Vous êtes sur la page 1sur 26

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA BAYI NY. P DENGAN BERAT BADAN LAHIR


KURANG (BBLR) DI RUANG PERISTI
RSUD DR. SOEDIRMAN
KEBUMEN

Disusun untuk memenuhi tugas stase anak

Nama Mahasiswa :

Gigih Prasetya

STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG PROGRAM STUDI


SI KEPERAWATAN NERS
2018-2019

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pengertian BBLR
BBLR (berat bayi lahir rendah) adalah bayi baru lahir yang berat badannya
saat lahir kurang dari 2500 gram.
Berkaitan dengan tahapan hidupnya, BBLR dibedakan menjadi :
1. BBLR, berat lahir 1500-2500 gram
2. BBL sangat rendah, berat lahir <1500 gram
3. BBL ekstrem rendah, berat <1000 gram

B. Etiologi
Bayi dengan berat lahir rendah dapat terjadi karena gangguan pertumbuhan
saat kehamilan. Gangguan ini berasal dari berbagai faktor antara lain:
1. Faktor ibu
a. Penyakit DM, nefritis akut,hipertensi,TBC,jantung
b. Pendarahan antepartum placenta [revia
c. Trauma fisik dan psikologis
d. Gizi jelek
e. Anemia
f. Obat-obatan, rokok, alcohol
2. Faktor Janin
a. Hidramnion
b. Kehamilan ganda
c. Kehamilan kromosom
3. Faktor Lingkungan
a. Tempat tinggal yang tidak menunjang kesehatan; mudah terjadi
infeksi
b. Radiasi
c. Zat – zat racun

C. Patofisiologi
Salah satu patofisiolohi dari BBLR yaitu asupan gizi yang kurang pada ibu –
ibu hamil yyang kemudian secara otomatis juga menyebabkan kurangnya asupan gizi
untuk janin sehingga menyebabkan berat badan lahir rendah.
Apabila dilihat dari faktor kehamilan, salah satu etiologinya yaitu hamil
ganda yang mana pada dasarnya janin yang berkembang dan tumbuh lebih dari satu,
maka nutrisi atau gizi yang mereka peroleh pun dalam rahim tidak sama dengan janin
tunggal, yang mana pada hamil ganda gizi dan nutrisi ysng didapat dari ibu harus
berbagi, sehingga kadang salah satu dari janin pada hamil ganda juga mengalami
BBLR.
Kemudian jika dikaji dari faktor janin salah satu etiloginya yaitu infeksi
dalam rahim yang mana dapat menggangu dan menghambat pertumbuhan janin
dalam rahim yang bisa mengakibatkan BBLR pada bayi.

D. Manifestasi Klinis
1. Berat badan < 2500 gram
2. Panjang badan < 45 cm
3. Lingkar Kepala < 33 cm
4. Lingkar dada < 30 cm
5. Umur kehamilan < 37 minggu
6. Kepala relatif besar dari badannya
7. Kulit tipis dan transparan. Rambut lanugo banyak, lemak kulit kurang
8. Pernafasan tidak teratur dan dapat terjadi apnes
9. Kepala tidak mampu tegak/ refleks tonik leher lemah (manuaba, 1998 : 328 )

E. Macam- macam BBLR


1. Dismatur
Dismatur adalah Berat badan lahir tidakk sesuai dengan masa kehamilan, seperti
bayi lahir setelah 9 bulan dengan berat badan tidak mencapai 2500 gram.
Tanda- tanda bayi dismatur
a. Sama dengan tanda prematur hanya saja;
b. Umur Gestan > 37 minggu (aterm)
c. Lanugo sudah berkembang
d. Genetalia eksterna sudah sempurna.
Beberapa penyakit yang berhubungan dengan dismature
a. Syndrom aspirasi mekonium
b. Hipoglikemia
c. Hyperbilirubinemia
d. Hipotermia.
2. Prematur
Prematur adalah bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu.
Tanda Bayi Prematur
a. BB < 2500 gram LK < 33 cm
PB < 45 cm LD < 30 cm
b. Masa gestasi < 37 minggu
c. Kepala > badan
d. Kulit tipis tranparan
e. Lainnya banyak, terutama pada dahi, pelipis, telinga dan lengan.
f. Lemak subkutan kurang
g. Ubun–ubun dan sutura lebar
h. Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia
mayora pada bayi perempuan dari pada bayi laki–laki testis belum turun.
Beberapa penyakit yang berhubungan dengan prematur:
a. Syndrom gangguan pernafasan idiopatik
b. Pnemonia apirasi karena reflek menelan dan batuk belum sempurna
c. Pendarahan spontan dalam ventrikel otak lateral akibat anomix otak
( erat kaitannya dengan gangguan pernafasan)
d. Hyperbilirubinemia karena fungsi hati belum matang
e. Hipotemi.

E. Penatalaksanaan
BBLR sangat membutuhkan perawatan yang intensif karena sangat rentan
terhadap hipotermi, infeksi, dan mempunyai resiko kematian yang
tinggi( Depkes.2001), Oleh karena itu yang harus diperhatikan dalam BBLR;
1. Mempertahankan suhu tubuh
2. Mencegah infeksi dengan ketat
3. Pengawasan nutrisi
4. Penimbangan ketat

Penanganan di BPS / PUSKESMAS/RS


BBLR yang terdapat di BPS / puskesmas penatalaksanaannya antara lain:
1. Keringan secepatnya dengan handuk kering dan bersih
2. Kain yang bersih secepatnya diganti dengan yang kering, bersih agar tetap
hangat
3. Langsung dilakukan kontak kulit bayi dengan ibu
4. Berikan penghangatan yaitu sinar lampu 60 watt
5. Berikan 02 bantuan
6. Kepala bayi terutama ubun-ubun besar untuk mengurangi evaporasi.
7. Tali pusat dirawat,dijepit,dipotong,diikat, lalu dibungkus kasa steril kering,
lalu dijaga tetap bersih.
8. Berikan ASI bila bayi bisa menelan, bila bayi tidak bisa menelan rujuk.

Penanganan BBLR di Rumah sakit antara lain


1. Sama dengan perawatan di PUSKESMAS
2. Berikan asupan nutrisi (ASI) lewat sonde, pemberian dilakukan secara
bertahap sesuai dengankemampuan bayi menyerap zat-zat makanan/ASI yang
diberikan.
3. Bila mungkin diinfus dengan dextrose 10 %
A.
B. Pathways

Faktor Pencetus

Faktor Ibu Faktor Janin Faktor Lingkungan

1. Faktor 1. Hydroamnion 1. Tempat


penyakit 2. Kehamilan tinggal di dataran
(toksemia multiple/ganda tinggi
gravidarum, 3. Kelainan 2. Radiasi
trauma fisik, dll) kromosom 3. Zat-zat
2. Faktor usia beracun
BBLR

Kulit tipis dan lemak Imaturitas system pernafasan Reflek menelan dan menghisap blm
subcutan kurang sempurna
Tidak dapat menyimpan Pernafasan belum Intake nutrisi tidak adekuat
panas sempurna
Asupan gizi kurang
Mudah kehilangan panas O2 dalam darah CO2

kedinginan O2 dalam sel darah rendah Co2 Sel-sel kekurangan nutrisi


tinggi

hipotermi Kerusakan sel


Asidosis respiratoris
Penurunan BB/kematian

Gangguan pertukaran
gas

Ketidakseimbangan nutrisi kurang


dari kebutuhan tubuh

C. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis BBLR secara umum adalah :
1. Berat kurang dari 2500 gram
2. Panjang kurang dari 45 cm
3. Lingkar dada kurang dari 30 cm
4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
5. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
6. Kepala lebih besar
7. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
8. Otot hipotonik lemah
9. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea
10. Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus
11. Kepala tidak mampu tegak
12. Pernapasan 40 – 50 kali / menit
13. Nadi 100 – 140 kali / menit
(Prawirohardjo. 2005)

D. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia
2. Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan
3. Titer Torch sesuai indikasi
4. Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi
5. Pemantauan elektrolit
6. Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan ( missal : foto thorax )
(Ngastiyah, 2005)

E. Komplikasi
Menurut (Potter, 2005) komplikasi pada masa awal bayi berat lahir rendah
antara lain yaitu :

1. Hipotermia.
2. Hipoglikemia.
3. Gangguan cairan dan elektrolit.
4. Hiperbilirubinemia.
5. Sindroma gawat nafas (asfiksia).
6. Paten suktus arteriosus.
7. Infeksi.
8. Perdarahan intraventrikuler.
9. Apnea of prematuruty.
10. Anemia

Komplikasi pada masa berikutnya yaitu :


1. Gangguan perkembangan.
2. Gangguan pertumbuhan.
3. Gangguan penglihatan (retionopati).
4. Gangguan pendengaran.
5. Penyakit paru kronis.
6. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit.
7. Kenaikan frekuensi kelainan bawaan.

F. Penatalaksanaan

Menurut Prawirohardjo (2005), penanganan bayi dengan berat badan lahir


rendah adalah sebagai berikut :

1. Penanganan bayi

Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar perawatan
yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua
perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator
2. Pelestarian suhu tubuh
Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam
mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan, asal suhu
rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d 370 C.
Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana suhu
normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal. Bayi berat
rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga memerlukan
pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu perawatan harus diatas 25 0 C, bagi
bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai 300 C untuk bayi dengan berat kurang
dari 2000 gram

3. Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator. Prosedur
perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“. Sebelum
memasukkan bayi kedalam incubator, incubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai
sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,2 0C untuk bayi yang lebih
kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini memungkinkan pernafasan yang
adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan
lebih mudah.

4. Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm
BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O2yang diberikan
sekitar 30- 35 % dengan menggunakan head box, konsentrasi o 2 yang tinggi dalam
masa yang panjang akan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang
dapat menimbulkan kebutaan

5. Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang
kurang berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan terhadap
infeksi. Untuk mencegah infeksi, perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci
tangan sebelum dan sesudah merawat bayi, memakai masker, gunakan gaun/jas,
lepaskan semua asessoris dan tidak boleh masuk kekamar bayi dalam keadaan
infeksi dan sakit kulit.

6. Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah
terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan pertama, dapat
diberikan melalui kateter ( sonde ), terutama pada bayi yang reflek hisap dan
menelannya lemah. Bayi berat lahir rendah secara relative memerlukan lebih banyak
kalori, dibandingkan dengan bayi premature.

7. Petunjuk untuk volume susu yang diperlukan

Umur/hari Jmlh ml/kg BB

1 50- 65

2 100

3 125

4 150

5 160

6 175

7 200

14 225

21 175

28 150
G. Pengkajian Fokus
1. Sirkulasi :
Nadi apikal mungkin cepat dan atau tidak teratur dalam batas normal (120-160
dpm). Mur-mur jantung yang dapat didengar dapat menandakan duktusarteriosus
paten (PDA).

2. Makanan/cairan

Berat badan kurang 2500 (5lb 8 oz).


3. Neuroensori
Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut. Ukuran kepala besar dalam
hubungannya dengan tubuh, sutura mungkin mudah digerakan, fontanel mungkin
besar atau terbuka lebar. Edema kelopak mata umum terjadi, mata mungkin
merapat(tergantung usia gestasi). Refleks tergantung pada usia gestasi ; rooting
terjadi dengan baik pada gestasi minggu 32; koordinasi refleks untuk menghisap,
menelan, dan bernafas biasanya terbentuk pada gestasi minggu ke 32; komponen
pertama dari refleks Moro(ekstensi lateral dari ekstremitas atas dengan membuka
tangan)tampak pada gestasi minggu ke 28; komponen keduaa(fleksi anterior dan
menangis yang dapat didengar) tampak pada gestasi minggu ke 32.Pemeriksaan
Dubowitz menandakan usia gestasi antara minggu 24 dan 37.
4. Pernafasan
Skor apgar mungkin rendah. Pernafasan mungkin dangkal, tidak teratur; pernafasan
diafragmatik intermiten atau periodik(40-60x/mt). Mengorok, pernafasan cuping
hidung, retraksi suprasternal dan substernal, atau berbagai derajat sianosis mungkin
ada. Adanya bunyi “ampelas” pada auskultasi, menandakan adaya sindrom distress
pernafasan (RDS).

5. Keamanan
Suhu berfluktuasi dengan mudah. Menangis mungkin lemah. Wajah mungkin
memar, mungkin ada kaput suksedoneum. Kulit kemerahan atau tembus pandang,
warna mungkin merah. muda/kebiruan, akrosianosis, atau sianosis/pucat. Lanugo
terdistribusi secara luas diseluruh tubuh. Ekstremitas mungkin tampak edema. Garis
telapak kaki mungkin tidak ada pada semua atau sebagian telapak. Kuku mungkin
pendek.

6. Seksualita
Genetalia : Labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia mayora, dengan
klitoris menonjol ; testis pria mungkin tidak turun, rugae mungkin banyak atau
tidak ada pada skrotum.
(IDAI, 2004)

H. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan jalan napas berhubungan dengan penumpukan cairan di
rongga paru

2. Resiko hipotermi berhubungan dengan jaringan lemak subkotis tipis

3. Resiko tinggi infeksi sekunder berhubungan dengan immaturitas fungsi


imunologik.
4. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan lemahnya daya cerna dan absorbsi makanan.

(Ngastiyah, 2005)

I. Intervensi Keperawatan

N TUJUAN INTERVENSI
O
1. Setelah mendapat tindakan 1.1. Monitor pernafasan
keparawatan 3x24 jam tidak terjadi (kedalaman, irama, frekuensi )
gangguan jalan nafas(nafas efektif)
1.2. Atur posisi kepala
Kriteria Hasil : lebih tinggi
 Akral hangat 1.3. Monitor keefektifan
 Tidak ada sianosis jalan nafas, kalau kerlu lakukan
 Tangisan aktif dan kuat suction.
 RR : 30-40x/mt 1.4. Lakukan auskultasi
 Tidak ada retraksi otot bunyi nafas tiap 4 jam
pernafasan 1.5. Perthankan pemberian
O2
1.6. Pertahankan bayi
pada inkubator dengan
Setelah mendapatkan tindakan
2. penghangat
keperawatan 3x24 jam tidak
1.7. Kolaborasii untuk X
terjadi gangguan hipotermi
foto thorax
Kriteria Hasil :
 Badan hangat
 Suhu : 36,5-37 C
2.1. Pertahankan bayi
pada inkubator dengan
kehangatan 37oC
2.2. Beri popok dan
selimut sesuai kondisi
2.3. Ganti segera popok
yang basah oleh urine atau
faeces
Setelah mendapat tindakan
3. 2.4. Hindarkan untuk
keperawatan 3x24 jam tidak terjadi
sering membuka penutup karena
infeksi
akan menyebabkan fluktuasi
Kriteria Hasil :
suhu dan peningkatan laju
 Tidak ada tanda-tanda
metabolisme
infeksi(tumor,dolor,rubor,calor,
2.5. Atur suhu ruangan
fungsiolaesa)
dengan panas yang stabil
 Suhu tubuh normal (36,5-
37oC)
3.1. Monitor tanda-tanda
infeksi(tumor,dolor,rubor,calor,f
ungsiolaesa)
3.2. Lakukan cuci tangan
sebelum dan sesudah kontak
dengan bayi
3.3. Anjurkan kepada ibu
bayi untuk memakai jas saat
masuk ruang bayi dan sebelum
dan/sesudah kontak cuci tangan
Setelah tindakan keperawatan 3.4. Barikan gizi
4.
3x24 jam tidak terjadi gangguan (ASI/PASI) secara adekuat
nutrisi 3.5. Pastikan alat yang
Kriteria Hasil : kontak dengan bayi bersih/steril
 Diet yang diberikan habis 3.6. Berikan antibiotika
tidak ada residu sesuai program
 Reflek menghisap dan 3.7. Lakukan perawatan
menelan kuat tali pusat setiap hari
 BB meningkat 100 gr/3hr.
4.1. Kaji refleks
menghisap dan menelan
4.2. Monitor input dan
output
4.3. Berikan minum sesuai
program lewat sonde/spin
4.4. Sendawakan bayi
sehabis minum
4.5. Timbang BB tiap hari.
BAB II

TINJAUAN KASUS

DATA PASIEN

Nama bayi : By. Ny. P

Tanggal dirawat : 20 – 09 - 2018

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Tamanwinangun 1/3

Tanggal lahir / usia : 20 – 09 - 2018

Nama ayah : Tn. P

Pekerjaan ayah : Buruh

Nama ibu : Ny. P

Pekerjaan ibu : Buruh

Diagnosa medis : BBLR

RIWAYAT BAYI

Apgar score : 4/5/6

Usia Gestasi : G1 P0 A0

Berat badan : 2900 gr

Komplikasi persalinan : Tidak ada

Aspirasi meconium : Tidak ada

DJJ :138 x/menit

Prolaps talipusat : Tidak ada


Riwayat Ibu

usia Gravida Partus Abortus


25 th 1 0 0

Jenis persalinan : Sectio sesarea

Komplikasi kehamilan: Tidak ada

Perawatan antenatal : Ya

Ruptur plasenta : Tidak

Pre eklamsia : Tidak

Suspect sepsis : Tidak

Persalinan : Post matur

PENGKAJIAN FISIK NEONATUS

Reflek : Moro (v)

Menggenggam (v) kuat

Menghisap (v) belum kuat

Tonus / aktivitas

Aktif (v) tenang (v) letargi (-) kejang (-)

Menangis keras (v) lemah (-) Melengking (v)

Kepala /leher

Fontanel anterior : Lunak (v)

Gambaran wajah : Simetris (v)

Molding : Caput succedaneum (v)

Mata : Bersih (v)


Jarak interkanus : Normal (v)

THT

Telinga : Normal (v)

Hidung : Simetris (v)

Wajah

Bibir sumbing : (-)

Abdomen

Lunak (v) supel

Liver teraba : (v)

Toraks : simetris (v)

Retraksi derajat 0 : (v)

Klavikula normal : (v)

Paru –paru

Suara nafas kanan kiri sama : (v)

Suara nafas bersih : (v)

Respirasi :Spontan (v)

Alat bantu nafas : (-)

Konsentrasi O2 : (-)

Jantung

Bunyi Normal Sinus Rhytm (NSR)

Murmur : (v)
Denyut nadi : 130x/menit

Ekstremitas

Gerakan bebas : (v)

Ekstremitas : normal

Ekstremitas bawah : normal

Panggul : Normal

Umbilikus

Normal : (v)

Inflamasi : (v)

Genital

Perempuan : (v)

Anus : (v)

Spina : (v)

Kulit

Warna : Pink (v)

Tanda lahir : (-)

Turgor kulit : elastis

Lanugo : (v)

Suhu lingkungan

Penghangat radian : (v)


Boks terbuka :(V)

RIWAYAT SOSIAL

a. Genogram

Keterangan :
Laki-laki :
Perempuan :
Klien :
Tinggal serumah : ------

Hubungan orang tua dan bayi:

IBU TINGKAH LAKU AYAH


v Menyentuh v
v Memeluk v
v Berbicara v
v Berkunjung v
v Memanggil nama v
v Kontak mata v

Orang terdekat yang dapat dihubungi : Paman

Orang tua bersespon terhadap penyakit : Ya (v)

Orang tua berespon terhadap penyakit : Ya (v)

Riwayat anak lain

Jenis kelamin anak Riwayat persalinan Riwayat imunisasi


Perempuan Normal Lengkap
THERAPI : Tgl. 20 September 2018

 Injeksi Vit. K
 Injeksi ampisilin
 Injeksi gentamicin
 Tetes mata gentamisin

ANALISA DATA
No Data Fokus Problem Etiologi
1. DS : By. Ny. M lahir pada tanggal Resiko perubahan suhu BBL ( perbedaan
20 September 2018 usia tubuh : Hipotermi suhu tubuh dalam
kehamilan 35 mg dari Ibu perut ibu dan
G1P0A0 bayi dilahirkan secara lingkungan luar)
section caesarea melahirkan di RS
Kebumen.
DO : Compos Mentis
TTV = S: 35,90C, RR: 60/menit,
Nadi 130x/menit.

2. DS : By. Ny. M lahir pada tanggal Resiko pemenuhan nutrisi BBL (reflex
20 September 2018 usia kurang dari kebutuhan menghisap (+) belum
kehamilan 35 mg dari Ibu tubuh. terlatih dan
G1P0A0 bayi dilahirkan secara imaturitas saluran
section caesarea melahirkan di RS cerna)
Kebumen.
DO : Compos Mentis
TTV = S: 35,90C, RR: 60/menit,
Nadi 130x/menit.
Releks hisap belum kuat dan
belum terlatih
Ibu belum menyusui

DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI


No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan KH Intervensi
1. Resiko perubahan suhu tubuh : Setelah dilakukan Mengatur
Hipotermi b.d lingkungan yang tindakan keperawatan temperature :
baru ( udara luar) selama 2x24 jam - Monitor
diharapkan pasien temperature pasien
terhindar dari samapi stabil
- Monitir nadi ,
ketidakseimbangan
pernafasan
suhu tubuh dengan KH:
- Monitor warna
Termoregulasi
kulit
Neonatus - Monitor tanda dan
- Suhu 36,5- 37,50C gejala hipotermi
- RR: 30-60 x/menit - Perhatikan
- HR: 120-140x/menit
keadekuatan intake
- Warna ulit merah
cairan
muda
- Pertahankan panas
- Tidak ada distress
suhu tubuh bayi
respirasi
- Hidrasi adekuat
- Tidak menggigil
- Bayi tidak letargi
2. Resiko pemenuhan nutrisi kurang Setelah dilakukan Pemenuhan nutrisi
dari kebutuhan tubuh b.d tindakan keperawatan bayi :
- Kaji
ketidakmampuan tubuh dalam selama 2x24 jam
kebuuhan nutrisi
mencerna nutrisi (imaturitas saluran diharapkan pemenuhan
bayi
cerna) nutrisi bayi dapat - Observasi
terpenuhi dengan KH; intake dan output
- Reflek hisap dan - Observasi
menelan baik reflek hisap dan
- Muntah (-) menelan
- Kembung(-) - Beri minum
- Bab lancar
- Turgor elastis sesuai program

IMPLEMENTASI
No.DX Tgl/jam Implementasi Respon

13/09/2018 - Mengkaji Ku pasien - Ku =cukup, CM,


- SB: 35,6°C, Nadi: 130x/mnt
I,II 12.00 - Mengukur TTV
- 28 x/mnt, RR: 32 x/mnt
13.00 - Mengatur suhu inkubator - Inkubator dengan suhu 32°C
14.00 - Membedong dan
- Bayi terlihat menyedot
menyelimuti bayi
dengan kencang
14.00 - Memerikan minum susu - Bayi tampak menangis
(30cc)
- Injeksi masuk, tanda-tanda
14.00 - Mengganti popok bayi
alergi (-)
- Perawat sudah melakukan
14.00 - Memasukan therapi injeksi tindakan cuci tangan

14.00 - Melakukan tindakan asertif - BB : 3200kg


- Bayi terlihat menyedot
15.00 sebelum memegang bayi
dengan kencang
- Bayi bergerak aktif,
15.00 - Menimbang BB bayi
menangis dan tali pusar
- Memberi minum bayi
masih basah.
- Memandikan bayi - Injeksi masuk

- Bayi terlihat nyaman


- Habis 20cc
- Ku =cukup, CM,
16.00 - Memasukan therapi injeksi - SB: 36,0°C, Nadi: 140x/mnt
- 28 x/mnt, RR: 32 x/mnt
- Inkubator dengan suhu 32°C
I,II 14/09/2018 - Mengganti popok bayi
12.00 - Memberikan minum bayi
15.00 - Mengkaji Ku pasien
16.00 - Mengukur TTV
EVALUASI

No. Tgl/jam Evaluasi Paraf


DX

1 13/09/2018 S = -
Jam 16.00 O = Ku cukup, CM, SB: 35,6°C, Nadi: 130x/mnt, RR: 32
x/mnt/ Inkubator dengan suhu 32°C
Suhu tubuh bayi dalam batas normal, Tidak terdapat tanda
tanda hipotermi.
A = Masalah belum teratasi
P = Tingkatkan intervensi 1 – 7

2 14/09/2018 S = -
Jam 16.00 O = Ku cukup, CM, SB: 36,0°C, Nadi: 140x/mnt
, RR: 32 x/mnt, Inkubator dengan suhu 32°C
A = Masalah teratasi sebagian
P = Tingatkan intervensi 1 –7

BAB III

PEMBAHASAN

Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan penulis, dapat ditemukan bahwa bayi
Ny. W merupakan bayi dengan berat rendah (BBLR) karena ketuban pecah dini.
Pengkajian pada By Ny W dilakukan sesuai teori mulai dari pengkajian,
pengumpulan data subyektif, data obyektif, menentukan analisa dan membuat perencanaan
dan evaluasi. Dalam memnapatkan data dalam pengkajian dilakukan dengan melihat catatan
medic klien dan melakukan wawancara dengan Ny P. wawancara dilakukan jika Ny.P
menengok bayi atau saat Ny. P menyusui bayi diruang perinatologi.
Asuhan kebidanan yang diberikan pada Bayi Ny. P sudah sesuai dengan teori
penanganan pada BBLR hanya saja karena tidak dilakukan Rawat gabung dengan orang tua
sehingga pemenuhan ASI kurang optimal,

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 2007. Pelayanan Obstetric Neonatal Emergensi Dasar. Jakarta : Depkes RI

Prof. Dr. Manuaba, Ida Bagus Gde, SpOG. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit kandungan dan
keluarga berencana. Jakarta: EGC

Judith M. Wilkinson & Nancy R. Ahern. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 9.
Jakarta : EGC.
Suriyadi, Yuliani. 2006. Buku Pegangan Praktik Asuhan Keperawatan Pada Anak. Ed.2.
Jakarta : CV. Agung Seto.

Potter, P. A, Perry, A. G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan
Praktik. Ed.4 Vol.2. Jakarta : EGC.

Vous aimerez peut-être aussi