Vous êtes sur la page 1sur 41

TUGAS

REPRESENTASI PEREMPUAN PADA NOVEL


“IT HAPPENED TO NANCY”
(Analisis Wacana Feminisme Metode Sara Mills)

Ganjar Prasetya Subandi


1771600168

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS BUDI LUHUR


JAKARTA

2018
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN....................................................................... i.

A. Latar Belakang............................................................... 1

B. Rumusan Masalah......................................................... 2

C. Tujuan Penelitian........................................................... 2

D. Manfaat Penelitian......................................................... 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN............... ii

A. Penelitian Sejenis Terdahulu......................................... 3

B. Kerangka Teoritis........................................................... 4

C. Kerangka Penelitian....................................................... 17

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.................................................... iii

A. Paradigma Penelitian..................................................... 19

B. Pendekatan Metode Penelitian...................................... 22

C. Metode dan Jenis Penelitian.......................................... 22

D. Subjek dan Objek Penelitian.......................................... 22

E. Teknik Pengumpulan Data............................................. 23

F. Teknik Analisis Data....................................................... 25

G. Lokasi dan Jadwal Penelitian......................................... 26

H. Teknik Pemeriksaan Data............................................... 26

BAB IV PEMBAHASAN.......................................................................... iv

A. Analisis Posisi Subjek – Objek....................................... 31

B. Analisis Posisi Penulis – Pembaca................................ 33


C. Interpretasi Teori............................................................ 34

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..................................................... v

A. Kesimpulan..................................................................... 41

B. Saran.............................................................................. 41

DAFTAR ISI ............................................................................................... vi


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Gender yang memiliki pengertian perbedaan yang terlihat antara

perempuan dan laki - laki berdasarkan nilai dan perilaku sosial.

Sebagaimana perbedaan yang ada, maka disana pula terletak

perbedaan peran dari masing - masing gender di tengah masyarakat.

Pembagian peran gender yang ada lebih dikenal sebagai pembagian

kerja berdasarkan seksual adalah pembagian kerja yang paling tepat

untuk perempuan dan laki - laki. Dalam pembagian kerja seksual ini,

pada umumnya perempuan diberi peran dan diposisikan untuk

berkiprah dalam sektor domestik atau rumah tangga, sedangkan laki-

laki di sektor publik atau masayarakat. Pada sektor domestik

merupakan sektor yang stastits dan konsumtif, sedangkan sektor

publik adalah sektor yang dinamis dan memiliki sumber kekuasaan di

bidang politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan yang dapat

menghasilkan serta dapat mengendalikan perubahan sosial.

Fokus perhatian pada penelitian ini yaitu wacana feminisme,

bagaimana perempuan ditampilkan dalam teks. Perempuan

cenderung ditampilkan dalam teks sebagai pihak yang lemah, marjinal

dibanding dengan pihak laki - laki. Ketidakadilan dan penggambaran

yang buruk mengenai perempuan inilah yang menjadi sasaran utama


penelitian ini. Hal yang sama banyak terjadi dalam berita, banyak

berita yang menampilkan perempuan sebagai objek pemberitaan.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan

masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana representasi perempuan menurut analisis wacana

feminisme Sara Mills pada novel “It Happened To Nancy”?

2. Bagaimana posisi subjek – objek dalam menggambarkan

perempuan pada novel “It Happened To Nancy”?

3. Bagaimana posisi pembaca - penulis dalam menggambarkan

perempuan pada novel “It Happened To Nancy”?

C. TUJUAN PENELITIAN

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui posisi subjek – objek perempuan maupun

bagaimana posisi pembaca - penulis dan representasi perempuan

pada novel “It Happened To Nancy”.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan langkah positif

berupa referensi, wawasan, dan manfaat bagi pembaca.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi yang

positif untuk pembaca dalam akademis dan komunikasi bagi yang

ingin meneliti karya sastra novel.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. PENELITIAN SEJENIS TERDAHULU

Setelah peneliti melakukan tinjauan pustaka terhadap hasil

penelitian terdahulu, ditemukan beberapa penelitian teks dengan

menggunakan analisis wacana kritis yang akan peneliti jadikan

sebagai perbandingan dalam proses pengerjaan penelitian ini, adapun

penelitian terdahulu seperti tabel dibawah ini :

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu


Nama / Nim/ Metode Perbedaan
No Judul Penelitian
Tahun Penelitian Penelitian
1. Pemikiran Rene Isabella Analisis Peneliti
Descrates Reminisere Wacana menggunakan
Dalam Novel Simonangkir/ Kritis Analisis
Dunia Sophie 41808145/ Wacana
(Analisis 2012 Kritis Sara
Wacana Kritis Mills.
Teun A.van Djik
Mengenai
Pemikiran Rene
Descrates
dalam Novel
Dunia Sophie
Karya Jostein
Gaarder).
2. Makna Cantik Waritsa Asri Analisis Peneliti
Pada Teks / 41808030 / Wacana membahas
Iklan (Analisis 2012 Kritis representasi
Wacana Kritis perempuan
Sara Mills dalam novel
Mengenai melalui kajian
Wanita Dalam Analisis
Media Wacana
Massa Pada Kritis Sara
Iklan Citra Mills.
Purly White
UV).
3. Penanaman 2010 Analisis Peneliti
Pola Relasi Wacana membahas
Gender Pada Kritis perempuan di
Tokoh Anisa dalam Novel.
Di Skenario Film
“Perempuan
Berkalung
Sorban” Karya
Ginatri S.
Noer.
4. Representasi 2010 Analisis Mengkaji Novel
Feminisme Wacana yang berbeda,
Radikal Pada Kritis peneliti
Tokoh mengkaji novel
Shakuntala Diary
Dalam Novel Pramugari:
“Saman” Karya “Seks,Cinta &
Ayu Utami Kehidupan”.
(Analisis
Wacana Sara
Mills Pada
Tokoh
Shakuntala
Dalam Novel
“Saman” Karya
Ayu
Utami)

B. KERANGKA TEORITIS
1. Tinjauan Tentang Novel
Novel merupakan cerita berbentuk prosa yang menceritakan

kehidupan manusia. Novel menceritakan kejadian yang luar biasa

yang melahirkan konflik yang pada akhirnya melahirkan

perubahan nasib para pelakunya dengan uraian – uraian yang

sederhana.

Novel merupakan sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan

naratif, biasanya dalam bentuk cerita. Penulis novel disebut


dengan novelis. Kata novel berasal dari bahasa Italia yaitu novella

yang berati ‘sebuah kisah, sepotong berita’. Novel merupakan

bentuk karya sastra yang paling popular di dunia. Bentuk sastra ini

paling banyak beredar karena daya tarik komunikasinya yang luas

pada masyarakat. Sebagai bacaan novel dapat dibagi menjadi

dua golongan yaitu karya serius dan karya hiburan. Beberapa

sastrawan memberikan batasan atau definisi novel. Batasan atau

definisi yang diberikan berbeda-beda sesuai sudut pandang yang

digunakan.

Definisi-definisi itu antara lain adalah sebagai berikut :

1) Novel adalah bentuk sastra yang paling populer di dunia.

Bentuk sastra ini paling banyak dicetak dan paling banyak

beredar karena daya komunitasnya yang luas pada

masyarakat (Jakob Sumardjo).

2) Novel adalah bentuk karya sastra yang didalamnya terdapat

nilai - nilai budaya, sosial, moral dan pendidikan (Nurhadi,

Dawud, Yuni Pratiwi, Abdul Roni).

3) Novel merupakan karya sastra yang mempunyai dua unsur,

yaitu: unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik yang keduanya

saling berhubungan karena sangat berpengaruh dalam

kehadiran sebuah karya sastra (Rostamaji dan Agus Prianto).

4) Novel adalah karya sastra yang berbentuk prosa yang

mempunyai unsur - unsur intrinsi (Paulus Tukam)


Novel mempunyai unsur – unsur yang terkandung didalamnya,

yaitu :

1) Unsur Intrinsik, terdiri dari :

a. Tema

Tema merupakan ide pokok atau permasalahan utama

yang mendasari jalan cerita novel.

b. Setting

Setting merupakan latar belakang yang membantu

kejelasan jalan cerita. Seting meliputi waktu, tempat dan

sosial budaya.

c. Sudut Pandang

Menurut Harry Show (1972:293) sudut pandang dibagi

menjadi 3 yaitu : Pertama, pengarang menggunakan sudut

pandang tokoh dan kata ganti orang pertama, mengisahkan

apa yang terjadi dengan dirinya dan mengungkapkan

perasaannya sendiri dengan kata-kata sendiri. Kedua,

pengarang menggunakan sudut pandang tokoh bawahan,

dan lebih banyak mengamati dari luar daripada terlihat di

dalam cerita pengarang biasanya menggunakan kata ganti

orang ketiga. Ketiga, pengarang menggunakan sudut

pandang impersonal, ia sama sekali berdiri diluar cerita,

serba melihat, serba mendengar dan serba tahu.

Pengarang melihat sampai ke dalam pikiran tokoh dan


mampu mengisahkan rahasia batin yang paling dalam dari

tokoh.

d. Alur atau Plot

Alur atau plot merupakan rangkaian peristiwa dalam novel.

Alur dibedakan menjadi 2 bagian yaitu alur maju (progesif).

Alur maju yaitu apabila peristiwa bergerak secara bertahap

berdasarkan urutan kronologis menuju alur cerita.

Sedangkan alur mundur (flash back progresif) yaitu terjadi

ada kaitannya dengan peristiwa yang sedang berlangsung

(Paulus Tukan)

e. Penokohan

Penokohan menggambarkan karakter untuk pelaku. Pelaku

bisa diketahui karakternya dari cara bertindak, ciri fisik,

lingkungan tempat tinggal. (Rustamaji dan Agus Priantoro)

f. Gaya Bahasa

Merupakan gaya yang dominan dalam sebuah novel

(Rustamaji dan Agus Priantoro)

2) Unsur Ekstrinsik

Unsur ini meliputi latar belakang penciptaan, sejarah, biografi

pengarang dan lain - lain diluar unsur instrinsik. Unsur - unsur

yang ada diluar tubuh karya sastra. Perhatian terhadap unsur

- unsur ini akan membantu keakuratan penafsiran isi suatu

karya sastra (Rustamaji dan Agus Priantoro).


2. Novel “It Happened To Nancy”

Novel yang diangkat oleh peneliti adalah novel It Happened

To Nancy : Buku Harian Seorang Remaja Penderita AIDS,

disunting oleh Beatrice Sparks, Ph. D. Penerbit : PT. Gramedia

Pustaka Utama, 2005, Jakarta.

Peneliti memilih novel ini dikarenakan di dalam novel ini

menceritakan tentang seorang remaja yang adalah seorang

perempuan yang menderita AIDS. Peneliti ingin menganalisis

bagaimana posisi subjek – objek serta posisi pembaca – penulis

dan bagaimana merepresentasikan seorang perempuan dalam

novel ini.

3. Tinjauan Tentang Analisis Wacana Kritis Model Sara Mills

a. Analisis Wacana Kritis

CDA (Critical Discourse Analysis) merupakan wilayah

kritis yang berlaku linguistik dimana hubungan antara bahasa,

kekuatan, dan ideologi adalah titik fokus yang penting

(Tavakoli dalam Sideeg, 2015: 2). Hal ini sejalan dengan


Fairclough dan Wodak (dalam Eriyanto, 2015:7) menjelaskan

bahwa analisis wacana kritis melihat wacana sebagai bentuk

dari praktek sosial. Ketika wacana dimasukkan kedalam

praktik sosial maka terjadi hubungan dialektis di antara

peristiwa, hubungan diskursif tertentu dengan situasi, institusi,

dan struktur sosial yang membentuknya. Produksi wacana

juga memiliki efek ideologis yang dapat diartikan wacana

tersebut dapat memproduksi dan mereproduksi hubungan

kekuasaan yang tidak imbang diantara kelas - kelas sosial,

laki - laki dan perempuan, kelompok minoritas dan mayoritas

yang direpresentasikan dalam posisi sosial yang ditampilkan.

Analisis wacana kritis akan menyelidiki bagaimana

melalui bahasa kelompok sosial yang ada saling bertarung

dan mengajukan versinya masing - masing. Analisis wacana

kritis memandang dirinya sebagai penelitian yang melibatkan

secara politis dengan suatu kebutuhan emansipasitoris:

mencoba memberikan dampak pada praktik sosial dan

hubungan sosial, misalnya dalam pengembangkan profesi

guru, elaborasi panduan bagi penggunaan bahasa noneksis

atau usulan untuk meningkatkan daya pemahaman berita dan

teks hukum. Penekanan penelitian yang muncul dalam

pencapaian tujuan – tujuan tersebut meliputi penggunaan

bahasa dalam organisasi, dan penelitian terhadap prasangka


dalam hal-hal umum, dan rasisme, terutama anti-semitisme

dan seksisme (Titscher dkk, 2009:240).

Foucault (dalam Eriyanto 2015:66) berpendapat

kekuasaan selalu terakulasikan lewat pengetahuan dan

pengetahuan selalu mempunyai efek kuasa. Kuasa tidak

bekerja melalui penindasan dan represi, tetapi terutama

melalui normalisasi dan regulasi. Bagi Foucault, kuasa tidak

bersifat subjektif. Kuasa bekerja dengan cara positif dan

produktif. Kuasa mereprodusir realitas dan mereprodusir

lingkup objek, serta ritus kebenaran. Kekuasaan dalam

pandangan Foucault disalurkan melalui hubungan sosial

dimana terdapat bentuk kategorisasi perilaku baik-buruk.

Peran kekuasaan itu bereproduksi terus - menerus salah

satunya lewat wacana.

Pemaknaan analisis wacana juga memiliki banyak arti

yang luas karena disesuaikan pula dengan ruang lingkup dan

disiplin ilmu yang menggunakannya. Namun, benang merah

dari berbagai defenisi itu selalu bersinggungan dengan studi

mengenai bahasa/pemakaian bahasa (Eriyanto, 2015:4).

Bahasa dalam analisis wacana dipandang sebagai suatu hal

yang dinamis atau luwes dan lebih memperhatikan interaksi

antar penutur disertai kekuasaan yang melatarbelakanginya.


b. Feminisme Sara Mills

Sara Mills dikenal sebagai salah satu penulis teori

wacana yang lebih banyak memusatkan perhatian pada

wacana mengenai feminisme yaitu bagaimana perempuan

ditampilkan dalam teks, termasuk dalam karya sastra. Oleh

karena itu, apa yang dilakukan oleh Sara Mills sering juga

disebut sebagai perspektif feminis. Titik perhatian dari

perspektif wacana feminis adalah menunjukkan bagaimana

teks bias dalam menampilkan perempuan. Pemikiran Mills

juga tak dapat terlepas dari Michael Foucault terhadap

diskursus karena karya-karya Foucault sangatlah penting bagi

perkembangan berbagai teori yang salah satunya diolah

menjadi teori wacana feminis.

Analisis wacana feminis berpijak pada teori wacana

Foucault dan banyak mendapat pengaruh dari CDA (Critical

Discourse Analysis) yang dikembangkan Fairclough dan

Wodak. Pengusungan prinsip-prinsip Foucault dalam FDA

(Feminist Discourse Analysis) sesungguhnya dianggap ironis

mengingat Foucault hampir tidak pernah secara khusus

memperbincangkan persoalan gender dalam tulisan-

tulisannya. Namun pandangan Foucault tentang relasi

kekuasaan memberi banyak inspirasi bagi kaum feminis yang

kemudian meminjamnya dalam memformulasikan FDA. FDA

dapat dikatakan sebagai pertemuan antara feminisme


(postrukturalis), Foucault dan CDA. Tentu, perbedaan antara

CDA dan FDA adalah pada fokus perhatiannya, sementara

metode yang digunakan tidak terlampau berbeda. Fokus FDA

ditujukan pada pemberdayaan perempuan dan keadilan

gender, dan oleh karenanya ia banyak menggunakan teori

gender dan feminisme (postrukturalis) dalam mengungkapkan

manifes relasi kekuasaan dan ideologi dalam wacana

(Purbani, 2009:8).

Analisis wacana feminis merupakan pendekatan yang

dibedakan dengan fokus pada mengungkapkan hubungan

kekuasaan yang tidak setara antara perempuan dan laki-laki

dalam kehidupan sosial mereka (Saber, 2014:1).

Pengaruh feminisme postrukturalis dalam FDA terletak

pada perhatiannya yang besar terhadap isu-isu yang bersifat

personal dan individual, tapi sekaligus majemuk, yang kurang

pendapat perhatian pada gerakan feminisme mazhab

sebelumnya. Seperti diketahui feminis postrukturalis menurut

Mills (2004:71-75) atau yang dalam tataran praksis sering pula

disebut sebagai feminisme gelombang ketiga di antaranya

memiliki slogan bahwa “personal is political‟, yang memberi

perhatian pada isu-isu yang tadinya dianggap kurang penting

seperti pengasuhan anak, ketenagakerjaan domestik,

pelecehan seksual, kekerasan dalam rumah tangga, hak-hak

reproduksi perempuan. Slogan personal is political yang


kemudian memberi roh feminisme postrukturalis ini

sesungguhnya berlandaskan pada pendapat Foucault yang

menyatakan bahwa segala sesuatunya bersifat politis =

“everything is political‟ (Mills, 2004:71-72). Pandangan ini

sangat berguna karena memberi ruang sekaligus harapan

bagi kaum perempuan untuk melakukan penolakan terhadap

tekanan-tekanan yang mereka hadapi melalui kegiatan sehari-

hari serta suara-suara personal mereka.

Sara Mills membagi beberapa aspek penggunaan

modelnya yaitu :

a) Analisis Posisi Subjek – Objek

Sara Mills, menempatkan representasi sebagai bagian

terpenting dalam analisisnya. Bagaimana satu pihak,

kelompok, orang, gagasan atau peristiwa ditampilkan

dengan cara tertentu dalam wacana berita yang

mempengaruhi pemaknaan ketika diterima oleh khalayak.

Beliau lebih menekankan pada bagaimana posisi dari

berbagai aktor sosial, posisi gagasan, atau peristiwa itu

ditempatkan dalam teks. Posisi - posisi tersebut pada

akhirnya menentukan bentuk teks yang hadir di tengah

khalayak. Analisis atas bagaimana posisi - posisi ini

ditampilkan secara luas akan bisa menyingkap bagaimana

ideologi dan kepercayaan dominan bekerja dalam teks.

Umumnya Sara Mills mengambil tema mengenai feminis dan


pada wacana feminis lebih menitik beratkan pada wanita

bukan sebagai subjek melainkan objek. Karena sebagai

objek representasi, maka wanita posisinya selalu

didefinisikan, dijadikan bahan penceritaan, dan ia tidak bisa

menampilkan dirinya sendiri. Posisi sebagai subjek atau

objek dalam representasi ini mengandung muatan ideologis

tertentu. Dalam hal ini bagaimana posisi ini turut

memarjinalkan posisi wanita ketika ditampilkan dalam cerita.

Pertama, posisi ini menunjukkan dalam batas tertentu sudut

pandang penceritaan.

Kedua, sebagai subjek representasi, pihak laki-laki

mempunyai otoritas penuh dalam mengabsahkan

penyampaian teks tersebut kepada pembaca. Ketiga, karena

proses pendefinisian itu bersifat subjektif, sulit dihindari

bahwa kemungkinan pendefinisian secara sepihak peristiwa

atau kelompok lain.

b) Analisis Posisi Pembaca - Penulis

Pembaca bagi Sara Mills ikut melakukan transaksi

sebagaimana akan terlihat dalam teks. Tidak hanya itu

membangun hubungan antara teks dan penulis di satu sisi

dengan teks dan pembaca di sisi lain, mempunyai sejumlah

kelebihan. Pembaca ditempatkan secara tidak langsung

dalam suatu teks. Penyapaan tidak langsung ini bekerja

melalui dua cara yaitu pertama dengan mediasi, suatu teks


umumnya membawa tingkat wacana, dimana posisi

kebenaran ditempatkan secara hierarkis sehingga pembaca

akan mensejajarkan atau mengidentifikasi dirinya sendiri

dengan karakter atau apa saja yang tersaji dalam teks.

Kedua, kode budaya yang mengacu pada kode atau nilai

budaya yang dipakai pembaca ketika menafsirkan suatu

teks. Kode budaya ini membantu pembaca menempatkan

dirinya terutama dengan orientasi nilai yang disetujui dan

dianggap benar oleh pembaca. (Eriyanto,2006 :200)

c. Kerangka Analisis Wacana Kritis Model Sara Mills

Sara Mills dalam Eriyanto (2001) mengemukakan bahwa :

“Dalam sebuah teks, posisi pembaca sangatlah penting


dana haruslah diperhitungkan dalam teks. Mills
menolak pandangan banyak ahli yang menempatkan
dan mempelajari konteks semata dari sisi
penulis,sementara dari sisi pembaca diabaikan.
Pembaca hanya ditempatkan sebagai konsumen yang
tidak mengetahui perubahan suatu teks”.

Dalam membangun teorinya tentang posisi pembaca,

Sara Mills mendasarkan pada teori ideologi yang dikemukakan

oleh Althusser. Inti dari gagasan Althusser adalah

mengkombinasikan teori Marxis dan psikoanalisis . Ada dua

gagasan Althusser yang dipakai oleh Mills. Pertama, gagasan

Althusser mengenai interpelasi yang berhubungan dengan

pembentukan subjek ideologi dalam masyarakat. Kedua,


mengenai kesadaran, dimana individu ditempatkan sebagai

subjek dalam tata sosial,maka kesadaran berhubungan dengan

penerimaan individu tentang posisi – posisi itu.

Seperti dikutip Eriyanto dalam buku (Ibid:190) :

“Dalam teks cerita realis, misalnya teks memberikan suara

dominan, pembaca diberikan instruksi tentang posisi dan

karakter dalam teks dan posisi yang harus diambil”.

Menurut Sara Mills, dengan memakai analisis Althusser

dalam Eriyanto (2001:211). Secara umum, ada dua hal yang

diperhatikan dalam analisis yang digunakan oleh Sara Mills,

dapat dilihat dari model berikut ini :

Tabel 2.2 Analisis Wacana Sarana Mills

TINGKAT YANG INGIN DILIHAT


Posisi Subjek-Objek Bagaimana peristiwa dilihat dan dari
kecamata siapa peristiwa dilihat. Siapa
yang diposisikan sebagai pencerita
(subjek). Siapa yang diposisikan sebagai
(objek). Apakah masing-masing actor dan
kelompok sosial mempunyai kesempatan
untuk menampilkan dirinya sendiri,
gagasannya ataukah kehadirannya,
gagasannya ditampilkan oleh kelompok /
orang lain. Apakah masing – masing
actor dan kelompok sosial mempunyai
kesempatan untuk menampilkan dirinya
sendiri, gagasannya ataukah
kehadirannya, gagasannya ditampilkan
oleh kelompok orang lain.
Posisi Penulis – Bagaimana posisi pembaca ditampilkan
Pembaca dalam teks. Bagaimana pembaca
memposisikan dirinya dalam teks yang
ditampilkan. Kepada kelompok manakah
pembaca mengidentifikasi dirinya.

Sumber : Eriyanto, 2001

d. Ketidakadilan Gender dalam Wacana

Representasi pada dasarnya berarti bahwa sesuatu hal

yang bisa direpresentasikan oleh wakil ketika hal tersebut

secara fisik tidak ada. Dalam wacana, hal ini terjadi karena

kelompok secara sosial tidak bisa diterapkan sebelumnya,

kelompok-kelompok itu tidak ada sampai disusun dalam

wacana kondisi semacam ini menyebabkan hadirnya

pernyataan atau tindakan atas nama kelompok. Menurut

Darma (2013:148) representasi menjadi salah satu kata kunci

dalam wacana feminis, dalam arti bahwa para feminis harus

menyadari bahwa realitas merupakan representasi buatan

manusia, termasuk representasi mengenai perempuan.

C. KERANGKA PENELITIAN

Sebagai titik tolak penelitian atau dasar berpijak penelitian ini,

maka perlu adanya kerangka pemikiran agar sesuai dengan

permasalahan yang akan dibahas, mengingat media yang dipakai

dalam penelitian ini yaitu novel maka perlu adanya pembahasan yang

mendalam terhadap isi dari novel tersebut.


Penelitian ini menggunakan analisis wacana kritis dengan model

Sara Mills yang mengasumsikan representasi subjek - objek dalam

teks akan mempengaruhi cara pembaca memposisikan diri dalam

membaca dan memaknai teks. Dengan cara memposisikannya,

pertama lewat proses mediasi yaitu bagaimana pembaca tersugesti

untuk mengidentifikasi diri dan masuk ke dalam subjek pencerita dan

kedua proses kode budaya yaitu kode - kode yang digunakan

pembaca menafsirkan isi teks dan menganggapnya benar. Hal

tersebut bisa dilihat dari posisi subjek - objek juga posisi pembaca.

Tabel 2.3 Kerangka Penelitian

ANALISIS WACANA KRITIS


METODE SARA MILLS PADA NOVEL
“IT HAPPENED TO NANCY”

Novel “It Happened To Analisis Wacana


Nancy”

Analisis Wacana Kritis

Feminisme Sara Mills

Posisi Subjek - Posisi Pembaca


Objek - Penulis

Representasi Ketidakadilan Gender


dalam novel
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. PARADIGMA PENELITIAN

Paradigma dalam sebuah penelitian menentukan bagaimana

peneliti memandang sebuah realitas, tolak ukur kepekaannya, dan

daya analisisnya. Paradigma mengacu pada serangkaian proposisi

yang menerangkan bagaimana dunia dan kehidupan dipersepsikan.

Penelitian ini menggunakan paradigma kritis. Cikal bakalnya

berasal dari Frankfurt School. Paradigma ini lahir sebagai kritik

terhadap paradigma konstruktivis yang dinilai tidak sensifit pada

proses produksi dan reprosuksi makna yang terjadi secara historis

maupun institusional. Habermas mengatakan paradigma ini harus

memiliki sebuah keberpihakan yang ditampilkan melalui kecurigaan -

kecurigaan.

Bagi Habermas (Fauzi, 2003 : 54), realitas sosial politik diteliti

untuk menunjang pemenuhan emansipasi manusia. Dalam

berhadapan dengan struktur sosial tertentu, peneliti di paradigma ini

tidak hanya menjelaskan secara netral, tetapi sekaligus

mempertanyakan apakah struktur sosial yang ditelitinya harus

dipertahankan atau diubah.

Asumsi dasar paradigma ini adalah bahwa ada kekuatan laten

dalam masyarakat yang begitu berkuasa mengontrol proses


komunikasi masyarakat. Ada realitas terselubung di balik kontrol

komunikasi masyarakat. Ada proses dominasi dan marjinalisasi.

Realita dalam paradigma ini dilihat sebagai konstruksi yang

dipengaruhi faktor sejarah dan kekuatan sosial, budaya, ekonomi,

politik, dan media yang bersangkutan. Sifatnya realism historis,

realitas tidak dipandang sebagai sesuatu yang sebenarnya. Ia

dibentuk sekumpulan faktor seperti sosial, politik, budaya, ekonomi,

etnik, juga gender.

Menurut Guba&Lincoln (Guba&Lincoln dalam Denzin, 1994 : 24),

secara ontologis realitas dalam paradigma kritis dipandang sebagai

“sesuatu yang harus dikritisi secara historis” karena realitas dibentuk

oleh dimensi sosial, politik, budaya, ekonomi, dan gender. Peneliti

tidak bisa tidak subjektif karena ia senantiasa membawa nilai-nilai di

belakangnya karena peneliti memosisikan dirinya sebagai aktivis.

Tradisi kritis senantiasa mempertanyakan mengenai kekuasaan

dan keistimewaan yang diterima kelompok tertentu di masyarakat.

Sekalipun terdapat keberagaman dalam tradisi kritis, namun ada tiga

keistimewaan pokok yang menjadi karakter khas dari paradigma ini.

Pertama, tradisi ini mencoba memahami sistem yang sudah dianggap

benar, struktur kekuatan,dan keyakinan yang mendominasi

masyarakat.

Kedua, para ahli teori kritis umumnya tertarik untuk membedah

kondisi sosial yang menindas dan rangkaian kekuatan untuk

mempromosikan emansipasi atau masyarakat yang lebi bebas dan


berkecukupan. Pemahaman mengenai penindasan ini dilakukan

dalam rangka menghapus ilusi ideologi yang ada.

Ketiga, paradigma ini mencoba untuk menciptakan kesadaran

untuk menghubungan teori dan tindakan. Teori - teori itu bersifat

normatif dan bertindak untuk menciptakan atau mencapai perubahan

dalam kondisi yang mempengaruhi masyarakat (Littlejohn, Foss, 2011

:68-69).

Untuk lebih jelasnya, perbandingan paradigma kritis dengan

paradigma lainnya akan dipaparkan dalam tabel berikut:

Tabel 3.1

Paradigma Penelitian

ISSUE POSITIVIST CONSTRUCTIVIST CRITICS

ONTOLOGI Realisme Penelitian bersifat Realitas


dipandang relatif disesuaikan dipandang
secara naif dengan konstruksi dengan perspektif
realits lokal dan historis yang
spesifik dibentuk
kekuatan sosial,
politik, ekonomi
EPISTEMOLOGI Objektif dan Transaksional Transaksional
dualis subjektif subjektif, temuan
nilai dimediasikan
AKSIOLOGI Peneliti Peneliti sebagai Peneliti
berada jauh, orang yang menempatkan
di luar objek mengamati dari luar dirinya sebagai
penelitian aktivis
METODOLOGI Eksperimen Dialektik/Hermeneutik Dialog/Dialektik

Sumber: (Denzin, 1994 : 170)


B. PENDEKATAN METODE PENELITIAN

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan feminisme. Pendekatan merupakan cara pandang peniliti

terhadap objek penelitian (Adi, 2011 : 225). Pendekatan feminisme

menyoroti tentang bagaimana perjuangan perempuan dalam

menghadapi bias gender didalam lingkungannya. Feminisme menolak

segala sesuatu yang dimarginalisasikan, disubordinasikan,

direndahkan oleh kebudayaan dominan, baik dalam politik, ekonomi,

maupun kehidupan sosial pada umumnya. Perlu ditekankan bahwa

tujuan feminisme bukan untuk menyaingi kaum laki – laki. Feminisme

menuntut kesetaraan, pada perempuan diberikan kesempatan untuk

bermitra dengan laki – laki secara baik.

C. METODE DAN JENIS PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif

kualitatif dengan menggunakan pendekatan analitik wacana kritis

terhadap teks novel yang berjudul “It Happened to Nancy” karya

Metode analisis isi kualitatif merupakan metode yang dalam menelaah

pesan dari sebuah teks berita. Pesannya berupa simbol-simbol dari

ide pokok atau tema yang terkandung dalam teks berita (Badara,

2014, hlm. 63).

D. SUBJEK DAN OBJEK PENELITIAN

1. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah novel yang berjudul “It

Happened To Nancy”.
2. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah potongan – potongan teks pada

novel yang berjudul “It Happened To Nancy”.

E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Untuk mendukung analisis peneliti dan proses menjawab

pertanyaan penelitian, peneliti mengumpulkan data dari berbagai

sumber dengan berbagai cara, yaitu:

1) Studi Lapangan

Guna mendapat informasi yang mendalam selaku data primer,

peneliti melakukan wawancara mendalam. Wawancara adalah

percakapan dengan maksud tertentu, yang dilakukan oleh dua

pihak, yaitu pewawancara (interviewer) sebagai orang yang

mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee)

sebagai orang yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu”.

Wawancara bisa dilangsungkan beberapa kali agar data-

data yang diperoleh betul-betul aktual. Selayaknya dalam metode

penelitian lain, pendekatan kualitatif amat bergantung pada data

lapangan. Data-data ini diakumulasi dan diolah untuk verifikasi

teori yang muncul di lapangan, kemudian disempurnakan terus-

menerus selama penelitian berlangsung.

Orang-orang yang dipilih sebagai informan oleh peneliti pada

penelitian ini adalah orang yang dianggap memiliki pemahaman

lebih luas mengenai feminisme, jurnalisme, dan wartawan yang


menulis berita yang dijadikan objek penelitian untuk mengetahui

historis pembuatan teks.

2) Studi Dokumentasi

Dokumentasi mejadi salah satu aspek penting dalam melengkapi

data penelitian.

3) Analisis Teks

Menganalisa bagaimana strategi wacana yang dipakai untuk

menggambarkan seseorang atau peristiwa tertentu. Bagaimana

strategi tekstual yang dipakai untuk menyingkirkan atau

memarjinalkan suatu kelompok, gagasan, atau peristiwa tertentu

hingga terdapat posisi subjek – objek serta posisi penulis –

pembaca dalam teks berita tersebut.

4) Studi Pustaka

Penelusuran sumber-sumber tertulis peneliti lakukan guna

mendapatkan informasi yang relevan seputar objek penelitian.

a. Studi Literatur

Studi literatur dilakukan untuk mendapatkan kerangka teoritis

dan memperkaya latar penelitian melalui buku yang berkaitan

dengan feminisme, gender, seksisme, budaya patriarki, dan

analisis wacana.

b. Pencarian Internet

Pencarian data di intenet merupakan salah satu langkah yang

digunakan peneliti. Dalam penelitian ini pencarian internet


digunakan untuk menemukan laporan-laporan berkenaan

dengan kasus-kasus pemerkosaan terhadap perempuan.

F. TEKNIK DAN ANALISIS DATA

Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilaksanakan selama

penelitian berlangsung, bahkan sejak pertama kali penelitian

lapangan. Hal ini dilakukan lewat penjabaran dan analisis suatu

kasus. “Penelaahan tema-tema yang ada, serta penonjolan-

penonjolan pada tema tertentu” (Creswell, 1998 : 65).

Patton (dalam Moleong, 1980: 268) menyebutkan analsis data

adalah “mengatur urutan data, dan mengorganisasikannya ke dalam

satu pola, kategori, dan satuan urutan dasar.”

Ketika melakukan penelitian, peneliti perlu merancang tahapan-

tahapan yang akan dijalaninya. Ini digunakan untuk menjaga agar

peneliti tetap berada pada jalurnya. Tahapan ini digunakan sebagai

acuan jelas mengenai proses penelitian. Lebih jelasnya, teknik

analisis data yang digunakan peneliti adalah sebagai berikut :

1. Pengumpulan data, yaitu kegiatan mengumpulkan data primer

maupun sekunder terlebih dahulu. Peneliti juga mencari buku-

buku karya Sara Mills berkaitan dengan wacana dan seksisme,

dilengkapi buku-buku karya penulis lainnya.

2. Reduksi data dilakukan setelah semua data dikumpulkan. Data

yang terkumpul diseleksi mana data yang dibutuhkan dan mana

yang tidak ada kaitannya. Selanjutnya dari data yang sudah


tersaring tersebut, data mana yang ada kaitannya dengan

bahasan posisi subjek - objek, mana yang terkait dengan penulis –

pembaca.

3. Penyajian data dilakukan dengan memperlihatkan data yang

diperoleh dan telah direduksi dalam bentuk hasil penelitian yang

disertai dengan analisis. Peneliti menjawab pertanyaan penelitian

ini di bagian pembahasan dengan didukung teori-teori dan konsep

yang menjadi dasar penelitian.

4. Penarikan kesimpulan yaitu kegiatan membuat kesimpulan dari

data yang telah diperoleh. Kesimpulan ditarik dengan melihat hasil

penelitian dan pembahasan.

G. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

1. Lokasi

Penelitian ini dilakukan di Jakarta.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Juli 2018.

H. TEKNIK PEMERIKSAAN DATA

1. Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi

beberapa pengujian. Uji keabsahan ini dilakukan untuk menguji

tingkat kepercayaan pada hasil penelitian. Ini diperlukan untuk

menentukan validitas dari temuan atau data yang diperoleh

peneliti. Temuan tersebut harus sesuai dengan kenyataan di

lapangan.
Menurut Sugiyono, uji keabsahan bisa dilakukan dengan

melakukan perpangjangan pengamatan, peningkatan ketekunan

penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis

kasus negatif, dan membercheck (Sugiyono, 2010 : 121).

Penelitian ini menggunakan triangulasi dan membercheck

untuk menguji keabsahan data yang didapatkan. Penjelasan

beserta penerapannya sebagai berikut:

1) Triangulasi

Triangulasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah

triangulasi sumber. Ini dilakukan dengan mengecek data yang

telah didapat ke beberapa sumber. Misalnya data yang

didapat dari wawancara, dicek dengan observasi, atau

dokumentasi.

2) Membercheck adalah pengecekan data yang diperoleh

peneliti kepada pemberi data. Tujuannya adalah mengetahui

seberapa jauh data yang didapat sesuai dengan yang

diberikan oleh pemberi data. Pelaksanaan membercheck

dapat dilakukan secara individual, dengan cara peneliti datang

ke pemberi data, atau melalui forum diskusi kelompok.

Pelaksanaan membercheck dilakukan setelah penelitian

selesai dilakukan. Peneliti mengecek kembali apakah

interpretasi penulis atas transkrip wawancara sudah sesuai

dengan yang dimaksud informan.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sara Mills (dalam Eriyanto, 2011, hlm. 200) dengan

menggunakan analisis Althusser lebih mengutamakan peran pelaku

pada teks. Peran ini dikatakan sebagai bentuk memposisikan

seseorang yaitu sebagai penafsir dan posisi yang ditafsirkan.

mmenekankan bagaimana aktor diposisikan dalam teks. Oleh karena

itu, ada dua hal yang harus diutamakan yaitu bagaimana pelaku

dalam teks tersebut diposisikan dan bagaimana pelaku sebagai

penafsir atau yang ditafsirkan dalam pemberitaan. Peran pelaku

dalam teks baik sebagi penafsir maupun yang ditafsirkan yaitu untuk

memaknai terjadinya peristiwa seperti apa dan bagaimana. Bahkan

akan berdampak pada bagaimana peran pembaca dalam teks yang

merupakan hasil negosiasi antara pembaca dan penulis. Hal ini

merupakan gambaran bahwa pembaca digambarkan oleh penulis

sesuai dengan imajinasi penulis.

A. Analisis Posisi Subjek - Objek

Pada novel yang berjudul “It Happened To Nancy” yang

dinyatakan sebagai subjek atau pencerita adalah Nancy sendiri,

karena Nancy diposisikan sebagai anak remaja yang menceritakan

kisah hidupnya dan sebagai tokoh utama dalam novel ini.


Hal ini terlihat pada halaman 24 paragraf ke dua:

Bagaimana bisa hidupku berubah dari kebahagiaan dan cahaya

sempurna menjadi kegelapan total dan entah apapun namanya

persaaan mengerikan yang kurasakan ini? Ayo kita mulai lagi

dari awal.

Dan pada halaman 140 paragraf ke tiga:

Aku duduk disini membawa kedua belas surat yang ditulis the

gaggle untukku, berulang – ulang. Mereka sangat mencintaiku.

Aku sungguh beruntung memiliki teman seperti mereka . Aku

akan meminta mom menelepon mereka malam ini dan memberi

tahu kalau aku sudah kembali.

Dengan diposisikannya Nancy sebagai subjek, dia bebas

menceritakan dirinya dan tindakannya dari sudut pandangnya sendiri.

Hal ini membuat Nancy seolah - olah menjadi narator cerita.

Sedangkan representasi pihak lain (dalam hal ini tokoh lain dalam

novel) ditampilkan menurut persepsi dan pendapatnya.

Cerita pada novel “It Happened To Nancy” memiliki pengaruh

yang besar terhadap posisi subjek, bagaimana si subjek yang

menceritakan alur dari cerita dari awal hingga ke akhir. Novel “It

Happened To Nancy” akan dibagikan dalam beberapa potongan teks

yang nantinya akan dianalisis. Pembagian tersebut berdasarkan

bagaimana pandangan subjek-objek yang berkaitan dengan konteks

wacana. Konteks wacana sekarang begitu cair, tidak hanya bisa


dilihat melalui kata – kata pada novel, melainkan bisa juga dilihat

melalui pemaknaan tersendiri dari cerita novel tersebut.

B. Analisis Posisi Penulis – Pembaca

Menurut Sara Mills (dalam Eriyanto, 2011, hlm. 202) berita

bukanlah semata sebagai hasil produksi dari awak media/wartawan

dan pembaca tidaklah ditempatkan semata seabgai sasaran, karena

berita adalah hasil kesepakatan antara keinginan wartawan dengan

pembacanya. Oleh karena itu, karena itu, dalam mempelajari konteks

perlu memperhatikan konteks lain dari sisi pembaca sebagai teks

pembanding. Dengan demikian tidak cukup hanya memperhatikan

konteks yang ditulis oleh seorang wartawan saja dalam memahami

suatu konteks.

Pada wacana tersebut teks disampaikan secara tidak langsung

melalui metode kode budaya. Istilah ini diperkenalkan oleh Ronald

Barthes mengacu pada kode atau nilai budaya yang dipakai oleh

pembaca ketika menafsirkan suatu teks diantaranya dengan

menggunakan kalimat yang mensugestikan sejumlah informasi yang

dipercayai dan diakaui secara bersama dainggap sebagai kebenaran

bersama. Kode budaya merupakan kode yang dapat digunakan oleh

pembaca untuk memahami nilai terutama yang berkaitan dengan yang

mendapat kesepakatan dengan pembacanya.

Potongan kalimat pada cerita novel “It Happened To Nancy”

menggambarkan bahwa penulis memposisikan pembaca pada posisi


korban (Nancy), satu diantaranya terdapat pada halaman 28 paragraf

kelima :

Tanpa sadar, aku menangis tersedu – sedu. “Ya.. kurasa aku

mencitaimu tapi..” Dia mulai lagi dan aku mencoba meronta,

memukul, dan menendang. “Collin, aku baru empat belas

tahun, aku masih SMP, aku tidak boleh, aku tidak mau, ini

menurutku dosa besar”.

Dalam paragraf tersebut, penulis menceritakan bagaimana latar

belakang Nancy sebagai korban dengan mendetail. Sedangkan

kondisi dan latar belakang kehidupan Collin tidak banyak diceritakan,

hal inilah yang semakin memperlihatkan bahwa penulis menampilkan

gagasannya dari sudut pandang perempuan, yang dapat membuat

pembaca mengikuti alur pemikiran penulis tersebut.

C. Interpretasi Teori: Representasi Perempuan Pada Novel “It

Happened To Nancy”.

Dari potongan cerita pada novel “It Happened To Nancy” yang

dijadikan unit analisis dalam penelitian ini, perempuan sebagai pihak

pencerita (subjek) dan sebagai objek karena menceritakan dirinya

sendiri.

Dalam novel ini Nancy yang menjadi pencerita (subjek)

sekaligus menjadi objek dalam cerita tersebut. Posisi pencerita tidak

lantas menjadikan suara Nancy menjadi dominan, namun ungkapan

Nancy yang terkait dengan posisinya sebagai korban yang lebih

banyak diangkat dalam teks tersebut.


Dalam konteks wacana kritis, pada novel “It Happened To

Nancy” mencoba menggambarkan situasi, latar, kondisi dan peristiwa

yang cenderung menempatkan subjek dalam posisi perempuan.

Perempuan yang diceritakan dalam novel “It Happened To Nancy”

tidak hanya dilihat sebagai suatu teks tetapi dilihat dari konteksnya

yaitu perempuan merupakan pihak yang dikuasai oleh pria.

Dalam menyajikan realitas sosial, media memiliki bahasa

tersendiri, baik verbal maupun nonverbal. Bahasa bukanlah sesuatu

yang netral, tetap mengandung makna. Sebagai alat untuk

merepresentasikan realitas, melalui penetuan makna yang muncul

darinya. Bagi media, bahasa bukan sekedar alat komunikasi untuk

menggambarkan realitas, namun juga menentukan gambaran atas

citra tertentu yang hendak ditanamkan kepada publik (Sobur 2009,

88).

Dari keseluruhan cerita yang dianalisis memperlihatkan bahwa

penulis menandakan peristiwa dengan mengidentifikasi pelaku

sebagai laki - laki, dan korbannya adalah dia sendiri seorang

perempuan. Penulis juga mencoba menggambarkan atau

menceritakan kejadian yang dominan dilihat dari sisinya sebagai

subjek dan sebagai objek, sehingga mempertegas bahwa dalam

peristiwa yang diceritakan perempuan sebagai orang yang lemah,

tetapi berusaha bangkit dari keterpurukan, dan berjuang bertahan

hidup.
Hal lain yang penting dan menarik dalam model yang

diperkenalkan oleh Sara Mills adalah tentang bagaimana posisi

pembaca ditampilkan dalam teks. Sara Mills berpendapat dalam suatu

teks posisi pembaca sangatlah penting dan haruslah diperhitungkan

dalam teks. Sehingga posisi pembaca disini tidak dianggap semata

sebagai pihak yang hanya menerima teks, tetapi teks sendiri memang

ditujukan secara langsung atau tidak untuk “berkomunikasi” dengan

khalayak. Hal yang dilihat adalah bagaimana perempuan dan laki-laki

menempatkan dirinya dalam teks.

Dalam potongan novel yang dianalisis dalam penelitian ini,

penulis memposisikan pembaca sebagai perempuan. Penulis

menggunakan ragam sapaan dengan dominasi dari sudut pandang

perempuan sehingga pembaca dapat menafsirkan isi teks tersebut

dari sudut pandang perempuan yang pada akhirnya dapat

memunculkan penilaian dari sisi pembaca bahwa korban

pemerkosaan dan penderita penyakit HIV/AIDS dapat bangkit dari

keterpurukan dan berjuang kembali.

Dalam berbagai potongan cerita pada novel ini, representasi

perempuan sebagai pihak yang lemah dan pasrah atas tindakan yang

dilakukan kekasihnya, sejalan pula dengan perspektif feminis yang

menunjukkan bahwa teks akan bias dalam menggambarkan

perempuan, dimana dalam teks tersebut posisi laki - laki dianggap

boleh melakukan apapun yang dia suka sehingga perempuan dalam

hal ini harus menanggung mengalami penderitaan akibat perilaku


kekasihnya tersebut. Hal ini didasarkan pada teori penindasan gender

yang melukiskan situasi perempuan sebagai akibat dari hubungan

kekuasaan langsung antara lelaki dan wanita, dimana lelaki memiliki

kepentingan mendasar dan konkret untuk mengendalikan,

menggunakan, menaklukan, dan menindas perempuan, sehingga

memunculkan dominasi patriarki. Patriarki dianggap sebagai struktur

kekuasaan primer yang dilestarikan dengan maksud yang disengaja.

Bercermin pada feminisme psikoanalisis yang menjadi salah

satu teori utama dalam penindasan gender yang memandang bahwa

sistem patriarki adalah sebuah sistem dimana seluruh laki – laki dalam

tindakannya sehari - hari, terus - menerus melestarikan sistem

patriarki yang ada. Perempuan hanya kadang - kadang menentang

namun jauh lebih sering menyetujui penindasan atas diri mereka

tanpa bantahan dan secara aktif berperan karena posisi subordinasi

mereka sendiri. Laki - laki pun dianggap akan melakukan segala cara

untuk mengarah pada dominasi mereka terhadap perempuan.

Sehingga laki - laki mencari perempuan yang dapat memenuhi

kebutuhan emosionalnya sekaligus bergantung dan berada di bawah

kendalinya karena adanya keinginan untuk mendominasi tersebut.

Dalam pandangan feminisme radikal, laki - laki tidak hanya

menciptakan dan mempertahankan patriarki karena mereka

mempunyai kekuatan untuk melakukan hal tersebut. Tetapi karena

mereka memiliki kepentingan yang nyata dalam usahanya menjadikan

perempuan sebagai pelayan yang selalu mengalah. Perempuan


adalah alat efektif untuk memuaskan keinginan seksual laki - laki,

tubuh perempuan potensial untuk memproduksi anak-anak guna

memuaskan kebutuhan neurosis laki - laki, perempuan pun dijadikan

sebagai lambang penghias status dan kekuasaan laki - laki.

Sehingga media pun mengangkat bahwa laki – laki merupakan

pihak yang paling mendominasi, sehingga melanggengkan

pemahaman bahwa sistem patriarki akan menjadi sistem yang lestari.

Seiring dengan hal tersebut, perempuan akan selalu berada di posisi

sebagai korban yang lemah, pasrah, serta berada di bawah dominasi

dan kekuasaan laki - laki.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka penelitian ini

menghasilkan kesimpulan bahwa :

1. Pada novel “It Happened To Nancy” melalui posisi subjek-

objek menjelaskan perempuan sebagai subjek dan objek

dapat mempresentasikan dirinya sebagai korban tindak

pelecehan seksual dan memperlihatkan bagaimana

perempuan dapat bertahan hidup dan berjuang hidup

melawan penyakit yang di deritanya.

2. Pada novel “It Happened To Nancy” direpresentasikan melalui

posisi penulis - pembaca sebagai perempuan remaja tetapi

sudah mengalami banyak hal dalam hidupnya, dan

bagaimana ia mengajarkan bagaimana perempuan tidak boleh

berputus asa apapun yang terjadi dalam kehidupan.

B. SARAN

Berbagai analisis wacana serta tinjauan tentang kekerasan

yang dialami oleh perempuan dalam media telah banyak dilakukan

dan dipublikasikan dalam jurnal - jurnal ilmiah maupun tulisan

populer di media massa, tetapi sayangnya hal itu tidak mengubah

pelaku - pelaku industri media dalam konteks perlakuannya


terhadap wanita dalam media. Sehingga kajian kritis dalam

membongkar ideologi di balik permasalahan yang terkait dengan

pelecehan seksual masih perlu untuk terus dilakukan. Penelitian ini

juga diharapkan dapat memberikan penyadaran kepada

perempuan pada khususnya, serta masyarakat pada umumnya

akan arti penting mereka dalam mencegah dan mengatasi peristiwa

yang membuat perempuan menjadi korban pelecehan seksual.


DAFTAR PUSTAKA

Anshori, S. Dadang (Ed). (1997). Membincangkan Feminisme. Pustaka

Hidayah. Bandung

Badara, Aris. (2013). Analisis Wacana:Teori, Metode dan Penerapannya

Pada Wacana Media. Kencana Prenada Media Group: Jakarta

Darma, Aliah Yoce. (2013). Analisis Wacana Kritis. Yrama Widya:

Bandung

Eriyanto. (2001). Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. LKIS:

Yogyakarta

Ibrahim, Abdul Syukur (Ed). (2009). Metode Analisis Teks dan Wacana.

Pustaka Pelajar.Yogyakarta.

Illich, Ivan. (2007). Matinya Gender. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Sadli, Saparinah. (2010). Berbeda tetapi Setara. Kompas Media

Nusantara. Jakarta

Hannam, June. (2007). Feminism. London : Pearson Education.

Koran Republika. (2012). Punya Anak Hambatan Karir Perempuan

Indonesia

Mills, Sara.(1992). Knowing Your Place: A Marxist Feminst Stylistic

Analysis. Dalam Michael Toolan (ed.) Language, Text, and

Copntext: Essays in Stylistics. London and New York: Routladge.

Vous aimerez peut-être aussi