Vous êtes sur la page 1sur 17

MAKALAH DAN REVIEW JURNAL AUDITORY

Sebagai prasyarat penilaian mata kuliah Psikologi Faal

KELOMPOK 1
Anggota :
1. Dinda Tiara Sella (11140700000031)
2. Hanny Rahmwati Aulia Z (11140700000036)
3. Taufan Ari Putra (11140700000098)

Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta


Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah psikologi faal ini
tentang Auditory Sensory.
Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan
bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan
baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan
tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan
kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah ini dapat diambil hikmah dan
manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.

Jakarta , Maret 2015

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Latar belakang penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mini eksperimen
mata kuliah psikologi faal, serta menguji kebenaran teori mengenai korteks auditori yang
meneybutkan bahwa setiap sel dalam otak akan memberikan respons yan berbeda terhadap
nada dengan frekuensi tertentu. Peneliti ingin menguji apakah benar setiap orang dengan
pengalaman dan kemamuan bermusik yang berbeda akan berbeda pula responsnya dalam
mengenali suatu tangga nada yang didengarnya tanpa melihat instrument musiknya. Dalam
penelitian ini peneliti juga ingin mengetahui apakah auditori memiliki kesamaan dengan
visual dalam hal menyampaikan informasi dan peneliti juga ingin mengetahui apakah
seseorang dapat mendeskripsikan sesuatu hanya dengan membayangkannya berdasarakan
sesuatu yang ia dengar tanpa visualisasi dari hal tersebut.

B. Tujuan
- Mengetahui pengaruh pengalaman bermain music terhadap kemampuan seseorang
dalam mengenali nada
- Melihat pengaruh intensitas bermain music seseorang terhadap kemapuannya dalam
mempersepsikan sesuatu yang ia dengar
BAB II

TEORI

Sebagai sebuah informasi yang datang dari sistem auditori menuju ke area subcortical,
akson menyebrang melewati otak tengah untuk memungkinkan tiap hemisfer otak mendapatkan
input yang paling tepat dari kuping yang menjadi lawan arahnya (Glendenning , etc (dalam
Kalat:2009))

Seperti halnya sistem visual dimulai dengan sel-sel yang merespon kepada garis yang
simpel dan memproses garis-garis tersebut sampai akhirnya berbentuk wajah dan bentuk
kompleks lainnya, sama halnya dengan sistem auditori sel-sel diluar daerah A1 merespon dengan
baik hal-hal yang apa yang biasa disebut objek-objek auditori. Suara seperti bayi menangis,
musik, suara hewan lah yang dapat dibedakan begitu juga yang lainnya (Zatorre, etc (dalam
Kalat : 2009))

Informasi yang berasal dari system auditory melintasi beberapa struktur subkorteks dan
dengan adanya struktur penghubung pada otak bagian tengah, memungkinkan tiap bagian otak
bagian depan mendapatkan sebagian besar inputnya dari sisi telinga yang berlawanan. Pada
akhirnya, informasi mencanpai korteks auditory utama (area A1) yang terletak di korteks
temporal superior. Setelah mencapai bagian tersebut, informasi tersebar ke berbagai lokasi.

Perorganisasian konteks auditory sangat berparalel dengan perorganisasian korteks


visual. Contohnya, suatu bagian dari korteks parietal (aliran dorsal dimana) member respon yang
kuat terhadap lokasi stimulus visual maupun auditory. Pada konteks temporal superior, terdapat
area MT yang berperan penting untuk menditeksi gerakan visual dan area yang mendektesi
gerakan suara.
Area V1 berperan penting untuk imajinasi visual, begitu pula area A1 yang penting untuk
berimajinasi auditory. Seperti halnya system visual, system auditory juga membutuhkan
pengalaman untuk mengembangkan system secara penuh.

Terdapat satu perbedaan antara satu system auditory dan visual, yaitu : kerusakan pada
area V1 akan menyebabkan kebutaan tetapi kerusakan pada area A1 tidak menyebabkan tuli.

Korteks auditory menghasilkan suatu peta suara, para peneliti menyebutnya dengan peta
tonotopik. Walaupun setiap sel memiliki prefensi suara masing-masing, tapi terdapat banyak sel
yang lebih merespon suara kompleks dari pada nada murni. Artinya, sel mungkin akan merespon
jika terdapat suara kompleks dengan nada dominan yang sama dengan nada yang di prefrensi sel
tersebut, tetapi pada suara tersebut juga terdapat nada-nada lainnya.
BAB III

REVIEW JURNAL

Jurnal Pendukung:

Judul : Tonal Hierarchy Representations in Auditory Imagery

Ditulis oleh : Dominique T Vuvan dan Mark A Schmuckler

Website:

Abstrak:

Dua eksperimen sebagai presentasi dari psikologi mengenai nada dalam musik di auditory
imagery. Pada eksperiment pertama, orang yang terlatih dalam musik mendengarkan sebuah tone
sebagai acuan dan membuat gambaran auditory dari tone yang spesifik berdasarkan acuan
sebelumnya. Gambaran dari partisipan dinilai dari tones yang didapat. Di eksperimen kedua
partisipan menggambarkan tone minor bukannya tone major. Analisis dari penggalian tone rating
menunjukan bahwa partisipan sukses membayangkan keduanya major maupun minor tonal
hirarki. Mendemonstrasikan fungsi dari gambaran auditory dengan perbandingan terhadap
persepsi auditory. Dengan tambahan, kekuatan dari gambaran tone major tergantung kepada
pitch dan tone serta hubungannya dengan persepsi isyarat dan untuk membayangkan nada suara.
Akhirnya, representasi dari hirarki nada minor lebih lemah dibandingkan yang major.
Menggabungkan dengan bukti persepsi nada minor itu kurang stabil secara psikologi
dibandingkan yang nada major.

Keywords Imagery * Music cognition * Auditory perception

Latar Belakang:

Citra Mental menikmati sejarah panjangnya dalam pengolahan belajar untuk manusia pada
umumnya. Karena citra itu mengacu kepada proses memori dan manipulasi informasi.
Mempelajari image-image tersebut seperti halnya merepresentasikan simbol-simbol yang
menyatu dan membentuk suatu simbol baru. Sebagai mahluk yang banyak menggunakan
visualnya maka tidak heran bahwa penelitian mengenai hal ini banyak dilakukan dan tentunya
oleh para ahli. Pada halnya biasanya penelitian lebih banyak yang menggunakan visual imagery
dibanding auditory imagery maka dari itu peneliti ingin mengetahui seberapa besar pengaruh
auditory imagery dalam penggunaannya di dalam citra mental yang mempengaruhi psikologi
manusia.

Tujuan

Peneliti dapat mengetahui bagaimana fungsi isyarat yang berbeda-beda dapat mempengaruhi
pendengar dalam kemampuan untuk membayangkan nada yang diberikan, bersama dengan
menilai kemungkinan pengaruh pada gambaran nada

Peneliti juga mampu memperoleh bukti informasi bahwa nada minor itu lebih sedikit tidak stabil
dalam psikologinya daripada nada major.

Hipotesis:

Hipotesisnya adalah peneliti mampu membuktikan bahwa nada minor itu lebih sedikit
pengaruhnya terhadap psikologi dibandingkan nada major di dalam auditory imagery.

Methods

Partisipan

15 partisipan yang terlatih bermain musik (Umur rata-rata = 18,8 tahun ; SE = 0,3 tahun) di
ambil dari University of Toronto Scarborough Community. Semua partisipan mempunyai
minimal lima tahun instruksi musik formal, dengan rata-rata latihan selama 8,9 tahun (SE = 0,6
tahun), dan 3,4 tahun dalam latihan teori musik (SE = 1,0 tahun), mendengarkan musik selama
15,6 jam/ minggu (SE=3,1 jam/ minggu) dan bermain musik selama 5,7 jam/ minggu (1,3 jam/
minggu). Satu partisipan sudah pernah berpartisipasi dalam eksperimen psikologi musik dan dua
orang dilaporkan mempunyai nada absolut.

Stimulus, Kegiatan eksperimen dan prosedurnya


Perangkat dan suara stimulusnya identik dengan eksperiment pertama dan di kegiatan
eksperimen ini hampir identik lagi. Pendengar diminta untuk membayangkan nada dasar dari
sebuah nada patokan, dan untuk memasukan nada yang berhubungan ke dalam nada yang
dibayangkan. Nada patokan ini memvariasi hubungan ke derajat sekala yang minor, meskipun
diberikan hasil dari eksperiment percobaan pertama lebih mengekang ke kondisi patokan yang
bervariasi, dengan kunci bayangan konstan di nada A minor.

Pendengar sekali lagi akan didengarkan 12 nada kromatik sebagai yang diselidiki, dengan di
sesuaikan dengan range dari nada yang di bayangkan

Semua partisipan mendapatkan tujuh blok percobaan yang mengacak, menjawab untuk setiap
patokan fungsinya. Setiap blok berisikan set penuh dari nada yang dicari yang sudah diacak.
Semua partisipan mendengar dua kali dari tiap patokan fungsi blok, yang menjadikannya 168
percobaan secara keseluruhan (7 patokan fungsi x 12 nada yang diselidiki x 2 pengulangan)

Prosedur Eksperimennya sama, kecuali pada eksperimen dua partisipan diminta untuk
membayangkan harmonik minor dibanding dengan nada major. Harmonik minor dipilih karena
terdengar familiar bagi para pendengar. Setelah menyelesaikan percobaan, pendengar diminta
untuk mengisi kuisioner tentang latar belakang musik yang didengar. Eksperimen ini biasanya
berlangsung selama sejam

Hasil

Eksperimen mendemonstrasikan bahwa nada minor lebih sedikit stabilnya secara psikologi
daripada nada major. Dalam hal ini pola kunci nada melodi pada nada minor lebih sulit untuk
dimainkan di telinga mereka dibandngkan pola kunci nada melodi yang menggunakan nada
major, sesuai dengan hasilnya, penemuan ini penting didalam pengenalan dalam pembelajar
musik dalam mengembangkan ide ini

Diskusi

Dua eksperimen ini diperuntukan untuk menghitung kemampuan pendengar untuk menghasilkan
gambaran dari objek musik dengan nada yang kompleks. Demonstrasi perbedaan dalam stabilitas
antara kunci mayor dan minor menimbulkan pertanyaan tentang faktor apa yang mendasari
stabilitas diferensial di awal teori ini. Meskipun jawaban pasti atas pertanyaan ini tidak dapat
ditentukan, hasil saat ini memberikan beberapa wawasan ke dalam masalah ini. Satu penjelasan
yang mungkin berasal dari fakta bahwa, seperti yang dijelaskan sebelumnya, sebenarnya ada tiga
bentuk yang berbeda dari nada suara kecil, masing-masing dengan pola teoritis yang sedikit
berbeda dari hirarki penting. Mengingat keberadaan simultan dari beberapa, struktur kognitif
yang sangat mirip, ketidakstabilan kecil mungkin hanya disebabkan oleh ambiguitas yang
melekat antara representasi yang berbeda.

Kesimpulan:

Auditory Imagery memiliki perbedaan atas bagaimana fungsi isyarat yang berbeda-beda dapat
mempengaruhi pendengar dalam kemampuan untuk membayangkan nada yang diberikan,
bersama dengan menilai kemungkinan pengaruh pada citra nada. Serta Peneliti juga mampu
memperoleh bukti informasi bahwa nada minor itu lebih sedikit tidak stabil dalam psikologinya
daripada nada major.
BAB IV

EKSPERIMEN

4.1 Tujuan

Tentu saja semua orang sudah biasa apabila dihadapkan dengan sesuatu melalui indera
penglihatannya dan dengan mudah dapat mendeskripsikan persepsinya terhaap sesuatu yag
dilihatnya tersebut. Namun banyak yang sedikit kesulitan menggambarkan sesuatu apabila hanya
diberikan gambaran dalam bentuk suara (auditory), oleh karena itu kami melakukan eksperimen
dengan judul “kemampuan indera auditory dalam menebak tangga nada lagu“ yang bertujan
untuk mengetahui apakah seseorang dapat membedakan tangga nada dan mengekspresiakn
persepsiya hanya dengan mendengarkan suara nadanya tanpa melihat instrument musicnya.

4.2 Sarana dan prasarana pendukung

1. eksperimen yang kami lakukan menggunakan beberapa alat pendukung berupa laptop dengan
software FL-Player, headset, catatan kecil yang berfungsi untuk memfasilitasi partisipan
menceritakan pengalaman bermusiknya, serta persepsinya terhadapa apa yang ia dengar.

2. Prosedur dalam eksperimen kami adalah para partisipan dengan pengalaman dan kemamuan
bermain music yang berbeda, kami perdengarkan beberapa tangga nada melalui headset dan
mereka kami minta untuk menuliskan tangga nada yang mereka dengar, setelah menebak
beberapa tangga nada, partisipan diminta untuk menuliskan pengalaman bermusik mereka
dengan tujuan agar peneliti dapat membandingkan hasil dari jawaban mereka dengan penalaman
dan kemampuan bermusiknya. Setelah menuliskan pengalamannya, partisipan diminta untuk
menuliskan persepsi mereka terhadap nada tersebut apakah terdengar seperti nada sedih ataukan
senang.

3. partisipan dan lokasi eksperimen

Partisipan dalam mini eksperimen yang kami lakukan adalah 2 orang mahasiswa berusia
19 dan 20 tahun yang tergabung dalam UKM Riak di kampus 1 UIN Jakarta dari Fakultas
Ekonomi dan Bisnis. Sedangkan 8 orang pasrtisipan lainnya adalah para mahasiswa FISIP yang
berusia 18-19 tahun dan cukup paham tentang music dan kami melakukan mini eksperimen
tersebut di pelataran FISIP ketika jam istirahat.

4.4 Hasil penelitian

Penelitian ini menunjukan bahwa hasil eksperimen dalam hal mendengar juga memerlukan alat
bantu seperti gitar dan melihat langsung instrumennya. Dari 10 partisipan yang melakukan
eksperimen berikut adalah hasil tebakan mereka dalam menebak nada dan persepsi terhadap nada
yang sudah ditentukan

Kunci Responden
Nada

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

D V X V X X X X V V X
G V V V X X X X V X X
Em V X V X X X V X V X
G V X V X X X V X X V
Am V X V X X X X X V X

4.5 analisa hasil ekperimen

Hasil eksperimen yang kami lakukan adalah 2 dari 10 partisipan dengan pengalaman bermusik
yang cukup baik dan juga intens dalam memainkan alat music berhasil menuliskan nada yang
mereka dengar dengan benar tanpa ada satu kesalahan. Sedangkan 5 ornag partisipan dengan
kemampuan bermusik yang biasa saja dan pengalaman yang juga biasa, hanya dapat menuliskan
beberapa nada yang benar. 3 orang partisipan lainnya dengan kemampuan bermusik yang kurang
baik dan pengalamanyang juga tidak begitu baik, tidak dapat menuliskan jawaban yang benar.
Hal ini menunjukkan bahwa seperti halnya system visual, system auditori juga membutuhkan
pengalaman untuk mengembangkan system secara penuh. Dan apabila dilihat dari persepsi para
partisipan yang berbeda-bedamengenai nada tersebut, juga menunjukkan bahwa terdapat area
yang membatasi korteks auditori utama yang berfungsi untuk menganalisis makna suara.
Terbentuknya persepsi dimulai dengan pengamatan yang melalui proses hubungan melihat,
mendengar , menyentuh, merasakan dan menrimam sesuatu hak yang kemudian seseorang
menseleksi, mengorganisasi dan menginterpretasikan informasi yang diterimanya menjadi suatu
gambaran yang berari. Terjadinya oengamatan ini dipengaruhi oleh pengalamn masa lampau dan
sikap seseorang dari individu dan biasanya persepsi ini hanya berlaku bagi dirinya sendiir dan
tidak bagi orang lain. Selain itu juga persepsi ini tidak bertahan seumur hidup dapat berubah
sesuia perkembangan pengalaman, perubahan kebutuhan, dan sikap sesorang dari laki-laki
maupun perempuan.

Persepsi adalah proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur, dan menginterpretasikan


masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti. Persepsi
dapat diartikan sebagai suatu proses kategorisasi yang bersifat selektif. Adapun factor yang
mempengaruhi persepsi seseorang adalah karaterisktik orang ayng dipersesi dan factor
situasional.

Proses terbentuknya persepsi diawali dengan masuknya suara diterima oleh indera manusia atau
sensory reseptor sebagai bentuk sensation. Sejumlah besar sensation yang diperoleh dari proses
pertama diatas kemudian diseleksi dan diterima. Fungsi penyaringan ini dijalankan oleh factor
seperti harapan individu, motivasi dan sikap. Sensation yanh diperleh dari hasil penyaringan
pada tahap kedua itu merupakan input bagi tahap ketiga, tahap pengorganisasian sensation. Dari
tahap ini akan diperoleh sensasi yang merupakan satu kesatuan yang lebih teratur dibandingkan
dnegan sensasi yang sebelumnya. Tahap keempat merupakan tahap penginterpretasian seperti
pegalaman, proses belajar dan kepribadian. Apabila proses ini selesai dilalui, maka akan
diperoleh hasil akhir berupa persepsi.

4.6 Diskusi

Korteks auditori menyerupai korteks visual dalam banyak hal, keduanya memiliki sebuah system
“dimana” pada korteks parietal dan sebuah system “apa” pada korteks temporal. Keduanya
memiliki area yang terspesialisasi untuk mendeteksi gerakan, sehingga seseorang yang
mengalamai kerusakan otak dapat menderita buta gerakan atau tuli gerak. Koreteks visual utama
berperan penting dalam imajinasi visual dan korteks auditory utama berperan penting dalam
imajinasi auditory.
Pada eksperimen yang kami lakukan, setiap sel pada korteks auditory utama memberikan respon
terbaik untuk nada dengan frekuensi berbeda, walaupun banyak sel – sel yang memberikan
respon lebih baik untuk nada yang kompleks daripada nada berfrekeunsi tunggal. Sel-sel pada
korteks auditory memberikan respon paling kuat untuk suara yang menari perhatian kita,
msalnya: suara - suara yang aneh dan suara yang kaya akan harmonisasi. Area yang membatasi
korteks auditory utama berfungsi untuk makna suara. Tuli dapat ditimbulkan oleh kerusakan
pada sel-sel syaraf atau pada tulang yang mengantarkan suara ke sel – sel syaraf tersebut.

Kita melokalisasi suara berferekuensi tinggi melalui perbedaan kenyaringan yang terdengar
diantara dua telinga. Kita melokalisasi suara berfrekuensi tinggi melalui perbedaan fase
gelombang suara.

BAB IV

KESIMPULAN

Berdasarkan eksperimen yang telah kami lakukan, terdapat pengaruh antara pengalaman
bermain music, kemampuan bermain music dan juga kebiasaan memainkan instrumen music
terhadap kemampuan auditori sensorik dalam mengembangkan sensornya. Sehingga semakin
banyak pengalaman seseorang bermain music maka akan semakin pula auditori sensorinya
dalam mengenali nada yang ia dengar, begitu pula dengan intensitas ia bermain music juga
mempengaruhi kemampuannya dalam mengenali nada yang ia dengar.

BAB VI

LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA

Kalat, J.W (2010). Biological Psychology. Jakarta:Salemba Humanika

Mardiati, Ratna (1996) . Susunan saraf otak manusia, Jakarta : CV. Sagung Seto

Vous aimerez peut-être aussi