang baik pada negara berkembang maupun negara
maju sehingga diperlukan pertimbangan penelitian terdahulu mengenai operasional dan kondisi
optimum AD yang ditampilkan pada subbab 2.1.1. Selain itu, kebaruan penelitian ini dibahas pada
subbab 2.1.2 yang merupakan pengembangan dari penelitian terdahulu.
Metaanalisis

Operasional AD dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya kondisi substrat, jenis AD, pengadukan,
suhu, dan sebagainya. Subbab ini membahas penelitian terdahulu terkait operasional AD. Pada tahap
awal proses AD dilakukan penghilangan gas O2 dengan cara menambahkan gas N2 selama 3-5 menit.
Penghilangan O2 juga dapat dilakukan dengan menambahkan N2/CO2 (80/20%v/v). Setelah
dipastikan reaktor telah mencapai kondisi anaerob, langkah berikutnya adalah persiapan inokulum.
Inokulum yang digunakan dapat diperoleh dari beberapa jenis limbah misalnya feses sapi dengan
aklimatisasi selama 45 hari dengan suhu 37oC; campuran beberapa limbah seperti penelitian yang
menggunakan campuran limbah sayuran, kotoran sapi baru, dan lumpur cair (40:40:20) dengan
aklimatisasi dilakukan selama 1 bulan; dan inokulum yang paling sering digunakan adalah lumpur AD
karena memiliki kemampuan aklimatisasi lebih cepat yakni sekitar 14 hari.

METODOLOGI

Pendekatan Penelitian

Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif


memusatkan perhatian pada hal lebih nyata yang dapat diukur dengan angka, memahami objek
penelitian dengan melakukan pengukuran. Pengukuran dilakukan dengan eksperimental untuk
mengetahui hubungan sebab-akibat antar variabel, pengurangan konsentrasi parameter pencemar,
dan pembentukan biogas. Penelitian ini menggunakan reaktor AD skala pilot. Hasil penelitian ini
diaplikasikan melalui perancangan AD skala lapangan sebagai bentuk evaluasi sistem pengelolaan
sampah di objek penelitian.

Kerangka Berpikir

Permasalahan yang menjadi landasan penelitian ini adalah tingginya timbulan sampah yang
mencapai 1,3 miliar ton/tahun dan diprediksi akan meningkat hampir dua kali lebih besar pada tahun
2025. Berdasarkan komposisinya, sampah organik merupakan sampah terbanyak. Di Indonesia
komposisi sampah organik mencapai 60,5-74%. Namun, tingkat pemilahan skala organik di Indonesia
masih sangat rendah sehingga dapat mengganggu proses pengolahan sampah. Pengolahan sampah
organik di negara berkembang termasuk di Indonesia pada umumnya masih menggunakan sistem
terpusat di TPA. Pengolahan terpusat di TPA beresiko menyebabkan penyebaran penyakit,
pencemaran air tanah, dan pencemaran air permukaan. Selain itu, sistem ini tidak sesuai dengan
regulasi PP 81 Tahun 2012 dan UU No. 18 Tahun 2008. Regulasi pengolahan sampah ini membuat X
melakukan pengolahan sampah pada sumbernya untuk mengurangi timbulan sampah yang diproses
di TPA.

Proses didiawali dengan pemilahan pada masing-masing fakultas yang mengklasifikasikan sampah
anorganik dan organik. Sampah anorganik akan dipilah berdasarkan kategorinya dan akan dijual ke
pihak ketiga. Sedangkan, sampah organik diolah menggunakan pengomposan secara windrow yang
memiliki kekurangan seperti siklus panjang, membutuhkan luas wilayah lebih besar, tingkat reduksi,
dan emisi udara yang tinggi. Permasalahan penerapan pengomposan dapat diatasi dengan
menggunakan pengolahan biologis yang sesuai dengan karakteristik limbah organik yaitu
menggunakan teknologi AD. Karakteristik limbah organik X memiliki konsentrasi padatan limbah
organik (TS) yang berada di sekitar batas ambang perbedaan dry AD (20-50%) dan wet AD (2-12%)
yaitu 22,7-23,3 %. Sehingga, dry AD memiliki banyak kelebihan yang mendukung penerapannya di X.

Operasional AD sangat bergantung pada jenis dan konsentrasi organik substrat yang dimasukkan.
Konsentrasi organik substrat dapat diketahui melalui OLR. Nilai OLR dapat divariasikan dengan
mengatur HRT dan/atau kuantitas input AD. Kekurangan dan kelebihan OLR dapat menghambat
proses AD sehingga diperlukan nilai optimum OLR yakni sebesar 7-15 gVS m3/hari atau 12-15 gVS
m3/hari untuk dry AD. Sehingga penelitian ini memvariasikan nilai OLR sebesar 8, 10, 12, dan 14 gVS
m3/hari untuk memperoleh nilai VSD tertinggi yang akan mempengaruhi tingkat reduksi sampah dan
pembentukan gas metana sebagai bentuk resource recovery. Dengan demikian, residu yang
dihasilkan dari AD akan sedikit yang dibawa ke landfill dan sesuai dengan peraturan di UU No. 18
Tahun 2008. Secara lengkap, kerangka berpikir penelitian ditampilkan pada
Kerangka Berpikir Penelitian
Data Penelitian
Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang ditampilkan pada dan Data primer
adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan secara langsung oleh penulis. Data primer diperoleh
secara langsung di lokasi penelitian dengan menggunakan beberapa metode seperti survei lapangan,
pengukuran langsung, dan eksperimen terhadap beberapa parameter. Sedangkan data sekunder
adalah data yang diperoleh dari berbagai sumber yang telah ada (penulis sebagai pihak kedua). Data
sekunder digunakan untuk mendukung proses visibilitas penelitian, menghemat biaya, dan
meningkatkan efisiensi waktu pengerjaan penelitian. Selain itu, data sekunder dapat digunakan
sebagai validasi data primer.

Data Primer Penelitian


No Data Primer Keterangan

1 Karakteristik Sampah Karakteristik sampah organik ditinjau dari


pH, COD, TS, VS, Kadar air, dan C/N

2 Karakteristik Substrat Karakteristik sampah organik dan co-


digestion ditinjau dari pH, COD, TS, VS,
Kadar air, dan C/N

3 Karakteristik Efluen Karakteristik substrat atau lindi setelah


Substrat diolah di reaktor ditinjau dari pH, Suhu,
COD, TS, VS, Kadar air, dan amonia

4 Efisiensi Pengurangan Perbandingan konsentrasi efluen dan


konsentrasi influen

Sumber: Analisis Penulis, 2016


Data Sekunder Penelitian
No Data Sekunder Sumber Data

1 Timbulan sampah organik X

2 Sistem pengolahan eksisting X

3 Komposisi sampah organik X

4 Daerah pelayanan pengelolaan sampah X

5 Diagram alir pengelolaan limbah organik X

6 Tahapan pengelolaan limbah organik X

7 Fasilitas Pengelolaan sampah organik X

Variabel Penelitian

Pada metode penelitian eksperimental, variabel penelitian dapat digolongkan menjadi variabel
bebas, variabel terikat, dan variabel kontrol. Variabel terikat (dependent variable) adalah faktor,
perubahan, atau perbedaan statusnya dijelaskan atau dipengaruhi dalam kelangsungan penelitian.
Variabel bebas (independent variable) adalah faktor yang dapat divariasikan untuk menunjukkan
pengaruhnya terhadap hasil penelitian. Sedangkan variabel kontrol (control variable) didefinisikan
sebagai variabel yang faktornya dikontrol oleh peneliti untuk menetralisasi pengaruhnya. Variabel-
variabel yang digunakan pada penelitian ini, ditampilkan pada

Klasifikasi Variabel Penelitian


Jenis Variabel Aspek Penelitian

Variabel Terikat Efisiensi COD, VSD, Volume dan


konsentrasi metana

Variabel Bebas OLR, HRT

Variabel Kontrol Suhu, pH, feedstock, C/N, TS dan


Kadar Air, pengadukan

Sumber: Analisis Penulis, 2016


Pengambilan dan Pengawetan Sampel

Proses pengambilan sampel pada penelitian ini dikategorikan menjadi dua bagian yaitu pengambilan
sampel dari lokasi penelitian dan pengambilan sampel di reaktor. Pengambilan sampel di lokasi
penelitian menggunakan metode quartering. Metode quartering dilakukan dengan mengumpulkan
sampah organik yang telah dipilah (sampel). Sampel kemudian diaduk beberapa kali hingga merata
setelah itu sampel dibagi menjadi empat bagian sama besar dan beberapa sampel diambil dari dua
bagian yang saling bersilangan. Prosedur tersebut dilakukan hingga sesuai dengan jumlah sampel
yang dibutuhkan untuk dimasukkan ke dalam reaktor. Pada saat pengambilan sampel di lokasi
penelitian, alat dan bahan merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi karakteristik
sampel. Alat dan bahan yang digunakaan pada pengambilan sampel disajikan dalam Tabel
metodologi-1.

Tabel metodologi-1 Peralatan Pengambilan Sampel Penelitian


Jenis Jumlah Satuan Fungsi

pH Meter 1 Unit Mengukur pH secara langsung

Thermometer 1 Unit Mengukur suhu secara langsung

Timbangan 1 Unit Mengukur berat sampel

Wadah 1 Unit Alat penampung sampel dan mengukur


volume sampah

Masker 1 Unit Peralatan pelengkap sampling

Sarung Tangan 1 Pasang Peralatan pelengkap sampling

Sumber: Analisis Penulis, 2016

Sebelum melakukan sampling, harus dipastikan bahwa peralatan yang digunakan memenuhi
persyaratan sampling dan menjamin bahwa peralatan dalam keadaan bersih. Faktor selanjutnya yang
perlu diperhatikan dalam pengambilan sampel adalah kuantitas sampel yang diperlukan. Kuantitas
sampel yang diambil pada saat sampling disesuaikan dengan kapasitas reaktor yaitu 500 L, jumlah
input perhari sesuai dengan variasi OLR, dan lama penyimpanan sampel. Pengambilan sampel
dilakukan setiap variasi OLR sebanyak 306 kg sampah organik dan 25,5 kg feses sapi untuk OLR 8
KgVS/m3hari; 400 kg sampah organik dan 50 kg feses sapi untuk OLR 10 dan 12 KgVS/m3hari, dan
300 kg sampah organik dan 40 kg feses sapi untuk OLR 14 KgVS/m3hari. Setiap pengambilan sampel
menghasilkan residu sekitar 15 kg untuk sampling kedua dan ketiga. Namun, pada sampling pertama
menghasilkan residu yang sangat banyak yaitu 67,5 kg karena proses pemilahan ketika sampling
kurang baik. Residu terdiri dari material yang dapat mengganggu proses AD seperti tulang, sampah
anorganik, dan material keras lainnya.

Pengambilan sampel efluen dilakukan secara berkala sebelum dilakukan input substrat di reaktor.
Pengambilan sampel efluen diklasifikasikan menjadi dua yaitu efluen air lindi/digestat dan efluen
biogas. Sampel air lindi diambil dari reaktor melalui saluran efluen berukuran 1”. Sampel air lindi
efluen disimpan pada suhu 4oC hingga dilakukan pengujian karakteristik. Sedangkan sampel biogas
disimpan pada wadah penampung gas berukuran 850L untuk pengukuran volume. Sebagian gas
disimpan pada wadah khusus (kantong urin atau botol BMP) untuk dilakukan pengujian konsentrasi
gas. Penyimpanan sampel gas di botol BMP diperlukan perlakuan khusus dengan mengisi gas N2
(80%) dan CO2 (20%) untuk mencegah jenis gas yang bervariasi.

Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian yang dilakukan diklasifikasikan menjadi empat tahap utama yaitu persiapan dan
kesesuaian substrat dengan kondisi optimum AD, penentuan dan persiapan inokulum yang
digunakan, operasional reaktor dari input hingga penentuan efesiensi reaktor, analisis data dan
perancangan AD skala lapangan. Secara lengkap tahapan penelitian ditampilkan pada Gambar
metodologi-1.
Gambar metodologi-1 Tahapan Penelitian
Sumber: Analisis Penulis, 2016

Substrat
Substrat yang digunakan berasal dari sampah organik X yang telah dipilah untuk mencegah
komponen yang dapat mengganggu proses dry AD sesuai pembahasan pada Subbab. Substrat
sampah organik dicacah sehingga berukuran optimum yakni sekitar 3-5 mm menggunakan pencacah
mekanis. Pencacahan dilakukan untuk mempermudah proses reduksi sampah dan meningatkan luas
permukaan antara substrat dan mikroorganisme. Ko-substrat yang digunakan adalah feses sapi yang
berasal dari peternakan sapi di Kelurahan Kukusan dengan perbandingan 9:1 (b:b) yang merujuk
pada hasil penelitian yang memperoleh hasil paling optimum mengasilkan gas metana. Substrat yang
digunakan harus dipastikan tidak mengandung jenis sampah yang dapat menyebabkan gangguan
proses degradasi sampah dan penurunan efektivitas pembentukan biogas seperti plastik, kertas dan
kardus, logam, kaca, tulang, kerang, jenis-jenis tulang, dan kulit buah yang keras. Secara lengkap,
perbandingan antara substrat sebelum dan setelah dicacah ditampilkan pada

Gambar metodologi-2 Perbandingan Sampah Organik Sebelum dan Setelah Dicacah


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2016

Spesifikasi Reaktor

Reaktor dry AD yang digunakan merupakan tipe CSTR dengan aliran ke bawah. Penggunaan CSTR
mengacu pada penelitian yang juga menggunakan campuran substrat sampah makanan dan feses
sapi) memperoleh hasil VSD dan produksi metana yang cukup tinggi masing-masing sebesar 52-73%
dan 207-370 LCH4/kgVS. Sistem CSTR memiliki keunggulan berupa kontak antara mikroorganisme
dan substrat lebih efisien. Reaktor terbuat dari bahan Stainless Steel dengan volume 500 L. Volume
reaktor penelitian ini tergolong jenis skala pilot sesuai dengan penelitian yang juga menggunakan
reaktor berukuran 500 L untuk mengolah sampah organik. Penelitian skala pilot memiliki beberapa
kelebihan yang telah dijabarkan di subbab 2.1.2. Secara lengkap spesifikasi reaktor ditampilkan pada
Error: Reference source not found. Bahan Stainless Steel dipilih karena tahan tekanan tinggi, tahan
korosi, tingkat kebocoran rendah, dan tahan substansi yang agresif seperti H2S, amonia, Asam
Organik, dan mikroba. Perbandingan diameter dan tinggi reaktor dipilih berdasarkan yang
memperoleh perbandingan optimum sebesar 0,60-1,00. Volume isi reaktor sebesar 80% dari volume
total yaitu 400 L dan masih tersisa headspace sebesar 20 cm (100 L). Saluran inlet menggunakan pipa
berukuran 3” yang dilengkapi dengan katup untuk menutup reaktor disaat tidak dilakukan input
substrat dan membuka disaat dilakukan input substrat. Pipa inlet terhubung langsung dengan saluran
resirkulasi yang berukuran 1”. Letak penghubungnya diletakkan setelah katup inlet sehingga
resirkulasi tidak dipengaruhi oleh kondisi katup inlet.

Reaktor dilindungi lapisan insulator aluminium foil untuk menjaga suhu sistem dalam keadaan
mesofilik. Keadaan mesofilik dipilih karena tren perkembangan operasional AD lebih dominan
menggunakan kondisi mesofil, lebih mudah dioperasikan karena tidak memerlukan pemanasan, dan
substrat sampah rumah tangga tidak menimbulkan pathogen. Reaktor ini memiliki pengadukan
mekanis menggunakan baffle untuk meningkatkan kontak antara substrat dan inokulum dan untuk
mencegah terjadinya penumpukan substrat. Biogas yang terbentuk ditampung menggunakan
penampung gas yang dibuat dari bahan PVC (Vinyl Chloride) dengan ketebalan 1,5 mm, berdimensi
panjang 1,5 m dan lebar 1,0 m dengan kapasitas sebesar 0,85 m3.

Vous aimerez peut-être aussi