Vous êtes sur la page 1sur 6

IV.

REKOMENDASI TEKNOLOGI UNTUK PENERAPAN PERTANIAN PRESISI


Pertanian Presisi merupakan informasi dan teknologi pada sistem pengelolaan
pertanian untuk mengidentifikasi, menganalisa, dan mengelola informasi keragaman spasial
dan temporal di dalam lahan untuk mendapatkan keuntungan optimum, berkelanjutan, dan
menjaga lingkungan. Tujuannya adalah mencocokkan aplikasi sumber daya dan kegiatan
budidaya pertanian dengan kondisi tanah dan keperluan tanaman berdasarkan karakteristik
spesifik lokasi di dalam lahan (Sigit, 2009). Di beberapa tempat yang ada di Indonesia
khususnya di ruang lingkup pertanian hampir sebagian besar belum adanya pemanfaatan
penggunaan pertanian cerdas dengan alat-alat tepat guna, dan menyesuaikan solusi
pertanian masing-masing yang berguna untuk meningkatkan strategi perkebunan, organisasi
dan sistem pertanian ke tingkat selanjutnya. Hal ini dikarenakan para petani di Indonesia
mayoritas memiliki pendidikan yang rendah dengan rata – rata usia yang tua, sehingga dalam
mengadopsi suatu teknlogi sangatlah kurang. Adanya teknologi yang baik bagi pertanian
dengan skala lansekap dapat memberikan beberapa keuntungan dari segi tenaga kerja
maupun produktivitas. Karena lahan yang luas apabila dilakukan pemberian input secara
tradisional dapat menyebabkan ketidakefisienan dan tidak meratanya dalam pertumbuhan
serta membutuhkan waktu yang lama. Lansekap yang kami tinjau yaitu di Desa Tulungrejo,
Kecamatan Bumiaji, Provinsi Jawa Timur.
Rekomendasi teknologi yang dapat diberikan pada suatu lansekap Dusun Kekep, Desa
Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur dengan komposisi tanaman
wortel dan pepohonan ini ialah dengan penggunaan GIS (Geographic Information System),
Global Positioning System (GPS), dan VRT (Variable Rate Technology). GIS merupakan
suatu alat untuk mengatur tata ruang dan menganalisis data terkait produktifitas tanaman dan
faktor agronomi. GPS merupakan suatu teknologi untuk mengidentifikasi karakteristik setiap
lokasi lapangan. Sedangkan VRT adalah suatu teknologi untuk memberikan input kepada
tanaman dengan dosis yang sesuai.
Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System disingkat GIS) adalah
sistem informasi khusus yang mengelola data yang memiliki informasi spasial (bereferensi
keruangan). Pengertian informasi geografis adalah informasi mengenai tempat atau lokasi,
dimana suatu objek terletak di permukaan bumi dan informasi mengenai objek dimana lokasi
geografis itu berada untuk dianalisa dalam pengambilan keputusan (Susanto, 2016).
Teknologi GIS ini membutuhkan database, seperti query dan analisa statistik, dengan
kemampuan visualisasi dan analisa yang unik yan dimiliki pemetaan. Komponen dari SIG
yaitu hardware, software, informasi geografi dan manajemen. Kemampuan SIG dengan
sistem informasi lainnya membuat menjadi lebih berguna untuk menjelaskan kejadian,
merencanakan strategi dan memprediksi apa yang terjadi. Kemampuan GIS antara lain,
memetakan letak, memetakan kuantitas, memetakan kerapatan, memetakan perubahan, dan
memetakan apa yang ada di dalam dan diluar area (Gunawan 2011).
Global Positioning System (GPS) GPS (Global Positioning System) adalah sistem satelit
navigasi dan penentuan posisi, dimiliki dan dikelola oleh Amerika Serikat. Sistem ini didesain
untuk memberikan posisi dan kecepatan tiga-dimensi serta informasi mengenai waktu, secara
kontinyu di seluruh dunia tanpa bergantung waktu dan cuaca, bagi banyak orang secara
simultan. Menurut Abidin (2007) cara kerja GPS secara sederhana ada 5 langkah, yaitu :
1. Memakai perhitungan “triangulation” dari satelit.
2. Untuk perhitungan “triangulation”, GPS mengukur jarak menggunakan travel time sinyal
radio.
3. Untuk mengukur travel time, GPS memerlukan memerlukan akurasi waktu yang tinggi.
4. Untuk perhitungan jarak, kita harus tahu dengan pasti posisi satelit dan ketingian pada
orbitnya 10
5. Terakhir harus menggoreksi delay sinyal waktu perjalanan di atmosfer sampai diterima
reciever.
Secara prinsip GPS bekerja berdasarkan sinyal sinyal yang dipancarkan oleh satelit
satelit tersebut. Satelit GPS berputar mengelilingi bumi selama 12 jam di dalam orbit yang
akurat dia dan mengirimkan sinyal informasi ke bumi. GPS reciever mengambil informasi itu
dan dengan menggunakan perhitungan “triangulation” menghitung lokasi user dengan tepat.
GPS receiver membandingkan waktu sinyal di kirim dengan waktu sinyal tersebut di terima.
Dari informasi itu didapat diketahui berapa jarak satelit. Dengan perhitungan jarak GPS
receiver dapat melakukan perhitungan dan menentukan posisi user dan menampilkan dalam
peta elektronik. Sebuah GPS reciever harus mengunci sinyal minimal tiga satelit untuk
memenghitung posisi 2D (latitude dan longitude) dan track pergerakan. Jika GPS receiver
dapat menerima empat atau lebih satelit, maka dapat menghitung posisi 3D (latitude,
longitude dan altitude). Jika sudah dapat menentukan posisi user, selanjutnya GPS dapat
menghitung informasi lain, seperti kecepatan, arah yang dituju, jalur, tujuan perjalanan, jarak
tujuan, matahari terbit dan matahari terbenam dan masih banyak lagi. Satelit GPS dalam
mengirim informasi waktu sangat presesi karena satelit tersebut memakai jam atom. Jam
atom yang ada pada satelit jalan dengan partikel atom yang di isolasi, sehingga dapat
menghasilkan jam yang akurat dibandingkan dengan jam biasa. Perhitungan waktu yang
akurat sangat menentukan akurasi perhitungan untuk menentukan informasi lokasi kita.
Selain itu semakin banyak sinyal satelit yang dapat diterima maka akan semakin presesi data
yang diterima karena ketiga satelit mengirim pseudo-random code dan waktu yang sama.
Ketinggian itu menimbulkan keuntungan dalam mendukung proses kerja GPS, bagi kita
karena semakin tinggi maka semakin bersih atmosfer, sehingga gangguan semakin sedikit
dan orbit yang cocok dan perhitungan matematika yang cocok. Satelit harus tetap pada posisi
yang tepat sehingga stasiun di bumi harus terus memonitor setiap pergerakan satelit, dengan
bantuan radar yang presesi salalu di cek tentang altitude, posision dan kecepatannya.
Pemanfaatan GPS dalam bidang pertanian adalah untuk pemetaan lahan yang akan
diolah pemetaan hasil perubahan lahan untuk mengetahui luasan lahan yang digarap dan
memudahkan untuk menentukan letak lokasi lahan. Adapun beberapa kelebihan
menggunakan GPS yaitu dapat dioperasikan 24 jam setiap hari dari lokasi manapun
dipermukaan bumi cara mengoperasikannya sangat mudah serta cepat danmudah
mendapatkan data posisi koordinat geografis. Sedangkan untuk kelemahannya adalah seperti
lemahnya sinyal karena pengaruh atmosfer atau ketidakmampuan sinyal untuk menembus
benda yang bersifat tebal dan keras seperti gedung yang dapat berpengaruh pada
perhitungan lokasi pertama (Prihandito, 1989).
Di Jerman, salah satu contoh alat yang menggunakan GPS pada alat yang sering
digunakan untuk mengelola pertanian yaitu traktor. Dengan penggunaan GPS pada traktor
ini, tidak perlu adanya pengemudi melainkan cukup dikendalikan melalui satelit dan memiliki
ketepatan dalam skala beberapa sentimeter. Traktor ini dilengkapi dengan GPS dan sensor
optikal untuk mengukur status nutrisi dan alur ladang dan memindai komposisi tanah pada
setiap alur guna mengurangi pemakaian pupuk. Adanya traktor seperti ini memberikan
keuntungan yaitu dapat menghemat biaya untuk bahan bakar traktor, upah pengemudi,
pekerjaan menjadi lebih cepat selesai, dan dapat mengendalikan sendiri aktivitas pengolahan
tanah pertaniannya ketika menggunakan traktor. Selain itu penggunaan GPS dapat
digunakan pada pengolahan lahan dan panen untuk memperoleh informasi pemosisian lahan
pertanian termasuk memantau hasil panen, mengumpulkan sampel tanah, dan sebagainya.
System computer yang menganalisis, memproses data dan membuat keputusan melalui
pendekatan manajemen untuk suatu lahan pertanian. Informasi status hasil panen dan tanah
diintegrasikan ke dalam alat GPS yang dipasang pada alat penyiram, yang akan digunakan
untuk melakukan pemupukan presisi dan penyemprotan pestisida. Melalui penerapan
pertanian presisi, biaya produksi pertanian dapat berkurang, limbah material dapat
dihindarkan, dan polusi lingkungan karena pupuk dan insektisida menjadi rendah (Padmini et
al, 2015).
Teknologi VRT (Variabel Rate Technology) yang merupakan salah satu teknologi yang
dapat diterapkan untuk pemupukan. Dalam VRT aplikasi pemupukan dapat diberikan hanya
dalam jumlah atau dosis tertentu sesuai kebutuhan berdasarkan lokasi tersebut. Sebelum
dilakukan pemupukan dengan teknologi ini sebaiknya dilakukan pengujian tanah di mana hal
tersebut akan berhubungan dengan sistem informasi untuk kandungan hara tanah. Secara
ekonomi, sistem variable-rate berhubungan dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk
pemupukan pada suatu areal pertanian (Radite, 2001). Pendekatan lingkungan dan sistem
varible-rate ini membantu untuk mencegah pemupukan yang berlebihan yang dapat
menyebabkan terjadinya masalah lingkungan pada lahan Desa Tulungrejo. Hal tersebut juga
berlaku pada penggunaan pestisida kimia yang digunakan pada lahan Desa Tulungrejo agar
pemberian bahan – bahan kimia pada tanaman tidak membahayakan bagi lingkungan dan
bagi manusia.
VRT adalah komponen teknologi pertanian presisi paling canggih, menyediakan
pengiriman input lapangan "on-the-fly". Penerima GPS dipasang pada truk sehingga lokasi
bidang dapat dikenali dengan mudah. Komputer di dalam kendaraan, yang berisi peta
rekomendasi input, mengontrol katup distribusi untuk menyediakan campuran input yang
sesuai dengan membandingkan dengan informasi posisi yang diterima dari penerima GPS.
Sistem VRT komersial saat ini berbasis peta atau berbasis sensor. Sistem VRT berbasis-peta
memerlukan lokasi georeferensi GPS / DGPS dan unit perintah yang menyimpan rencana tarif
aplikasi yang diinginkan untuk setiap lokasi bidang. Sistem VRT berbasis sensor tidak
memerlukan lokasi georeferensi tetapi termasuk unit kontrol dinamis, yang menetapkan
aplikasi melalui analisis waktu nyata pengukuran tanah dan / atau sensor tanaman untuk
setiap lokasi bidang.
Teknologi VRT merupakan salah satu bagian dari sistem pertanian presisi (precision
farming) yang sekarang ini menjadi sistem pertanian yang banyak dikembangkan di negara
maju. Tekonolgi VRT akan mampu menghasilkan perlakuan yang tepat berdasarkan
kebutuhan tanaman. Perlakuan yang tepat mencakup tiga hal penting yaitu memberikan
aplikasi yang tepat waktu, tepat dosis dan tepat lokasi. Aplikasi tepat waktu memerlukan
analisis tanah dan tanaman dalam menentukan jenis dan kadar unsur hara yang terkandung
dalam tanaman, serta jenis dan kadar unsur hara yang terkandung dalam tanah yang masih
mampu diserap oleh tanaman sehingga kedua data ini dapat menjadi dasar penentuan dosis
yang harus diberikan. Agar konsep dari VRT dapat dilakukan dengan baik dan sesuai tujuan
maka diperlukan suatu alat untuk mengetahui dosis pupuk dibutuhkan secara otomatis
misalnya dengan mesin variable rate fertilizer applicator. Dalam mengusung pertanian presisi,
kinerja mesin pupuk dengan dosis yang sesuai ini memerlukan perangkat teknologi pelacak
posisi yaitu GPS. Terintegrasinya antara VRT dan variable rate fertilizer applicator nantinya
diharapkan mampu menciptakan penggunaan input bahan kimia terutama pupuk dapat lebih
efektif dan efisien. Namun, dalam hal ini untuk menerapkan VRT juga membutuhan pemetaan
terlebih dahulu dengan menggunakan GIS. Sehingga dalam hal ini dalam mengelola suatu
bentang lahan diperlukan suatu teknologi yaitu GIS sebagai dasar dalam pengelolaannya.
(Aziz, 2011).
Menurut Gunawan (2013) menyatakan bahwa penggunaan VRT yang telah terintegrasi
ini khususnya dalam pemupukan dapat membuat tingkat keseragaman tanaman tinggi.
Sehingga aplikasi pemupukan dengan metode VRT yang terintegrasi ini dapat meningkatkan
keseragaman tanaman yang artinya dengan adanya keseragaman tersebut akan berguna
pada penentuan umur panen dan taksiran harga panen yang di hasilkan. Sehingga suatu
lahan tidak ada bagian petak lahan yang dipanen pada waktu yang berlainan.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Pengembangan Presisi Pertanian dalam sistem pertanian berlanjut melalui penerapan
dan pemanfaatan komponen teknologi seperti Global Positioning System (GPS), Yield
Monitoring, Digital Soil untuk mendukung implementasi pertanian berlanjut dapat memberikan
dampak positif dalam perkembangan dan pertumbuhan komoditas tanaman yang ada di
kawasan pertanian dusun Kekep. Utamanya adalah menggunakan teknologi Sistem Informasi
Geografis (SIG) hal ini dikarenakan dalam pendekatannya didukung dengan menggunakan
alat SIG.
Aplikasi Sistem Informasi Geografis dalam pertanian presisi digunakan untuk prediksi
produksi tanaman, pemetaan komoditi, identifikasi penyebaran pupuk dan sebagainya,
sehingga membantu mengelola sumberdaya pertanian, seperti luas kawasan untuk tanaman,
pepohonan dan saluran air. Akan tetapi, penggunaan aplikasi SIG bagi para petani dirasa
masih awam sehingga perlu adanya pendampingan dan bimbingan dari pihak terkait sehingga
dalam praktiknya petani tidak mengalami kendala yang berarti.
.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, H.Z. 2007. Penentuan Posisi dengan GPS dan Aplikasinya. Jakarta: PT Pradnya
Paramita.
Aziz, Abdul., Radite P.A Setiawan dan I Dewa Made Subrata. 2011. Disain dan Pengujian
Metering Device untuk Alat Penjatah Pupuk Granular Laju Variabel (Variable Rate
Granular Fertilizer Applicator). Jurnal Keteknikan Pertanian 25(02):79-85.
Gunawan, Budi. 2011. Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis untuk Analisa Potensi
Sumber Daya Lahan Pertanian di Kabupaten Kudus. Jurnal Sains dan Teknologi 4(2):
122-132.
Gunawan, Pandu. 2013. Pengembangan dan Uji Kinerja Mesin Pemupukan Dosis Variabel
pada Budidaya Padi Sawah dengan Konsep Pertanian Presisi. Jurnal Keteknikan 27(1):
1-9.
Padmini, Sari Virgawati, Mofit Eko Poerwanto. 2015. Rekomendasi Pemupukan NPK Dengan
Simulasi Program PuPs untuk Tanaman Padi Spesifik Lokasi di Desa Bener,
Kecamatan Ngrampal, Kabupaten Sragen. Jurnal Agrivet 19(1): 13-21.
Prabawa, Sigit, Bambang Pramudya, I Wayan Astika, Radite Praeko Agus Setiawan, dan
Ernan Rustiadie. 2009. Sistem Informasi Geografis dalam Pertanian Presisi Aplikasi
pada Kegiatan Pemupukan di Perkebunan Tebu. Prosiding Seminar Nasional
Himpunan Informatika Pertanian Indonesia 2009. ISBN : 978 – 979 – 95366 – 0 - 7
Prihandito, A. 1988. Proyeksi Peta. Yogyakarta: Kanisius
Radite. 2001. Development of Variable Rate Granular Aplicator for Paddy Field. Research
report on Precision Agriculture Research Project. BRAIN-Kyoto University, Japan.
Susanto, Arief, Ahmad Kharis, dan Tutik Khotimah. 2016. Sistem Informasi Geografis
Pemetaan Lahan Pertanian dan Komoditi Hasil Panen Kabupaten Kudus. Jurnal
Informatika Vol. 10, No. 2, Jul 2016 hal. 1233-1243

Vous aimerez peut-être aussi