Vous êtes sur la page 1sur 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Etik merupakan suatu pertimbangan yang sistematis tentang perilaku
benar atau salah, kebajikan atau kejahatan yang berhubungan dengan perilaku.
Etika adalah ilmu tentang kesusilaan yang bagaimana sepatutnya manusia hidup
di dalam masyarakat yang melibatkan aturan atau prinsip yang menentukan
tingkah laku yang benar. Moral adalah perilaku yang diharapkan oleh masyarakat
yang merupakan “standar perilaku” dan “nilai” yang harus diperhatikan bila
seseorang menjadi anggota masyarakat tempat ia tinggal.
Etika berhubungan dengan peraturan untuk perbuatan atau tidakan yang
mempunyai prinsip benar dan salah, serta prinsip moralitas karena etika
mempunyai tanggung jawab moral, menyimpang dari kode etik berarti tidak
memiliki prilaku yang baik dan tidak memiliki moral yang baik. Etika bisa
diartikan juga sebagai, yang berhubungan dengan pertimbangan keputusan, benar
atau tidaknya suatu perbuatan karena tidak ada undang-undang atau peraturan
yang menegaskan hal yang harus dilakukan. Etika berbagai profesi digariskan
dalam kode etik yang bersumber dari martabat dan hak manusia (yang memiliki
sikap menerima) dan kepercayaan dari profesi. Profesi menyusun kode etik
berdasarkan penghormatan atas nilai dan situasi individu yang dilayani. Banyak
pihak yang menggunakan istilah etik untuk mengambarkan etika suatu profesi
dalam hubungannya dengan kode etik profesional seperti Kode Etik PPNI atau
IBI. Moral, istilah ini berasal dari bahasa latin yang bearti adat atau kebiasaaan.
Pengambilan keputusan legal etik adalah cara mengambil keputusan dari
suatu permasalahan yang disesuaikan dengan keabsahan suatu tata cara
pengambilan keputusan baik secara umum ataupun secara khusus. Suatu
ketrampilan kognitif yang membutuhkan pendidikan tentang prinsip etika dan
pemahaman akan isu etika yang spesifik dan bertinjauan pustaka yang relevan
(Purba, 2010). Suatu proses yang sistematis/strategi atau metode yang digunakan

1
perawat ketika berhadapan dengan dilema etik berdasarkan konsep dan prinsip
etik untuk melakukan tindakan moral (Purba, 2010)

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep pengambilan keputusan etik ?
2. Apa saja Model pengambilan keputusan etik?
3. Bagaimana Hubungan perawat dengan perawat ?
4. Bagaimana Hubungan perawat dengan pasien ?
5. Bagaimana Hubungan perawat dengan keluarga/ masyarakat ?
6. Bagaimana Hubungan perawat dengan profesi lain ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Konsep Pengambilan Keputusan Etik.
2. Untuk mengetahui Model Pengambilan Keputusan Etik.
3. Untuk mengetahui hubungan Perawat dengan sesame Perawat.
4. Untuk mengetahui hubungan Perawat dengan Pasien.
5. Untuk mengetahui hubungan Perawat dengan Keluarga/masyarakat.
6. Untuk mengetahui hubungan perawat dengan profesi lain.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Pengambilan Keputusan Etik


1. Pengertian Pengambilan Keputusan Etik
Pengambilan keputusan legal etik adalah cara mengambil keputusan
dari suatu permasalahan yang disesuaikan dengan keabsahan suatu tata
cara pengambilan keputusan baik secara umum ataupun secara khusus.
Suatu ketrampilan kognitif yang membutuhkan pendidikan tentang
prinsip etika dan pemahaman akan isu etika yang spesifik dan bertinjauan
pustaka yang relevan (Purba, 2010).
Suatu proses yang sistematis/strategi atau metode yang digunakan perawat
ketika berhadapan dengan dilema etik berdasarkan konsep dan prinsip etik
untuk melakukan tindakan moral (Purba, 2010).
Proses rasional dan analitik karena aksi terbaik secara moral dalam
situasi yang melibatkan pilihan yang berbeda yang dibuat/ditentukan
(Yung, 1997). Pengambilan keputusan etis merupakan proses yang
panjang sehingga perawat perlu mengidentifikasi dan mengevaluasi
pilihan tindakan serta menentukan apa yang harus dilakukan.

2. Teori Dasar Pengambilan Keputusan


a. Teori Teleologi
Teori Teleologi merupakan suatu doktrin yang menjelaskan
fenomena berdasarkan akibat yang dihasilkan atau konsekuensi yang
dapat terjadi. Sering juga disebut dengan ungkapan the end justifies
the means atau makna dari suatu tindakan ditentukan oleh hasil akhir
yang terjadi. Teleologi menekankan pada pencapaian hasil dengan
kebaikan maksimal dan ketidak baikan sekecil mungkin bagi
manusia(Kelly,1987).

3
Teleologi merupakan suatu doktrin yang menjelaskan
fenomena berdasarkan akibat yang dihasilkan.
Teleologi dibedakan menjadi :
1) Rule Utilitarianisme
Berprinsip bahwa manfaat atau nilai suatu tindakan tergantung
pada sejauh mana tindakan tersebut memberi kebaikan atau
kebahagiaan pada manusia.
2) Act Utilitarianisme
Bersifat lebih terbatas tidak melibatkan aturan umum tetapi
berupaya menjelaskan pada situasi tertentu dengan pertimbangan
terhadap tindakan apa yang memberi kebaikan sebanyak-
banyaknya atau ketidakbaikan sekecil-kecilnya pada individu.
Contoh penerapan teleologi : bayi yang lahir cacat lebih baik diizinkan
meninggal dari padanantinyamenjadi beban di masyarakat.

b. Teori Deontologi
Deontologi berprinsip pada aksi atau tindakan menurut Kant,
benar atau salah bukan ditentukan oleh hasil akhir atau konsekuensi
dari suatu tindakan,melainkan oleh nilai moralnya. Perhatian
difokuskan pada tindakan melakukan tanggung jawab moral yang
dapat memberikan penentu apakah tindakan tersebut secara moral
benar atau salah. Kant berpendapat: Prinsip-prinsip moral yang
terkait dengan tugas harus bersifat universal ,tidak kondisional dan
imperative.
Contoh penerapan deontologi : seorang perawat menolak
membantu pelaksanaan aborsi karena keyakinan agamanya yang
melarang tindakan pembunuhan.

4
Teori deontolgi dikembangkan menjadi 5 prinsip penting yaitu:
1) Kemurahan hati(beneficience)
Inti dari prinsip kemurahan hati adalah tanggung jawab
untuk melakukan kebaikan yang menguntungkan klien dan
menghindari perbuatan yang merugikan atau membahayakan
klien.
Adanya sumbangsih perawat terhadap kesejahteraan,
kesehatan, keselamatan dan keamanan klien.
2) Keadilan (justice)
Prinsip dari keadilan bahwa mereka yang sederajat
harus diperlakukan sederajat, sedangkan yang tidak sederajat
harus diperlakukan secara tidak sederajat harus diperlakukan
secara tidak sederajat sesuai dengan kebutuhan mereka
(beauchamp dan childress)
3) Otonomi
Prinsip otonom i menyatakan bahwa setiap individu
mempunyai kebebasan menentukan tindakan atau keputusan
berdasarkan recana yang mereka pilih(veatchdan fry).
4) Kejujuran (veracity)
Prinsip kejujuran di defenisikan sebagai menyatakan
hal yang sebenarnya dan tidak bohong (veatch&fry).
Kejujuran merupakan dasar terbinanya hubungan saling
percaya antara perawat-klien. Kejujuran harus dimiliki perawat
saat berhubungan dengan klien.
5) Ketaatan (fidelity)
Prinsip ketaatan didefenisikan sebagai tanggung jawab
untuk tetap setiap ada suatu kesepakatan, meliputi:
tanggung jawab menepati janji, mempertahankan konfidensi,
dan memberi perhatian.

5
3. Model Pengambilan Keputusan Etik
Model Pemecahan Keputusan Etik Menurut Kozier & Erb, (2004)
a. Mengembangkan data dasar.
Untuk melakukan ini perawat memerlukan pengumpulan informasi
sebanyak mungkin meliputi:
1) Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut dan bagaimana
keterlibatannya seperti klien, suami, anak,perawat, rohaniawan.
2) Apa tindakan yang diusulkan
Misalnya ada seorang pasien yang mengidap kanker payudara.
Maka sebagai klien dia mempunyai otonomi untuk membiarkan
penyakit menggerogoti tubuhnya walaupun sebenarnya bukan
hal itu yang di inginkannya. Dalam hal ini, perawat mempunyai
peran dalam pemberi asuhan keperawatan, peran advocad
(pendidik) serta sebagai konselor yaitu membela dan
melindungi klien tersebut untuk hidup dan menyelamatkan jiwa
klien dari ancaman kematian.
3) Apa maksud dari tindakan yang diusulkan
Dengan memberikan pendidikan, konselor, advokasi diharapkan
klien dapat menerima serta dapat membuat keputusan yang tepat
terhadap masalah yang saat ini dihadapi
4) Apa konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul dari tindakan
yang di usulkan.
Misalnya pada kasus wanita yang mengidap kanker payudara
dan harus dilakukan pengangkatan payudara. Bila operasi
dilaksanakan :
a) Biaya membutuhkan biaya yang cukup besar.
b) Psikososial : Pasien merasa bersyukur diberi umur yang
panjang (bila operasi itu lancar dan baik) namun klien juga

6
dihadapkan pada kecemasan akan kelanjutan hidupnya bila
ternyata operasi itu gagal
c) Fisik : Klien akan kehilangan salah satu payudaranya,
begitu juga sebaliknya jika operasi tidak dilaksanakan

b. Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut :


1) Untuk memutuskan apakah tindakan dilakukan pada klien,
perawat dihadapkan pada konflik tidak menghormati otonomi klien
2) Apabilatindakantidakdilakukanperawatdihadapkanpadakonflik
seperti tidak melaksanakan sumpah profesi, tidak melaksanakan
kode etik profesi dan prinsip moral serta tidak melaksanakan
perannya sebagai pemberi asuhan keperawatan

c. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang


direncanakan dan mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi
tindakan tersebut :
1) Mengusulkan dalam tim yang terlibat dalam masalah yang
dihadapi klien untuk dilakukannya tindakan atau tidak
2) Mengangkat dilema etik kepada komisi etik keperawatan yang
lebih tinggi untuk mempertimbangkan apakah dilakukan atau tidak
suatu tindakan
d. Menetapkan Siapa Pembuat Keputusan
Pihak-pihak yang terlibat dalam pembuat keputusan antara lain tim
kesehatan itu sendiri, klien dan juga keluarga
e. Mengidentifikasi kewajiban perawat
1) Menghindarkan klien dari ancaman kematian
2) Melaksanakan prinsip-prinsip kode etik keperawatan
3) Menghargai otonomi klien

7
f. Membuat keputusan
Keputusan yang diambil sesuai dengan hak otonomi klien dan juga
dari pertimbangan tim kesehatan lainnya.

B. Konsep Hubungan Personil dalam Pengambilan Keputusan Etik


1. Hubungan Personil Perawat dengan Pasien
Seorang pasien dalam situasi menjadi pasien mempunyai tujuan
tertentu. Seorang perawat dalam memberikan asuhan keperawatan juga
mempunyai tujuan tertentu.Kondisi yang dihadapi pasien merupakan
penentu peran perawat terhadap pasien.
Untuk menjelaskan peran perawat secara umum dapat digunakan
kerangka yang mengacu pada pandangan dasar Helldegard .E Peploy,
tentang hubungan perawat dan pasien dalam asuhan keperawatan
merupakan rasa percaya, pengukuran pemecahan masalah (Problem
Solving), dan kolaborasi.
Dalam konteks hubungan perawat dan pasien, perawat dapat
berperan sebagai konselor pada saat pasien mengungkapkan kejadian dan
perasaan tentang penyakitnya.Perawat juga dapat berperan sebagai
pengganti orang tua (terutama pada pasien anak), saudara kandung, atau
teman bagi pasien dalam ungkapan perasaan-perasaannya.

2. Hubungan Perawat dengan Keluarga/Masyarakat


Personal yang melakukan perawatan biasanya menganggap
keluarga pasien sebagai orang-orang yang merepotkan. Para
keluarga juga selalu memperhatikan tingkah laku para personil
perawatan tanpa henti-hentinya, dan selalu akan berjuang demi
kepentingan pasien. Keluarga biasanya bereaksi jika mereka
mengetahui bahwa pasien tidak memperoleh perawatan yang ia

8
perlukan. Kadang-kadang bagi para perawat hal ini dipandang
sebagai hal yang kecil, akan tetapi bagi anggota keluarga
merupakan hal yang penting.
Para anggota keluarga pasien masih dianggap suatu
ancaman bagi system perawatan dan juga situasi kerja dalam
suatu perawatan. Ini disebabkan karena keluarga tidak selalu
siap untuk mengikuti peraturan-peraturan di ruang perawatan.
Karena peraturan-peraturan ini tidak selalu terlihat baik atau
ramah bagi pasien atau keluarganya ini semata-mata hanya
diberlakukan bagi kepentingan organisasi.
3. Hubungan Perawat dengan Profesi Lain (Dokter)
Hubungan perawat dengan dokter telah terjalin seiring perkembangan
kedua kedua profesi ini, tidak terlepas dari sejarah, sifat ilmu/pendidikan,
latar belakang personal dan lain- lain.Kedokteran dan keperawatan,
walaupun kedua disiplin ilmu ini sama- sama berfokus pada manusia,
mempunyai beberapa perbedaan. Kedokteran lebih bersifat paternalistik,
yang mencerminkan figur seorang bapak, pemimpin dan pembuat
keputusan (judgment).Sedangkan keperawatan lebih bersifat
mothernalistik, yang mencerminkan figure seorang ibu (mother instink)
dalam memberikan asuhan keperawatan, kasih sayang, dan bantuan
(helping relationship).

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengambilan keputusan legal etik adalah cara mengambil keputusan
dari suatu permasalahan yang disesuaikan dengan keabsahan suatu tata cara
pengambilan keputusan baik secara umum ataupun secara khusus.
Dalam konteks hubungan perawat dan pasien, perawat dapat berperan
sebagai konselor pada saat pasien mengungkapkan kejadian dan perasaan
tentang penyakitnya.Perawat juga dapat berperan sebagai pengganti orang tua
(terutama pada pasien anak), saudara kandung, atau teman bagi pasien dalam
ungkapan perasaan-perasaannya.
Hubungan perawat dengan dokter telah terjalin seiring perkembangan
kedua kedua profesi ini, tidak terlepas dari sejarah, sifat ilmu/pendidikan, latar
belakang personal dan lain- lain.Kedokteran dan keperawatan, walaupun
kedua disiplin ilmu ini sama- sama berfokus pada manusia, mempunyai
beberapa perbedaan

B. Saran
Sebagai seorang perawat tentunya kita harus memiliki pengetahuan
yang luas, dapat mengidentifikasi dan mengevaluasi pilihan tindakan serta
menentukan cara penanganan apa yang harus dilakukan dalam mengambil
keputusan dari suatu permasalahan. Perawat juga harus berhati – hati dalam
mengambil keputusan dilema etik dan saling memuaskan, tidak merugikan
baik bagi pasien, keluarga atau masyarakat, sesama tenaga perawat, maupun
profesi lainmaka perlu dibentuk komite etik disetiap Rumah Sakit dan bila
perlu disetiap ruang ada yang mengawasi dan mengontrol pelaksanaan etik
dalam praktek keperawatan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Hanafiah MJ, Amir Amri. 2007. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan . Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Purba, Jenny Marlindawani, Pujiastuti, Rr. Sri Endang, (2010), Dilema Etik &
Pengambian Keputusan Etis dalam Praktik Keperawatan Jiwa, Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran

Stevens, P.J.M, dkk. 1999. Ilmu Keperawatan, Jilid 2. Jakarta : EGC

11

Vous aimerez peut-être aussi