Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
(K3)
ASBESTOSIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
Pada Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas kedokteran Unsyiah/RSUD dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh
Oleh :
Oktober 2018,
(Penulis)
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Definisi
Asbestosis disebabkan oleh debu asbes dengan masa latennya 10-20 tahun.
Asbes adalah campuran berbagai silikat yang terpenting adalah campuran
magnesium. Jika terhisap, serat asbes mengendap di dalam dalam paru-paru,
mempengaruhi parenkim jaringan dari paru-paru, menjadi jaringan parut.
Menghirup asbes juga dapat menyebabkan penebalan pleura. Ini terjadi setelah
jangka panjang, paparan berat asbes, misalnya di pertambangan. Asbes terdiri dari
serat silikat mineral dengan komposisi kimiawi yang berbeda. Asbes adalah
mineral yang dapat dijalin seperti wol dan merupakan produk alam mineral yang
diketahui tahan terhadap panas dan korosi, tidak meneruskan arus listrik, tahan
terhadap asam kuat, serta merupakan serat yang kuat dan fleksibel, mudah dijalin
bersama-sama dan digunakan secara luas di dalam bangunan dan pabrik-pabrik
industri.
2.2 Epidemiologi
2.4 Patofisiologi
2.7 Diagnosis
2.8 Penatalaksanaan
Belum tersedia obat untuk asbestosis, maka menghentikan paparan asbes
lebih lanjut perlu untuk dilakukan. Maka dilakukan perawatan yang bertujuan
untuk membantu pasien dapat bernapas dengan mudah, mencegah infeksi
pernapasan, dan mencegah komplikasi lebih lanjut. Pengguanaan antibiotik
dimaksudkan untuk menyerang infeksi. Aspirin atau Acetominophen (Tylenol)
dapat membebaskan ketidaknyaman dan bronchodilators oral atau inhalasi dan
melebarkan saluran napas. Dapat diberikan obat semprot untuk mengencerkan
lendir. Pengobatan suportif untuk mengatasi gejala yang timbul adalah membuang
lendir atau dahak dari paru-paru melalui prosedur postural drainase. Bila
asbestosis sudah memasuki stadium mesotelioma maka belum ada terapi yang
berhasil meningkatkan kesembuhan.
2.9 Pencegahan
Asbestosis dapat dicegah dengan mengurangi kadar serat dan debu asbes
dilingkungan kerja. Penggunaan kontrol debu dapat mengurangi penderita
asbestosis, tetapi mesotelioma masih terjadi pada orang yang pernah terpapar 40
tahun yang lalu, ventilasi udara yang cukup di ruang kerja, penggunaan masker
bagi pekerja yang beresiko tinggi dapat mengurangi pemaparan. Untuk
mengurangi resiko terjadinya kanker paru-paru dianjurkan pekerja pabrik untuk
berhenti merokok. Perawatan medis untuk infeksi saluran pernapasan, dengan
sering menggunakan antibiotik ketika diperlukan. Mereka juga harus
berpartisipasi dalam terapi pernapasan seperti bronkial drainase atau penggunaan
humidifier kabut ultrasonik yang membantu dalam pembersihan lendir dari paru-
paru. Pasien harus menghindari situasi yang mungkin mengekspos mereka untuk
infeksi saluran pernapasan seperti banyak orang.
Pencegahan sangat penting dalam bidang penyakit paru kerja. Dalam kaitan ini
dikenal pencegahan primer, sekunder dan tersier.
1. Pencegahan Primer5
Pencegahan primer artinya mengurangi faktor risiko sebelum terserang penyakit.
Hal tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain :
1. Ada Undang-Undang atau Peraturan yang mengatur tentang masalah Kesehatan
dan Keselamatan Kerja. Di Indonesia terdapat berbagai macam Undang-undang dan
Peraturan tentang hal tersebut antara lain.
2. Pencegahan Sekunder5
Adalah melakukan deteksi dini penyakit dan deteksi dini pajanan zat yang dapat
menimbulkan penyakit. Dilakukan pemeriksaan berkala pada pekerja yang terpajan zat
yang berisiko tinggi terjadinya gangguan kesehatan. Pemeriksaan berkala dilakukan sejak
tahun pertama bekerja dan seterusnya.
Surveilans medik adalah kegiatan yang sangat mendasar, bertujuan untuk mendeteksi
efek pajanan yang tidak diinginkan sebelum menimbulkan gangguan fungsi pernapasan
pekerja dan selanjutnya dilakukan usaha-usaha untuk mencegah perburukan. Tanpa
usaha-usaha tersebut, surveilans hanya berperan mencatat besar angka kesakitan daripada
pencegahan sekunder. Dalam prakteknya pencegahan berdasarkan surveilans adalah
untuk mencegah pajanan.
3. Pencegahan Tersier5
Pencegahan tersier berguna untuk mencegah penyakit bertambah buruk dan
penyakit menjadi menetap. Bila diduga telah terjadi penyakit atau diagnosis telah
ditegakkan, perlu secepat mungkin menghindarkan diri dari pajanan lebih lanjut.
Pajanan dari tempat kerja dan lingkungan yang diduga atau diketahui mempunyai
efek sinergi terhadap terjadinya kanker paru seperti merokok harus dihentikan.
Contoh lain pencegahan tersier adalah pencegahan terhadap penyakit TB pada
pekerja yang terpajan debu silika.
2.9 Komplikasi
Komplikasi lanjutan pada asbestosis antara lain:
1. Efusi pleura
2. Mesothelioma, meskipun jarang, asbes juga bisa menyebabkan tumor pada pleura
yang disebut mesotelioma atau pada selaput perut yang disebut mesotelioma
peritoneal. Mesotelioma yang disebabkan oleh asbes bersifat ganas dan tidak
dapat disembuhkan. Mesotelioma umumnya muncul setelah terpapar krokidolit,
satu dari 4 jenis asbes. Amosit, jenis yang lainnya, juga menyebabkan
mesotelioma. Krisotil mungkin tidak menyebabkan mesotelioma tetapi kadang
tercemar oleh tremolit yang dapat menyebabkan mesotelioma. Mesotelioma
biasanya terjadi setelah pemaparan selama 30-40 tahun.
3. Cor pulmonale
4. Fibrosis Pulmoner idiopatik
5. Pneumoconeosis
6. Kanker bronkus
2.10 Prognosis
Asbestosis adalah laten dan dapat membutuhkan waktu puluhan tahun
untuk dapat berkembang menjadi gejala. Lama paparan asbes membuat seseorang
dapat meningkatkan resiko perkembangan asbestosis, namun tidak jelas persis
berapa banyak eksposur merupakan risiko yang signifikan. Asbestosis itu sendiri
tidak ganas dan tidak langsung berakibat fatal. Namun komplikasinya dapat
mengakibatkan kematian. Seperti penurunan yang signifikan dalam kapasitas
paru-paru total dapat menyebabkan gagal jantung kongestif. 20 % pasien
asbestosis meninggal dunia karena penyakitnya dan 50 % akibat keganasan yang
berkaitan (kanker paru atau mesotelioma). Kematian ini disebabkan sebagai akibat
dari komplikasi Asbestosis.
DAFTAR PUSTAKA