Vous êtes sur la page 1sur 16

Judul : Menganalisis Temperatur di bawah permukaan tanah beruap dan tanah hangat di Bukit Kasih

Menggunakan metode perbandingan

Bab 1 pendahuluan

1.1 Latar Blakang

1.2 Rumusan Masalah


- Bagaimanakah perbandingan rata-rata suhu tanah pada pagi, siang dan sore hari di

sekitar manifestasi

-Bagaimanakah perbadingan rata-rata suhu tanah pada pagi, siang dan sore hari menurut

kedalaman tanah di sekitar manifestasi

-Bagaimanakah perbandingan rata-rata suhu tanah pada pagi, siang dan sore hari

menurut jenis tutupan permukaan di daerah manifestasi

-Bagaimanakah perbandingan rata-rata suhu tanah pada pagi, siang dan sore hari

menurut Cuaca Panas dan Hujan di sekitar manifestasi

1.3 Rumusan Masalah

 Menentukan rata-rata suhu tanah pada pagi, siang dan sore hari di sekitar manifestasi

 Menentukan rata-rata suhu tanah pada pagi, siang dan sore hari menurut kedalaman

tanah di sekitar manifestasi

 Menentukan rata-rata suhu tanah pada pagi, siang dan sore hari menurut jenis tutupan

permukaan di sekitar manifestasi

 Menentukan rata-rata suhu tanah pada pagi, siang dan sore hari menurut Cuaca Panas

dan hujan di sekitar manifestasi


1.4 Manfaat Penelitian

-Bagi Pembaca

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembaca, sekurang-

kurangnya dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan.

-Bagi Pemerintah

Menjadikan bukit kasih sebagai salah satu tujuan wisata yang ada di desa kanonang dan

sebagai laboratorium alam untuk penelitian.

Bab 2 tinjauan pustaka

2.1 Dasar Teori

2.1.1 Sistem Panas Bumi

Secara singkat geotermal didefinisikan sebagai panas yang berasal dari dalam bumi.

Sedangkan energi panas bumi adalah energi yang ditimbulkan oleh panas tersebut. Panas bumi

menghasilkan energi yang bersih (dari polusi) dan berkesinambungan atau dapat diperbarui.

Sumberdaya energi panas bumi dapat ditemukan pada air dan batuan panas di dekat permukaan

bumi sampai beberapa kilometer di bawah permukaan.Bahkan jauh lebih dalam lagi sampai pada

sumber panas yang ekstrim dari batuan yang mencair atau magma.

Untuk menangkap panas bumi tersebut harus dilakukan pemboran sumur seperti yang

dilakukan pada sumur produksi minyak bumi. Sumur tersebut menangkap air tanah yang

terpanaskan, kemudian uap dan air panas dipisahkan. Uap air panas dibersihkan dan dialirkan
untuk memutar turbin. Air panas yang telah dipisahkan dimasukkan kembali ke dalam reservoir

melalui sumur injeksi yang dapat membantu untuk menimbulkan lagi sumber uap.

Undang-undang Nomor 27 Tahun 2003 tentang panas bumi, geotermal adalah sumber

energi panas yang terkandung di dalam air panas, uap air dan batuan bersama mineral ikutan dan

gas lainnya yang secara genetik semuanya tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem panas bumi

dan untuk pemanfaatannya diperlukan proses penambangan. Panas bumi mengalir secara kontinyu

dari dalam bumi menuju kepermukaan yang manifestasinya dapat berupa: gunung berapi, mata air

panas, dan geyser.

2.1.2 Prinsip Kerja Panas Bumi

Uap hasil penguapan air tanah yang terdapat di dalam tanah akan tetap berada di dalam

tanah jika tidak ada saluran yang menghubungkan daerah tempat keberadaan uap dengan

permukaan. Uap yang terkurung akan memiliki nilai tekanan yang tinggi dan apabila pada daerah

tersebut kita bor sehingga ada saluran penghubung ke permukaan, maka uap tersebut akan

mengalir keluar. Uap yang mengalir dengan cepat dan mempunyai entalpi inilah yang kita

mamfaatkan dan kita salurkan untuk memutar turbin sehingga dihasilkanlah energi listrik

(tentunya ada proses-proses lain sebelum uap memutar turbin).

Setelah uap memutar turbin dan uap telah kehilangan tekanan dan entalpi maka uap

tersebut akan mengalami proses pengembunan sehingga uap akan berubah kembali menjadi air.

Air hasil pendinginan (condensattion) yang didinginkan dengan condensator akan dikumpulkan

dan akan diinjeksikan kembali ke dalam tanah, sehingga volume air tanah tidak akan berkurang

secara drastis. Salah satunya Karena proses injeksi inilah kenapa energi geotermal disebut dengan

energi yang terbarukan (renewable) dan energi yang ramah lingkungan.


Energi panas bumi yang ada di Indonesia pada saat ini dapat dikelompokkan menjadi:

1. Energi panas bumi “uap basah”

Pemanfaatan energi panas bumi yang ideal adalah bila panas bumi yang keluar dari perut

bumi berupa uap kering, sehingga dapat digunakan langsung untuk menggerakkan turbin generator

listrik. Namun uap kering yang demikian ini jarang ditemukan termasuk di Indonesia dan pada

umumnya uap yang keluar berupa uap basah yang mengandung sejumlah air yang harus dipisahkan

terlebih dulu sebelum digunakan untuk menggerakkan Uap basah yang keluar dari perut bumi pada

mulanya berupa air panas bertekanan tinggi yang pada saat menjelang permukaan bumi terpisah

menjadi kira-kira 20 % uap dan 80 % air.

Atas dasar ini maka untuk dapat memanfaatkan jenis uap basah ini diperlukan separator

untuk memisahkan antara uap dan air. Uap yang telah dipisahkan dari air diteruskan ke turbin

untuk menggerakkan generator listrik, sedangkan airnya disuntikkan kembali ke dalam bumi untuk

menjaga keseimbangan air dalam tanah.

2. Energi panas bumi “air panas”

Air panas yang keluar dari perut bumi pada umumnya berupa air asin panas yang disebut

“brine” dan mengandung banyak mineral. Karena banyaknya kandungan mineral ini, maka air

panas tidak dapat digunakan langsung sebab dapat menimbulkan penyumbatan pada pipa-pipa

sistim pembangkit tenaga listrik.

Untuk dapat memanfaatkan energi panas bumi jenis ini, digunakan sistem biner (dua buah

sistem utama) yaitu wadah air panas sebagai sistem primemya dan sistem sekundernya berupa alat

penukar panas (heat exchanger) yang akan menghasilkan uap untuk menggerakkan turbin. Energi
panas bumi “uap panas” bersifat korosif, sehingga biaya awal pemanfaatannya lebih besar

dibandingkan dengan energi panas bumi jenis lainnya.

3.Energi panas bumi “batuan panas”

Energi panas bumi jenis ini berupa batuan panas yang ada dalam perut bumi akibat

berkontak dengan sumber panas bumi (magma). Energi panas bumi ini harus diambil sendiri

dengan cara menyuntikkan air ke dalam batuan panas dan dibiarkan menjadi uap panas, kemudian

diusahakan untuk dapat diambil kembali sebagai uap panas untuk menggerakkan turbin. Sumber

batuan panas pada umumnya terletak jauh di dalam perut bumi, sehingga untuk memanfaatkannya

perlu teknik pengeboran khusus yang memerlukan biaya cukup tinggi.

2..2 Manifestasi Panas Bumi

Pada sistem panas bumi konvektif yang memiliki sirkulasi fluida dari daerah recharge

masuk ke dalam reservoir kemudian keluar menuju permukaan melalui daerah upflow dan outflow,

fluida dengan temperatur yang umumnya tinggi tersebut akan bereaksi dengan batuan sekitar
kemudian keluar melalui rekahan-rekahan dalam batuan. Pengamatan manifestasi permukaan

merupakan salah satu cara mengenali sistem panas bumi.

Menurut Niniek. R.H dan Wulandari M tahun 2010 manifestasi permukaan adalah gejala di

permukaan yang merupakan ciri terdapatnya potensi energi panas bumi. Manifestasi panas bumi

di permukaan diperkirakan terjadi karena adanya perambatan panas dari bawah permukaan atau

karena adanya rekahan-rekahan yang memungkinkan fluida panasbumi (uap dan air panas)

mengalir ke permukaan. Berikut klasifikasi manifestasi berdasarkan proses keluarnya fluida ke

permukaan (Situmorang, 2012) :

 Keluaran langsung (direct discharge) : mata air panas, fumarole

 Keluaran terdifusi (diffuse discharge) : tanah beruap, tanah hangat

 Keluaran intermiten (intermitten discharge) : geyser

 Keluaran katastropik (catastrophic discharge) : erupsi hidrotermal

 Keluaran tersembunyi (concealed discharge): see page / rembesan sungai

2.2.1. Warm Ground (Tanah Hangat)

Warm ground menunjukkan sebuah level terendah dalam aktifitas geotermal. Suhu

tanah meningkat pada kedalaman 1 m tapi bukan pada permukaan.Warm ground tidak dapat

terlihat oleh pencitraan infra merah tetapi perubahan vegetasi dapat diidentifikasi.

Contoh area warm ground :

 Fuzhou (South China)


 Ngawha (New Zealand)

 Steam Vents, Kilauea volcano (Hawaii)

 Puhimau Thermal area, Chain of Craters Road, Kilauea Volcano (Hawaii)

Gambar 2.1

Tanah Hangat (Warm Ground)

2.2.2. Steaming Ground (Tanah Beruap)

Steaming ground merupakan hasil konduksi panas dari bawah tanah. Uap panas naik ke

permukaan tapi tidak benar-benar habis. Sebuah lapisan uap tipis yang mengembun dalam

kondisi udara lembab, sedangkan pada udara kering tidak ada uap yang teramati.
Gambar 2.2 Tanah Beruap (Steaming Ground)

2.2.3. Hot Pools (Kolam air panas)

Hot pools terbentuk dari air panas atau uap pemanas kolam dari air tanah. Hot pools mungkin
bisa tenang, ebulliant (effervescent) atau mendidih.

Contoh Hot Pools :

 Waiotapu (New Zealand)

 Tongonan (Philippine)

Gambar 2.3 Kolam air panas

2.2.4. Hot Lakes (Telaga Air Panas)

Telaga air panas pada dasamya juga kolam air panas, tetapi lebih tepat dikatakan

telaga karena luasnya daerah permukaan air. Umumnya istilah telaga dipakai bila luas

permukaannya lebih dari 100 m2. Telaga air panas sangat jarang terdapat di alam karena

telaga air panas terjadi karena hydrothermal eruption yang sangat besar Contohnya adalah

danau Waimangu di New Zealand. Bila di dalam telaga terjadi konveksi, temperatur pada

umumnya tidak berubah terhadap kedalaman.


Telaga air panas dapat terjadi di daerah dimana terdapat reservoir dominasi air

ataupun di daerah dimana terdapat reservoir dominasi uap. Semua telaga air panas yang

mempunyai temperatur didasar danau mendekati titik didih sangat berbahaya dan

merupakan tempat yang sangat memungkinkan untuk tejadinya hidrothermal eruption.

Gambar 2.2.4 Telaga Air Panas (Hot Lakes)

2.2.5. Hot Springs (Mata air panas)

Mata air panas merupakan aktifitas yang paling umum dijumpai. Mata air panas berlokasi

dimana air datang dari sebuah sistem yang mencapai permukaan.


Gambar 2.2.5 Mata Air Panas

2.2.6. Fumarole

Fumarol merupakan sebuah debit uap dari sebuah sistem hidrotermal atau sistem vulkanik.

Sebuah solfatara berisi emisi sulfur. Soffioni menghasilkan asam borat. Fumarol bisa terbakar,

berhati-hati saat mendekatinya.

Komposisi Emisi Fumarol

Dalam bentuk uap panas merupakan emisi terbanyak dari fumarol.(60% dari konsentrasi

molar). Uap berasal dari air tanah dan magma. Chloride ditambah dari air laut.

Noisy fumaroles – kecepatan semburan >20m/s

Quiet fumaroles – kecepatan semburan <20m/s

Gambar 2..2.6 Fumarole

2.2.7. Geysers
Geyser merupakan sebuah vent (celah) tempat dimana air panas dan uap dipancarkan

dengan kuat. Syarat terbentuk geyser adalah batuan dengan retakan dan air mendidih pada

kedalaman dangkal.

Contoh Geyser :

 Regular eruptions (Old Faithful, Yellowstone, USA)

 Rainy season eruptions (Rajabasa, Sumatra, Indonesia)

Gambar 2.2.7 Geysers

2.2.8. Hydrothermal Eruptions (Letusan hidrotermal)

Letusan hidrotermal disebabkan oleh pelepasan catastrophic dari air yang mendekati titik

didih, sebuah letusan phreatic. Tidak ada debu, incandesence, atau klastik yang meletus. Letusan

hidrotermal bisa disebabkan oleh reduksi dari tekanan atasnya.

Contoh hydrothermal eruptions :

 Waiotapu (New Zealand)

 Rotarua (New Zealand)

 Kawah Komojang Field (Java, Indonesia)


 Yangbajing (Tibet) Drilling induced

2.2.9. Geotermal Seepages (Rembesan Panas Bumi)

Rembesan merupakan istilah umum yang mendeskripsikan debit dari fluida panas bawah

permukaan dalam sebuah area panas bumi. Rembesan bisa masuk ke sungai atau ke danau. Sebuah

sungai rembesan bisa diidentifikasi dengan membedakan konstituen tidak reaktif di atas dan di

bawah rembesan keluar.

Gambar 2.2.9 Seepages

2.2.10. Mud pool (Kubangan lumpur)

Mud Pool merupakan hasil dari kondensasi uap air dan gas di dekat permukaan.

Kolam lumpur panas umumnya mengandung non-condensible gas (CO2) dengan sejumlah

kecil uap panas. Lumpur terdapat dalam keadaan cair karena kondensasi uap panas.

Sedangkan letupan-letupan yang tejadi adalah karena pancaran C02.


Gambar 2.10 Mud Pool

2.2.11. Batuan Alterasi

Alterasi batuan berarti mengubah mineralogi batuan. Mineral lama yang terbentuk berubah

menjadi mineral baru karena telah terjadi perubahan kondisi. Perubahan ini dapat disebabkan oleh

perubahan suhu, tekanan, atau kondisi kimia atau kombinasinya. Alterasi hidrotermal adalah

perubahan mineralogi sebagai hasil interaksi batuan dengan fluida panas, yang disebut

hidrotermal. Hidrotermal mengandung logam yang berasal dari batuan beku di sekitarnya, atau

hasil pencucian batuan disekitarnya. Alterasi hidrotermal merupakan fenomena umum dalam

berbagai lingkungan geologi, termasuk zona-zona patahan dan fitur ledakan vulkanik.

2.3 Dasar Perpindahan Panas

Menurut Hans D.E dan Karl. S tahun 2011, dalam termodinamika panas didefinisikan

sebagai energi yang melewati batas dari suatu sistem dimana energi dari temperatur tinggi

berpindah ke temperatur rendah.

Perpindahan panas merupakan fenomena alam yang seringkali kita dapatkan pada

kehidupan sehari-hari. Istilah yang umum digunakan dalam perpindahan panas ini yaitu fluks

panas (heat fluks) (q) didefinisikan sebagai besarnya laju perpindahan panas persatuan luas bidang

normal terhadap arah perpindahan panas. Serta konduktivitas termal (k) yang didefinisikan sebagai

konstanta kesetaraan yang merupakan karakteristik termal dari material/ benda.


Perpindahan panas ini dibagi menjadi 3 bentuk perpindahan panas yaitu perpindahan panas secara

konduksi, konveksi dan radiasi. Berikut akan dijelaskan tentang ketiga mekanisme perpindahan

panas tersebut.

1. Konduksi

Perpindahan panas secara konduksi ini terjadi jika pada suatu benda terdapat

gradien temperatur, maka pada benda tersebut akan terjadi perpindahan energi dari bagian

termperatur tinggi ke bagian temperatur rendah. Besarnya heat flux yang berpindah

berbanding lurus dengan gradien temperatur pada benda tersebut. Dengan dasar hukum

Fourier :

𝑑𝑇 𝑄𝑘 𝑑𝑇
Q𝑘 = kA (− 𝑑𝑥 ) atau = k (− 𝑑𝑥 ) …………… (2.1)
𝐴

Dimana,

Qk : Laju perpindahan panas (Watt),

k : Konduktivitas termal (W/m. oC),

A : Luas Permukaan (m2),

dT/dx : gradien temperatur dalam arah x (oC/m).

Jika temperatur menurun pada arah-x positif, dT/dx adalah negatif sehingga nilai Q

menjadi positif; jika temperatur meningkat pada arah-x positif dT/dx adalah positif

sehingga nilai Q menjadi negatif.

2. Konveksi

Pada proses perpindahan panas ini, media/benda yang mengahantarkan panas juga

turut berpindah, seolah-olah panas dibawa oleh media tersebut. Proses perpindahan panas

ini umumnya terjadi dari benda padat ke fluida (baik cair maupun gas), tidak terjadi di

dalam benda padat. Dengan dasar hukum Newton :


Q𝑐
Q𝑐 = ℎ𝑐 𝐴(𝑇𝑤 − 𝑇𝑠 ) atau = ℎ𝑐 (𝑇𝑤 − 𝑇𝑠 ) …………………. (2.2)
𝐴

Dimana,

Qc : laju perpindahan konveksi (Watt)

hc : koefisien perpindahan panas konveksi (W/m2.oC)

A : Luas permukaan (m2)

Tw : Temperatur fluida (oC)

Ts : Temperatur permukaan (oC)

3. Radiasi

Radiasi adalah perpindahan panas yang terjadi karena pancaran, sinaran, atau

radiasi gelombang elektromagnetik tanpa memerlukan media perantara. Dengan dasar

hukum Stefan-Boltzman :

Q𝑟 = 𝜀𝜎𝐴𝑇 4 ……………………………………. (2.3)

Dimana,
Qr : laju perpindahan radiasi (Watt)
Ε : koefisien stefan-boltzman (5,67 x 10-8 W/mK4)

σ : emisivitas benda

A : Luas permukaan (m2)

T : Temperatur (K)

2.4 kerangka pemikiran


2.5 Penelitian Terkait

NO PENELITI KAJIAN METODE HASIL

Estimasi potensi Jenis – jenis energi panas

1. Nenny Saptadji energi panas bumi dan sistem

bumi panasbumi di indonesia

2.

3.

Pengaruh Iklim
Ance Gunarsih
4. terhadap tanah
Kartasapoetra
dan Tanaman

Bab 3 metodelogi penelitian

3.1 Lokasi

Vous aimerez peut-être aussi