Vous êtes sur la page 1sur 23

MAKALAH ASKEB IBU IV

“BENDUNGAN ASI”

DOSEN PEMBIMBING :
ERIK EKOWATI, SST

Oleh:
Diah Choirunnikmah 110.106.016
Lutvi Yayang VT 110.106.046
Melisa Deviana P 110.106.050

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


UNIVERSITAS TULUNGAGUNG
2013

1
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan
rahmat dan ridhoNya kami dapat menyelesaikan ASKEB IBU IV dengan judul
“BENDUNGAN ASI” dengan baik dan tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Dalam kesempatan ini kami ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dr. Denok Sri Utami
Selaku Ketua Program Studi D III Kebidanan Universitas Tulungagung.
2. Erik Ekowati, SST
Selaku ibu pembimbing makalah ASKEB IBU IV ini.
3. Rekan-rekan mahasiswa
Yang telah memberikan dorongan dan semangat serta bantuan dalam
penyusunan makalah ASKEB IBU IV ini.

Penyusunan makalah ASKEB IBU IV yang kami buat ini jauh dari
sempurna oleh karena itu kami mengharap kritik dan saran dari pembaca. Semoga
makalah ASKEB IBU IV ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Amin amin amin.

Tulungagung, April 2013

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan yang di perlukan untuk
pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 – 8 mgg, sedangkan yang
terpenting dalam nifas adalah masa involusi dan laktasi. Asuhan pada masa
nifas diperlukan karena masa ini merupakan masa kritis baik ibu maupun
janin.
Perawatan masa nifas sangat di perlukan untuk mencegah dan
mendeteksi adanya komplikasi yang terjadi setelah persalinan ,antara lain
perdarahan, infeksi, dan gangguan psikologis. Dengan latar belakang di atas
penulis tertarik untuk mengangkat kasus bendungan ASI

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian bendungan ASI?
2. Apa faktor-faktor penyebab bendungan ASI?
3. Bagaimana tanda dan gejala bendungan ASI?
4. Bagaimana pencegahan bendungan ASI?
5. Bagaimana penatalaksanaan bendungan ASI?

C. Tujuan
Dengan banyaknya kasus bendungan ASI dalam hal ini maka perlu
diketahui beberapa tujuan dipelajarinya bendungan ASI, dengan tujuan
sebagai berikut:
1. Menjelaskan pengertian bendungan ASI
2. Menjelaskan faktor penyebab bendungan ASI
3. Menjelaskan tanda dan gejala bendungan ASI
4. Menjelaskan pencegahan bendungan ASI
5. Menjelaskan penatalaksanaan bendungan ASI

4
5

BAB II
PEMBAHASAN
BENDUNGAN ASI

2.1 Anatomi Payudara


Payudara atau mammae adalah struktur kulit yang dimodifikasi,
berglandular pada anterior thorax. Pada perempuan mengandung unsur
untuk mensekresi susu untuk makan bayi (Kumala, 2008: 28).
2.1.1 Struktur Makroskopis
Struktur maksroskopis menurut Verralls (2007), terdiri dari :
1) Cauda Axillaris
Cauda axillaris adalah jaringan payudara yang meluas ke axilla
2) Areola adalah daerah lingkaran yang terdiri dari kulit yang
longgar dan mengalami pigmentasi dan masing–masing payudara
bergaris tengah kira–kira 2,5 cm. Areola berwarna merah muda
pada wanita yang berkulit cerah, lebih gelap pada wanita yang
berkulit coklat, dan warna tersebut menjadi lebih gelap pada
waktu hamil. Di daerah areola ini terletak kira–kira 20 glandula
sebacea. Pada kehamilan areola ini membesar dan disebut
tuberculum montgomery.
3) Papilla Mammae
Papilla mammae terletak di pusat areola mammae setinggi iga
(costa) keempat. Papilla mammae merupakan suatu tonjolan
dengan panjang kira–kira 6 mm, tersusun atas jaringan erektil
berpigmen dan merupakan bangunan yang sangat peka.
Permukaan papilla mammae berlubang–lubang berupa ostium
papillare kecil–kecil yang merupakan muara ductus lactifer.
2.1.2 Struktur Mikroskopis
Payudara terutama tersusun atas jaringan kelenjar tetapi juga
mengandung sejumlah jaringan lemak dan ditutupi oleh kulit.
Jaringan kelenjar ini dibagi menjadi kira–kira 18 lobus yang
dipisahkan secara sempurna satu sama lain oleh lembaran-lembaran
6

jaringan fibrosa. Setiap lobus merupakan satu unit fungsional dan


tersusun atas bangun sebagai berikut
(Verralls, 2007: 37) :
1) Alveoli
Alveoli mengandung sel–sel yang menyekresi air susu. Setiap
alveolus dilapisi oleh sel–sel yang menyekresi air susu, disebut
acini yang mengekstrasi faktor–faktor dari darah yang penting
untuk pembentukan air susu. Disetiap keliling alveolus terdapat
sel–sel mioepitel yang kadang-kadang disebut sel keranjang.
Apabila sel–sel ini dirangsang oleh oksitosin akan berkontraksi
sehingga mengalirkan air susu ke dalam ductus lactifer.
2) Tubulus Lactifer
Tubulus lactifer merupakan saluran kecil yang berhubungan
dengan alveoli.
3) Ductus Lactifer
Ductus lactifer adalah saluran sentral yang merupakan muara
beberapa tubulus lactifer.
4) Ampulla
Ampulla adalah bagian dari ductus lactifer yang melebar, yang
merupakan tempat penyimpanan air susu. Ampulla terletak di
bawah areola.

2.2 Fisiologi Laktasi


Proses produksi, sekresi dan pengeluaran ASI dinamakan laktasi.
Ketika bayi menghisap payudara, hormon oksitosin membuat ASI mengalir
dari dalam alveoli melalui saluran susu (ducts milk) menuju reservoir susu
yang berlokasi di belakang areola, lalu ke dalam mulut bayi. Pengaruh
hormonal bekerja mulai dari bulan ketiga kehamilan, dimana tubuh wanita
memproduksi hormon yang menstimulasi munculnya ASI dalam sistem
payudara (Saleha, 2009: 54).
Untuk memasyaratkan pemberian ASI sejak dini dengan tujuan
mecegah terjadinya engorgement diperlukan faktor–faktor pendukung yang
7

terus–menerus mengupayakan keberhasilan menyusui, yang antara lain


bergantung pada peran yang dilakukan oleh : peran petugas kesehatan, peran
rumah sakit dan pemerintah, peran fisik dan psikis ibu, faktor keluarga,
faktor masyarakat dan faktor bayi (Saleha, 2009: 58).
2.2.1 Produksi Air Susu Ibu
Prolaktin merupakan suatu hormon yang disekresi oleh glandula
pituitaria anterior, penting untuk produksi air susu ibu, tetapi
walaupun kadar hormon ini di dalam sirkulasi maternal meningkat
selama kehamilan, kerja hormon ini dihambat oleh hormon plasenta.
Dengan lepas atau keluarnya plasenta pada akhir proses persalinan,
maka kadar esterogen dan progesterone berangsur–angsur turun
sampai tingkat pada dilepaskannya dan diaktifkannya prolaktin
(Verralls, 2007: 37).
2.2.2 Pengeluaran Air Susu (Sarwono, 2005: 700)
1) Reflek Produksi
Hisapan bayi pada payudara merangsang produksi hormon
prolaktin yang akan menyebabkan sel–sel sekretori dan alveoli
untuk memproduksi susu yang akan disiapkan dalam lumen
pembendungan ASI yang terjadi dalam alveolus akan
menyebabkan adanya penekanan pada pembuluh darah sehingga
akan menyebabkan penurunan prolaktin dalam darah sehingga
sekresi ASI juga berkurang.
Untuk mengetahui banyaknya produksi ASI, beberapa kriteria
yang dapat digunakan sebagai patokan jumlah ASI cukup atau
tidak adalah : ASI yang banyak dapat merembes keluar melalui
puting, sebelum disusukan payudara terasa tegang, jika ASI
cukup setelah menyusu bayi akan tertidur / tenang selama 3
sampai 4 jam dan bayi akan sering berkemih sekitar 8 kali sehari
(Saleha, 2009: 58).
Produksi ASI yang rendah adalah akibat dari kurang seringnya
menyusui atau memerah payudara, bayi tidak bisa menghisap
secara efektif, dan kurangnya gizi ibu. Sedangkan faktor–faktor
8

yang mempengaruhi produksi ASI antara lain adalah frekuensi


pemberian susu, berat bayi saat lahir, usia kehamilan saat
melahirkan, usia ibu dan paritas, stres dan penyakit akut,
merokok, mengkonsumsi alkohol, dan penggunaan pil kontrasepsi
(Saleha, 2009: 59).
2) Reflek Let Down
Hisapan bayi pada payudara dapat merangsang produksi hormon
oksitosin yang akan menyebabkan kontraksi sel yang terdapat
dalam lumen, masuk ke dalam sinus lacteal di daerah areola.
Reflek let down ini sangat sensitif terhadap faktor kejiwaan ibu
dan proses produksinya dapat terhambat apabila ibu lelah, merasa
malu, atau tidak pasti. Produksi ASI akan lancar apabila ibu
merasa bangga dan yakin akan kemampuannya menyusui.
Faktor–faktor yang meningkatkan reflek let down antara lain:
melihat bayi, mendengarkan suara bayi, mencium bayi dan
memikirkan untuk menyusui bayi (Saleha, 2009: 60).

2.3 Bendungan ASI


2.3.1 Pengertian
Payudara terasa lebih penuh tegang dan nyeri terjadi pada hari ketiga
atau hari ke empat pasca persalinan disebakan oleh pembendungan air
susu karena penyempitan duktus laktiferi. Hal ini semua merupakan
bahwa tanda ASI mulai banyak di sekresi, namun pengeluaran belum
lancar (Mochtar, 2002: 112).

Gambar 2.1 Bendungan ASI


9

Bila nyeri ibu tidak mau menyusui keadaan ini akan berlanjut, ASI
yang disekresi akan menumpuk sehingga payudara bertambah tegang.
Gelanggang susu menonjol dan putting menjadi lebih getar. Bayi
menjadi sulit menyusu.
Pada saat ini payudara akan lebih meningkat, ibu demam dan
payudara terasa nyeri tekan (Mochtar, 2002: 116). Saluran tersumbat
= obstructed duct = caked breast terjadi statis pada saluran ASI
(ductus lactoferus) secara lokal sehingga timbul benjolan lokal
(Sarwono, 2007: 37).
2.3.2 Faktor–faktor penyebab bendungan ASI
Faktor–faktor yang menyebabkan bendungan ASI dalam Medical
Journal (2010) adalah :
1) Air susu mengental hingga menyumbat lumen saluran. Hal ini
terjadi sebagai akibat air susu jarang dikeluarkan.
2) Adanya penekanan saluran air susu dari luar
3) Pemakaian bra yang terlalu ketat
2.3.3 Tanda dan Gejala
1) Payudara terasa panas (dengan menggunakan termometer)
2) Keras
3) Terlihat mengkilat meski tidak kemerahan
4) Demam (suhu normal 36,5-37,5ºC)
5) Nyeri tekan
2.3.4 Pencegahan
Pencegahan pembengkakan payudara menurut Mochtar
(2002) adalah :
1) Menyusui secara dini, susui bayi segera mungkin
(sebelum 30 menit) setelah dilahirkan
2) Susui bayi tanpa dijadwal (on demand)
3) Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi
kebutuhan bayi
4) Perawatan payudara pasca persalinan
10

2.3.5 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pembengkakan payudara menurut Mochtar (2002)
adalah :
1) Kompres air hangat agar payudara menjadi lebih lembek
2) Keluarkan ASI sebelum menyusui sehingga ASI keluar lebih
mudah ditangkap dan dihisap oleh bayi.
3) Sesudah bayi kenyang keluarkan sisa ASI
4) Untuk mengurangi rasa sakit pada payudara berikan kompres
dingin
5) Untuk mengurangi statis di vena dan pembuluh darah getah benih
dilakukan pengurutan (massase) payudara yang dimulai dari
putting kearah korpus.
Menurut Soetjiningsih (2002) menyusui bayi tidak dijadwal, sehingga
tindakan menyusui bayi dilakukan di setiap saat bayi membutuhkan,
karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus
menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena sebab lain
(kencing, kepanasan / kedinginan atau sekedar ingin didekap) atau ibu
sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat
mengosongkan satu payudara sekitar 5–7 menit dan ASI dalam
lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya, bayi
tidak memiliki pola yang teratur dalam menyusui dan akan
mempunyai pola tertentu setelah 1–2 minggu kemudian.
Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik, karena hisapan
bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya.
Dengan menyusui tanpa jadwal, sesuai kebutuhan bayi akan
mencegah timbulnya masalah menyusui. Ibu yang bekerja dianjurkan
agar lebih sering menyusui pada malam hari. Bila sering disusukan
pada malam hari akan memicu produksi ASI.
Untuk menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara maka
sebaiknya setiap kali menyusui harus dengan kedua payudara. Pesan
kepada ibu agar berusaha menyusui sampai payudara terasa kosong,
agar produksi ASI menjadi lebih baik. Setiap kali menyusui, dimulai
dengan payudara yang terakhir disusukan.
11

BAB III
TINJAUAN KASUS

I. PENGKAJIAN DATA
Pengkajian dilakukan di BKIA Amanda Tulungagung Tanggal 03.10.2012
jam: 16.30 WIB
A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
Nama : Ny. “Y” Nama Suami : Tn. R
Umur : 23 tahun Umur : 25 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Suku : Jawa Suku : Jawa
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : wiraaswasta
Alamat : Sumbergempol Alamat : Sumbergempol
2. Keluhan Utama
Ibu mengeluh ASInya belum keluar dan payudara terasa penuh.
tegang. Dan terasa nyeri

3. Riwayat keluhan utama


ASI ibu tidak keluar sejak dua hari yang lalu setelah persalinan, dan
terjadi sampai sekarang

4. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu


NIFAS INI

5. Riwayat persalinan sekarang


a. Tanggal/jam persalian : 01/10/2012-06.15
b. Tempat dan penolong persalinan : BPS/Bidan
c. Jenis persalinan : Normal, spt B
d. Lama persalinan : 5 jam 05 menit

Kala I : 4 jam 35 menit


Kala II : 20 menit
Kala III : 10 menit +
Jumlah : 5 jam o5 menit
12

6. Keadaan placenta
a. Lahir. Jam/tanggal : 06.25 WIB/ 01.10.2012
b. Berat : 400 gram
c. Robekan : derajat II (mukosa vagina, komisura posterior,
kulit perineum, otot perineum)
d. Kelengkapan : koteluden dann selaput lketuban lahir lengkap
e. Kelainan : tidak ada
f. Jumlah perdarahan : 200 cc
g. Penyulit persalinan : tidak ada
7. Keadaan bayi
a. Jenis kelamin :♂
b. BB/PB : 3200 gram/ 47 cm
c. Keadaan : baik
d. AS : 8-9 cm
e. Kelainan : tidak ada
8. Riwayat nifas sekarang
Ibu merasakan payudaranya nyeri dan tegang sejak 2 hari yang lalu,
dan ini sangat menggangu kenyamanan ibu.

9. Kebutuhan sehari-hari
a. Nutisi
 Sebelum melahirkan: ibu makan 3x sehari dengan porsi sedang
dengan nasi, lauk, sayur dan minum 8-10 gelas / hari
 Sesudah melahirkan: ibu makan 3x sehari dengan porsi sedang
dengan nasi, lauk, sayur terkadang buah, dan minum 9-12
gelas/ hari
b. Eliminasi
 Sebelum melahirkan: ibu BAK 4x/ hari tanpa ada nyeri, dan
BAB tiap pagi dengan konsistensi lunak, kuning kecoklatan.
 Setelah melahirkan: ibu BAK 4-5x/ hari dan BAB hanya 1x
setelah melahirkan.
13

c. Istirahat
 sebelum melahirkan: ibu tidur siang selama 1 jam dan tidur
malam selama 7-8 jam/ hari
 setelah melahirkan: ibu tidak bisa tidur siang, dan malam tidur
± 6-7 jam karena sering terbangun.
d. Aktivitas
 Sebelum melahirkan: ibu biasanya melakukan aktivitas ibu
rumah tangga, seperti: menyapu, mengepel, cuci dll
 Setelah melahirkan: ibu tidak melakukan aktivitas yang berarti,
ibu hanya merawat bayinya.
e. Personal hygine
 Sebelum persalinan: ibu mandi 2x/ hari, keramas 3x/ minggu,
ganti pakanan dalam 2x/ hari, ganti pakainan 1x/ hari.
 Setelah persalinan: ibu mandi 2x/ hari, keramas 1x setelah
persalinan, ganti pakainan dalam setiap setelah BAK dan BAB,
dan ganti pakain 1x/ hari.
10. Ambulasi / Mobilisasi Dini
Ibu sudah bisa jalan, sekitar kamar, dan sudah bisa ke kamar mandi
sendiri.

11. Data Psikososial


Ibu merasa cemas dengan keadaanya saat ini, dan takut kebutuhan
nutrisi bayinya tidak terpenuhi.

12. Riwayat kesehatan lalu


Ibu tidak pernah menderita penyakit sistemik, jantung, ginjal, asma,
hepatitis, DM, HT, kejang, dll

13. Riwayat penyakit keluarga


Keluarga tidak mempunyai riwayat penyakit sistemik, baik dari pihak
istri dan suami.

14. Riwayat KB
Ibu belum pernah menggunakan alat kontrasepsi sama sekali.
14

15. Pengetahuan
 Perawatan tali pusat: ibu sudah mengerti bagaimana cara merawat
tali pusat bayi, yaitu menganti setiap setelah mandi dengan kassa
steril dan tetap menjaga agar tetap kering.
 Memandikan bayi: ibu sudah mengerti cara memandikan bayi,
yaitu: dengan air hangat, waslap, dan sabun. Memandikan bayi
setiap pagi dan sore.
 Perawatan buah dada: ibu mengatakan belum mengerti cara
merawat payudaranya.
 Cara meneteki: ibu belum mengerti cara meneteki yang benar.
 Kapan hubungan seksual: ibu sudah mengerti kapan melakukan
hub. Seksual, yaitu: sesudah masa nifas selesai.
 Kapan melakukan pemeriksaan ulang: ibu sudah mengerti kapan
melakukan pemeriksaaun ulang, yaitu sesuai jadwal yang telah
diberika oleh bidan dan kembali jika ada keluhan.
 Kapan boleh hamil lagi: ibu sudah mengerti, yaitu: 2/3 tahun lagi.
 Senam nifas: ibu mengatakan belum mengerti cara senam nifas.
16. Sibling
Tidak ada persipan sibling, karena ini adalah anak yang pertama

17. Personal hygine


Ibu sudah mengerti personal hygine, yaitu: menjaga kebersihan diri,
terutama dibagaian genetalia. Ibu mengganti pembalut setiap terasa
penuh dan setiap setelah BAK/BAB.

18. Mobilisasi
Ibu sudah melakukan mobilisasi

19. Obat-obatan
Ibu sudah mengerti bahwa obat yang bole dikonsumsi hanyalah dari
bidan/ petugas kesehatan
15

B. DATA OBJEKTIF
a. Keadaan : compos mentis
b. K/U : baik
c. TTV :
 TD : 120/80 mmHg
 N : 83x/ menit
 RR : 22x/ menit
 S : 36,40C
d. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala : simetris, tidak ada benjolan, warna rambut hitam, tidak
ada ketombe, tidk rontok, dan bersih.
2) Muka : tidak pucat, tidak odema, tidak ikhterus.
3) Mata : simetris, conj. merah muda, sklera tdak ikhterus.
4) Telinga : simetris, bersih, pendengaran baik.
5) Hidung : simetris, tiddak ada polip, tidak ada pernafasan cuping
hidung, bersih.
6) Mulut : tidak kering, tidak ada stomatitis, tidak ada carries pada
gigi : tidak ada pembesaran pada tonsil.
7) Leher : tidak ada pembesaran pada k. tyroid dan vena jugularis.
8) Dada: tidak terdengar ronchi dan weezing, tidak ada pernafasann
dinding dada.
9) Mammae : pada payudara kiri mengalami pembesar, bengkak,
terasa penuh dan merah mengkilap, mengalami hiperpigmentasi,
puting menonjol.
10) Abdomen : tidak ada bekas operasi, konsisitensi keras, TFU 3
jari bawah pusat.
11) Genetalia : ada pengeluaran darah dari vagina (lochea rubra),
vulva tidak odema, ada jahitan pada perineum. Anus tidak
hemoroid.
12) Ekstremitas : atas/bawah: simetris, tidak odema, akral hangat,
tidak ada varices, tidak ada kelainan.
16

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tidak dilakukan

II. INTERPRESTASI DATA


DIAGNOSA
No DATA DASAR
MASALAH
1- DS : ibu mengalami nyeri payudara, P10001 post partum
dan merasa tegang pada payudaranya. fisiologis hari ke-2
- DO :
TTV : TD: 120/80mmHg, N: 83x/menit, RR:
22x/menit, S: 36,40C
Asi beum keluar.
Kontraksi: baik/keras.
Terdapat jahitan perineum dengan baik.
Pengeluaran lochea rubra.

2 DS: pada payudara ibu sebelah kiri terasa Masalah


penuh, tegang, dan ibu mengalami nyeri pada Ibu mengalami
payudara sebelah kirinya. bendungan ASI
DO: mammae sebelah kiri: mengalam
pembesaran, bengkak, merah mengkilap dan
terasa penuh.
Kebuthan :

a. HE tentang perawatan payudara


b. HE tentang cara meneteki yang benar
c. HE tentang senam nifas
d. KIE istirahat
e. KIE tentang pola eliminasi
f. Mengatasi rasa nyeri yang dialami ibu, dan
memberi dukungan emosional agar tidak
cemas dengan masalah yang dialami.
17

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL


Potensial terjadi mastitis
Dasar : payudara ibu membengkak, nyeri dan merah mengkilap

IV. KEBUTUHAN TERHADAP TINDAKAN SEGERA KONSULTASI


DAN KOLABORASI
Kolaborasi dengan dokter bila terjadi mastitis yang berlanjut.
V. VI, VIII INTERVENSI, IMPLEMENTASI, EVALUASI

DIAGNOSA/ TUJUAN/
INTERVENSI IMPLEMENTASI EVALUASI
MASALAH KRITERIA HASIL
P10001 post Tujuan jangka pendek: 1. Lakukan pendekatan Tanggal: 02.10.2012 jam: 16.37 Tanggal: 03.10.2012
partum setelah diberikan terapeutik WIB jam : 16.50 WIB
fisiologis hari asuhan kebidan ± 20 R/ agar ibu lebih 1. Melakukan endekatan terapeutik
ke-2 menit diharapkan ibu kooperatif dengan pada pasien dengan metode S : ibu sudah mengerti
Ibu mengalami dapat mengerti petugas komunikasi 2 arah, dan dan bisa menguangi
bendungan penjalasan bidan mendengarkan serta menyimak yang telah djelaskan
2. Menginformasikan hasil
ASI KH: setiap keluhan ibu. oleh bidan, dan akan
pemeriksaan
1. Ibu mengerti 2. Menginformasikan hasil melakukan apa yang
R/ hak pasien untuk dianjurkan oleh idan.
penjelasan bidan pemeriksaan, bahwa ibu sekarang
mengetahui keadaannya
2. Idu dapat dalam kondisi baik-baik saja, O: K/U: baik
mengulang 3. Jelskan pada ibu mengaa hanya terjadi bendungan pada TTV:
kembali penjelasan terjadi bendungan payudara sebelah kiri. TD: 120/80mmHg,

bidan payudara 3. Menjelaskan mengapa terjadi N: 83x/menit,


3. Ibu melaksanakan R/ agar pasien mengerti benndungan payudara, yaitu RR: 22x/menit,
0
semua yang apa penyebab bendungan karena adanya peningkatan aliran S: 36,4 C

18
19

DIAGNOSA/ TUJUAN/
INTERVENSI IMPLEMENTASI EVALUASI
MASALAH KRITERIA HASIL
dianjurkan oleh payudara vena dan limphe pada payudara. ASI belum keluar, TFU
bidan 4. Beritahu cara mengatasi Dalam rangka mempersiapakan 3 jr bawah pusat, lochea

Tujuan jangka bendungan payudara untuk laktasi, selain itu rubra,

panjang: setelah dikarenakan kurangnya A : P10001 Post Partum


R/ mengatasi masalah ibu
dilakakan asuhan perawatan payudara pada masa Fisiologis H-3
5. Beritahu cara perawatan nifas. P:
kebidanan selama ± 20
payudara 4. Memberitahu cara
mengatasi  memotivasi
menit diharapkan ibu ibu
bisa menangani R/ untuk memperlancar bendungan payudara, yaitu: untuk tetap
masalahnya, dan tidak produksi ASI a. Berikan ASI pada bayi melakukan personal
terjadi bendungan ASI 6. Beritahu cara meneteki sesering mungkin. hygine, teruama di
kembali dan proses yang benar b. Berikan secara bergantian. bagian vulva
c. Kompres dengan air hangat
involusi berjan R/ mengurangi resiko  Memberiksn HE
dengann normal. sebelum disusukan pada bayi
terjadinya bendungan tentang alat
KH: d. Bantu dengan memijat
payudara Kontrasepsi
payudar untuk
1. K/U ibu baik  Memberitahu jadwal
7. Anjurkan ibu untuk ikut
permulaanmenyusui
2. TTV dalam batas imuniasi pada anak,
kelas senam nifas
5. Mengajari ibu cara merawat
normal jadwal tertera pada
20

DIAGNOSA/ TUJUAN/
INTERVENSI IMPLEMENTASI EVALUASI
MASALAH KRITERIA HASIL
3. Tidak terjadi tanda R/ untuk mempercepat payudra, yaitu dengan cara: buku KIA
bahaya nifas pulihnya alat-alat berikan kapas yang telah diberi  Menganjurkan ibu
4. Tidak terjadi reproduksi baby oil/minyak di puting susu kontrol ulang 3 hari
komplikasi 8. Berikan KIE tentang pola ibu, biarkan 3-5 menit, kemudian lagi, dan segera

istirahat olesi tangan dengan baby oil/ kemali bila ada


minyak lakukan pemijatan secara keluhan.
R/ agar kebutuhan istirah
melingkar pada payudaramsecara
ibu terpenuhi.
menyeluruh, lakukan 15-20x.
9. Berikan terapi obat pada Setelah dilakaukan pemijatan
ibu untuk mengatasi rasa kompres dengan air hangat dan
nyeri dengan air dingin. Kemudian
R/ untuk mengatasi keringkan payudar, lakuka
keluhan ibu perawatan ini secara runtin.

10. Jelaskan tentang gizi 6. Mengajari cara menetteki yang


nifas benar, yaitu: posisi ibu duduk
tegak dengan bersandar pada
R/ memenuhi kebutuhan
tempat duduk ibu, dagu bayi
nutrisi
21

DIAGNOSA/ TUJUAN/
INTERVENSI IMPLEMENTASI EVALUASI
MASALAH KRITERIA HASIL
11. Anjurkan tetap menjaga menempel pada payudara, perut
kebersihan vulva bayi menempel pada perut ibu,

R/ menjaga kondisinya dan seluruh areola masuk

agar tidak terjadi infeksi kemulut bayi.

nifas 7. Menganjurkan ibu untuk


mengikuti senam nifas untuk
12. Anjurkan ibu kontrol 3
mempercepat pulihnya kembali
hari lagi dan kembali
oragn-organ reproduksi.
berkunjung bila ada
8. Menganjurkan ibu istirahat pada
keluhan.
siang hari 1 jam dan malam 7-8
R/ memantau kondisi ibu. jam agar ibu tidak merasa lelah.
9. Memberikan obat pada ibu untuk
mengurangi rasa nyeri yang
dialami oleh ibu.
10. Menganjurkan ibu untuk makan
tanpa di batasi dengan jenis-jenis
tertentu, agar nutrisi ibu terpenui
22

DIAGNOSA/ TUJUAN/
INTERVENSI IMPLEMENTASI EVALUASI
MASALAH KRITERIA HASIL
karena ini juag berhubungnan
dengan bayi.
11. Menganjurkan ibu untuk tetap
menjaga kebersihan vulva, yaitu
dengan mengajari cara cebok
yang benar (dari depan
kebelakang), mengganti
pembalut sesering mungkin,
mengganti ceana secara rutin.
12. Menganjurkan ibu kontrol
kembali 3 hari kedepan, dan
kembali bila ada keluhan yang
berlanjut, untuk mengetahui
kondisi ibu
BAB 4
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masa Nifas merupakan proses pulihnya kembali alat-alat kandungan
seperti keadaan sebelum hamil, proses pengambilan data, pemeriksaan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi berjalan lancar. Tingkat pencapaian
tujuan dan kesembuhan klien akan berhasil bila klien aktif dan ada dukungan
dari keluarga.
B. Saran
1. Tenaga Kesehatan
a. Diharapkan petugas kesehatan lebih meningkatkan konseling tentang
menyusui secara eksklusif.
b. Diharapkan petugas kesehatan bisa mempertahankan pelayanan
kebidanan yang sudah memenuhi standart.
2. Pasien
a. Diharapkan pasien aktif bertanya kepada petugas meskipun belum ada
keluhan.
b. Hendaknya pasien secara rutin control ke petugas kesehatan

23
24

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Eny Retna, S.SiT, M.Kes dan Diah Wulandari , SST, M.Keb. 2010.
Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta, Nuha Medika.

Dewi, Vivian dan Tri Sunarsih. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta,
Salemba Medika.

Mochtar, Rustam. 2002. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC

Mansjuer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Medika Aesculap


FKUI.

Manuaba. Ida Bagus Gdc. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC

Saifudin , Abdul Bari. 2005. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBPSP

Wiknjosastro . 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta :YBPSP

Vous aimerez peut-être aussi