Vous êtes sur la page 1sur 9

A.

LATAR BELAKANG DAN PROSES PEMBENTUKAN

1.Faktor-Faktor Penyebab Berdirinya

Benih-benih paham Marxis datang dari luar negeri dan mulai ditanamkan
di bum Indonesia pada masa sebelum Perang Dunia I, yaitu dengan datagnya
seorang pemimpin buruh negeri Belanda bernama H.J.F.M Sneevliet. Ia adalah
anggota Sociaal Democratische Arbeiderspartij (SDAP) atau Partai buruh sosial
demokrat (SNI).
Pada tahun 1913 ia pindah ke Semarang dan menjadi sekretaris pada
Semarangse Handelsvereniging. Bagi Sneevliet tinggal di Semarang adalah
menguntungkan karena semarang adalah pusat Vereninging van Spoot en
Tramweg Personeel (VSTP), serikat buruh yang tertua di Indonesia dan pada
masa itu merupakan suatu perkumpulan yang sudah tersusun baik. Sebagai
pemimpin sosialis yang berpengalaman dalam waktu singkat ia berhasil
membawa VSTP ke arah yang lebih radikal. Atas prakarsanya pada tanggal 9 mei
1914 bersama-sama orang sosialis lainnya seperti J.A Brandsteder, H. W Dekker,
dan Bergsma berhasil didirikan suatu oraganisasi yang diberi nama Indische
Sociaal-Democratische Vereniging (ISDV). (Sni)
ISDV yang bersifat sosialis kiri sudah melakukan usaha untuk mendekati
rakyat umum dengan jalan memikat organisasi yang lain sebagai perantara, ini
oleh karena ia sendiri tidak dapat bersandar pada rakyat umum (Pringdodigdo).
ISDV bertujuan menyebarkan paham-paham Marxis. Mereka menganggap adalah
lebih efektif untuk bersekutu dengan gerakan yang lebih besar yang dapat
bertidndak sebagai jembatan kepada massa rakyat Indonesia. Awalnya bersekutu
dengan Insulinde, akan tetapi tidak memenuhi sasaran tujuan dan akhirnya
setelah satu tahun krjasama itu bubar. Sasaran kemudian dialihkan kepada Sarekat
Islam yang pada masa itu (1916) mempunyai ratusan ribu anggota dan merupakan
satu gerakan raksasa didalam pergerakan nasional. Mereka memperkuat
pengaruhnya dengan jalan menunggangi keadaan buruk akibat Perang Dunia I dan
panen padi yang jelek serta ketidakpuasan buruh perkebunan sebab upah yang
rendah dan membumbungnya harga-harga.
Ada beberapa hal yang menyebabkan berhasilnya ISDV melakukan
infiltrasi ke dalam tubuh SI :
1. CSI sebagai badan oordinasi pusat masih sangat lemah kekuasaannya.
Tiap-tiap cabang SI bertindak sendiri-sendiri secara bebas. Para pemimpin
lokal yang kuat mempunyai pengaruh yang menentukan di dalam SI
cabang.
2. Kondisi kepartaian pada masa itu menungkinkan orang untuk sekaligus
menjadi anggota lebih dari satu partai. Hal ini disebabkan pada mulanya
organisasi-organisasi itu didirikan bukan sebagai suatu partai politik
melainkan sebagai suatu organisasi guna mendukung berbagai
kepentingan sosial budaya dan ekonomi. Di kalangan kaum terpelajar
menjadi kebiasaan bagi setiap orang untuk memasuki berbagai macam
organisasi yang dianggap membantu kepentingannya.
Kemudia Sneevliet dan kawan-kawan berhasil mengambil alih beberapa
pemimpin muda SI menjadi pemimpin ISDV. Yang terpenting antara
pemimpin muda itu adalah Semaun dan Darsono yang pada tahun 1916
menjadi anggota SI cabang surabaya. Semaun berhasil mengembangkan
keanggotaannya dengan pesat, dari 1700 orang pada tahun 1916 menjadi
20.000 orang setahun. Akan tetapi, karena orientasi yang Marxistis, dibawah
pengaruh ISDV, mereka menjadi lawan CSI yang dpimpin HOS
Cokroaminoto.
Sementara itu di dalam ISDV sendiri timbul perpecahan. Oleh karena itu
sikap pemimpinnya yang terlalu radikal, golongan yang moderat di dalam
ISDV mengundurkan diri. Pada bulan september 1917 mereka membentuk
SDAP cabang Hindia Belanda yang kemudian menjadi Indische Social
Derpocratische Partij (ISDP). (SNI)
Di Eropa pada tahun 1917 telah meletus revolusi komunis. Aliran komunis
ini mudah dapat menarik perhatian dari pada bangsa yang terjajah, karena
dalam manifes dari partai komunis Rusia yang dikeluarkan tahun 1919 telah
dinyatakan bahwa pembebasan negara-negara yang terjajah, hanya dapat
tercapai dengan pembebasan kaum buruh di Eropa. Jadi nasib dan kekuasaan
dari kaum buruh ditegaskan ada erat sangkut-pautnya dengan pembebasan dari
bangsa-bangsa yang terjajah. Itulah sebabnya maka haluan komunis di tanah
air mendapat sambutan yang tidak sedikit (Tirtoprodjo, S). Sementara itu
timbullah pemberontakan Rus dan Negara Soviet terdirilah, dan pada 5 maret
1919 didirikan internasinale ke III di Moskou (Pringgodigdo).

2.Proses Pembentukan

Ketika SDAP di Negeri Beanda pada tahun 1918 mempermaklumkan


dirinya menjadi Partai Komunis Belanda (CPN), beberapa anggota bangsa Eropa
di ISDV mengusulkan untuk mengikuti jejak itu. Sebagai hasil gagasan mereka,
pada kongres ISDV ke 7 di bulan mei 1920 dibicarakan ususl untuk menggantikan
ISDV menjadi perserikatan komunis di Hindia. Bargsma dan Semaun menyatakan
keinginan untuk mengubah nama ISDV, dengan tujuan untuk membedakan diri
dengan “kaum sosialis palus” dan untuk mengidentifikasikan diri engan
Komintern. Menurut Bergsma, ISDV sudah sejak lama menjadi komunis.
Akhirnya diadakankan pemunguan suara untuk menentukan keputusan.
Ternyata hanya caban surabaya, bandung, dan ternate yang menentang perubahan
nama ISDV . Dengan demikian, Baars Begsma Semauries memperoleh
kemenangan, dan pada tanggal 23 Mei 1920 ISDV merubah namanya menjadi
Partai Komunist Hindia yang pada bulan Desember tahun yang sama menjadi
Partai Komunis Indonesia (PKI). Dalam susunan pengurus baru terpilih Semaun
(ketua), Darsono (wakil), Bergsma (sekretaris), Dekker (bendahara), Baars,
Sugono, dan lain-lain sebagai anggota pengurus (SNI).
B. PROFIL ORGANISASI

1. Nama dan Lambang

2. Tujuan dan Orientasi

3.Kepengurusan
4.Keanggotaan

Menurut anggaran dasar, menyatakan antara lain bahwa PKI akan


mempimpin kaum modal bangsa Indonesia, bukan terhadap “kapitalisme yang
berdosa saja, tetapi terhadap segala kapitalisme PKI akan terdiri dari anggota
biasa dan anggota luar biasa, kalau banyaknya anggota biasa itu kurang dari itu,
maka mereka itu menjadi anggota tersier.

Anggota-anggota luar biasa ialah perkumpulan-perkumpulan yang sudah


didaftarkan sebagai anggota partai itu, perkumpulan-perkumpulan itu, jika ia
pperkumpulan politik, menjadi susunan bawahan daripada PKI dan jika ia bukan
perkumpulan politik, maka ia menjadi sel dari PKI (oleh karena ini jadi Sarekat
Rakyat adalah susunan atasan untuk anggota-anggota yang terpilih dan yang
sudah dianggap cakap dalam hal komunis) (Pringgodigdo:34-35).

5.Sifat dan Corak

PKI mengambil sikap koopertif. Sebab sehinggah PKI yang ekstrim itu
mengambil haluan kooperasi yaitu berdasarkan atas pertimbangan taktik untuk
mendapat keleluasaan berbicara sebagai anggota-anggota dewan perwakilan. Jadi
sama sekali lepas dari pada ideologi, tetapi praktis supaya dapat mempergunakan
rapat-rapat dari dewan perwakilan itu untuk melahirkan apa yang ingin
dilahirkanya karena anggota Dewan Perwakilan tidak dapat dituntut di muka
hakim berdasar atas apa yang diucapkannnya didalam rapat-rapat Dewan
perwakilan. Meluluuntuk mempergunakan priveleges ini, supaya dapat bebas
melahirkan pikirannya, maka PKI tidak menetapkan haluan non kooperasi,
melainkan kooperasi. Taktik ini tidak berhasil, karena Pemerintah Belanda juga
bukan anak kecil, sehingga meskipun diajukan beberapa anggota PKI untuk jadi
anggota Volksraad, tetapi tidak seorangpun dari golongan Pkdiangkat oleh
Pemerintah Belanda menjadi anggota Volksraad (Tirtoprodjo, S : 45-46).
C. DINAMIKA PERJUANGAN ORGANISASI

1. Program Kerja dan Usaha

Menurut hasil kongres pada 7-10 juni 1924, Program perjuangan politik
menunjukkan sistim pemerintah yang diarahkan (sovyet-sovyet desa, sovyet
paberik, soviet disterik, soviet propinsi, soviet pulau dan soviet pusat), di samping
mengusahakan sistim itu harus berjuang untuk kemerdekaan bergerak (
Berkumpul, bersidang, mengeluarkan pikiran) dan kemerdekaan untuk
mengadakan peogokan, selantunya untuk mendapat aturan-aturan sosial (kerja 8
jam sehari, larangan buruh anak-anak, pembatasan buruh wanita, asuransi kaum
burh tidak memakai premi), menghapuskan adanya penale sanctle terhadap kuli
kontrak, rodi dan kerja desa untuk sosialisasi perusahaan, untuk memperbaiki
aturan pajak, pengajaran, kehakiman dan sebagainnya. Program kerja ini tidak
dijalankan dengan jalam meninta-minta terhadap pemerintah jajahan, tetapi harus
dicapai dengan organisasi dan disiplin PKI yang kuat (Pringgodigdo:34).

2. Kegiatan/Hasil-Hasil Perjuangan

Ketika Komintren dibentuk tahun 1919, pengaruhnya telah terasa di


Indonesia. Sebagaimana diketahui segala keputusan dari Komintern itu sebagian
besar dipengaruhi dan ditentukan oleh pandangan Partai Komunis Rusia.
Pada 24 Desember 1920 (kongres istimewah) diambil keputusan akan
memasukkan PKI itu ke dalam Internasionale Komunis (Komintern) sebagai satu
seksi. Setelah kongres itu Semaun menerangkan bahwa pergerakan rakyat
Indonesia sebelumnya diadakan degan maksud akan menyokong kapitalisme
sendiri, keterangan ini ditujukannya kepada didirikannya SI mula-mulanya oleh
kaum saudagar dan kaum industri. Kaum komunislah yang sudah mengubah
haluan SI itu. Rakyat haruslah berhati-hati, supaya tidak disesatkan orang
(Pringdodigdo). Afiliasi dengan komintern menyebabkan PKI harus
menyesuaikan sikapnya sesuai dengan garis politik Asia daripada Kointern. Salah
satu pandangan yang harus diubahnya ialah sikap terhadap partai non komunis
menurut garis komintern yang diputuskan dalam kongres tahun 1920 (yaitu taktik
yang disebut “front persatuan dari atas”), maka PKI mulai bersiap-siap untuk
partisipasi dalam Volskraad.
Dalam usaha mencapai “fornt persatuan”, pada bulan Desember 1919
ISDV/PKI, SI, Insulinde membentuk PPKR (Persatuan Pergerakan Kemerdekaan
Rakyat).. Akan tetapi, tidak lama kemudian timbul perbedaan paham didalam
tubuh PPKR. Toko ISDV/PKI terlalu menonjolkan unsur internasional dalam
program perjuangan PPKR. (SNI)
PKI dalam kongresnya tahun 1920 di semarang mengambil 2 keputusan
penting, yaitu :
1. Keputusan yang menyatakan dengan tegas bahwa PKI di Indonesia
menggabungkan diri kepada Comunistische Internationale yang
dengan singkat dibsebut Cmintern.
2. Mengenai sikap kedalam yaitu mengenai turut atau tidaknya didalam
Dewan Perwakilan yang ada di Hiindia Belanda waktu itu ialah
Volksraad. Orang mengira bahwa menilik haluan ekstrim dari PKI,
tentunya menetapkan haluan non kooperasi . Tetapi ternyata
sebaliknya. Pada konresnya iu diputuskan PKI ingin bekerja sama
dengan pemerintah Hindia Belanda dengan mengirimkan wakinya di
dalam Badan Perwakilan.
Pada tahun 1924, PKI mengaddakan kongres di Bandung dan pada
kongres itulah diputuskan bahwa serikat Rakyat menjadi Perkumpulan onderbouw
dari PKI.
Dengan ditangkapnya Semaun, kemudian Semaun pun diberikan
kelonggaran untuk meninggalkan Hindia Belanda, tidak jadi diinternir, tetapi
agitasi propaganda yanng bersidat ekstrim dari serikat Rakyat dan PKI terus
berlangsung, sehingga berakibat dalam bulan November 1926 meletus
pemberontakan di Jawa Barat, terutama di Bantam. Di susul dalam bulan Januari
1927 dengan pemberontakan di Sumatera bArat. Kedua pemberontakan ini
dopergunakan Hindia Belanda untuk menindas dengan kejam pergerakan PKI.
Sekedar angka-anngka yang ditangkap berjumlah 13.000 yang dihukum 4.500,
yang dibuang ke Digul 1.300 orang. Terhadap pemimpin yang disangka ada ikut
di dalam meletusnya pemberontakan di Jawa Barat dan Sumatera Barat itu
disampping penangkapan, penghukuman dan pembuanan.PKI dinyatakan sebaai
perkumpulan yang terlarang, maka dengan penindasan ini sayap kiri dari
pergerakan kebangsaan Indonesia kelihatannya patah sama sekali. Ini hanya
“schijnbaar saja, hanya kelihatannya di masyarakat Indonesia, secara ilegal.
D. AKHIR RIWAYAT ORGANISASI

Pada tahun 1924 pemeritah Koloial Belada meutup sekolah-sekolah yang


dikelola oleh serikat rakyat, akibatnya rakyat yang mempergunakan sekolah-
sekolah itu melawan demi mempertahankan sekolah itu. Dengan adanya
perlawanan rakyat PKI mendapat keuntungan politik, walaupun yang melakukan
perlawanan itu sebagian besar bukan anggota PKI.

Pada tanggal 11-17 Desember 1924 PKI mengadakan kongres di


Yogyakarta yang membahas aksi umum berhubungan dengan keputusan partai
terhadap pergerakan. Kongres PKI di Yogyakarta dihadiri utusan 38 cabang PKI
yang mewakili 1237 anggota PKI dan 46 cabang Sarekat Rakyat. Hasilnya
diputuskan langkah-langkah untuk memperkuat barisan itu sendiri (PKI untuk
bersiap melakukan revolusi yang bertujuan untuk mengadakan aksi perlawanan
terhadap pemerintah kolonial. (Pringgodigdo, 1991 : 36)

Keputusan itu di ambil dikarenakan pengurus besar PKI (Sarjono, Budi


Sucitro. Alimin, dan beberapa pengurus PKI lainnya) menggap bahwa
keadaan sudah semakin genting, pemerintah kolonial melakukan penangkapan
dan penganiayaan terhadap tokoh-tokoh PKI maupun SR sebagai pemimpin
perjuangan anti kolonial. PKI sekarang harus menghadapi tindakan
penindasan oleh pemerintah secara langsung, atas tindakan apapun yang di
lakukan oleh tokoh PKI dapat langsung dikenakan tahanan. Selain itu rakyat
juga tidak akan tertarik pada PKI apabila tidak ada aksi yang dilakukan
(Wild, 1986:29).

Sebelum aksi perlawanan dilaksanakan, PKI harus mengadakan aksi


pemogokan, kemudian aksi bersenjata. Kaum tani harus di persenjatai dan
tentata harus dilibatkan dalam aksi perlawanan yang rencananya akan
dilaksanakan pada bulan Juni 1926, inilah yang menjadi keputusan kongres
PKI yang dilaksanakan di Jogyakarta.

Tan Malaka yang berada di Cina mendengar hasil kongres besar


tersebut dan dia menolak hasil kongres itu, ahkan Tan Malaka meminta hasil
kongres itu dicabut. dikarenakan baik ditinjau dari segi organisasi maupun
rencana dirasakan belum matang. Tan Malaka mcnekankan perlunya aksi
masa vang terus menerus mulai dari tingkat lokal hingga diangkat nasional
dan baru kemudian berpuncak pada revolusi.

Bebcrapa bulan setelah dilaksanakannya kongres besar PKI di


Yogyakarta. Alimin dan Muso pergi ke Rusia untuk rnenemui pimpinan pusat
komintren, semenrara itu para pemimpin yang tinggal di Indonesia kehilangan
pegangan dan rnenjadi panik. Saat dorongan untuk rnelakukan aksi semakin
kuat dari rakyat yang telah rnengamati rasa penderitaan akibat depresi
ekonorni dan kerusuhan, selain itu hilangnya sebagian besar pemimpin PKI
yang berpengalaman dan bersifat moderat menyebabkan PKI berada ditangan
kaum muda yang cenderung berpikir panas. Tokoh-tokoh kaum muda PKI itu
diantaranya Dahlan, Sukrawinata, Baharudin Saleh, Mahmudi dan Abu Bakar.
Selama satu setengah tahun setelah kongres besar di Yogy-akarla, PKI
semakin dipengaruhi oleh dorongan-dorongan anarkis, PKI lebih menuruti
keinginan naluri memberontak dari pada mempertimbangkaa kekuatan yang
dimiliki (Wi1d, 1986:31).

Para pemimpin nuda PKI mendilikan komite aksi pemberontakan di


Batavia. organisasi ini sebenarnya berada diluar PKI. Hal ini menyebabkan
koordinasi antara pemimpin pusat PKI dan para pemimpin muda tidak terjalin
baik. Beberapa orang pemimpin yang dipercayai oleh PKI telah berhasil
ditangkap dan dipenjarakan oleh penmerintah kolonial Belanda Sementara itu
sebagian pemimpin-pemimpin cabang PKI dan SR yang purtus asa dengan
keadaan mengundurkan diri dalam keadaan demikian PKI tetap
melaksauakan aksinya yang telah direncanakan (Sagimun, 1 986: 34-35).

Di akhir tahun 1926 tanpa koordinasi dengan pimpinannva yang ada di


pengasingan PKI mulai melakukan aksi, (12-14 November 1926 di Jakarta,
Jatinegara, dan Tanggerang, 12-15 Desember 1926 di Keresidenan Banten,
12- 18 November 1926 di Priangan, 17-23 November 1926 di daerah Solo, 12-15
Desember 1926 di Kediri), aksi-aksi itu dapat terjadi dikarenakan tidak ada
nya Semaun dan Darsono yang selalu menghalangi terjadinya revolusi yang
dianggap prematur dan terlalu cepat.

Pemerintah Hindia Belanda rnengambil tindakan tegas, tanggal 1


Desember 1926 sebanyak 106 pemegang karcis merah dari Tanah Abang dan
karet digiring ke kantor Kabupaten Molenvliet daerah Weltevrede n (Gambir).
Para pinpinan pusat PKI menyelamatkan diri ke Rusia. Sebeiumnya bersama
Alimin di Singapura, sementara Tan Malaka di Manila.

Orang-orang Parlai Konrunis Indonesia (PKI) melakukan pengrusakan


Telepon dan Telegrap di Serang, rel kereta api di Banten dibongkar orang-
orang Partai Komunis Indonesia (PKI) yang duduk di CDO (College Dicrator
Organisatic) ditangkapi. Tokoh-tokoh Partai Kornunis Indolresia (PKI) lebih
dulu ditangkapi sebelum meletusnya pemberontakan yaifu Darsono, A1i
Archamdan Mordjoha untuk diasingkan keluar Indonesia' sedang Alimin lebih
awal dengan kemauan sendiri pergi ke Rusia pada pertengahan tahun 1625.
Dan pada tanggal 1i November I 925 karwan-kawan Alimin yang tertinggal
di tangkap (Depdiknas, 1983: 1920).

Aksi-aksi yang dilakukan oleh kaum kornunis tersebut merupakan suatu


tindakan yang tergesa-gesa daripada dianggap sebagai suatu percobaan
perebutan kekuasaan. Aksi tersebut mudah ditumpas oleh pemerintah kolonial
Belanda dikarenakan PKI pada waktu itu sudah begitu lemah akibat dari
tindakan pemerintah yang melakukan tekanan dan penangkapan terhadap tokoh-
tokoh PKI yang dianggap berpengalaman, sehingga pemberontakan itu tidak
terkoordinasi dan bersifat lokal. Pemerintah kemudian melakukan suatu
kebijakan reaksioner terradap tindakan dan aksi yang dilakukan PKI sehingga
PKI ditindas secara besar-besaran hingga akhirnya PKI hancur (Wild.1986:3 l).

Pemerintah menganbil tindakan tegas untuk meredam situasi kacau


yang di timbulkan PKI. Partai PKI hancur oleh penangkapan masal,
pemenjaraan dan pembuagan. 13.000 Orang ditangkap. Beberapa ditembak
karena terlibat pembunuhan, 5.000 orang ditempatkan dipenjara pencegahan,
4.500 orang dipenjara sesudah pengadilan. 6.700 orang dibebaskan setelah
penahanan intograsi singkat, sisanya 1.300 orang dibuang di Bovendigul tempat
pengasingan yang secara khusus dibangun untuk mercka.

Vous aimerez peut-être aussi