Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Nama Mahasiswa :
Gigih Prasetya
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian BBLR
BBLR (berat bayi lahir rendah) adalah bayi baru lahir yang berat badannya
saat lahir kurang dari 2500 gram.
Berkaitan dengan tahapan hidupnya, BBLR dibedakan menjadi :
1. BBLR, berat lahir 1500-2500 gram
2. BBL sangat rendah, berat lahir <1500 gram
3. BBL ekstrem rendah, berat <1000 gram
B. Etiologi
Bayi dengan berat lahir rendah dapat terjadi karena gangguan pertumbuhan
saat kehamilan. Gangguan ini berasal dari berbagai faktor antara lain:
1. Faktor ibu
a. Penyakit DM, nefritis akut,hipertensi,TBC,jantung
b. Pendarahan antepartum placenta [revia
c. Trauma fisik dan psikologis
d. Gizi jelek
e. Anemia
f. Obat-obatan, rokok, alcohol
2. Faktor Janin
a. Hidramnion
b. Kehamilan ganda
c. Kehamilan kromosom
3. Faktor Lingkungan
a. Tempat tinggal yang tidak menunjang kesehatan; mudah terjadi
infeksi
b. Radiasi
c. Zat – zat racun
C. Patofisiologi
Salah satu patofisiolohi dari BBLR yaitu asupan gizi yang kurang pada ibu –
ibu hamil yyang kemudian secara otomatis juga menyebabkan kurangnya asupan gizi
untuk janin sehingga menyebabkan berat badan lahir rendah.
Apabila dilihat dari faktor kehamilan, salah satu etiologinya yaitu hamil
ganda yang mana pada dasarnya janin yang berkembang dan tumbuh lebih dari satu,
maka nutrisi atau gizi yang mereka peroleh pun dalam rahim tidak sama dengan janin
tunggal, yang mana pada hamil ganda gizi dan nutrisi ysng didapat dari ibu harus
berbagi, sehingga kadang salah satu dari janin pada hamil ganda juga mengalami
BBLR.
Kemudian jika dikaji dari faktor janin salah satu etiloginya yaitu infeksi
dalam rahim yang mana dapat menggangu dan menghambat pertumbuhan janin
dalam rahim yang bisa mengakibatkan BBLR pada bayi.
D. Manifestasi Klinis
1. Berat badan < 2500 gram
2. Panjang badan < 45 cm
3. Lingkar Kepala < 33 cm
4. Lingkar dada < 30 cm
5. Umur kehamilan < 37 minggu
6. Kepala relatif besar dari badannya
7. Kulit tipis dan transparan. Rambut lanugo banyak, lemak kulit kurang
8. Pernafasan tidak teratur dan dapat terjadi apnes
9. Kepala tidak mampu tegak/ refleks tonik leher lemah (manuaba, 1998 : 328 )
E. Penatalaksanaan
BBLR sangat membutuhkan perawatan yang intensif karena sangat rentan
terhadap hipotermi, infeksi, dan mempunyai resiko kematian yang
tinggi( Depkes.2001), Oleh karena itu yang harus diperhatikan dalam BBLR;
1. Mempertahankan suhu tubuh
2. Mencegah infeksi dengan ketat
3. Pengawasan nutrisi
4. Penimbangan ketat
Faktor Pencetus
Kulit tipis dan lemak Imaturitas system pernafasan Reflek menelan dan menghisap blm
subcutan kurang sempurna
Tidak dapat menyimpan Pernafasan belum Intake nutrisi tidak adekuat
panas sempurna
Asupan gizi kurang
Mudah kehilangan panas O2 dalam darah CO2
Gangguan pertukaran
gas
C. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis BBLR secara umum adalah :
1. Berat kurang dari 2500 gram
2. Panjang kurang dari 45 cm
3. Lingkar dada kurang dari 30 cm
4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
5. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
6. Kepala lebih besar
7. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
8. Otot hipotonik lemah
9. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea
10. Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus
11. Kepala tidak mampu tegak
12. Pernapasan 40 – 50 kali / menit
13. Nadi 100 – 140 kali / menit
(Prawirohardjo. 2005)
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia
2. Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan
3. Titer Torch sesuai indikasi
4. Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi
5. Pemantauan elektrolit
6. Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan ( missal : foto thorax )
(Ngastiyah, 2005)
E. Komplikasi
Menurut (Potter, 2005) komplikasi pada masa awal bayi berat lahir rendah
antara lain yaitu :
1. Hipotermia.
2. Hipoglikemia.
3. Gangguan cairan dan elektrolit.
4. Hiperbilirubinemia.
5. Sindroma gawat nafas (asfiksia).
6. Paten suktus arteriosus.
7. Infeksi.
8. Perdarahan intraventrikuler.
9. Apnea of prematuruty.
10. Anemia
F. Penatalaksanaan
1. Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar perawatan
yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua
perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator
2. Pelestarian suhu tubuh
Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam
mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan, asal suhu
rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d 370 C.
Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana suhu
normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal. Bayi berat
rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga memerlukan
pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu perawatan harus diatas 25 0 C, bagi
bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai 300 C untuk bayi dengan berat kurang
dari 2000 gram
3. Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator. Prosedur
perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“. Sebelum
memasukkan bayi kedalam incubator, incubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai
sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,2 0C untuk bayi yang lebih
kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini memungkinkan pernafasan yang
adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan
lebih mudah.
4. Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm
BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O2yang diberikan
sekitar 30- 35 % dengan menggunakan head box, konsentrasi o 2 yang tinggi dalam
masa yang panjang akan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang
dapat menimbulkan kebutaan
5. Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang
kurang berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan terhadap
infeksi. Untuk mencegah infeksi, perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci
tangan sebelum dan sesudah merawat bayi, memakai masker, gunakan gaun/jas,
lepaskan semua asessoris dan tidak boleh masuk kekamar bayi dalam keadaan
infeksi dan sakit kulit.
6. Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah
terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan pertama, dapat
diberikan melalui kateter ( sonde ), terutama pada bayi yang reflek hisap dan
menelannya lemah. Bayi berat lahir rendah secara relative memerlukan lebih banyak
kalori, dibandingkan dengan bayi premature.
1 50- 65
2 100
3 125
4 150
5 160
6 175
7 200
14 225
21 175
28 150
G. Pengkajian Fokus
1. Sirkulasi :
Nadi apikal mungkin cepat dan atau tidak teratur dalam batas normal (120-160
dpm). Mur-mur jantung yang dapat didengar dapat menandakan duktusarteriosus
paten (PDA).
2. Makanan/cairan
5. Keamanan
Suhu berfluktuasi dengan mudah. Menangis mungkin lemah. Wajah mungkin
memar, mungkin ada kaput suksedoneum. Kulit kemerahan atau tembus pandang,
warna mungkin merah. muda/kebiruan, akrosianosis, atau sianosis/pucat. Lanugo
terdistribusi secara luas diseluruh tubuh. Ekstremitas mungkin tampak edema. Garis
telapak kaki mungkin tidak ada pada semua atau sebagian telapak. Kuku mungkin
pendek.
6. Seksualita
Genetalia : Labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia mayora, dengan
klitoris menonjol ; testis pria mungkin tidak turun, rugae mungkin banyak atau
tidak ada pada skrotum.
(IDAI, 2004)
H. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan jalan napas berhubungan dengan penumpukan cairan di
rongga paru
(Ngastiyah, 2005)
I. Intervensi Keperawatan
N TUJUAN INTERVENSI
O
1. Setelah mendapat tindakan 1.1. Monitor pernafasan
keparawatan 3x24 jam tidak terjadi (kedalaman, irama, frekuensi )
gangguan jalan nafas(nafas efektif)
1.2. Atur posisi kepala
Kriteria Hasil : lebih tinggi
Akral hangat 1.3. Monitor keefektifan
Tidak ada sianosis jalan nafas, kalau kerlu lakukan
Tangisan aktif dan kuat suction.
RR : 30-40x/mt 1.4. Lakukan auskultasi
Tidak ada retraksi otot bunyi nafas tiap 4 jam
pernafasan 1.5. Perthankan pemberian
O2
1.6. Pertahankan bayi
pada inkubator dengan
Setelah mendapatkan tindakan
2. penghangat
keperawatan 3x24 jam tidak
1.7. Kolaborasii untuk X
terjadi gangguan hipotermi
foto thorax
Kriteria Hasil :
Badan hangat
Suhu : 36,5-37 C
2.1. Pertahankan bayi
pada inkubator dengan
kehangatan 37oC
2.2. Beri popok dan
selimut sesuai kondisi
2.3. Ganti segera popok
yang basah oleh urine atau
faeces
Setelah mendapat tindakan
3. 2.4. Hindarkan untuk
keperawatan 3x24 jam tidak terjadi
sering membuka penutup karena
infeksi
akan menyebabkan fluktuasi
Kriteria Hasil :
suhu dan peningkatan laju
Tidak ada tanda-tanda
metabolisme
infeksi(tumor,dolor,rubor,calor,
2.5. Atur suhu ruangan
fungsiolaesa)
dengan panas yang stabil
Suhu tubuh normal (36,5-
37oC)
3.1. Monitor tanda-tanda
infeksi(tumor,dolor,rubor,calor,f
ungsiolaesa)
3.2. Lakukan cuci tangan
sebelum dan sesudah kontak
dengan bayi
3.3. Anjurkan kepada ibu
bayi untuk memakai jas saat
masuk ruang bayi dan sebelum
dan/sesudah kontak cuci tangan
Setelah tindakan keperawatan 3.4. Barikan gizi
4.
3x24 jam tidak terjadi gangguan (ASI/PASI) secara adekuat
nutrisi 3.5. Pastikan alat yang
Kriteria Hasil : kontak dengan bayi bersih/steril
Diet yang diberikan habis 3.6. Berikan antibiotika
tidak ada residu sesuai program
Reflek menghisap dan 3.7. Lakukan perawatan
menelan kuat tali pusat setiap hari
BB meningkat 100 gr/3hr.
4.1. Kaji refleks
menghisap dan menelan
4.2. Monitor input dan
output
4.3. Berikan minum sesuai
program lewat sonde/spin
4.4. Sendawakan bayi
sehabis minum
4.5. Timbang BB tiap hari.
BAB II
TINJAUAN KASUS
DATA PASIEN
RIWAYAT BAYI
Usia Gestasi : G1 P0 A0
Perawatan antenatal : Ya
Tonus / aktivitas
Kepala /leher
THT
Wajah
Abdomen
Paru –paru
Konsentrasi O2 : (-)
Jantung
Murmur : (v)
Denyut nadi : 130x/menit
Ekstremitas
Ekstremitas : normal
Panggul : Normal
Umbilikus
Normal : (v)
Inflamasi : (v)
Genital
Perempuan : (v)
Anus : (v)
Spina : (v)
Kulit
Lanugo : (v)
Suhu lingkungan
RIWAYAT SOSIAL
a. Genogram
Keterangan :
Laki-laki :
Perempuan :
Klien :
Tinggal serumah : ------
Injeksi Vit. K
Injeksi ampisilin
Injeksi gentamicin
Tetes mata gentamisin
ANALISA DATA
No Data Fokus Problem Etiologi
1. DS : By. Ny. M lahir pada tanggal Resiko perubahan suhu BBL ( perbedaan
20 September 2018 usia tubuh : Hipotermi suhu tubuh dalam
kehamilan 35 mg dari Ibu perut ibu dan
G1P0A0 bayi dilahirkan secara lingkungan luar)
section caesarea melahirkan di RS
Kebumen.
DO : Compos Mentis
TTV = S: 35,90C, RR: 60/menit,
Nadi 130x/menit.
2. DS : By. Ny. M lahir pada tanggal Resiko pemenuhan nutrisi BBL (reflex
20 September 2018 usia kurang dari kebutuhan menghisap (+) belum
kehamilan 35 mg dari Ibu tubuh. terlatih dan
G1P0A0 bayi dilahirkan secara imaturitas saluran
section caesarea melahirkan di RS cerna)
Kebumen.
DO : Compos Mentis
TTV = S: 35,90C, RR: 60/menit,
Nadi 130x/menit.
Releks hisap belum kuat dan
belum terlatih
Ibu belum menyusui
IMPLEMENTASI
No.DX Tgl/jam Implementasi Respon
1 13/09/2018 S = -
Jam 16.00 O = Ku cukup, CM, SB: 35,6°C, Nadi: 130x/mnt, RR: 32
x/mnt/ Inkubator dengan suhu 32°C
Suhu tubuh bayi dalam batas normal, Tidak terdapat tanda
tanda hipotermi.
A = Masalah belum teratasi
P = Tingkatkan intervensi 1 – 7
2 14/09/2018 S = -
Jam 16.00 O = Ku cukup, CM, SB: 36,0°C, Nadi: 140x/mnt
, RR: 32 x/mnt, Inkubator dengan suhu 32°C
A = Masalah teratasi sebagian
P = Tingatkan intervensi 1 –7
BAB III
PEMBAHASAN
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan penulis, dapat ditemukan bahwa bayi
Ny. W merupakan bayi dengan berat rendah (BBLR) karena ketuban pecah dini.
Pengkajian pada By Ny W dilakukan sesuai teori mulai dari pengkajian,
pengumpulan data subyektif, data obyektif, menentukan analisa dan membuat perencanaan
dan evaluasi. Dalam memnapatkan data dalam pengkajian dilakukan dengan melihat catatan
medic klien dan melakukan wawancara dengan Ny P. wawancara dilakukan jika Ny.P
menengok bayi atau saat Ny. P menyusui bayi diruang perinatologi.
Asuhan kebidanan yang diberikan pada Bayi Ny. P sudah sesuai dengan teori
penanganan pada BBLR hanya saja karena tidak dilakukan Rawat gabung dengan orang tua
sehingga pemenuhan ASI kurang optimal,
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 2007. Pelayanan Obstetric Neonatal Emergensi Dasar. Jakarta : Depkes RI
Prof. Dr. Manuaba, Ida Bagus Gde, SpOG. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit kandungan dan
keluarga berencana. Jakarta: EGC
Judith M. Wilkinson & Nancy R. Ahern. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 9.
Jakarta : EGC.
Suriyadi, Yuliani. 2006. Buku Pegangan Praktik Asuhan Keperawatan Pada Anak. Ed.2.
Jakarta : CV. Agung Seto.
Potter, P. A, Perry, A. G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan
Praktik. Ed.4 Vol.2. Jakarta : EGC.