Vous êtes sur la page 1sur 3

Praktikum Oseanografi Fisika ( Shif 1 )

Nama : Daffa Afdiansyah


NPM : 230210170022

Analisis Salinitas terhadap Kedalaman di Samudera Pasifik

Gambar 1. Tabel Salinitas terhadap Kedalaman

Telah dilaksanakan praktikum Oseanografi Fisika pada Jum’at, 5 Oktober 2018 yang
membahas tentang salinitas suatu perairan. Gambar diatas adalah visualisasi data salinitas
terhadap kedalaman suatu perairan, yang mana data ini diambil melalui website
https://www.nodc.noaa.gov/ lalu diolah sedemikan rupa pada software ODV (Ocean Data
View). Letak astronomis data ini adalah pada 18oLU – 20oLU dan 155oBT – 157oBT. Peta
menunjukkan bahwa koordinat ini terletak pada wilayah Samudera Pasifik.

Samudra Pasifik pada umumnya memiliki salinitas yang bervariasi dengan rata-rata
35psu. Dari data diatas dapat diketahui bahwa tabel tersebut merupakan tabel salinitas
perairan Samudera Pasifik dari 34psu sampai 35,5psu terhadap kedalaman dari 0m sampai
2000m. Perbedaan warna pada tabel tersebut menandakan tingkat keasinan perairan yang
berbeda-beda. Warna merah menandakan bahwa kadar garam dalam perairan tersebut
terbilang tinggi antara 35,25psu sampai 35,5psu. Warna kuning menandakan perairan tersebut
memiliki salinitas antara 35psu sampai 35,25psu. Perairan yang memiliki salinitas antara
34,75psu sampai 35psu ditandai dengan warna hijau. Sedangkan perairan yang memiliki
salinitas 34,5psu sampai 34,75psu ditandai dengan warna biru kehijauan. Warna biru
menandakan perairan tersebut berada pada salinitas antara 34,25psu sampai 34,5psu. Dan
warna ungu menandakan bahwa perairan tersebut memiliki salinitas kurang dari 34psu. (Lihat
Gambar 1)

Analisis yang bisa diambil dari data diatas bahwa salinitas bertambah tinggi sejalan
dengan bertambahnya kedalaman antara 0m sampai ±150m lalu salinitas berangsung-angsur
turun atau bahkan berubah drastis menjadi semakin rendah kadarnya di kedalaman ±150m
sampai ±750m selanjutnya kadar garam berada pada nilai konstan ditandai dengan warna
hijau yang ada dikedalaman ±750m sampai 2000m. Menurut Enigma (2010) bahwa, nilai
salinitas air laut akan semakin besar dengan bertambahnya kedalaman. Perubahan terbesar
pada salinitas terjadi pada kedalaman antara 100 – 1000 meter. Daerah dimana terjadi
perubahan salinitas yang sangat cepat disebut sebagai lapisan haloklin. Perubahan kadar
garam ini akan mempengaruhi kepadatan air sehingga zona ini kemudian berfungsi sebagai
dinding pemisah antara air asin dan air tawar.ketika kedua jenis air ini bertemu, ia akan
membuat lapisan halocline yang berfungsi menjadi pemisah antara keduanya. Ketika air
tawar bertemu dengan air asin tidak langsung bercampur karena tergantung dari perbedaan
densitas dari mineral yang terlarut dan temperatur antara kedua lapisan air tersebut.
Perubahan kadar garam ini akan mempengaruhi densitas air sehingga lapisan ini kemudian
berfungsi sebagai dinding pemisah antara air asin dan air tawar. Adalah sesuatu yang
menakjubkan jika dapat melihat efek difraksi dari atas atau bawah lapisan haloklin, karena
akan tampak pancaran sinar multi warna yang menakjubkan, seolah-olah sinar direfraksikan
oleh medium lainnya (Salahudin, 2010). Menurut Firra (2013) Lapisan thermocline dan
halocline memiliki kedalaman yang berbeda sesuai dengan kondisi masing-masing daerah.
Contohnya pada perairan Puerto Rico memiliki kedalaman 5000 meter, lapisan-lapisan
tersebut ada pada kedalaman 1000 meter. Contoh lain pada perairan Selat Makassar, pada
perairan tersebut memiliki kondisi kedalaman yang dangkal, sehingga lapisan thermocline
dan halocline ada pada kedalaman 150 meter. Sedangkan pada Gambar 11 dan 12, daerah
Sorong, Papua Barat, memiliki lapisan thermocline dan halocline ini terletak pada kedalaman
250 meter. Kedua daerah ini memiliki kesamaan profil hubungan temperature dan salinitas
karena berada di perairan Indonesia yang memang memiliki kedalaman perairan yang
dangkal.

Kesimpulannya bahwa salinitas air laut dipengaruhi oleh banyak faktor yang sangat
kompleks sehingga menyebabkan perbedaan satu wilayah dengan wilayah lainnya. Pada
wilayah ini rata-rata salinitas air lautnya berkisar 35psu dimana pada lapisan permukaan 0m
sampai ±150m salinitasnya tinggi dan mulai menurun drastis di lapisan haloklin pada
kedalaman ±150m sampai ±750m lalu tabel menunjukkan kekonstanan salinitas pada
kedalaman >±750m.

Daftar Pustaka

Yoga, Pratama. 2014. “Samudera Pasifik”. Diakses tanggal 7 Oktober 2018 pada
https://www.academia.edu/9502424/Samudra_pasifik

Jihan Refli. 2016. “Hubungan antara Suhu dan Salinitas”. Diakses tanggal 7 Oktober 2018
pada https://id.scribd.com/document/324475382/Hubungan-Suhu-Dan-Salinitas-
Terhadap-Kedalaman

Destri, Rizky. 2005. “Tingkat Kehomogenan Salinitas dan Densitas Perairan”. Diakses
tangga 7 Oktober 2018 pada https://id.scribd.com/doc/192052133/Jurnal-Praktek-Laut-
Destri-R-a

Firra, Hasita. 2013. “Analisa Variasi Temperatur dan Salinitas Air Laut di Perairan Samudra
Pasifik”. Diakses tanggal 7 Oktober pada www.ejurnal.its.ac.id

Enigma. 2010. “Sungai di bawah laut? Penjelasan singkat”. Diakses tanggal 7 Oktober
2018 pada http://scribd.com/2010/03/cenote-angelita-penjelasan-singkat.html

Salahuddin, M. 2010. “Lapisan haloklin di cenote angelita bukan sungai bawah laut”.
Diakses tanggal 7 Oktober 2018 pada http://mgi.esdm.go.id/content/lapisan-haloklin-di-
cenote-angelita-bukan-sungai-bawah-laut

Vous aimerez peut-être aussi