Vous êtes sur la page 1sur 5

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan data, perkembangan pendidikan Indonesia masih tertinggal
bila dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya. Menurut Education
For All Global Monitoring Report 2011 yang dikeluarkan oleh UNESCO setiap
tahun dan berisi hasil pemantauan pendidikan dunia, dari 127 negara, Education
Development Index (EDI) Indonesia berada pada posisi ke-69, dibandingkan
Malaysia (65) dan Brunei (34).
Berdasarkan survei yang dilakukan Putera Sampoerna Foundation,
sebanyak 54% guru di Indonesia masih berkualitas rendah. Selain guru, jumlah
anak Indonesia yang tidak melanjutkan sekolah sebanyak 1,5 juta anak. Sementara
jumlah sekolah yang buruk masih sebesar 13,19%. Kualitas guru di Indonesia
masih perlu ditingkatkan. Selain guru, jumlah anak Indonesia yang tidak
melanjutkan sekolah sebanyak 1,5 juta anak. Sementara jumlah sekolah yang
buruk masih sebesar 13,19%.
Kenyataannya menunjukkan tidak sedikit kepala sekolah yang tidak
memahami bagaimana menjadi kepala sekolah, mereka tidak mampu merumuskan
visi dan misi sekolah, mengikut sertakan guru dan komite dalam menyusun
rencana strategis (renstra), tidak mampu menganalisis kekuatan, kelemahan,
peluang, dan tantangan sekolahnya masing-masing, cendrung menunggu apa yang
dikatakan para pejabat dinas pendidikan. Hal ini dipertegas oleh Direktur Tenaga
Kependidikan Surya Dharma, bahwa kebanyakan kepala sekolah di Indonesia
lemah kompetensi manajerial dan supervisi.
Kondisi yang terjadi keberadaan pengawas sekolah tidak difungsikan
dengan baik. Padahal, tugas pokok pengawas sekolah melakukan supervisi,
terutama supervisi akademis.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
1. Mengetahui tantangan sebagai guru pendidikan di era perubahan.
2. Mengetahui penjaminan mutu pendidikan.
3. Memahami peningkatan mutu guru.

BAB II
PEMBAHASAN
A. TANTANGAN PENDIDIKAN DI ERA PERUBAHAN
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat selama
ini membawa dampak terhadap jarak antar bangsa di dunia sehingga fenomena ini
bersifat global. Untuk menhadapi persaingan yan makin ketat, harus didikung
kualitas sumber daya manusia yang unggul dan komitmen terhadap nilai-nilai
(Saondi dan Aris, 2015: 49)
Akibat pengaruh globalisasi menghadirkan problem baru berupa
kesenjangan antara kemajuan Iptek sekarang dengan kurikulum sekolah. Di pihak
lain motivasi dan minat belajar sisiwa masih rendah yang mengakibatkan kualitas
lulusan sebagai hasil pendidikan cenderung merendah pula. (Saondi dan Aris,
2015: 50)
Persoalannya sekarang adalah bagaimana menemukan pendekatan yang
terbaik untuk menyampaikan berbagai konsep yang diajarkan di dalam mata
pelajaran tertentu sehingga semua siswa dapat menggunakan dan mengingat lebih
lama konsep tersebut. Bagaimana setiap individual mata pelajaran dipahami
sebagai bagian yang saling berhubungan yang saling dan membentuk suatu
pemahaman yang utuh, bagaimana seorang guru dapat berkomunikasi secara
efektif dengan siswanya yang selalu bertanya-tanya tentang alasan dari sesuatu,
arti dari sesuatu dan hubungan dari apa yang mereka pelajari. Bagaimana guru
dapat membuka wawasan berpikir yang beragam dari seluruh siswa sehingga
mereka dapat mempelajari berbagai konsep dan cara mengaitkannya dengan
kehidupan nyata sehingga dapat membuka berbagai pintu kesempatan selama
hidupnya. Hal ini merupakan tantangan yang dihadapi guru setiap hari dan
tantangan bagi pengembangan kurikulum. (Saondi dan Aris, 2015: 50)
Persaingan global sekarang ini maka seyogyanya peubahan perkembangan
diikuti pula dengan perubahan orientasi pendidikan. Hal ini penting dilakukan
untuk mempertahankan eksistensi dalam persaingan global. Untuk itu perubahan
paradigma pendidikan yang perlu diperhatikan seperti (1) dari schooling ke
learning dimana implikasinya ke arah belajar sisiwa aktif sehingga perlu membuat
suasana belajar inovatif dan kreatif juga harus mampu menguasai multi
metode/multimedia untuk mendorong siswa bereksplorasi, belajar dari mengamati
ke menjelaskan. (2) Dari knowladge based learning ke competency based
learming dimana pembelajaran tidak disadarkan pada pencapaian perolehan
produk pengetahuan tetapi pada penguasaan keterampilan sehingga tidak
menerima pengetahuan tetapi membangun pengetahuan. (3) Dari incrutive ke
facilitatve terjadi peubahan dari ekspositorik ke penemuan, inkuiri dan problem
solving. (Saondi dan Aris, 2015: 51)

B. PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN


Mutu hanya terwujud jika proses proses pendidikan di sekolah benar-benar
menjadikan siswa belajar dan belajar sebanyak mungkin. Mutu pendidikan harus
dilihat dari kemampuan belajar siswa secara mandiri. Pengetahuan apapun yang
mereka kuasai adalah hasil belajar yang mereka lakukan sendiri. (Saondi dan Aris,
2015: 50)
Keberhasilan pelaksanaan penjaminan mutu di satuan pendidikan dipengaruhi
oleh:
1. Komitmen manajemen dan kepemimpinan (management commitment and
leadership)
2. Perbaikan yang berkelanjutan (continous improvement)
3. Mutu hasil belajar meningkat
4. Berorientasi pada kepuasan pengguna layanan secara menyeluruh (total
customer statisfaction)
5. Keterlibatan aktif pendidik dan tenaga kependidikan (employee involvement)
6. Pelatihan (training)
7. Komunikasi (communication)
8. Kerjasama (teamwork)
C. PENINGKATAN MUTU GURU
Dalam peningkatan muru pendidikan, guru menjadi kunci. Setiap usaha
peningkatan mutu pendidikann seperti pembaharuan kurikulum, pengembangan
metode-metode mengajar, serta penyediaan prasaranan hanya akan berarti apabila
melibatkan guru. (Hamzah dan Nina, 2016: 138-139)
Dewasa ini, berbagai cara dilakukan untuk meningkatkan mutu guru yang
telah berdinas di sekolah melalui pendidikan dalam jabatan. Tujuannya adalah
untuk meningkatkan keterampilan mengajar, penguasaan terhadap materi ajar,
serta komitmen dan motivasi guru dalam mengajar. Program- program tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Penyetaraan untuk meningkatkan kualifikasi guru.
2. Melakukan penataran-penataran untuk meningkatkan kemampuan guru
yang bersifat khusus.
3. Pembinaan dan pengembangan kemampuan profesional guru melalui
wadah PKG (Pemantapan Kerja Guru), MGMP/BS (Musyawarah Guru Mata
Pelajaran/Bidang Studi), KKG/PKG (Kelompok Kerja Guru/Pemantapan Kerja
Guru). (Hamzah dan Nina, 2016: 139-141)
Pada ketiga jalur atau usaha pembinaan mutu guru tersebut, perlu
diberikan perhatian terhadap peningkatan kemampuan guru dalam mengelola
proses belajar-mengajar dan memanfaatkan keefektifan waktu belajar. (Hamzah
dan Nina, 2016: 141)
Dalam rangka mencapai mutu yang tinggi dalam bidang pendidikan,
peranan guru sangatlah penting bahkan sangat utama. Untuk itu, maka
profesionalisme guru harus ditegakkan dengan cara pemenuhan syarat-syarat
kompetensi yang harus dikuasai oleh setiap guru, baik di bidang penguasaan
keahlian materi keilmuan maupun metodologi. Guru harus bertanggungjawab atas
tugas-tugasnya dan harus mengembangkan kesejawatan dengan sesama guru
melalui keikutsertaan dan pengembangan organisasi profesi guru. Untuk
mencapai kondisi guru yang profesional, para guru harus menjadikan orientasi
mutu dan profesionalisme guru sebagai etos kerja mereka dan menjadikannya
sebagai landasan orientasi berperilaku dalam tugas-tugas profesinya. Karenanya,
maka kode etik profesi guru harus dijunjung tinggi.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA
Ondi Saondi dan Aris Suherman. 2015. Etika Profesi Keguruan. Bandung:
PT Refika Aditama
Hamzah dan Nina Lamatenggo. 2016. Tugas Guru dalam Pembelajaran.
Jakarta: PT Bumi Aksara
http://julsinaga.blogspot.co.id/2013/03/penjaminan-mutu-pendidikan-
dalam-rangka.html
https://mutudidik.wordpress.com/2017/05/29/sitem-penjaminan-mutu-
pendidikan-sesuai-juklak-pmp-tahun-2017/

Vous aimerez peut-être aussi