Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Neoplasma adalah pertumbuhan sel baru, abnormal dan progresif dimana sel
tersebut tidak pernah menjadi dewasa. Penggunaan istilah tumor sebagai pengganti
neoplasma sebenarna kurang tepat karena tumor hanya berarti benjolan. Insiden
neoplasma tulanglebih jarang bila dibandingkan dengan neoplasma jairingan lunak.
Neoplasma dapat dikatakan ganas apabula memiliko kemmampuan untuk
mengadakan adak sebar ke tempat atau organ lain. Neoplasma tulang primer
merupakan neoplasma yang berasal dari sel yang membentuk jatingan tulang sendiri,
dikatakan sekunder apabila merupakan anak sebar dari organ lain
2. Hamartoma
- Osteogenik : Osteoma, Osteokondroma
- Kondrogenik : Endokondroma
1
- Kolagenik : Angioma, Kista tulang aneurisma.
-ParostealOsteosarkoma
- Osteoma
Jinak :- Kondroblastoma
Ganas:-Kondrosarkoma
-KondromiksoidFibroma
- Enkondroma
-Osteokondroma
Ganas:-Fibrosarkoma
Myeloma sel plasma, Tumor Ewing, Sarkoma sel reticulum, Penyakit Hodkin
2
umur di atas 50 tahun,osteosarkoma bisa terjadi akibat degenerasi ganas dari paget’s
disease, dengan prognosis sangat jelek.
Mulai tumbuh bisa di dalam tulang atau pada permukaantulang dan berlanjut
sampai pada jaringan lunak sekitartulang. Epifisis dan tulang rawan sendi bertindak
sebagaibarier pertumbuhan tumor ke dalam sendi.Osteosarkoma mengadakan
metastase secarahematogen, paling sering ke paru atau pada tulanglainnya dan
didapatkan sekitar 15%-20% telahmengalami metastase pada saat diagnosis
ditegakkan.Metastase secara limpogen hampir tidak terjadi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Definisi
Epidemiologi
Menurut Errol Untung Hutagalung, seorang guru besar dalam Ilmu Bedah
Orthopedy Universitas Indonesia, dalam kurun waktu 10 tahun (1995-2004) tercatat
455 kasus tumor tulang yang terdiri dari 327 kasus tumor tulang ganas (72%) dan 128
kasus tumor tulang jinak (28%). Di RSCM jenis tumor tulang osteosarkoma
merupakan tumor ganas yang sering didapati yakni 22% dari seluruh jenis tumor
tulang dan 31 % dari seluruh tumor tulang ganas. Dari jumlah seluruh kasus tumor
tulang 90% kasus datang dalam stadium lanjut.
Tumor Frequency %
Telangiectatic 3.5-11
4
Parosteal 3-4
Periosteal 1-2
Gnathic 6-9
Small cell 1
Intraosseous, low grade <1
Surface, high grade <1
Secondary 5-7
Etiologi
Akhir-akhirini dikatakan ada dua tumor suppressor gene yang berperan secara
signifikan terhadap tumorigenesis padaosteosarkoma.
Predisposisi genetik:
5
Kombinasi dari mutasi RB gene (germline retinoblastoma) dan terapi radiasi
berhubungan dengan resiko tinggi untuk osteosarkoma.
Patofisiologi
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel
tumor. Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses
destruksi atau penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses pembentukan
tulang. Terjadi destruksi tulang lokal.. Pada proses osteoblastik, karena adanya sel
tumor maka terjadi penimbunan periosteum tulang yang baru dekat lempat lesi terjadi
sehingga terjadi pertumbuhan tulang yang abortif.
Tumor tulang benigna biasanya dan berbatas tegas, gejalanya sedikit, dan tidak
menyebabkan kematian. Neoplasma perifer benigna system musculoskeletal
meliputi osteoma, osteokondroma, enkondroma, kista tulang, (kista tulang
aneurisma) rabdomioma, dan fibroma. Tumor benigna tulang dan jaringan lunak
lebih sering dari pada tumor maligna. Beberapa tumor benigna, seperti sel tumor
6
raksasa mempunyai potensial mengalami transformasi maligna. Kista tulang
merupakan lesi yang invasive pada tulang . Kista tulang aneurisma sering dilihat
pada dewasa muda dan ditandai dengan terabanya massa yang nyeri pada tulang
panjang vertebrata, tulang pipih.
Tumor musculoskeletal maligna primer relative jarang dan tumbuh dari sel
jaringan ikat dan penyokong (sarcoma) atau dari elemen sumsum tulang
(myeloma). Tumor musculoskeletal primer maligna meliputi osteosarkoma,
kondrosarkoma, sarcoma ewing, dan fibrosarkoma. Tumor tulang biasanya
bermetastatis ke tulang. Sarkoma osteogenik (osteosarkoma) merupakan tumor
tulang primer maligna yang paling sering dan paling patal. Ditandai dengan
metastatis hematogen awal paru. Tumor ini menyebabkan mortalitas tinggi
7
karena sarcoma sering sudah menyebar ke paru ketika pasien pertama kali
berobat, sarcoma osteogenik lebih sering pada pria umur 10-25 tahun pada tulang
yang sedang tumbuh cepat dan kelompok lebih tua yang menderita penyakit
paget atau akibat pajanan radiasi. Bermanifestasi sebagai nyeri, pembengkakan,
keterbatasan gerak, dan kehilangan berat badan, massa tulang dapat teraba, nyeri
tekan dan tidak bisa digerakan, dengan peningkatan suhu kulit diatas massa dan
ketegangan vena. Lesi primer dapat mengenai semua tulang namun tempat yang
paling sering adalah distal femur, proksimal tibia, dan proksimal humerus.
8
Periosteum tulang yang baru dapat tertimbun dekat tempat lesi
Gejala Klinis
2. Fraktur patologik.
3. Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang
terbatas
4. Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya
pelebaran vena
Lokasi
9
Osteosarkoma konvensional muncul paling sering pada metafisis tulang
panjang,terutama pada distal femur (52%), proximal tibia (20%) dimana pertumbuhan
tulang tinggi. Tempat lainnya yang juga sering adalah pada metafisis humerus
proximal (9%). Penyakit ini biasanya menyebar dari metafisis ke diafisis atau
epifisis.Kebanyakan dari osteosarkoma varian juga menunjukkan predileksi yang
sama, terkecuali lesi gnathic pada mandibula dan maksila, lesi intrakortikal, lesi
periosteal dan osteosarkoma sekunder karena penyakit paget yang biasanya muncul
pada pelvis dan femur proximal.
Anatomi tulang
10
11
Klasifikasi tumor tulang menurut TNM
M1 : Metastase jauh
12
KLASIFIKASI STADIUM
13
Klasifikasi
a. Osteosarkoma klasik.
b. Osteosarkoma hemoragi atau telangektasis
c. Parosteal osteosarkoma.
d. Periosteal osteosarkoma.
e. Osteosarkoma sekunder
f. Osteosarkoma intrameduler derajat rendah.
g. Osteosarkoma akibat radiasi.
h. Multifokal osteosarkoma.
a. Osteosarkoma Klasik
kolumna vertebralis.
Apabila terdapat pada kaki biasanya mengenai tulang besar pada kaki bagian
belakang (hindfoot) yaitu pada tulang talus dan calcaneus, dengan prognosis yang
lebih jelek.
b. Telangiectasis Osteosarkoma
14
sangat tinggi dan sangat agresif. Diagnosis denganbiopsi sangat sulit oleh
karena tumor sedikit jaringanyang padat, dan sangat vaskuler. Pengobatannya
samadengan osteosarkoma klasik, dan sangat resposifterhadap adjuvant
chemotherapy.
c. Parosteal Osteosarkoma
d. Periosteal Osteosarkoma
15
operasi marginal-wide eksisi (wide-marginsurgical resection), dengan
didahului preoperatifkemoterapi dan dilanjutkan sampai post-operasi.
e. Osteosarkoma Sekunder
Tipe ini sangat jarang dan merupakan variasiosseofibrous derajat rendah yang
terletak intrameduler.Secara mikroskopik gambarannya mirip
parostealosteosarkoma. Lokasinya pada daerah metafise tulangdan terbanyak
pada daerah lutut. Penderita biasanyamempunyai umur yang lebih tua yaitu
antara 15- 65tahun, mengenai laki-laki dan wanita hampir sama. Pada
pemeriksaan radiografi, tampak gambaran sklerotik padadaerah intrameduler
16
metafise tulang panjang. Sepertipada parosteal osteosarkoma, osteosarkoma
tipe inimempunyai prognosis yang baik dengan hanyamelakukan lokal eksisi
saja.
h. Multisentrik Osteosarkoma
Stadium
17
Stadium konvensional yang biasa digunakan untuk tumor keras lainnya tidak
tepat untuk digunakan pada tumor skeletal, karena tumor ini sangat jarang untuk
bermetastase ke kelenjar limfa. Pada tahun 1980 Enneking memperkenalkan sistem
stadium berdasarkan derajat, penyebaran ekstrakompartemen, dan ada tidaknya
metastase. Sistem ini dapat digunakan pada semua tumor muskuloskeletal (tumor
tulang dan jaringan lunak). Komponen utama dari sistem stadium berdasarkan derajat
histologi (derajat tinggi atau rendah), lokasi anatomi dari tumor (intrakompartemen
dan ekstrakompartemen), dan adanya metastase.
Pemeriksaan Penunjang
18
1. Laboratorium
o LDH
o Hitung trombosit
o Urinalisis
19
2. Radiografi
a. X-ray
20
dengan batas jelas disekitar tumor. Penyebaran pada jaringan lunak sering terlihat
sebagai massa jaringan lunak. Dekat dengan persendian, penyebaran ini biasanya sulit
dibedakan dengan efusi. Area seperti awan karena sclerosis dikarenakan produksi
osteoid yang maligna dan kalsifikasi dapat terlihat pada massa. seringkali terdapat
ketika tumor telah menembus kortek. Berbagai spektrum perubahan dapat muncul,
termasuk Codman triangles dan multilaminated, spiculated, dan reaksi sunburst, yang
semuanya mengindikasikan proses yang agresif.
Foto polos dari osteosarkoma dengan gambaran Codman triangle(arrow) dan difus,
mineralisasi osteoid diantara jaringan lunak.
21
Perubahan periosteal berupa Codman triangles (white arrow) dan masa jaringan lunak
yang luas (black arrow).
22
b. CT Scan
C. MRI
23
neurovascular dan sendi sekitarnya. Hal ini penting untuk menghindari pasien
mendapat reseksi yang melebihi dari kompartemen yang terlibat. Keterlibatan sendi
dapat didiagnosa ketika jaringan tumor terlihat menyebar menuju tulang subartikular
dan kartilago.
d. Ultrasound
24
e. Nuclear Medicine
f. Patologi anatomi
25
g. Angiografi
DIAGNOSIS BANDING
26
5. Aneurysmal bone cyst
6. Fibrous dysplasia
Penatalaksanaan
Medikamentosa
Obat yang efektif adalah doxorubicin, ifosfamide, cisplatin, dan methotrexate dosis
tinggi dengan leucovorin. Terapi kemoterapi tetap dilanjutkan satu tahun setelah
dilakukan pembedahan tumor.
Pembedahan
27
Terapi pada osteosarkoma meliputi terapi pembedahan ( limb - sparing
surgery atau amputasi ), kemoterapi dan radioterapi yang diberikan konkuren ataupun
sekuensial sesuai indikasi.
Tujuan utama dari reseksi adalah keselamatan pasien. Reseksi harus sampai
batas bebas tumor. Semua pasien dengan osteosarkoma harus menjalani pembedahan
jika memungkinkan reseksi dari tumor prmer. Tipe dari pembedahan yang diperlukan
tergantung dari beberapa faktor yang harus dievaluasi dari pasien secara individual.
Limb sparing surgery dilakukan pada high grade osteosarcoma dan respon baik
terhadap kemoterapi ( sel viable < 10 % dan margin jaringan - ), serta tepi bebas
tumor. Setelah limb sparing surgery maka kemoterapi dilanjutkan sebanyak 2 siklus.
Jika setelah 3 bulan dievaluasi terjadi relaps maka dilakukan amputasi. Amputasi juga
dilakukan pada osteosarcom yang letaknya secara anatomik tidak menguntungkan
dan tidak dapat dilakukan limb sparing dengan margin yang bersih.
28
Sementara untuk osteosarkoma dengan derajat keganasan tinggi, secara protokol
diberikan kemoterapi neoajuvan terlebih dahulu, lalu di evaluasi/restaging. Jika
setelah neo ajuvan ukuran mengecil dan menjadi resectable maka dilanjutkan dengan
terapi pembedahan (wide excision ). Terapi setelah pembedahan terbagi menjadi dua
tergantung ada tidaknya margin jaringan setelah operasi. Sedangkan pembedahan
dengan margin (+) yang memberikan respon buruk maka pertimbangkan mengganti
kemoterapi dan juga terapi tambahan secara lokal (surgical resection ). Pada pasien
dengan margin jaringan (–) dilanjutkan dengan kemoterapi, 2 siklus. Pada
osteosarcoma derajat keganansan tinggi yang setelah restaging tetap unresectable
maka langsung lakukan radioterapi dan kemoterapi tanpa pembedahan terlebih
dahulu. Pada pasien osteosarcoma yang sudah bermetastasis maka penatalaksanaan
nya terbagi juga menjadi dua yaitu resectable dan unresectable. Pada yang resectable
(pulmonary, visceral, atau skeletal metastasis) maka terapi untuk tumor primer nya
sama dengan penatalaksanaan osteosarcoma derajat keganasan tinggi dan didukung
dengan kemoterapi dan juga metastasectomy. Sedangkan pada yang unresectable
penatalaksanaan yang dilakukan adalah kemoterapi, radioterapi, dan megevaluasi
ulang tumor primer untuk mengontrol tumor secara lokal, paliatif treatment.
Kemoterapi
29
Second line therapy ( relapsed/ refractory or metastatic disease )
• Gemcitabine
Jadwal kontrol pasien dilakukan tiap 3 bulan pada tahun pertama dan kedua terapi,
tiap 4 bulan pada tahun ke 3 , tiap 6 bulan pada tahun ke 4 dan 5, dan follow up pada
tahun berikutnya dilakukan setahun sekali. Jika terjadi relaps maka dilakukan
kemoterapi dan / atau reseksi jika memungkinkan, targeted terapi ( mTOR inhibitor,
sorafenib ), stem cell transplatasi ( HDT/SCT), atau terapi suportif .
Autologous bone graft: hal ini dapat dengan atau tanpa vaskularisasi.
Penolakan tidak muncul pada tipe graft ini dan tingkat infeksi rendah. Pada
pasien yang mempunyai lempeng pertumbuhan yang imatur mempunyai pilihan
yang terbatas untuk fiksasi tulang yang stabil (osteosynthesis).
30
Prosthesis: rekonstruksi sendi dengan menggunakan prostesis dapat soliter
atau expandable, namun hal ini membutuhkan biaya yang besar. Durabilitas
merupakan permasalahan tersendiri pada pemasangan implant untuk pasien
remaja.
Rotationplasty: tehnik ini biasanya sesuai untuk pasien dengan tumor yang
berada pada distal femur dan proximal tibia, terutama bila ukuran tumor yang
besar sehingga alternatif pembedahan hanya amputasi.Selama reseksi tumor,
pembuluh darah diperbaiki dengan cara end-to-end anastomosis untuk
mempertahankan patensi dari pembuluh darah. Kemudian bagian distal dari kaki
dirotasi 180º dan disatukan dengan bagian proksimal dari reseksi. Rotasi ini dapat
membuat sendi ankle menjadi sendi knee yang fungsional.
31
penatalaksanaan yang dilakukan adalah kemoterapi , radioterapi , dan megevaluasi
ulang tumor primer untuk mengontrol tumor secara lokal.
Rawat inap
Siklus kemoterapi: hal ini secara umum memerlukan pasien untuk masuk
rumah sakit untuk administrasi dan monitoring. Obat aktif termasuk
methotrexate, cisplatin, doxorubicin, and ifosfamide. Pasien yang ditangani
dengan agen alkylating dosis tinggi mempunyai resiko tinggi untuk
myelodysplasia dan leukemia. Oleh karena itu hitung darah harus selalu
dilakukan secara periodik.
Kontrol lokal: penanganan di rumah sakit diperlukan untuk kontrol lokal dari
tumor (pembedahan), biasanya sekitar 10 minggu. Reseksi dari metastase juga
dilakukan pada saat ini.
Rawat jalan
Hitung jenis darah: pengukuran terhadap hitung jenis darah dilakukan dua kali
seminggu terhadap granulocyte colony-stimulating factor (G-CSF) pasien,
pengukuran G-CSF dapat dihentikan ketika hitung neutrophil mencapai nilai
1000 atau 5000/μL.
Kimia darah: sangat penting untuk mengukur kimia darah dan fungsi hati pada
pasien dengan nutrisi parenteral dengan riwayat toksisitas (terutama jika
penggunaan antibiotik yang nephrotoxic atau hepatotoxic dilanjutkan.
32
kunjungan dilakukan setiap 3 bulan selama tahun pertama, kemudian 6 bulan
pada tahun kedua dan seterusnya.
Follow-up jangka panjang: ketika pasien sudah tidak mendapat terapi selama
lebih dari 5 tahun, maka pasien dipertimbangkan sebagai survivors jangka
panjang. Individu ini harus berkunjung untuk monitoring dengan pemeriksaan
yang sesuai dengan terapi dan efek samping yang ada termasuk evaluasi
hormonal, psychosocial, kardiologi, dan neurologis.
Prognosis
Angka harapan hidup penderita kanker tulang mencapai 60% jika belum
terjadi penyebaran ke paru-paru. Sekitar 75% penderita bertahan hidup sampai 5
tahun setelah penyakitnya terdiagnosis. Sayangnya penderita kanker tulang kerap
datang dalam keadaan sudah lanjut sehingga penanganannya menjadi lebih sulit. Jika
tidak segera ditangani maka tumor dapat menyebar ke organ lain, sementara
penyembuhannya sangat menyakitkan karena terkadang memerlukan pembedahan
radikal diikuti kemotherapy.
33
DAFTAR PUSTAKA
34