Vous êtes sur la page 1sur 35

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TB ANAK

Dosen Pembimbing:

Disusun Oleh
Saada Lestaluhu

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2018/2019
Tinjauan Teori
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN ANAK
DENGAN TUBERKULOSIS PARU-PARU

I. Pengertian
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Kuman batang tahan asam ini dapat merupakan
organisme patogen maupun saprofit. Ada beberapa mikrobakteria patogen , tetapi
hanya strain Bovin dan Human yang patogenik terhadap manusia. Basil tuberkel ini
berukuran 0,3 x 2 sampai 4 µm, ukuran ini lebih kecil dari satu sel darah merah.

I. Patogenesis
Tempat masuk kuman M. tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran
pencernaan dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberculosis terjadi
melalui udara (airborne), yaitu melalui inhalasi droplet yang mendukung kuman-
kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi. Saluran pencernaan
merupakan tempat masuk utama bagi jenis bovin, yang penyebarannya melalui susu
yang terkontaminasi.
Tuberkulosisadalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas perantara
sel. Sel efektornya adalah makrofag, sedangkan limfosit (biasanya limfosit T) adalah
sel imunosupresifnya. Tipe imunitas seperti ini biasanya lokal, melibatkan makrofag
yang diaktifkan ditempat infeksi oleh limfosit dan limfokinnya . Respon ini disebut
sebagai reaksi hipersensitivitas.
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi sebagai
suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil. Setelah berada di alveolus biasanya
dibagian bawah lobus atas paru-paru atau bagian atas lobus bawah basil tuberkel ini
membangkitkan reaksi peradangan. Alveoli yang terserang akan mengalami
konsolidasi dan akan mengalami gejala pneumonia akut. Pneumonia ini dapat sembuh
dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal, atau proses dapat juga
berlanjut terus dan bakteri dapat terus difagosit atau berkembang biak dalam sel. Basil
juga menyebar dalam getah bening menuju kekelenjar getah bening regional.
Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu
sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid, yang dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini
biasanya membutuhkan waktu 10 sampai 20 hari.
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan
seperti keju, lesi nekrosis ini disebut kaseosa. Lesi primer paru-paru dinamakan focus
Ghon dan dan gabungan terserangnya getah bening regional dan lesi primer dinamakan
kompleks Ghon. Respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan,
dimana bahan cair lepas kedalam bronchus dan menimbulkan kavitas kemudian akan
masuk kepercabangan trakheobronkhial. Proses ini dapat terulang kembali dibagian
lain dari paru-paru atau basil dapat terbawa sampai kelaring, telinga tengah atau usus.

II. Diagnosis dan Manifestasi Klinik


Pada stadium dini penyakit tuberculosis biasanya tidak tampak adanyatanda
atau gejala yang khas. Tuberkulosis dapat didiagnosis hanya dengan fase tuberculin,
pemeriksaan radiogram, dan pemeriksaan bakteriologik. Menurut CDC suatu kasus
tuberculosis dapat dipastikan bila organisme M. tuberculosis dapat diidentifikasi. Jika
bakteri tidak diperoleh, maka laporan kasus tuberculosis dianggap benar bila hal-hal
berikut ini dapat ditemukan :
1. Prosedur diagnostik sudah dilakukan dengan lengkap (Reaksi Hipersensitivitas
berupa ; Tes tuberculin intradermal Mantoux, Tes tuberculin dengan suntikan
jet, Tes tuberculin tusukan majemuk)
2. Bukti adanya tuberculosis dengan pemeriksaan bakteriologik.
3. Radiografik dada dengan hasil abnormal dan/atau bukti klinis akan adanaya
penyakit ini.
4. Keputusan untuk memberikan satu paket terapi yang lengkap dengan dua atau
lebih obat anti tuberculosis.
Dengan berjalannya penyakit dan semakin banyaknya dekstruksi jaringan paru-
paru, produksi sputum semakin banyak dan batuk dapat menjadi semakin berat.
Biasanya tidak ada gejala nyeri dada dan batuk darah biasanya hanya dikaitkan dengan
kasus-kasus yang sudagh lanjut. Beberapa penderita mengalami batuk produktif,
keletihan, lemah, keringat pada malam hari dan berat badan menurun mirip dengan
tanda dan gejala bronchitis akut dan pneumoni.
IV. Pengobatan dan Prinsip-Prinsip Kemoterapi.
Pengobatan tuberkulosis terutama berupa pemberian obat antimikroba dalam
jangka waktu lama. Obat-obat ini juga dapat digunakan untuk mencegah timbulnya
penyakit klinis pada seorang yang sudah terjangkit infeksi. Agar pengobatan dapat
berjalan efektif obat yang diberikan harus mamapu mengganggu fungsi vital kuman
tuberculosis tanpa membahayakan klien, Stead dan Bates (1983) menekankan bahwa
“pilihan terapi harus dipandu oleh prinsip-prinsip yang sudah diakui kebenarannya”
adapun prinsip-prinsip tersebut adalah :
Obat terpilih harus merupakan obat terhadap mana basil masih peka.
Bahkan dalam suatu populasi basil yang umumnya masih peka, perubahan alami
kearah resisten timbul pada setiap 1 dari 100.000 sampai 1juta organisme.
Obat-obatan bakterisidal lebih disukai.
Jika pengobatan yang diberikan kelihatan gagal maka penambahan satu macam obat
lain hanya akan mengundang datangnya bencana.
Terapi harus dilanjutkan cukup lama untuk eradikasi basil dalam tubuh.
Semua obat harus diminum sebelum makan pagi dan dalam dosis tunggal agar dicapai
suatu konsentrasi gabungan puncak yang memberikan efek maksimal terhadap basil.
Kelompok-kelompok resiko tinggi berikut ini harus mengalami pengobatan
pencegahan :
1. Anggota keluarga atau mereka yang dekat dengan penderita yang baru didiagnosis
terinfeksi tuberculosis.
2. Tes kulit tuberculin positif, disertai ditemukannya hasil radiogram yang sesuai
dengan penyakit tuberculosis nonprogressif dan yang belum pernah menerima
pengobatan kemoterapi yang adekuat dimasa lampau.
3. Orang yang baru saja terinfeksi.
4. Orang yang memiliki reaksi tuberculin bermakna dalam keadaan klinik khusus.
5. Orang yang rekasi tuberkulinnya bermakana dan berusia dibawah 35 tahun
6. Orang yang reaksi tuberculin bermakna juga memiliki AB terhadap virus HIV.
7. Orang-orang dengan reaksi tuberculin bermakna yang berada dalam keadaan
epidemiologi khusus.
Obat-obat kemoterapi untuk pengobatan Tuberkulosis
Dosis Efek samping
Nama Obat Harian Dua kali/minggu Pemantauan Keterangan
utama
Obat-obatan unruk
pengobatan awal :
Isoniasid 300 mg PO atau 15 mg/kg BB PO Neuritis perifer, hipersensitivitas AST/ALT (tidak rutin) Untuk neuritis : piridokain 10 mg
IM (10 – 20 atau IM dan hepatitis sebagai pencegahan 50 – 100 mg
mg/kgBB) Peningkatan enzim-enzim hati. untuk pengobatan.
Rifampicin 600 mg PO (10- 600 mg PO Gangguan saluran pencernaan AST/ALT Dpt `perlu penyesuaian obat yg
20 mg/kg) (Anoreksia, mual, muntah, diare) dap dipakai dgn kontrasepsi oral,
hepatitis dan penekanan kekebalan. antikoagulan, kortikosteroid
Ethambutol 15-25 mg/kgBB 50 mg/kg BB Neuritis optika(reversible bila obat Tdk dianjurkan diberikan pd
hidroklorida PO segera dihentikan), ruam pada kulit wanita hamil. Hrs diberikan
secara hati-hati pd penderita dgn
insufisiensi ginjal.
Pyrazinamide 2 g PO (15 – 30 50 – 70 mg/kg BB Hjepatotoksik, hiperurisemia, AST/ALT, as. Urat Allopurinol atau probenesid
mg/kg BB) atralgia, ruam kulit. untuk mengurangi as. Urat
serum.
Streptomycine 0,75 – 1 gr IM 25 – 30 mg/kg BB Ototoksik Audiogram fungsi Berikan dgn hati-hati pd individu
( 15-20 mg/kg vestibular, BUN dan yg lebih tua. Hindari penggunaan
BB) Kreatinin obat ini pd penderita dgn
insufisiensi ginjal.
Obat-obat pilihan
kedua
Capreomyecine 1 g IM (15-30 Nefrotoksik, ototoksik Sda Sda
mg/kg BB)
Cycloserine 1 g PO(15-20 Perubahan personalitas, psikosis, Tes psikologis Obati neurotoksisitas dgn
mg/kg BB) kejang, ruam piridoksin 100-200 mgf setiap
hari
Kanamicine 1 g IM (15 – 30 Toksisitas Auditori, nefrotoksik Audiogram fungsi Sama dgn streptomicine.
mg/kg BB) vestibular, BUN dan
krestinin
V. Klasifikasi
Klasifikasi TBC didasarkan pada hubungan yang luas antara parasit dan
penderita, hubungan ini ditunjukkan dgn riwayat terjangkitnya penyakit, infeksi
dan penyakit. Klasifikasi ini dibagi menjadi 6 kategori atau kelas yg ditujukan
untuk anak-anak dan dewasa.
Kelas 0
Tdk ada jangkita TBC, tdk terinfeksi .
Kelas 1
Terpapar TBC, tdk ada bukti infeksi
Kelas 2
Ada infeksi TBC, tdk timbul penyakit
Kelas 3
TBC : saat ini sedang sakit, lokasi penyakit paru-paru, pleura, limfatik, tulang dan
atau sendi, kemih, kelamin, diseminata (milier), meningeal, peritoneal dll.
Kelas 4
TBC : Saat ini tdk sedang menderita penyakit, dalam pengobatan kemoterapi.
Kelas 5
Orang dicurigai mendapatkan TBC.

VI. Pencegahan dan Pengendalian


Program-program kesehatan masyarakat sengaja dirancang untuk
mendeteksi kasus-kasus dan menemukan sumber infeksi secara dini. Terapi
pencegahan TBC dengan obat antimikroba merupakan sarana yang efektif untuk
mengontrol penyakit. Hal ini merupakan tindakan preventif yang ditujukan baik
untuk mereka yang sudah terinfeksi maupun masyarakat pada umumnya.
Eradikasi TBC dilakukan dengan menggabungkan kemoterapi yang
efektif, identifikasi segera dan tindak lanjut pada orang yang mengalami kontak
dengan penyakit ini , dan terapi kemoprofilaktik pada kelompok-kelompok dalam
populasi yang beresiko tinggi.
VII. Pemeriksaan Diagnostik
 Kultur sputum : positif untuk micobacterium tuberculosis pada tahap aktif
penyakit
 Ziehl melsen : pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan
darah; positif untuk basil asam cepat
 Tes kulit ( PPD Mantaux potongan vallmer)
 Elisa / Wesstern blat : dapat menyatakan adanya HIV
 Foto thoraks : adanya infiltrasi lesi awal pada area paru atas
 Histologi atau kultur jaringan
 Biopsi jarum pada area paru
Patofisiologi berdasarkan penyimpangan KDM :
Kuman TB

Invasi pada sal. Nafas

Aktifitas bakteri mencapai limpatogen & hematogen


Seluler meningkat alveolus

Metabolisme meningkat rx. Peradangan paru

Pemecahan KH, lemak menstimulasi sel2 eksudasi


Dan protein goblet & sel mukosa
Kecil yg mengsekresikan
BB menurun Mukus berlebih fibrosis jaringan

Nutrisi kurang peningkatan produksi jml total


jrg paru
Dari kebutuhan mukus berkurang

Kelemahan fisik penumpukan sekresi luas total membran


Mukus pd jalan nafas aspirasi berkurang

Keterbatasan
Aktivitas batuk-batuk
Gangguan pertukaran gas

Intoleransi aktivitas Bersihan jalan nafas


Tidak efektif peningkatan upaya
bernafas

respon batuk
sesak
pengeluaran droplet

kurang
terpajan/salah
resiko penularan interpretasi formal
Infeksi keterbatasan kognitif
Informasi yg tdk akurat/tdk
lengkap
Kurang pengetahuan
(kebutuhan belajar)keluarga

TEORI KEPERAWATAN
I. Pengkajian kien’
1. Aktivitas / Istirahat
Gejala : kelemahan umum, napas pendek karena kerja, kesulitan
tidur pada malam hari, menggigil dan/atau berkeringat, mimpi buruk
Tanda : takikardi, takipnea/dispnea pada kerja, kelelahan otot, nyeri dan
sesak napas (tahap lanjut).
2. Integritas Ego
Gejala : adanya faktor stres lama, masalah keuangan, rumah;
perasaan tak berdaya/ tak ada harapan; populasi budaya/etnik : amerika asli atau
imigran dari Amerika Tengah, Asia Tenggara.
Tanda : menyangkal (khusus nya selama tahap dini), ansietas, ketakutan,
mudah terangsang.
3. Makanan/Cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, tak dapat mencerna, penurunan
BB
Tanda : turgor kulit buruk, kering/kulit bersisik, kehilangan otot/hilang
lemak subkutan
4. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : nyeri dada meningkat karena batuk berulang; berhati-hati
pada area yg sakit; perilaku distraksi , gelisah
5. Pernapasan
Gejala : batuk produktif atau tak produktif; nafas pendek; riwayat
tuberkulosis/terpajan pada individu terinfeksi
Tanda : peningkatan frekuensi pernafasan (penyakit luas ayau fibrosis
parenkim paru dan pleura); pengembangan pernapasan tak simetris (efusi pleura);
perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleuraatau penebalan pleural),
bunyi napas menurun/tak ada secara bilateral atau unilateral (efusi
pleura/pneumotoraks) , bunyi nafas tubuler dan /atau bisikan pektoral diatas lesi
luas. Krekels tercatat diatas apeks paru selama inspirasi cepat setelah batuk
pendek ; karekteristik sputum hijau, purulen, mukoid kuning atau bercak darah;
deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik); tak perhatian, mudah terangsang yang
nyata, perubahan mental (tahap lanjut)
6. Keamanan
Gejala : adanya kondisi penekanan imun mis : AIDS, kanker, tes
HIV positif
Tanda : demam randah atau sakit panas akut
7. Interaksi Sosial
Gejala : perasaan isolasi/penolakan kareana penyakit menular;
perubahan pola biasa dalam tanggung jawab/perubahan karakteristik untuk
melaksanakan peran
8. Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala : riwayat keluarga TB; ketidakmampuan umum/status
kesehatan buruk; gagal untuk baik/kambuhnya TB; tidak berpartisipasi dalam
terapi
9. Pertimbangan : DRG menunjukkan rerata lama dirawat 6,6 hari
10. Rencana Pemulangan : memerlukan bantuan dalam terapi obat dan bantuan
perawatan diri dan pemulihan/perawatan rumah.
II. Diagnosa keperawatan dan Intervensi Keperawatan
1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat
Tujuan : menurunkan resiko penyebaran infeksi dan menunjukkan
tehnik/melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang
aman.
Intervensi :
 Kaji patologi penyakit (aktif/fase tidak aktif)
R/ membantu klien menyadari/menerima perlunya mematuhi program
pengobatan
 Identifikasi orang lain yang beresiko
R/ orang – orang yang terpajan ini perlu program terapi obat untuk mencegah
penyebarannya/terjadinya infeksi
 Kaji tindakan kontrol sementara mis: masker/isolasi pernafasan
R/ dapat membantu menurunkan rasa terisolasi dan membuang stigma sosial
sehubungan dengan penyakit menular
 Awasi suhu sesuai indikasi
R/ reaksi demam indikator adanya penyakit infeksi lanjut
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental, kelemahan
upaya batuk buruk
Tujuan : mempertahankan jalan nafas klien; mengeluarkan sekret tanpa bantuan;
berpartisipasi dalam program pengobatan.
Intervensi :
 Kaji fungsi pernafasan, catat bunyi nafas, kecepatan irama dan kedalaman
serta penggunaan otot-otot aksesories
R/ penurunan bunyi nafas dapat menunjukkan atelektasis, ronhi/mengi
menunjukkan akumulasi sekret/ketidakmampuan untuk membersihkan jalan
nafas yang dapat menimbulkan penggunanan otot aksesoris pernafasan
 Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukus/ batuk efektif, catat
karakteristik, jumlah sputum dan adanya hemoptisis
R/ pengeluaran sulit bila sekret sangat kental. Sputum berdarah kental atau
darah cerah diakibatkan oleh kerusakan kavitas paru atau luka bronkial dan
dapat memerlukan evaluasi intervensi lanjut
 Berikan posisi semi fowler tinggi
R/ posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya
pernafasan
 Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari
R/ pemasukan tinggi cairan membantu untuk mengencerkan sekret,
membuatnya mudah dikeluarkan
 Kolaborasi dalam pemberian mukolitik
R/ agen mukolitik menurunkan kekentalan dan perlengketan sekret paru untuk
memudahkan pembersihan
3. Resiko tinggi terhadap gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan
membran alveolar kapiler
Tujuan : penurunan dispnea; perbaikan ventilasi dan oksigenasi; bebas dari gejala
distres pernafasan
Intervensi :
 Kaji dispnea, takipnea tak normal/menurunnya bunyi napas, peningkatan
upaya pernapasan , terbatasnya ekspansi dinding dada dan kelemahan.
R/ TB paru menyebabkan efek luas pada paru dan bagian kecil
bronkopneumonia sampai inflamasi difus luas, nekrosis, efusi pleura dan
fibrosis luas. Efek pernafasan dapat dari ringan sampai dispnea berat sampai
distres pernafasan
 Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran, catat sianosis dan/atau perubahan
pada warna kulit termasuk membran mukosa dan kulit
R/ akumulasi sekret/pengaruh jalan nafas dapat mengganggu oksigenasi organ
vital dan jaringan
 Tingkatkan tirah baring/batasi aktivitas dan bantu aktivitas perawatan diri
sesuai keperluan
R/ menurunkan konsumsi oksigenasi/kebtuhan selama periode penurunan
pernafasan dapat menurunkan beratnya gejala.
 Kolaborasi pemberian oksigen tambahan yang sesuai
R/ alat dalam memperbaiki hipoksia yang dapat terjadi sekunder terhadap
penurunan ventilasi/menurunnya permukaan alveolar paru
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan sering batuk,
kelemahan, dispnea
Tujuan : BB meningkat, lab. Normal dan bebas dari malnutrisi
 Catat status nutrisi klien pada penerimaan, turgor kulit dan derajat kekurangan
BB, integritas mukosa oral, kemampuan/ketidakmampuan menelan, adanya
tonus otot usus, riwayat mual muntah atau diare
R/ berguna dalam mendefinisikan derajat/luasnya masalah dan pilih intervensi
yang tepat
 Pastikan pola diet biasa klien yang disukai/tak disukai
R/ membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan /kekuatan khusus
pertimbangan keinginan individu dapat memperbaiki makanan diit
 Awasi masukan/pengeluaran dan BB secara periodik
R/ berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan
 Rujuk ke ahli diet untuk menentukan komposisi diet
R/ memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat untuk
kebutuhan matabolik dan diet
 Awasi pemeriksaan laboratorium mis: BUN, protein serum dan albumin
R/ nilai rendah menunjukkan malnutrisi dan menunjukkan kebutuhan
intervensi/perubahan program terapi
5. Kurang pengetahuan keluarga (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, aturan
tindakan dan pencegahan berhubungan dengan kurang penjelasan informasi pada
orang tua/tak akuratnya informasi
Tujuan : menyatakan pemahaman proses penyakit/prognosis dan kebutuhan
pengobatan
 Kaji kemampuan keluarga untuk belajar
R/ belajar tergantung pada emosi dan kesiapan fisik dan ditingkatkan pada
tahap individu
 Identifikasi gejala yang harus dilaporkan ke perawat
R/ dapat menunjukkan kemajuan atau pengaktifan ulang penyakit atau efek
obat yang memerlukan evaluasi lanjut
 Berikan instruksi dan informasi tertulis khusus pada pasien untuk rujukan
R/ informasi tertulis menurunkan hambatan keluarga klien untuk mengingat
sejumlah besar informasi
 Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang diharapkan dan alasan
pengobatan lama
R/ meningkatkan kerjasama dalam program pengobatan dan mencegah
penghentian obat sesuai kondisi klien
FORMAT PENGKAJIAN
RUANG PERAWATAN ANAK

I. Biodata
A. Identitas Klien
1. Nama/Nama panggilan : An. Y
2. Tempat tgl lahir/usia : Makassar, 07 – 03 - 1992
3. Jenis kelamin : Laki - laki
4. A g a m a : Islam
5. Pendidikan : SD
6. Alamat : Jln. Sunu lr. II no. 53
7. Tgl masuk : 10 – 6 - 2004
8. Tgl pengkajian : 15 – 6 - 2004
9. Diagnosa medik : KP Milier
10. Rencana terapi : Pengobatan Spesifik untuk KP

B. Identitas Orang tua


1. Ayah
a. N a m a : Tn. Jufri
b. U s i a : 45 tahun
c. Pendidikan : SMP
d. Pekerjaan : wiraswasta
e. A g a m a : Islam
f. Alamat : Jln. Sunu lr. II no. 53
2. Ibu
a. N a m a : Ny. Israfiani
b. U s i a : 36 tahun
c. Pendidikan : SMP
d. Pekerjaan : IRT
e. Agama : Islam
f. Alamat : Jln. Sunu lr. II no. 53
C. Identitas Saudara Kandung
NO NAMA USIA HUBUNGAN STATUS KESEHATAN
1. YUSRI 17 tahun Kakak Sehat
2. MANISRAN 14 tahun Kakak Sehat
3. YUSTIKA 5 tahun Adik sehat

II. Keluhan Utama/Alasan Masuk Rumah Sakit


Panas

III. Riwayat Kesehatan


A. Riwayat Kesehatan Sekarang :
Panas dialami sejak 7 hari yang lalu terus menerus, lebih tinggi dirasakan pada
malam hari, menggigil, tidak kejang. Sakit kepala , mual dan muntah. Batuk
dialami sudah lama dan berlendir, orang tua mengeluh klien malas makan dan
minum, makin hari makin kurus serta selalu berkeringat pada malam hari, lama –
kelamaan timbul benjolan di leher kanan dan kiri.
Sebelum ke RS orang tua membawa anaknya ke Puskesmas dan langsung
diberikan rujukan untuk melanjutkan pengobatan dan perawatan anaknya di RSU
Labuang Baji.
Di Puskesmas klien tidak diberi pengobatan. Di RSU Labuang Baji klien
diterima di IRD dan langsung ditindaki dan klien dipindahkan ke keperawatan
Anak dan di rawat sampai sekarang. Panas yang dialami sekarang sudah tidak
ada, hanya kadang-kadang sesak dan batuk disertai lendir (dahak) yang susah
dikeluarkan. Pengobatan yang sementara diberikan adalah pengobatan spesifik
untuk TB.

B. Riwayat Kesehatan Lalu (khusus untuk anak usia 0 – 5 tahun)


1. Prenatal care
a. Pemeriksaan kehamilan : 3 kali
b. Ibu klien pada saat mengandung tidak mengalami kelainan apa-apa
c. ibu klien tidak mempunyai riwayat terkena sinar radioterapi atau terapi
obat .
d. ibu klien tidak ingat tentang keadaan BB-nya selama kehamilan
e. ibu klien tidak ingat saat kehamilan berapa kali mendapat imunisasi TT
f. Golongan darah ibu: tidak ditahu, Golongan darah ayah : tidak ditahu
2. Natal
a. Ibu klien melahirkan di RS
b. Jenis persalinan adalah persalinan spontan dan tanpa bantuan obat-obatan
ataupun peralatan lainnya seperti forcep
c. Penolong persalinan adalah dokter
d. Tidak ada komplikasi selama persalinan ataupun setelah persalinan (nifas)
3. Post natal
a. Kondisi bayi BB lahir 2500 gr; panjang badan : lupa
b. Anak pada saat dilahirkan tidak mengalami suatu penyakit dan tidak
mempunyai problem menyusui.

(Untuk semua Usia) :


Sebelumnya klien tidak pernah menderita sakit kecuali demam dan timbul
bintik-bintik pada saat imunisasi BCG
Klien tidak pernah mengalami kecelakaan ataupun trauma
Klien tidak pernah menggunakan obat-obatan ataupun zat/substansi kimia
lainnya
Perkembangan anak dibandingkan saudara-saudaranya sebelum sakit sama

C. Riwayat Kesehatan Keluarga


Anggota keluarga ada yang mempunyai penyakit batuk dan sesak
napas yaitu kakeknya dan telah meninggal karena sesak napas.
Genogram :

Keterangan : kakeknya meninggal karena sesak napas dan batuk ; neneknya


meninggal karena lanjut usia.
Meninggal
Klien
Laki-laki
Perempuan
? Tidak ditahu umurnya
------ Tinggal serumah

IV. Riwayat Immunisasi


NO Jenis immunisasi Waktu pemberian Reaksi setelah pemberian
1. BCG Lupa Timbul bintik-bintik
2. DPT (I,II,III) Lupa -
Polio (I,II,III,IV) Lupa -
3.

4. Campak Lupa -
5. Hepatitis lupa -

V. Riwayat Tumbuh Kembang


A. Pertumbuhan Fisik
1. Berat badan : tidak diingat
2. Tinggi badan : tidak diingat
3. Waktu tumbuh gigi lupa, tanggal gigi 6 tahun
B. Perkembangan Tiap tahap
Usia anak saat
1. Berguling : 3 bulan
2. Duduk : lupa
3. Merangkap : lupa
4. Berdiri : 9 bulan
5. berjalan : 10 bulan
6. Senyum kepada orang lain pertama kali : orang tua klien lupa
7. bicara pertama kali : lupa
8. Berpakaian tanpa bantuan : lupa

VI. Riwayat Nutrisi


A. Pemberian ASI
1. klien diberikan ASI oleh ibunya begitu klien lahir
2. Cara pemberian Setiap kali menangis
3. Lama pemberian 2 tahun
B. Pemberian susu formula
1. Klien diberikan SGM karena kadang-kadang klien ditinggal pergi
2. Jumlah pemberian ibu klein lupa
3. Cara pemberian dengan menggunakan dot
C. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini
Usia Jenis Nutrisi Lama Pemberian
1. 0 – 4 Bulan ASI Sampai umur 2 tahun
2. 4 – 12 Bulan ASI+susu buatan+bubur Sampai umur > 2 tahun
3. Saat ini Nasi, lauk pauk & kadang buah Sampai saat ini +susu
formula dari RS
VII. Riwayat Psikososial
Anak tinggal dirumah sendiri
Lingkungan berada ditengah kota
Rumah dekat dengan sekolah, tidak ada tempat bermain, klein tidur bersama-sama
saudaranya
Dirumah ada tangga yang bisa berbahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan,
anak tidak punya ruangan bermain sendiri.
Hubungan antar anggota keluarga harmonis
Pengasuh anak adalah orang tua sendiri

VIII. Riwayat Spiritual


Anggota keluarga taat melaksanakan ibadah
Kegiatan keagamaan ; keluarga jarang mengikuti kegiatan keagamaan, terutama
ayah karena sibuk dengan pekerjaan untuk mencari nafkah untuk keluarga.

IX. Reaksi Hospitalisasi


A. Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
Orang tua membawa anaknya ke RS karena khawatir akan keadaan anaknya
Dokter menceritakan sebagian kecil tentang keadaan anaknya dan
kelihatannya orang tua tidak/belum begitu mengerti tentang keadaan anaknya.
Hal ini dapat dilihat dengan ekspresi wajah ibu dan pertanyaan yang sering
timbul sekitar keadaan anaknya
Orang tua pada saat ini merasa cemas dan khawatir akan keadaan anaknya
Orang tua selalu menjaga anaknya terutama ibunya
B. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap
Mengapa orang tua membawa kamu ke RS ? klien belum mampu menjawab
pertanyaan mengapa ia dibawa ke RS
Klien juga belum tahu apa dan mengapa ia sakit
Bagaimana rasanya di rawat di RS : tidak enak kata klien

X. Aktivitas sehari-hari
A. Nutrisi
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Selera makan Baik Klien menghabiskan ¼
porsi
2. Menu makan Rutin tidak ada Sesuai dgn diit dan terapi
Variasi walaupun makanan yg
diberikan sering tdk
dihabiskan
3. Frekuensi makan 3x sehari Sering kali dgn jumlah
sedikit
4. Makanan pantangan tidak ada Tidak ada
5. Pembatasan pola tidak ada Tidak ada
makan
6. Cara makan makan sendiri Disuapi orang tua
7. Ritual saat makan tidak ada Tidak ada

B. Cairan
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Jenis minuman Air putih, susu, kadang Air putih setiap haus &
the susu 250 cc tiap 2 x sehari
Malas minum
2. Frekuensi minum Tiap kali makan dan haus
1250 cc
3. Kebutuhan cairan Tidak diketahui karena
ibu klien tidak tahu BB
klien sebelum sakit sering minum walaupun
4. Cara pemenuhan Minum dalam jumlah sedikit

C. Eliminasi (BAB&BAK)
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
BAB :
1. Tempat pembuangan WC dalam rumah WC di RS dengan cara
digendong oleh orang tua
2. Frekuensi (waktu) 1 x sehari 2 x sehari
3. Konsistensi padat berbentuk padat berbentuk
4. Kesulitan tidak ada tidak ada
5. Obat pencahar tidak pernah tidak pernah
menggunakan obat mengunakan obat
BAK :
1. Tempat BAK WC dalam rumah WC dan pot urinal
2. Frekuensi/waktu BAK sering kali Sering kali
3. kesulitan dalam BAK Tidak ada Tidak ada
4. konsistensi Cair, warna kuning- Cair, warna agak
kuningan kemerahan

D. Istirahat tidur
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Jam tidur
- Siang Kadang-kadang jam Tidak menentu
- Malam 21.00 – 06.00 20.00 – 06.00 tapi sering
terbangun karena batuk
2. Pola tidur Tidur hanya dilakukan tidur dilakukan pada
pada malam hari siang dan malam hari
3. Kebiasaan sebelum Tidak ada tidak ada
tidur
4. Kesulitan tidur Tidak ada sering terbangun pada
malam hari karena batuk

E. Olah Raga
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Program olah raga Tidak ada Tidak ada
2. Jenis dan frekuensi - -
3. Kondisi setelah olah - -
raga

F. Personal Hygiene
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Mandi
- Cara Mandi sendiri Tidak pernah mandi
- Frekuensi 2 x sehari hanya dilap basah dan
- Alat mandi sabun diberi bedak
2. Cuci rambut
- Frekuensi kadang-kadang/tdk Tidak pernah dilakukan
menentu
- Cara dilakukan sendiri
3. Gunting kuku setiap kali kuku terlihat Belum pernah dilakukan
- Frekuensi panjang
- Cara dilakukan sendiri
4. Gosok gigi
- Frekuensi 2x sehari Belum pernah dilakukan
- Cara digosok sendiri

G. Aktifitas/Mobilitas Fisik
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Kegiatan sehari-hari Bermain Istirahat ditempat
tidur
2. Pengaturan jadwal harian Tidak ada Tidak ada
3. Penggunaan alat Bantu Tidak ada Tidak ada
aktifitas
4. Kesulitan pergerakan Tidak ada Anak tampak kurus
tubuh dan sangat lemah

H. Rekreasi
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Perasaan saat Senang -
sekolah
2. Waktu luang Bermain -
3. Perasaan setelah Senang -
rekreasi
4. Waktu senggang klg - -
5. Kegiatan hari libur nonton TV dan bermain -

XI. Pemeriksaan Fisik


A. Keadaan umum klien
Lemah
B. Tanda-tanda vital
=Suhu : 36,8 o C
=Nadi :124 x/mnt
= Respirasi :40x/mnt
= Tekanan darah : 90/60 mmHg
C. Antropometri
= Tinggi Badan : 124 cm
= Berat Badan : 16 kg
= Lingkar lengan atas : 12 cm
= Lingkar kepala : 51 cm
= Lingkar dada : 57 cm
= Lingkar perut : 51 cm
= Skin fold :-

D. Sistem pernapasan
 Hidung : simetris kiri dan kanan, tidak ada pernapasan cuping hidung, sekret
tidak ada, polip tidak ada, epistaksis tidak ada.
 Leher : ada pembesaran kelenjar limfe pada submandibula sebesar kelereng
 Dada :
Bentuk dada normal dimana diameter transversum lebih besar dari
diameter AP
Gerakan dada simetris, terdapat retraksi dan menggunakan otot bantu
pernapasan
Suara napas tambahan berupa ckeckles di lobus kanan bawah
Tidak ada clubbing finger
E. Sistem Cardio Vaskuler
 Konjungtiva tidak anemis, bibir agak pucat, arteri karotis kuat, tekanan vena
jugularis tidak meninggi
 Ukuran jantung normal
 Suara jantung S1 kesan normal, S2 kesan normal. Tidak ditemukan adanya
bising aorta, murmur dan gallop
 Capilary refiliing time 2 detik
F. Sistem Pencernaan
 Sklera tidak ikterus, bibir agak kering, tidak ada laboiskizis
 Mulut tidak tampak stomatitis, tidak ada palatoskizis, jumlah gigi 28 buah,
kemampuan menelan baik, caries tidak ada, mukosa mulut kering
 Gaster : kembung jarang dirasakan, tidak ada nyeri , gerakan peristaltik usus
15x/mnt
 Abdomen : hati, lien, ginjal tidak teraba
G. Sistem indra
1. Mata
 Kelopak mata tidak ada, oedema/bulu mata tidak mudah rontok/tercabut
 Pemeriksaan visus tidak dilakukan
 Lapangan pandang kesan tidak ada gangguan

2. Hidung
 Penciuman baik, tidak ada perih di hidung yang dirasakan, tidak pernah
trauma/mimisan
 Tidak ada sekret yang menghalangi penciuman
3. Telinga
 Keadaan daun telinga : kanalis auditorius baik tidak ada serumen
 Fungsi pendengaran kesan tidak ada gangguan
H. Sistem saraf
1. Fungsi cerebral
 Status mental : orientasi baik, daya ingat baik, klien kurang koperatif pada
saat diperiksa dan tidak mau menjawab segala pertanyaan, bahasa yang
digunakan baik
 Kesadaran :Eyes 4 (membuka mata spontan); Motorik 6 (bergerak
mengikuti perintah); Verbal 5 (bicara normal)
 Bicara kurang spontan sesuai pertanyaan yang diberikan kadang disertai
ekspresi wajah
2. Fungsi cranial
tidak ditemukan adanya kelainan pada pemeriksaan saraf cranial mulai dari
Nervus I sampai Nervus XII
3. Fungsi motorik : klien nampak lemah dan seluruh aktivitasnya dibantu oleh
orang tuanya
4. Fungsi sensorik : Suhu, Nyeri, getaran, posisi, diskriminasi (kesan normal/tidak
ditemukan adanya kelainan)
5. Fungsi cerebellum : Koordinasi, keseimbangan kesan normal tidak ditemukan
adanya kelainan.
6. Refleks : Bisep, trisep, patella, babinski kesan normal
7. Iritasi meningen : tidak ditemukan adanya refleks patologis melalui
pemeriksaan (kaku kuduk, laseque sign, brudzinski I/II)
I. Sistem Muskulo Skeletal
1. Kepala : Bentuk kepala meochepal, tidak kaku dan tidak ada nyeri
2. Vertebrae : tidak ditemukan adanya scoliosis, lordosis, kyposis. ROM pasif,
klien malas bergerak, aktivitas klien adalah berbaring di tempat tidur,
walaupun kadang-kadang duduk pada saat makan
3. Pelvis : gaya berjalan seimbang, gerakan dan ROM pasif, tidak ditemukan
kelainan pada pemeriksaan trendenburg tes dan ortolani/barlow
4. Lutut tidak bengkak, gerakan aktif, Mc murary test dan Balatement test
hasilnya negatif
5. Kaki tidak bengkak, gerakan aktif, kemampuan jalan melemah, tanda tarikan
tidak ada
6. Tangan tidak bengkak, gerakan dan ROM aktif
J. Sistem Integumen
 Rambut warna hitam, tidak mudah dicabut tapi agak kotor
 Kulit sawo matang, temperatur hangat, kering. Bulu kulit kurang, tidak ada
erupsi atau gatal , tidak ada tahi lalat, tidak ada ruam.
 Kuku : warna putih, permukaan kuku rata, kotor, tidak mudah patah
K. Sistem Endokrin
 Kelenjar tiroid tidak nampak dan teraba tidak ada pembesaran
 Ekskresi urine sedikit, tidak ada polidipsi dan poliphagi
 Suhu tubuh sering tidak seimbang, tidak ada keringat berlebihan
 Tidak ada riwayat air seni dikelilingi semut
L. Sistem Perkemihan
 Tidak ditemukan adanya oedema
 Tidak ditemukan adanya nocturia, dysuria, kencing batu dan hematuria
M. Sistem Reproduksi
Alat genetalia glans penis nampak bersih dan tidak ditemukan adanya
pembengkakan
N. Sistem Imun
Tidak ada riwayat alergi terahadap cuaca, debu, bulu binatang dan zat kimia.
Penyakit yang berhubungan dengan cuaca adalah flu

XI. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan


A. 0 – 6 Tahun
Dengan menggunakan DDST (tidak dilakukan pengkajian )
1. Motorik kasar
2. Motorik halus
3. Bahasa
4. Personal social
B. 6 tahun keatas
1. Perkembangan kognitif
2. Perkembangan Psikoseksual
3. Perkembangan Psikososial
XII. Test Diagnostik
= Laboratorium
LAB. LIMITS
 WBC : 18,7 H 5.0 – 10.0
 Ly : 10,3 x L % 20.0 – 40.0
 Mo : 2,9 H% 2.0 – 8.0
 GR : 86,6 H% 40.0 – 70.0
 LyH : 1,9 ^ 1.2 – 3.4
 MOH : 0,5 ^ 0.1 – 0.6
 GRH : 16,2 x H 1.4 – 6.5
 RBC : 4,41 4.00 – 5.50
 HgB : 10,9 L 12.0 – 16.0
 HcT : 34,7 L 37.0 – 48.0
 MCV :78,6 L 82.0 – 92.0
 MCH : 24,7 L 27.0 – 31.0
 MCHC : 31,4 L 32.0 – 37.0
 RBW : 16,6 H 11.6 – 13.7
 PLT : 674 x H 150 - 450
 MPV : 5,5 x L 7.8 – 11.0
 PCT : 373 x H 0.190 – 0.360
 PDW : 16,0 15.5 – 17.1
 BBS : 48 mm (L < 10, P < 20 )

= Foto Rotgen
tidak ada
= CT Scan
tidak ada

XIII. Terapi saat ini (ditulis dengan rinci)


 Vit. A 200.000 iu
 Kanamicin 500 mg
 Prednison 3x1 tab
 Rifampisin 1x225 mg
 Pirazinamid ½ - 0 – ½
 Sanadryl sirup 3 x ¾ sendok the
 INH 1x1 3 hari

KLASIFIKASI DATA
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
 Orang tua klien mengatakan anaknya  Porsi makan tidak dihabiskan , hanya ¼
malas makan piring
 Orang tua klien mengatakan porsi yang  Klien nampak sangat lemah, kekuatan
diberikan tidak dihabiskan otot 3 (cukup kuat untuk mengatasi
 Orang tua klien mengatakan anaknya gravitasi)
masih batuk  Batuk +, berlendir + susah untuk
 Orang tua klien mengatakan anaknya dikeluarkan
kadang-kadang sesak  Sesak +, sianosis –
 Orang tua mengatakan tidak mengerti  Bunyi napas tambahan + crakles dibagian
tentang panyakit anaknya basalis paru
 Orang tua klien mengatakan tidak  Kuku kotor
mengerti akan keadaan anaknya  Pengukuran antopometri :
 Orang tua klien tidak memahami tentang TB : 124 cm
perawatan dan pengobatan anaknya BB : 16 kg
 Orang tua klien sering menanyakan LLA : 12 cm
kondisi anaknya LK : 51 cm
 Orang tua klien mengatakan sangat kuatir LD : 57 cm
akan keadaan penyakit anaknya LP : 51 cm
 Tanda – tanda vital :
TD : 90/60 mmHg
N : 124 x/m
R : 40 x/m
SB : 37 o C
 Konjungtiva tidak anemis
 Bibir lembab
 Capilari refilling time 2 detik
 Pemeriksaan diagnostik
WBC : 18.7 H (20.0 – 40.0)
GRH : 16.2 x H ( 1.4 – 6.5)
HgB : 10.9. L (12.0 – 16.0)
BBS : 48 mm ( 10 – 20)

ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS : Kuman TB Nutrisi kurang dari
 Orang tua klien kebutuhan tubuh
mengatakan anaknya
mulai malas makan Invasi pada sal.napas
 Orang tua klien
mengatakan porsi makan
tidak dihabiskan Aktivitas seluler meningkat
DO :
 Porsi makan tidak
dihabiskan, hanya ¼ Peningkatan metabolisme
piring
 Klien nampak lemah
Pemecahan lemak, KH dan
 Kekuatan otot : 3 protein
 BB : 16 kg
 TB : 124 kg
 LLA : 12 cm BB menurun
 LK : 51 cm
 LD : 57 cm
Nutrisi kurang dari kebutuhan
 LP : 51 cm
 Turgor kulit baik
 Peristaltik usus 12x/mnt Kuman TB Bersihan jalan
2. napas tidak efektif
DS :
 Orang tua klien Invasi pada sal.napas
mengatakan anaknya
masih batuk
 Orang tua klien Menstimulasi sel-sel goblet dan
mengatakan anaknya sel mukosa kecil yg
kadang-kadang sesak mengekresikan mukus
 Orang tua klien berlebihan
mengatakan lendirnya
susah untuk dikeluarkan
Peningkatan produksi mukus
DO :
 Batuk + berlendir +
 Lendir susah untuk Penumpukan sekresi mukus pada
dikeluarkan jalan napas
 Bunyi napas tambahan +
crakles dibagian basalis
 Respirasi 42x/mnt Batuk - batuk
 Pemeriksaan diagnostik
tes :
WBC : 18.7 H Bersihan jalan napas tidak
GRH : 16.2 H efektif
HGB : 10.9
BBS : 48

3. DS : Kuman TB Resti gangguan


 Orang tua klien pertukaran gas
mengatakan anaknya
kadang-kadang sesak Invasi pd saluran napas
DO:
 Sesak +
 Bunyi napas Limpatogen & hematogen
tambahan + crakles
dibagian basalis
 Sianosis – Paru
 Lendir nampak
kental dan susah untuk
dikeluarkan Tuberkel pecah
 TD : 90/60 mmHg
 N : 124x/m
 S : 37 o C Eksudasi
 R : 40x/m
 Capilari refilling
Fibrosis jaringan
time 2 detik

Jumlah total jaringan paru


berkurang

Luas total membran aspirasi


berkurang

Resti gangguan pertukaran gas

RENCANA KEPERAWATAN
N DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
O KEPERAWATAN
1. Gangguan pemenuhan Intake pemasukan 1. kaji status nutrisi Pengkajian merupakan
nutrisi kurang dari nutrisi adekuat klien dengan data dasar berkelanjutan
kebutuhan tubuh b/d sesuai dgn tingkat pemasukan setiap utk memantau perubahan
anoreksia ditandai pertumbuhan dan kali makan dan dan mengevaluasi
dengan : perkembangan dgn kemampuan/ketida intervensi serta berguna
DS : kriteria : kmampuan dalam mengidentifikasi
 Orang tua klien  Porsi makan menelan derajat luasnya masalah
mengatakan anaknya yang diberikan
mulai malas makan dihabiskan 2. identifikasi Membantu dalam
 Orang tua klien  Klien aktif makanan yang mengidentifikasi
mengatakan porsi  BB normal 32 kg disukai dan yg kebutuhan/kekuatan
makan tidak  Nafsu makan tidak disukai klien khusus pertimbangan,
dihabiskan meningkat keinginan individu dpt
DO : memperbaiki masukan
 Porsi makan tidak diit
dihabiskan, hanya ¼
piring 3. observasi indikator Memantau sejauh mana
 Klien nampak lemah terpenuhinya terapi nutrisi yg diberikan
 Kekuatan otot : 3 kebutuhan nutrisi memenuhi kebutuhan
 BB : 16 kg tiap 2 hari berupa klien dan mengatasi
 TB : 124 kg BB dan LLA masalah nutrisi yg
 LLA : 12 cm dialami klien
 LK : 51 cm
4. dorang keluarga Membuat lingkungan
 LD : 57 cm
utk membawa sosial lebih normal
 LP : 51 cm makanan dari selama makan dan
 Turgor kulit baik rumah dan untuk membantu memenuhi
 Peristaltik usus membagi dgn klien kebutuhan personal dan
12x/mnt terutama makanan kultur
kesukaan klien

5. jelaskan rasional Menigkatkan pemahaman


pemberian diet klien dan keluarga
khusus dan tentang hubungan antara
hubungan dgn diet yg diberikan dgn
penyakit yg penyakit yg diderita
diderita klien
Penurunan bunyi napas
2. Bersihan jalan napas Pernapasan kembali 1. kaji fungsi dpt menunjukkan
tidak efektif b/d sekret normal dgn pernapasan seperti atelektasis. Ronchi atau
yg kental, kelemahan kriteria : bunyi napas dan mengi menunjukkan
upaya batuk buruk yang  Menunjukkan kecepatan irama akumulasi sekret atau
ditandai dengan : pola napas ketidakmampuan utk
DS : efektif dgn membersihkan jalan
 Orang tua klien frekuensi dan napas
mengatakan anaknya kedalaman,
masih batuk rentang normal Duduk tinggi
 Orang tua klien dan paru jelas 2. tinggikan kepala memungkinkan ekspansi
mengatakan anaknya dan bersih dan bantu paru dan memudahkan
kadang-kadang sesak  Ronchi - mengubah posisi pernapasan. Pengubahan
DO: posisi dan ambulasi
 Batuk + meningkatkan pengisian
 Lendir nampak kental udara segmen paru
 Ronchi + berbeda sehingga
 Sesak + mempengaruhi difusi gas
 RR 40x/m
 Ku lemah Kongesti alveolar
3. observasi pola mengakibatkan batuk
batuk dan kering/iritasi. Sputum
karakteristik sekret berdarah seperti
diakibatkan kerusakan
jaringan

Pemasukan tinggi cairan


4. pertahankan membantu utk
masukan cairan mengencerkan sekret,
sedikitnya 1500 membuatnya mudah
cc/hari kecuali ada dikeluarkan
kontraindikasi

Obat mukolitik
5. penatalaksanaan menurunkan kekentalan
obat mukolitik dan perlengketan sekret
paru utk memudahkan
pembersihan

Resiko terhadap TB paru me nyebabkan


3. pertukaran gas b/d Orang tua klien 1. observasi adanya efek luas dari paru dan
kerusakan membran akan melaporkan dispnea, bunyi bagian kecil dari
alveolar kapiler dan adanya penurunan napas tambahan, bronchopneumoni sampai
sekret yang kental sesak/dispnea. peningkatan upaya inflamasi difus luas, efek
ditandai dengan ; Klien akan pernapasan, pernapasan dapat dari
DS : - menampakkan terbatasnya ringan sampai dispnea
DO : - sesak/dispnea ekspansi didnding berat sampai distres
berkurang/hilang, dada dan pernapasan
bebas dari gejala kelemahan
distres pernapasan. Merupakan alat dalam
2. berikan oksigen memperbaiki hipoksia yg
jika terjadi dispnea dapat terjadi sekunder
atau distres terhadap penurunan
pernapasan ventilasi/menurunnya
permukaan alveolar paru

Pengaruh jalan napas


3. amati jika ada dapat mengganggu
sianosis atau oksigenasi organ vital
perubahan warna dan jaringan
kulit, termasuk
membran mukosa
dan kuku
Menurunkan konsumsi
4. anjurkan untuk oksigen/kebutuhan
tirah baring /batasi selama periode
aktivitas perawatan penurunan pernapasan
diri sesuai dan dapat menurunkan
keperluan beratnya gejala

Vous aimerez peut-être aussi