Vous êtes sur la page 1sur 49

SKRIPSI

EFEK PLATELET RICH PLASMA TERHADAP VIABILITAS


MESENCHYMAL PROGENITOR Cell DAN DITINJAU
MENURUT ISLAM

Disusun oleh:
AMANDA PUTRI
NPM 1102014017

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana
Kedokteran

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
2017
LEMBAR PERSETUJUAN

2
i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil a’lamin, Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT , karena atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi yang berjudul "Efek Platelet-Rich Plasma Terhadap Viabilitas
Mesenchymal Progenitor Cell Dan Ditinjau Menurut Islam". Atas dukungan yang
diberikan dalam penyusunan skripsi ini dan sebagai suatu bentuk penghormatan
dan penghargaan penulis atas segala bantuan yang telah diberikan maka penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Dr. Hj. Rika Wulandari MSc.Ph.D selaku Dekan Fakultas Kedokteran


Universitas YARSI beserta jajarannya.

2. dr. H. Lilian Batubara, M.Kes selaku ketua komisi skripsi Fakultas


Kedokteran Universitas YARSI.

3. DR. Restu Syamsul Hadi, M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah
bersedia memberikan pengarahan, mengoreksi, dan memberi semangat
dalam penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT, selalu melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada beliau.

4. DR. Zuhroni, M.Ag. selaku dosen pembimbing agama Islam yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing, memberikan masukan, dan
mengoreksi skripsi ini. Semoga Allah SWT, selalu melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya kepada beliau.

5. Dr. Erlina Wijayanti, MPH sebagai komisi skripsi.

6. Untuk kedua orang tua saya, Effendi Hatta, SE & Riana Doris S, SH, terima
kasih banyak atas doa dan dukungannya sehingga saya mampu
menyelesaikan skripsi ini.

ii
7. Untuk adik saya Bianda Nathania P., Mongga dan Abel yang senantiasa
memberikan semangat kepada saya.

8. Nicil, Desya, Damiri dan Faza, teman-teman satu perjuangan skripsi saya yang
selalu siap sedia membantu setiap penelitian dan penyusunan skripsi ini.

9. Untuk mas Antonius Nur Hadi Kusno, yang membantu memberikan


dukungan dan selalu ada untuk saya dalam keadaan senang maupun susah.

10. Untuk Abyantara I.F., Alvin A., Cakra Karim, Dini Pelarudia dan
Yuliana Wahyuni, terima kasih atas semangat serta canda tawa yang
telah mengisi hari-hari saya

11. Dan teman-teman Fakultas Kedokteran Universitas YARSI angkatan


2014 yang tidak bisa saya sebutkan satu-satu. Saya ucapkan terima kasih
atas motivasi serta mengisi hari-hari saya dengan warna-warni ketika
dikampus.

Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam pembuatan skripsi ini,
oleh karena itu penulis mengharapkan segala kritik dan saran yang dapat
membangun penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis, civitas akademika Universitas YARSI, dan masyarakat.

Akhir kata, dengan mengucapkan Alhamdulillah, semoga Allah SWT selalu


meridhoi kita semua.

Jakarta, 6 Januari 2018

Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................... i
KETERANGAN LAYAK ETIK ........................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
DAFTAR SKEMA ...................................................................................................v
DAFTAR TABEL .................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………… vii
DAFTAR SINGKATAN……………………………………………………… viii
ABSTRAK……………………………………………………………………….. 1

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang………………………………………………………….4
1.2. Rumusan Masalah………………………………………………………4
1.3. Pertanyaan Penelitian ……………………………………………… 4
1.4. Tujuan Penelitian……………………………………………………….4
1.5. Manfaat Penelitian…………………………………………………… 4

BAB II TINAJUAN PUSTAKA


2.1 Kajian Pustaka…………………………………………………………. 5
2.1.1. Platelet-rich Plasma……………………………………………………5
2.1.2. Mesenchymal Progenitor Cell……………………………………… 6
2.1.3. Penyembuhan Luka………………………………………………6
2.1.4. Sel Punca Mesenkim……………………………………………. 8
2.2 Kerangka Teori………………………………………………………9
2.3 Kerangka Konsep……………………………………………………9
2.4 Perumusan Hipotesis……………………………………………….10
2.5. Definisi Operasional……………………………………………… .12
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian………………………………………………………...12
3.2 Rancangan Penelitian……………………………………………….…12
3.3 Populasi Pengumpulan Data…………………………………………...12
3.4 Sampel Pengumpulan Data…………………………………………….12
3.5 Cara Penetapan Sampel………………………………………………..12
3.6 Penetapan Besar Sampel……………………………………………….12
3.7 Jenis Data………………………………………………………………12
3.8 Cara Pengumpulan dan Pengukuran Data……………………………..13
3.9 Instrumen Pengumpulan Data…………………………………………13
3.10 Analisis Data………………………………………………………….14
3.11 Alur Penelitian………………………………………………………..15
3.12 Jadwal Penelitian……………………………………………………..18

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil……………………………………………………………………20
4.2 Pembahasan……………………………………………………………22

BAB V EFEK PLATELET-RICH PLASMA TERHADAP VIABILITAS


MESENCHYMAL PROGENITOR CELL DAN DITINJAU MENURUT
ISLAM
5.1 Mesenchymal Progenitor Cell Menurut Islam
5.2 Platelet Rich Plasma Menurut Islam
5.3 Analisa Efek Platelet Rich Plasma Terhadap Viabilitas Mesenchymal
Progenitor Cell dan Ditinjau Menurut Islam…………………………..30

BAB VI
6.1 Kesimpulan…………………………………………………………….33
6.2 Saran…………………………………………………………………...33

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….35

ii
DAFTAR SKEMA
Skema 2.2. Kerangka Teori…………………………………………………………9
Skema 2.3. Kerangka Konsep………………………………………………………9
Skema 3.11. Alur Penelitian……………………………………………………….15

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.5. Definisi Operasional……………………………………………………11


Tabel 3.12. Jadwal Penelitian………………………………………………………18

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1.1. Presentase viabilitas MPC…………………………………………19


Gambar 4.1.2 Bentukan Kristal Formazan pada MPC…………………………….20

v
DAFTAR SINGKATAN

PRP : Platelet-rich Plasma


PPP : Platelet-poor Plasma
MPC : Mesenhymal Progenitor Cell
TGF : Transforming Growth Factor-β
PDGF : Platelet-derived Growth Factor
VEGF : Vascular Endothelial Growth Factor
EGF : Epidermal Growth Facto
DMEM: Dulbecco’s Modified Eagle Medium
FBS : Fetal Bovine Serum
PBS : Phospate Buffer Serum
ACD-A : Anticoagulan citrate dextrose dormula
DMSO: Dimethyl sulfoxide
MTT: 3-(4,5-Dimethylthiazol-2-Yl)-2,5-Diphenyltetrazolium Bromide

vi
EFEK PLATELET-RICH PLASMA TERHADAP
VIABILITAS MESENCHYMAL PROGENITOR CELL DAN
DITINJAU DARI ISLAM

Amanda Putri1, Restu Syamsul Hadi2, Zuhroni3

ABSTRAK

ABSTRAK

Latar Belakang: Proses penyembuhan luka terdiri atas empat fase terintegrasi dan
saling tumpang tindih: hemostatis, inflamasi, proliferasi dan remodeling jaringan.
Respons penyembuhan yang normal dimulai ketika ada jaringan yang terluka. Ketika
komponen darah jatuh kedalam jaringan yang terluka, platelet akan berkontak dengan
kolagen yang tak terlindungi dan elemen matriks ekstraseluler lainnya. Kontak ini
memicu platelet untuk mengeluarkan faktor pembekuan begitu juga dengan faktor
pertumbuhan dan sitokin seperti Platelet Derived Growth Factor (PDGF) dan
Transforming Growth Factors-β (TGFβ). PRP dapat menekan pengeluaran sitokin
dan membatasi inflamasi, bereaksi dengan makrofag untuk mempercepat proses
penyembuhan jaringan dan regenerasi, membantu pembentukan kapiler baru, dan
mempercepat pembentukan epitel baru pada luka yang kronik. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk melihat efek Platelet-Rich Plasma terhadap viabilitas sel MPC.
Metode: Penelitian ini dilakukan secara in vitro menggunakan 3 variasi dosis PRP
yaitu; 2,5%, 5%, 10% dan 3 dosis PPP yaitu; 2,5%, 5%, 10% kemudian viabilitas sel
dihitung menggunakan kemudian viabilitas sel dihitung menggunakan MTT assay
atau microplate reader .
Hasil: Ketika pemberian PRP dan PRP dibandingkan, terdapat perbedaan yang tidak
begitu signifikan. Masing-masing sel masih dapat menjaga viabilitasnya serta
kemampuan untuk menyerap zat warna. Bentukan Kristal Formazan pun terdapat
pada masing masing sel yang diberikan dosis PRP dan PPP yang berbeda.
Kesimpulan: Setiap peningkatan atau penurunan dari angka viabilitas sel dapat
dideteksi dengan mengukur konsentrasi Kristal Formazan. MTT dapat dianggap
sebagai penghambat aktivitas dari mitokondria pada sel yang viabel. Prinsip dasar
MTT adalah untuk membentuk Kristal Formazan ungu yang jumlahnya sebanding
dengan sel yang hidup. Pada penelitian ini, terlihat masing masing sel MPC yang
diberikan konsentrasi PRP dan PPP berbeda beda dan ditambah dengan MTT
menghasilkan bentukan Kristal Formazan. Masing-masing sel masih dapat menjaga
viabilitasnya serta kemampuan untuk menyerap zat warna. Dalam Islam, hukum
penggunaan PRP diperbolehkan asal tidak menimbulkan mudharat.

Kata Kunci: Viabilitas, Platelet Rich Plasma, Mesenchymal Progenitor Cell


1Mahasiswa Fakultas Kedokteran, Universitas YARSI
2Staff Pengajar bagian Anatomi, Lembaga Penelitian Sel Punca, Universitas YARSI
3Staff Pengajar bagian Agama Islam, Universitas YARSI
PLATELET-RICH PLASMA EFFECT ON MESENCHYMAL PROGENITOR
CELL VIABILITY AND A REVIEW FROM ISLAMIC PERSPECTIVE

ABSTRACT

ABSTRACT

Amanda Putri1, Restu Syamsul Hadi2, Zuhroni3

Background: Wound-healing process consists of four integrated phases and overlap:


hemostasis, inflammatory, proliferation and tissue remodeling. A normal healing
response begins when a tissue is injured. When the blood component falls into the
injured tissue, platelets will come into contact with unprotected collagen and other
extracellular matrix elements. This contact triggers platelets to remove clotting factors
as well as growth factors and cytokines such as Platelet Derived Growth Factor
(PDGF) and Transforming Growth Factors-β (TGFβ). PRP can suppress the release of
cytokines and limit inflammation, react with macrophages to speed up tissue healing
and regeneration, assist in the formation of new capillaries, and accelerate the
formation of new epithelium in chronic wounds. The purpose of this study was to see
the effect of Platelet-Rich Plasma on the viability of MPC cells. Formazan crystal is
formed in each MPC cells which is given with a different dose of PRP and PPP.
Methods: This study was conducted in vitro using 3 variations of PRP dose i.e.;
2.5%, 5%, 10% and three doses of PPP i.e.; 2.5%, 5%, 10% then cell viability was
calculated using MTT assay or microplate reader.
Results: When PRP and PRP are compared, there is a not-so-significant difference.
Each cell can still maintain its viability as well as its ability to absorb the dye.
Conclusion: Any increase or decrease in cell viability numbers can be detected by
measuring the concentration of Formazan crystals. MTT can be considered as an
inhibitor of the activity of the mitochondria on the viable cell. The basic principle of
MTT is to form crystals of purple Formazan that are comparable to living cells. In this
study, each MPC cell was given different concentrations of PRP and PPP and MTT
resulted in the formation of Formazan crystals. Each cell can still maintain its
viability as well as its ability to absorb the dye. In Islam, the law of using PRP is
allowed as long as it does not cause harm.

Keywords: Viability, Platelet Rich Plasma, Mesenchymal Progenitor Cell

1Medical Student of YARSI University


2Department of Anatomy Faculty of Medicine, Stem Cell Research Center YARSI
University
3Department of Islamic Education, YARSI University

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


PRP merupakan trombosit terpekatkan, kaya akan tujuh protein faktor
pertumbuhan yaitu: 3 isomer Platelet Derived Growth Factor (PDGFαα,
PDGFββ, PDGFαβ), 2 isomer Transforming Growth Factors-β (TGFβ1 dan
TGFβ2), Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) serta Epithelial Growth
Factor (EGF) (Meiti Muljanti dkk, 2014). Masing-masing protein ini
memiliki faktor pertumbuhan yang dapat menginisiasikan penyembuhan luka.
PRP juga mampu menyembuhkan sel dan meningkatkan jumlahnya
(mitogenesis) serta menstimulasi pembentukan vaskuler (angiogenesis).
Proses penyembuhan luka terdiri atas empat fase terintegrasi dan saling
tumpang tindih: hemostatis, inflamasi, proliferasi dan remodeling jaringan.
Penyembuhan luka adalah suatu proses dinamis yang melibatkan empat proses
berlanjut dan fase yang telah terprogram . Pada manusia dewasa,
penyembuhan luka yang optimal melibatkan beberapa peristiwa: 1) hemostatis
yang cepat, 2) proses inflamasi yang sesuai, 3) differensiasi sel mesenkimal,
proliferasi dan migrasi ke jaringan luka, 4) angiogenesis, 5) pembentukan
epitel baru, dan 6) penyembuhan jaringan. (Gosain and DiPietro, 2004;
Mathieu et al., 2006).
Respons penyembuhan yang normal dimulai ketika ada jaringan yang
terluka. Ketika komponen darah jatuh kedalam jaringan yang terluka, platelet
akan berkontak dengan kolagen yang tak terlindungi dan elemen matriks
ekstraseluler lainnya. Kontak ini memicu platelet untuk mengeluarkan faktor
pembekuan begitu juga dengan faktor pertumbuhan dan sitokin seperti Platelet
Derived Growth Factor (PDGF) dan Transforming Growth Factors-β (TGFβ).
Fase pertama dari hemostasis dimulai setelah luka dengan penyempitan
pembuluh darah dan terbentuknya bekuan fibrin.
Berdasarkan dengan hemostatis, neutrofil akan memasuki jaringan
luka dan memulai fagositosis untuk menghilangkan benda benda asing,

1
bakteri dan jaringan yang rusak. Sebagai bagian dari fase inflamasi,
makrofag akan muncul dan melanjutkan proses fagositosis begitu juga
dengan mengeluarkan PDGF dan TGFβ dalam jumlah yang banyak.
Makrofag memiliki banyak peran dalam penyembuhan luka. Pada awal
luka, makrofag mengeluarkan sitokin yang dapat meningkatkan respons
inflamasi dengan mengaktivasi leukosit tambahan. Makrofag juga
berperan untuk menginduksi dan membersihkan sel-sel apoptosis
(termasuk neutrofil), dengan demikian akan membantu untuk penyelesaian
proses peradangan. Setelah makrofag membersihkan sel-sel apoptosis,
makrofag akan melakukan transisi fenotipik menjadi keadaan reparatif
yang menstimulasi keratinosit, fibroblast, dan angiogenesis untuk
regenerasi jaringan (Meszaros et al., 2000; Mosser and Edwards, 2008).
Ketika area luka telah dibersihkan, fibroblast akan bermigrasi untuk
memulai fase proliferatif dan mengendapkan matriks ekstraseluler yang
baru. Matriks kolagen yang baru akan menjadi tautan silang dan
terorganisir pada akhir fase remodeling.
PRP dapat menekan pengeluaran sitokin dan membatasi inflamasi,
bereaksi dengan makrofag untuk mempercepat proses penyembuhan
jaringan dan regenerasi, membantu pembentukan kapiler baru, dan
mempercepat pembentukan epitel baru pada luka yang kronik. PRP
memiliki peran sebagai pelindung luka dengan menghasilkan sinyal
protein yang dapat menarik makrofag. PRP juga mengandung sedikit
jumlah leukosit yang dapat mensisntesis interleukin yang berperan sebagai
respon imun non-spesifik (Lacci et al, 2010).
Ilmu pengetahuan dan teknologi terutama pada zaman modern ini,
mengalami banyak perubahan dan sangat cepat, sedang agama bergerak
dengan lamban sekali,karena itu terjadi ketidak harmonisan antara agama
dan ilmu pengetahuan serta teknologi (Hasyim B, 2013).
Pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ada penemuan
baru di bidang kedokteran yaitu stemcell sedangkan definisi stemcell itu
sendiri adalah sel induk yang dapat berdeferensial atau dapat merubah diri

2
menjadi berbagai sel sesuai dengan lingkungan, bisa berubah-ubah
menjadi sel otot, sel endokrin, ephitel, dan lain-lain kemudian berkembang
lagi menjadi stemcell.
Stemcell dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti plasenta, tali pusat
janin, darah, dan sumsum tulang belakang. Sedangkan menurut sumber lain
stemcell yaitu suatu sel yang belum matang atau belum berdeferensiasi (berubah)
menjadi sel atau jaringan tertentu. Dalam bahasa indonesia, stemcell disebut
sebagai sel punca atau sel induk. Sedangkan dalam bahasa kedokteran, stemcell
dapat berupa sel unipoten (hanya dapat berubah menjadi satu jenis sel),
multipoten (dapat berubah menjadi beberapa jenis sel), atau totipoten (dapat
berubah menjadi jaringan apapun). Dengan kemampuan ini, stemcell dapat
menyembuhkan sel-sel tubuh yang rusak atau hilang karena penyakit yang berat
dengan cara beregenerasi menjadi organ atau jaringan yang rusak tersebut.
Platelet Rich Plasma dapat diperoleh melalui darah tepi manusia. Hukum
asal dalam pengobatan, hendaknya dengan menggunakan sesuatu yang
diperbolehkan menurut syari’at. Namun, jika tidak ada cara lain untuk
menambahkan daya tahan dan mengobati orang sakit kecuali dengan darah orang
lain, dan ini menjadi satu-satunya usaha menyelamatkan orang sakit atau lemah,
sementara para ahli memiliki dugaan kuat bahwa ini akan memberikan manfaat
bagi pasien, maka dalam kondisi seperti ini diperbolehkan untuk mengobati
dengan darah orang lain (Fida Husain, et al. 2011).

1.2 Perumusan Masalah


Dalam penyembuhan luka PRP memiliki peran sebagai pelindung luka dengan
menghasilkan sinyal protein yang dapat menarik makrofag serta dapat menekan
pengeluaran sitokin dan membatasi inflamasi, bereaksi dengan makrofag untuk
mempercepat proses penyembuhan jaringan dan regenerasi. . Apabila
kita memperhatikan ayat al-Qur’an mengenai perintah menuntut ilmu kita akan
temukan bahwa perintah itu bersifat umum, tidak terkecuali pada ilmu-ilmu yang
disebut ilmu agama, yang ditekankan dalam al-Qur’an adalah apakah ilmu itu
bermanfaat atau tidak. Adapun kriteria ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang

3
ditujukan untuk mendekatkan diri kepada sang khalik sebagai bentuk pengabdian
kepada-Nya Namun, penelitian ini ditujukan untuk melihat apakah sel MPC
memiliki efek pada PRP. Maka dari itu dilakukan penelitian efek PRP terhadap
viabilitas sel MPC.

1.3 Pertanyaan Penelitian


1.3.1 Apakah ada efek dari PRP terhadap viabiltas sel pada luka?
1.3.2 Bagaimana pandangan Islam pada Platelet Rich Plasma terhadap viabilitas
Mesenchymal Progenitor Cell?

1.4 Tujuan Penelitian


1. Tujuan Umum
Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui adanya efek PRP pada viabilitas
sel
2. Tujuan Khusus
Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui efek PRP terhadap viabilitas sel
MPC
Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui efek PRP terhadap viabilitas sel
MPC ditinjau menurut Islam

1.5 Manfaat Penelitian


1. Teoritik : Proposal penelitian ini diharapkan dapat menambah tambahan
ilmu pengetahuan tentang penggunaan serta manfaat dari PRP.
2. Metodologik: Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah
satu referensi dalam pedoman dari penggunaan PRP.
3. Aplikatif: Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah
satu referensi penerapan dari penggunaan PRP dalam bidang kesehatan.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka


2.1.1 Platelet Rich Plasma
Platelet atau trombosit dibentuk pada saat proses hematopoiesis dan
tergolong atas pecahan sitoplasma sel besar dan multinuklear dari
sumsum tulang merah (megakariosit).

Platelet merupakan badan kecil tanpa inti terdapat dalam pembuluh


darah perifer yang diketahui memiliki peran primer dalam hemostasis.
Platelet mengandung sejumlah protein, sitokin dan beberapa faktor
bioaktif lainnya yang dapat meregulasi aspek dasar dalam
penyembuhan luka. Nilai normal platelet dalam darah berkisar antara
150.000/μl sampai 350.000/μl. Plasma adalah bagian dari cairan dalam
darah dan mengandung faktor pembekuan serta protein maupun ion
lainnya. PRP bisa berpotensi meningkatkan penyembuhan dengan
pelepasan berbagai macam faktor pertumbuhan dan sitokin dari α-
granules yang terkandung didalam platelet. Sitokin utama yang
teridentifikasi dalam platelet termasuk transforming growth factor
(TGF), platelet-derived growth factor (PDGF), insulin-like growth
factor (IGF-I, IGF-II), fibroblast growth factor (FGF), epidermal
growth factor, vascular endothelial growth factor (VEGF), dan
endothelial cell growth factor. Sitokin ini memiliki peranan penting
dalam proliferasi sel, kemotaksis, differensiasi sel serta angiogenesis
(Foster et al. 2009).

Menurut definisi dari PRP, dapat diasumsikan bahwa faktor


pertumbuhan ini muncul ketika konsentrasi dalam PRP meningkat.
Sebagai tambahan dari faktor pertumbuhan (GFs), platelet
mengeluarkan sejumlah zat lainnya (e.g. fibronectin, vitronectin,

5
sphingosine 1-phospahte, dll) yang berguna dalam penyembuhan luka.
Manfaat PRP atas penggunaan dari pelepasan rekombinan tunggal
faktor pertumbuhan manusia adalah mengeluarkan faktor pertumbuhan
yang berlipat serta faktor differensiasi atas aktivasi platelet (Hom-Lay
Wang et al. 2007).

2.1.2 Mesenchymal Progenitor Cell (MPC)

Sel mesenkim pertama kali diisolasi pada tahun 1966 dari sumsum tulang
belakang, sel mesenkim adalah sel nonhematopetic yang dikenal memiliki suatu
potensi untuk berdiferensiasi menjadi osteoblas dan osteosit. Mereka memiliki
kemampuan untuk mengambil sel induk hematopoetic ketika dibentuk di tulang
secara in vivo. Sel ini memiliki karakter seperti benang dan mampu menempel
pada permukaan polymeric, sebagai contoh, plastik. Walaupun mereka dikenal
dengan potensi differensiasi osteogenic. MSC memiliki kemampuan untuk
membentuk osteogenik, chondrogenik dan adipogenic. MSC dapat menjadi perisit
yang membungkus disekitar pembuluh darah untuk menjaga struktur serta
stabilitasnya. MSC juga memiliki potensi untuk mengintegrasi didinding luar
pembuluh darah kecil dan arteri dimasing masing organ seperti lien, hati, ginjal,
paru paru, pankreas, dan otak.
(Abarrategi, et al. 2013).

2.1.3 Penyembuhan Luka

Luka terjadi karena rusaknya struktur dan fungsi anatomi normal akibat
proses patologis yang berasal dari internal maupun eksternal dan
mengenai organ tertentu. Efek yang akan muncul ketika timbul luka
antara lain adalah hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ,
perdarahan dan pembekuan darah, kontaminasi bakteri serta kematian

6
sel. Luka yang tidak sembuh dalam waktu yang lama dikhawatirkan
mengalami komplikasi (Setyarini EA et.al., 2013). Penyembuhan luka
adalah proses penggantian dan perbaikan fungsi jaringan yang rusak.
Sifat penyembuhan pada semua luka adalah sama dengan variasi
bergantung pada lokasi, keparahan dan luas cidera (Hardjito K et.al.,
2012). Ada 3 fase penyembuhan luka yaitu fase inflamasi, fase proliferasi
dan fase maturasi:
a. Fase inflamasi (reaksi)
Fase inflamasi merupakan reaksi tubuh terhadap luka yang dimulai
setelah beberapa menit dan berlangsung sekitar 3 hari setelah cedera.
b. Proliferasi/regenerasi
Fase proliferasi ditandai dengan munculnya pembuluh darah baru
sebagai hasil rekonstruksi, fase proliferasi terjadi dalam waktu 3-24
hari.
c. Maturasi/remodeling
Fase maturasi merupakan tahap akhir proses penyembuhan luka. Dapat
memerlukan waktu lebih dari 1 tahun, bergantung pada kedalaman dan
keluasan luka.

Hambatan utama penyembuhan luka adalah adanya infeksi,


peradangan, dan tidak seimbangnya kelembaban. Sehingga pada setiap
fase penyembuhan luka memiliki karakteristik tersendiri dari segi
warna dan tekstur luka. Area luka dapat mempunyai warna dan tekstur
beragam yang berupa pengelupasan, jaringan granulasi merah dan
jaringan nekrotik hitam (Prodan A et.al., 2006).

Penyembuhan luka merupakan suatu hubungan yang kompleks antara


aksi seluler dan biokimia yang akan mengawali proses pemulihan
integritas struktural dan fungsional dengan menumbuhkan kembali
kekuatan pada jaringan yang terluka tersebut meliputi interaksi sel-sel
berkelanjutan dan sel-sel matriks yang menyebabkan terjadinya proses

7
inflamasi, kontraksi luka, reepitelisasi, remodeling jaringan, dan
pembentukan jaringan granulasi dengan angiogenesis. Penyembuhan
luka merupakan suatu hubungan yang kompleks antara aksi seluler dan
biokimia yang akan mengawali proses pemulihan integritas struktural
dan fungsional dengan menumbuhkan kembali kekuatan pada jaringan
yang terluka tersebut meliputi interaksi sel-sel berkelanjutan dan sel-
sel matriks yang menyebabkan terjadinya proses infl amasi, kontraksi
luka, reepitelisasi, remodeling jaringan, dan pembentukan jaringan
granulasi dengan angiogenesis. Normalnya perkembangan fase-fase
penyembuhan luka dapat diprediksi, sesuai dengan waktu yang
diharapkan (Thakur et al., 2011).

Reepitelisasi merupakan tahapan perbaikan luka yang meliputi


mobilisasi, migrasi, mitosis, dan diferensiasi sel epitel. Penyembuhan
luka sangat dipengaruhi oleh re-epitelisasi, karena semakin cepat
proses reepitelisasi maka semakin cepat pula luka tertutup sehingga
semakin cepat penyembuhan luka.

Kecepatan dari penyembuhan luka dapat dipengaruhi dari zat-zat yang


terdapat dalam obat yang diberikan, jika obat tersebut mempunyai
kemampuan untuk meningkatkan penyembuhan dengan cara
merangsang lebih cepat pertumbuhan sel-sel baru pada kulit (Prasetyo
et al., 2010).

2.1.4 Sel Punca Mesenkim


Sel punca mesenkim adalah sebuah prototipe sel punca dewasa dengan
kapasitas untuk memperbaharui dirinya dan berdifferensiasi dengan
distribusi jaringan luas. Mulanya dibuat di sumsum tulang, sel punca
mesenkim memiliki kapasitas untuk berdifferensiasi menjadi
mesoderm dan non mesoderm berasal dari jaringan. Peranan endogen
untuk sel punca mesenkim adalah menjaga relung sel punca (secara

8
klasik di hematopoiesis), dan lainnya, sel punca mesenkim turut
berperan dalam homeostasis organ, penyembuhan luka dan penuaan
yang baik (Williams et al., 2011).

2.2 Kerangka Teori

Isolasi sel MPC

Sel MPC

Pemberian PRP

Migrasi Proliferasi Viabilitas

PENYEMBUHAN LUKA

2.3 Kerangka Konsep

9
Sel MPC

Isolasi

Culture

Diberi PRP

MIGRASI
VIABILITAS PROLIFERASI

Skema 2.2 Kerangka Konsep

Keterangan:

Variabel yang diteliti


Variabel yang tidak diteliti

2.4 Perumusan Hipotesis

Hipotesis nol (H0) : PRP tidak mempengaruhi terhadap viabilitas sel


MPC

Hipotesis alternatif (H1) : PRP mempengaruhi terhadap viabilitas sel MPC

10
2.5 Definisi Operasional

No Istilah Definisi
1. MPC Sel nonhematopetic yang dikenal memiliki suatu potensi untuk
berdiferensiasi menjadi osteonlas dan osteosit
2. Viabilitas Kemungkinan atau kemampuan untuk bisa hidup dari suatu
individu.
3. Sel punca Sel induk mesenkim atau sel mesenkim adalah sel stroma yang
bersifat multipotent dan dapat memperbarui dirinya sendiri.
mesenkim

4. PRP Platelet Rich Plasma atau Plasma kaya trombosit (PKT) adalah
fraksi plasma darah dengan konsentrasi trombosit 3-5 kali di atas
nilai normal (konsentrasi trombosit pada whole blood)

Tabel 2.1 Definisi Operasional

11
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penilitian ini merupakan penelitian yang dilakukan didalam laboratorium


Universitas Yarsi menggunakan teknik in vitro. Variabel bebas penelitian
merupakan PRP. Variabel terkait adalah viabilitas sel.

3.2 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan 3 variasi dosis PRP yaitu; 2,5%, 5%, 10% dan 3
dosis PPP yaitu; 2,5%, 5%, 10% kemudian viabilitas sel dihitung
menggunakan MTT assay .

3.3 Populasi

Mesenchymal Progenitor Cell

3.4 Sampel

Sel MPC yang berasal dari biorespiratory Universitas YARSI

3.5 Cara Penetapan Sampel

Sel MPC ditanam dengan kepadatan 10.000/cm2

3.6 Penetapan Besar Sampel

Sebanyak 20.000 sel/sumuran dengan pada multiple 96 well.

3.7 Jenis Data

Kualitatif : Morfologi sel.

Kuantitatif : Jumlah dan persentase sel yang dapat bertahan hidup.

12
3.8 Cara Pengumpulan dan Pengukuran Data
a. Persiapan Platelet-Rich Plasma dengan mensentrifugasi darah vena
sebanyak 10 ml selama 7 menit dengan kecepatan 1500 rpm (putaran
lambat).
b. Platelet-Rich Plasma di sentrifugasi selama 10 menit dengan kecepatan
4800rpm.
c. Kemudian PRP dipanaskan dengan suhu 45C dalam waktu 30 menit
d. Setelah itu sel MPC diberikan dan diinkubasi selama 24jam
e. Selanjutnya sel MPC dicuci menggunakan PBS dan diberikan perlakuan
bervariasi dan ditambahkan dengan MTT dan ditambahkan DMSO untuk
melartukan Kristal formazan.
f. Setelah diberikan MTT, sel MPC diperiksa dengan dan dihitung
viabilitasnya menggunakan microplate reader.

Kelompok perlakuan :
1) Kontrol dengan serum
2) Kontrol tanpa serum
3) Perlakuan dosis PRP 2,5%
4) Perlakuan dosis PRP 5%
5) Perlakuan dosis PRP 10%
6) Perlakuan dosis PPP 2,5%
7) Perlakuan dosis PPP 5%
8) Perlakuan dosis PPP 10%

13
3.9 Instrumen Pengumpulan Data

Menggunakan mikroskop dan hemasitometer.

3.10 Analisis Data

Data yang diperoleh untuk viabilitas berupa jumlah sel yang dilihat dari
mikroskop pada teknik eksklusi pewarnaan trypan blue, untuk masing-masing
sampel dapat dianalisa lebih lanjut secara kunatitatif dengan menggunakan
Microsoft Excel.

14
3.11 Alur Penelitian

Darah MPC

Thawing
Sentrifugasi

Tanam pada
well plate
Pemisahan
komponen Platelet
Diberikan
DMSO
PRP
Tanam pada 96
well plate
dipanaskan

Inkubasi selama 24 jam

Isi pada medium dibuang,


dicuci dengan PBS,
tambahkan MTT

Hitung jumlah sel yang


hidup dan yang mati Analisis data dengan
dengan menggunakan microplate reader
mikroskop

Skema 3.1 Alur Penelitian

15
Cara Kerja
Bahan :
1. Peripheral Blood Mononuclear Cell (PBMC)
2. DMEM (Dulbecco’s Modified Eagle Medium)
3. FBS (Fetal Bovine Serum)
4. PBS (Phospate Buffered Saline)
5. Penicillin dan Streptomicin
6. Darah tepi autolog sebanyak 10 ml
7. Pewarnaan trypan blue

Peralatan :
1. Microtube
2. Inverted Microscope
3. Multi plate 96 well
4. Pipet 100 l
5. Sentrifugasi
6. Inkubator (37oC)

Software:
1. Microsoft excel atau SPSS

Pengambilan PRP:

1. Sebanyak 10 ml darah vena autolog diambil dan dicampurkan dengan


antikoagulan sitrat dekstrosa dormula A (ACD-A)
2. Persiapan Platelet-Rich Plasma dengan mensentrifugasi darah vena
sebanyak 10 ml selama 7 menit dengan kecepatan 1500 rpm (putaran
lambat)

16
3. Platelet-rich Plasma di sentrifugasi kembali lebih waktu yang lebih lama
dan kecepatan yang lebih cepat (putaran cepat) dibanding sentrifugasi
pertama, yaitu selama 10 menit dengan kecepatan 4800 rpm
4. Platelet-rich plasma dipanaskan dalam waktu 30 menit dengan suhu 45C

Prosedur:

1. Beri perlakuan Platelet-Rich Plasma pada masing-masing well dengan


dosis PRP 2,5%, 5%, 10%, dan dosis PPP, 2,5%, 5% dan 10%.
2. Setelah diberikan perlakuan ditambahkan dengan MTT.
3. Diinkubasi selama 24 jam.
4. Hasil viabilitas sel dinilai dari bentukan kristal formazan dilihat
mengunakan mikroskop.
5. Hitung viabilitas sel dengan menggunakan microplate reader.
6. Analisa data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel dan SPSS.

17
3.12 Jadwal Penelitian

No Kegiatan Waktu
1. Bimbingan proposal dengan dosen Oktober 2016 – Maret 2017
pembimbing
2. Pendaftaran Ujian Proposal Skripsi Maret 2017 – April 2017
3. Ujian Proposal Skripsi Maret 2017 – April 2017
4. Revisi Proposal Skripsi April 2017 – Maret 2017
5. Pelaksanaan Penelitian Mei 2017 – Agustus 2017
6. Penyusunan Laporan Hasil Penelitian July 2017 – September 2017
7. Pendaftaran Ujian Skripsi September 2017 – Oktober 2017
8. Ujian Skripsi Oktober 2017 – November 2018
9. Revisi Skripsi November 2017 – Desember 2017

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

18
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Hasil viabilitas MPC
Hasil lengkap viabilitas MPC terhadap konsentrasi masing masing PRP
dan PPP. Pada gambar 4.1 terdapat perbedaan terhadap sel MPC dengan
bermacam-macam konsentrasi PRP dan PPP. Terlihat juga perbandingan yang
tidak terlalu signifikan pada MPC yang diberikan konsentrasi PRP 10% dengan
PPP 10%.
0.25

0.2

0.15

Series1
0.1

0.05

0
s Ns prp 2.5 prp5 prp 10 ppp2.5 ppp5 ppp10

Gambar 4.1.1 presentase viabilitas MPC pada PRP dan PPP

19
Hasil pembentukan Kristal Formazan pada sel MPC

Pada penelitian ini tampak pembentukan Kristal Formazan pada sel MPC
dengan konsentrasi masing masing PRP dan PPP yang diberikan MTT dan
DMSO.

(A) (B)

(C) (D)

(E) (F)

20
(H)
(G)

Gambar 4.1.2 Kristal Formazan pada masing masing sel MPC dengan konsentrasi
(A) PRP serum (B) PRP tanpa serum (C) PRP 2,5% (D) PRP 5% (E) PRP 10%
(F) PPP 2,5% (G) PRP 5% (H) PRP 10%

21
4.2 PEMBAHASAN

Pengembangan teknologi yang memungkinkan penyimpanan MPC


diperlukan dengan harapan mempertahankan viabilitas, kapasitas diferensiasi, dan
fungsi sel untuk aplikasi klinis dan penelitian.
Viabilitas sel adalah kemungkinan sel untuk dapat hidup setelah terpapar
suatu bahan. Pada penelitian ini viabilitas sel diukur dengan hemasitometer
menggunakan pewarnaan trypan blue, yaitu pewarna kolorimetri dengan prinsip
dasar bahwa sel-sel hidup memiliki membran plasma utuh, sehingga berbagai
bahan kimia termasuk trypan blue tidak dapat masuk menembus. Sedangkan sel-
sel mati memiliki membran plasma yang ruptur, sehingga trypan blue dapat
menembus (Crowley et al, 2016).
Mesenchymal Stem Cell adalah sel stromal nonhematopoetik, yang
diketahui memiliki potensi untuk berdifferensiasi menjadi osteoblast dan osteosit.
Sel ini juga memiliki kemampuan untuk mengerahkan sel induk hematopoetik
ketika membentuk tulang secara in vivo (Rohban, 2017).
Pada hasil penelitian ini terlihat masing masing sel MPC yang diberikan
konsentrasi PRP dan PPP yang berbeda-beda menghasilkan Kristal Formazan
yang berbeda. Sebelum penyimpanan, DMSO ditambahkan pada sel sebagai
cryoprotectant.
Cryoprotectant berguna untuk penetrasi sel yang dimana mereka akan
berikatan dengan molekul air dalam larutan. Ini dapat berubah menghambat efflux
air dari sitoplasma saat dibekukan, mencegah dehidrasi sel atau pengecilan sel
serta menjaga kosnetrasi garam untuk tetap stabil dalam intraseluler serta
tingkatan pH.
Dengan memperlambat pembekuan DMSO juga mencegah pembentukan
es kristal yang berbahaya bagi sel (Windrum, 2005). Uji dilakukan dengan
menggunakan pelarut DMSO. Namun, konsentrasi DMSO yang tinggi
kemungkinan dapat menjadi penyebab kematian sel (P Anggriati, 2008).
Prinsip dasar penggunaan MTT assay adalah mengukur aktivitas selular
berdasarkan aktivitas enzim succinic dehydrogenase mitokondria sel untuk
mereduksi garam methylthiazol tetrazolium (MTT) (Eva Z, 2012).
Tujuan umum dari MTT adalah untuk mengukur viabilitas sel pada
throughput yang relative tingi (well plate 96) tanpa menguraikan perhitungan sel.
Aktivitas mitokondrial dari sel direfleksikan pada kemampuan dari garam
tetrazolium MTT menjadi Kristal Formazan (Meerloo, 2011).
Pada proses metabolisme, sel-sel hidup akan menghasilkan succinic
dehydrogenase mitokondria. Enzim ini akan bereaksi dengan MTT dan
membentuk Kristal Formazan ungu yang jumlahnya sebanding dengan sel yang
hidup. Kristal formazan ungu bersifat impermeable dan tidak larut air. Oleh
karena itu diperlukan DMSO untuk melarutkan Kristal Formazan.
Viabilitas sel dengan metabolisme yang aktif dapat mengubah MTT
menjadi Kristal formazan ungu yang memiliki daya serap maksimum yaitu
hampir 570nm. Ketika sel mati, maka sel tersebut kehilangan kemampuannya
untuk mengubah MTT menjadi Kristal Formazan yang dimana warna tersebut
berperan penting sebagai marker untuk sel yang hidup (Terry L, 2016).

22
Pada penelitian ini, terlihat masing masing sel MPC yang diberikan
konsentrasi PRP dan PPP berbeda beda dan ditambah dengan MTT menghasilkan
bentukan Kristal Formazan. Ketika pemberian PRP dan PRP dibandingkan,
terdapat perbedaan yang tidak begitu signifikan. Masing-masing sel masih dapat
menjaga viabilitasnya serta kemampuan untuk menyerap zat warna.
Sebagai hasilnya, setiap peningkatan atau penurunan dari angka viabilitas
sel dapat dideteksi dengan mengukur konsentrasi Kristal Formazan yang
direfleksikan melalui optical density (OD) menggunakn plate reader pada 540 dan
720 nm (Meerloo, 2011). MTT dapat dianggap sebagai penghambat aktivitas dari
mitokondria pada sel yang viabel (Stockert, 2012).

23
BAB V
EFEK PLATELET RICH PLASMA TERHADAP VIABILITAS
MESENCHYMAL PROGENITOR CELL DAN DITINJAU
MENURUT ISLAM

5.1 Mesenchymal Progenitor Cell Menurut Islam


Sel mesenkim pertama kali diisolasi pada tahun 1966 dari sumsum tulang
belakang, sel mesenkim adalah sel nonhematopetic yang dikenal memiliki suatu
potensi untuk berdiferensiasi menjadi osteonlas dan osteosit. Mereka memiliki
kemampuan untuk mengambil sel induk hematopoetic ketika dibentuk di tulang
secara in vivo. Sel ini memiliki karakter seperti benang dan mampu menempel
pada permukaan polymeric, sebagai contoh, plastik. Walaupun mereka dikenal
dengan potensi differensiasi osteogenik, MSC memiliki kemampuan untuk
membentuk osteogenik, chondrogenik dan adipogenic. (Abarrategi, et al. 2013).
Ilmu pengetahuan dan teknologi terutama pada zaman modern ini,
mengalami banyak perubahan dan sangat cepat, sedang agama bergerak dengan
lamban sekali, karena itu terjadi ketidak harmonisan antara agama dan ilmu
pengetahuan serta teknologi.
Salah satu ciri yang membedakan Islam dengan yang lainnya adalah
penekanannya terhadap ilmu (sains). Al-Qur’an dan Al-Sunnah mengajak kaum
muslimin untuk mencari dan mendapatkan ilmu dan kearifan, serta menempatkan
orang-orang yang berpengatahuan pada derajat yang tinggi. Apabila kita
memperhatikan ayat al-Qur’an mengenai perintah menuntut ilmu kita akan
temukan bahwa perintah itu bersifat umum, tidak terkecuali pada ilmu-ilmu yang
disebut ilmu agama, yang ditekankan dalam al-Qur’an adalah apakah ilmu itu
bermanfaat atau tidak.
Al-Qur’an dan al-Hadits merupakan wahyu Allah yang berfungsi sebagai
petunjuk (hudan) bagi umat manusia, termasuk dalam hal ini adalah petunjuk
tentang ilmu dan aktivitas ilmiah. Al-Qur’an memberikan perhatian yang sangat
istimewa terhadap aktivitas ilmiah (Kosim, 2008).

24
Disimpulkan bahwa ilmu dalam Islam tidak hanya meliputi ilmu-ilmu
akidah dan syariah saja. Selain kedua ilmu tersebut, kita masih berkewajiban
untuk menuntut ilmu lainnya (al-Faruqi, 2015).

Orang yang mempunyai ilmu mendapat kehormatan di sisi Allah dan


Rasul-Nya, seperti yang terdapat pada Al-Qur’an:

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan and hati, semuanya itu
akan diminta pertanggung jawabnya” (Q.S. al-Isra (17):36).

Semakin berkembangnya zaman, berkembang pula ilmu pengetahuan


salah satunya tentang Stem Cell. Hal ini sesuai dengan anjuran dalam Al-Qur’an
untuk mencari ilmu serta ajakan untuk menggali,mendorong dan memikirkan
tentang berbagai hal, seperti yang terdapat pada ayat Al-Qur’an:

“Dan di bumi terdapat tanda bagi kaum yang berfikir. Dan dalam diri kalian,
mengapa engkau tidak memperhatikannya” (Q.S. al-Dzariyat (51):20-21).

Ayat diatas menegaskan kita sebagai umat Muslim untuk berfikir dan
terdapat kebesaran Allah bagi kaum yang berfikir.
Hal tersebut tidak lepas dari pengaruh dasar ajaran Islam itu sendiri, yaitu
AlQur'an. Penggunaan akal (al-'aql), dalam Al-Qur'an memiliki keutamaan
tersendiri, seperti halnya yang dinyatakan dalam Al-Qur’an:

25
“ Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan
gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka
khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusi”(Q.S. al-
Ahzab (33): 72)

Hal tersebut menjelaskan begitu pentingnya penggunaan akal dalam ajaran


Islam. Makhluk yang mampu menggunakan akalnya dianggap memiliki tingkatan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan makhluk yang tidak mau menggunakan
akalnya. Akal dianggap sebagai anugerah termulia dari Tuhan untuk manusia
(Kuswanjono, 2016). Pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ada
penemuan baru di bidang kedokteran yaitu stemcell sedangkan definisi stemcell
itu sendiri adalah sel induk yang dapat berdeferensial atau dapat merubah diri
menjadi berbagai sel sesuai dengan lingkungan, bisa berubah-ubah menjadi sel
otot, sel endokrin, ephitel, dan lain-lain kemudian berkembang lagi menjadi
stemcell. Penelitian menggunakan stemcell merupakan metode terbaru dalam
bidang kedokteran dan biologi yang pada dasarnya dilakukan untuk menemukan
solusi terbaik dalam mengobati berbagai penyakit yang sulit dicari obatnya seperti
leukimia, Alzheimer, diabetes, dan Parkinson. Namun karena penggunaan
stemcell menggunakan bagian dari manusia sebagai bahan dasarnya maka metode
tersebut menimbulkan pro kontra terutama dalam segi moral dan etika. Islam
sebagai agama yang berdasarkan pada moral dan etika yang tinggi tentu saja tidak
dapat melepaskan diri dari perbedaan pandangan tersebut (Netra Y, 2016).
Stemcell dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti plasenta, tali pusat
janin, darah, dan sumsum tulang belakang. Sedangkan menurut sumber lain
stemcell yaitu suatu sel yang belum matang atau belum berdeferensiasi (berubah)
menjadi sel atau jaringan tertentu. Dalam bahasa indonesia, stemcell disebut
sebagai sel punca atau sel induk. Sedangkan dalam bahasa kedokteran, stemcell
dapat berupa sel unipoten (hanya dapat berubah menjadi satu jenis sel),

26
multipoten (dapat berubah menjadi beberapa jenis sel), atau totipoten (dapat
berubah menjadi jaringan apapun). Dengan kemampuan ini, stemcell dapat
menyembuhkan sel-sel tubuh yang rusak atau hilang karena penyakit yang berat
dengan cara beregenerasi menjadi organ atau jaringan yang rusak tersebut.

5.2 Platelet Rich Plasma Menurut Islam


PRP merupakan trombosit terpekatkan, kaya akan tujuh protein faktor
pertumbuhan yaitu: 3 isomer Platelet Derived Growth Factor (PDGFαα, PDGFββ,
PDGFαβ), 2 isomer Transforming Growth Factors-β (TGFβ1 dan TGFβ2),
Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) serta Epithelial Growth Factor
(EGF) (Meiti Muljanti dkk, 2014). Masing-masing protein ini memiliki faktor
pertumbuhan yang dapat menginisiasikan penyembuhan luka. PRP juga mampu
menyembuhkan sel dan meningkatkan jumlahnya (mitogenesis) serta
menstimulasi pembentukan vaskuler (angiogenesis).
Proses penyembuhan luka terdiri atas empat fase terintegrasi dan saling
tumpang tindih: hemostatis, inflamasi, proliferasi dan remodeling jaringan.
Penyembuhan luka adalah suatu proses dinamis yang melibatkan empat proses
berlanjut dan fase yang telah terprogram . Pada manusia dewasa, penyembuhan
luka yang optimal melibatkan beberapa peristiwa: 1) hemostatis yang cepat, 2)
proses inflamasi yang sesuai, 3) differensiasi sel mesenkimal, proliferasi dan
migrasi ke jaringan luka, 4) angiogenesis, 5) pembentukan epitel baru, dan 6)
penyembuhan jaringan (Gosain and DiPietro, 2004; Mathieu et al., 2006).
Dari penjelasan diatas, diketahui bahwa Platelet Rich Plasma dapat
diperoleh melalui darah tepi manusia. Hukum asal dalam pengobatan, hendaknya
dengan menggunakan sesuatu yang diperbolehkan menurut syari’at Islam.
Namun, jika tidak ada cara lain untuk menambahkan daya tahan dan mengobati
orang sakit kecuali dengan darah orang lain, dan ini menjadi satu-satunya usaha
menyelamatkan orang sakit atau lemah, sementara para ahli memiliki dugaan kuat
bahwa ini akan memberikan manfaat bagi pasien, maka dalam kondisi seperti ini
diperbolehkan untuk mengobati dengan darah orang lain. (Fida Husain, 2011).

27
Pada penelitian ini menggunakan sel punca serta plasma darah. Sebagian
besar ulama menganggap darah adalah najis, selain itu darah haram hukumnya
untuk dikonsumsi (Zuhroni, 2010). Dasar dan dalil mengenai keharaman untuk
mengonsumsi darah terdapat dalam al-Qur’an sebagai berikut:

“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi


dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah, tetapi
barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak
menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa
baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S.
al-Baqarah(2):173).

Serta Allah berfirman:

“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan atasmu (memakan) bangkai, darah,


daging babi dan apa yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah; tetapi
barangsiapa yang terpaksa memakannya dengan tidak menganiaya dan tidak
pula melampaui batas, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang” (Q.S. al-Nahl (16): 115).

Meskipun darah haram dikonsumsi, tidak ada dalil dalam al-Quran dan
hadis yang tegas menyatakan bahwa darah hukumnya najis kecuali darah haid.
Para ulama yang sepakat mengenai najisnya darah menyebutkan bahwa terdapat
empat alas an diharamkannya mengonsumsu sesuatu, jika termasuk salah satu
atau lebih dari ‘illat (sebab) sebagai berikut: 1) terhormatnya sesuatu itu, 2)
membahayakan kesehatan, 3) menjijikan, dan 4) najis. Menurut mereka,
keharaman darah adalah karena unsur kenajisannya (Zuhroni, 2010). Maka

28
berdasarkan kaidah Islam “Pada dasarnya segala sesuatu dan perbuatan adalah
mubah, kecuali ada dalil menunjukkan keharamannya.”
Beberapa syarat dibolehkannya pengobatan menggunakan darah menurut
para ulama yaitu:

1. Tidak ada cara lain, dilakukan dalam keadaan darurat, tidak ada obat lain
sebagai pengganti,
2. Darah diambil dari orang yang telah merelakannya atau atas izin walinya.
3. Tujuannya adalah pengobatan.
4. Tidak membahayakan bagi pihak pemilik darah, karena darurat tidak boleh
dihilangkan dengan darurat lain.
5. Memperoleh darah bukan dengan cara jual beli, sebab darah tidak dapat
dijadikan sebagai komoditas yang sah untuk diperjual belikan mayoritas
ulama (Zuhroni, 2010).

Dapat disimpulkan bahwa penggunaan plasma darah sebagai pengobatan


menurut Islam dapat digunakan. Aspek yang perlu diperhatikan adalah boleh
dilakukan asal tidak menimbulkan mudharat dan tidak ada cara lain untuk
menambahkan daya tahan dan mengobati orang sakit kecuali dengan darah orang
lain, dan ini menjadi satu-satunya usaha menyelamatkan orang sakit atau lemah,
sementara para ahli memiliki dugaan kuat bahwa ini akan memberikan manfaat
bagi pasien, maka dalam kondisi seperti ini diperbolehkan untuk mengobati
dengan darah orang lain.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat di era
globalisasi saat ini. Salah satunya di bidang kedokteran. Pada perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi ada penemuan baru di bidang kedokteran yaitu
stemcell sedangkan definisi stemcell itu sendiri adalah sel induk yang dapat
berdeferensial atau dapat merubah diri menjadi berbagai sel sesuai dengan
lingkungan, bisa berubah-ubah menjadi sel otot, sel endokrin, ephitel, dan lain-
lain kemudian berkembang lagi menjadi stemcell. Stemcell dapat diperoleh dari
berbagai sumber seperti plasenta, tali pusat janin, darah, dan sumsum tulang

29
belakang di Indonesia stemcell masih mulai diteliti dan Indonesia menggunakan
sel punca dewasa karena sel punca dewasa tidak memenuhi hambatan dalam
bidang etika, sedangkan sel punca embrio masih banyak masih banyak perdebatan
tentang masalah etika. Tetapi walaupun demikian, stemcell tetap diperdebatkan
dalam penggunaannya di Indonesia karena sama-sama diperoleh dari organ-organ
manusia. Berdasarkan cara pengambilannya jelas bahwa stemcell sangat
bertentangan dengan moral dan etika maka sebenarnya dalam hukum islam
stemcell dilarang tetapi disini masalahnya adalah stemcell bermanfaat besar dalam
bidang kedokteran. Pengobatan yang satu-satunya menggunakan sel punca
mempunyai potensi penerapan dalam mengatasi berbagai macam jenis penyakit
(Netra Yulianti, 2016).

5.3 Analisa Efek Platelet Rich Plasma Terhadap Viabilitas Mesenchymal


Progenitor Cell dan Ditinjau Menurut Islam
Pada penelitian ini, peneliti mengamati efek dari platelet rich plasma
terhadap viabilitas sel MPC. Dari hasil penelitian terdapat bahwa kadar PRP
dengan PPP dosis berbeda dapat menjaga viabilitas dari sel MPC. Dengan
mengetahui konsentrasi platelet rich plasma akan berdampak positif terhadap
hasil viabilitas sel MPC yang pada akhirnya akan memerikan manfaat kepada
manusia khususnya para peneliti.
Namun, penggunaan PRP dalam terapi kesehatan pun butuh kadar yang
pasti agar tidak merugikan. Seperti yang dijelaskan dalam Firman Allah:

”Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran” (Q.S Al-


Qamar (54):49).

Dari pengertian diatas dijelaskan bahwa Allah SWT menciptakan segala


sesuatu dengan aturan yang pasti dan dengan ukuran tertentu. Apabila secara
istilah, kadar dapat dipahami sebagai ilmu (teori) Allah, yang meliputi ukuran dan
ketetapan (aturan). Oleh karena itu, tidak ada satupun, baik langit maupun bumi,
kecil ataupun besar, kecuali akan terjadi atau berlaku sesuai dengan kadar yang
telah ditetapkan oleh Allah SWT.

30
Dalam ajaran Islam, IPTEK juga digambarkan sebagai cara mengubah
suatu sumber daya menjadi sumber daya lain yang lebih tinggi nilai dan
manfaatnya bagi kesejahteraan manusia.
Penelitian terhadap stem cell memiliki nilai berharga untuk mengerti
tentang perkembangan manusia secara scientific dan memiliki potensi untuk
mengobati berbagai penyakit. Sebagai tambahan, stem cell dapat digunakan untuk
menghasilkan sel hepar yang bisa berubah menjadi hepar yang berfungsi.
Singkatnya, stem cell memiliki potensi untuk menyembuhkan berbagai macam
penyakit seperti Alzheimer’s, Parkinson’s, penyakit jantung serta trauma pada
tulang belakang (Muzammil Siddiqi, 2017). Sebagaimana dengan Firman Allah:

”Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di


muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.
Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia” (Q.S Ar
Ra’d (13): 11).

Ayat diatas dapat disimpulkan bahwa Allah mendorong umat manusia


untuk mengembangkan ilmu pengetahuan demi kesejahteraan.
Dari hasil penelitian, menunjukkan bahwa Platelet Rich plasma dapat
menjaga viabilitas sel MPC serta dapat digunakan sebagai pengobatan sesuai
dengan konsentrasinya dan juga dapat bermanfaat untuk kemajuan ilmu
pengetahuan. Berdasarkan cara pengambilannya jelas bahwa stem cell sangat
bertentangan dengan moral dan etika maka sebenarnya dalam hukum Islam
stemcell dilarang tetapi disini masalahnya adalah stemcell bermanfaat besar dalam
bidang kedokteran. Tetapi, menurut Islam pula penggunaan darah atau Platelet

31
Rich Plasma diperbolehkan jika tidak ada cara lain dan juga dapat dilakukan
hanya untuk pengobatan semata asal tidak menimbulkan mudharat dan berguna
bagi pasien yang sakit.

BAB VI
Kesimpulan dan Saran

32
6.1 Kesimpulan

1. Prinsip dasar MTT adalah untuk membentuk Kristal Formazan ungu yang
jumlahnya sebanding dengan sel yang hidup. Pada penelitian ini, terlihat
masing masing sel MPC yang diberikan konsentrasi PRP dan PPP berbeda
beda dan ditambah dengan MTT menghasilkan bentukan Kristal
Formazan. Ketika pemberian PRP dan PRP dibandingkan, terdapat
perbedaan yang tidak signifikan. Masing-masing sel masih dapat menjaga
viabilitasnya serta kemampuan untuk menyerap zat warna.

2. Dalam pandangan Islam, penggunaan PRP berguna untuk menjaga


viabilitas sel serta berdampak positif bagi penyembuhan luka yang dimana
dapat mempercepat penyembuhan luka. Dapat disimpulkan bahwa
penggunaan plasma darah sebagai pengobatan menurut Islam dapat
digunakan. Aspek yang perlu diperhatikan adalah boleh dilakukan asal
tidak menimbulkan mudharat.

6.2 Saran
1. Perlunya penelitian lebih banyak untuk mengetahui Mesenchymal
Progenitor Cell dengan Platelet Rich Plasma terhadap pembentukan
Kristal Formazan untuk mengetahui viabilitas sel.

2. Pentingnya telaah lebih lanjut terhadap pemberian Platelet Rich Plasma


dalam mengoptimalkan penyembuhan luka serta penggunaannya dalam
dunia medis.

DAFTAR PUSTAKA

33
Al-Qur’an dan Terjemahannya 1998, Departemen Agama Republik Indonesia.
Semarang : PT. Karya Toha Putra
Ahmad Reza Hutama Al-Faruqi. (2015). Konsep Ilmu Dalam Islam. Jurnal
Kalimah Vol.13, No.2.
Ander Abarrategi, Arantzazu Alfrenca, Francisca Mulero, Isabel Cubillo, Javier
Garcia-Castro, et al. (2013). In Vivo Ectopic Implantation Model to Assess
Human Mesenchymal Progenitor Cell Potential. Stem Cell Reviews and
Reports. Volume 9, Issue 6, pp.833-846.
Arqom Kuswanjono. (2016). Hakikat Ilmu Dalam Pemikiran Islam. Jurnal
Filsafat Universitas Gajah Mada, Vol.26. No.2.
Beatrice Arosio, Claudio D'Addario, Cristina Gussago, Martina Casati, Enzo
Tedone, Evelyn Ferri, Paola Nicolini, Paolo D. Rossi, Mauro
Maccarrone, Daniela Mari. (2014). Peripheral Blood Mononuclear Cells as
a Laboratory to Study Dementia in the Elderly. BioMed Research
International. http://dx.doi.org/10.1155/2014/169203

Crowley, L.C. (2016). Measuring Cell Death by Trypan Blue Uptake and Light
Microscopy. Cold Spring Harbor Protocols, 2016(7).

Gosain A, DiPietro LA. (2004). Aging and wound healing.


World Journal of Surgery. 2004 Mar;28(3):321-6. Epub 2004 Feb 17.
doi:10.1007/s00268- 003-7397-6

Hardjito K, Wijayanti LA, Saputri NM., (2012).


Senam kegel dan penyembuhan luka jahitan perineum pada ibu post
partum. 2- TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan 2(4): 165-170.

Hom-Lay Wang, Gustavo Avilla. (2014). In-Depth Profiling of the Peripheral


Blood Mononuclear Cells Proteome for Clinical Blood Proteomics.
International Journal of Proteomics.
http://dx.doi.org/10.1155/2014/129259

Johan van Meerloo, Gertjan J.L. and Jacqueline Cloos. (2011). Methods and
Protocols, Second Edition, Methods in Molecular Biology, vol. 731, DOI
10.1007/978-1-61779-080-5_20

Kathleen M. Lacci, Alan Dardik. (2010). Platelet-Rich Plasma: Support for Its
Use in Wound Healing. Yale Journal of Biology and Medicine 83, pp.1-9.

Mathieu D, Linke J-C, Wattel F. (2006). Non-healing wounds. In: Handbook on


hyperbaric medicine. Springer, pp. 401-427.

34
Meiti Muljanti, Yetti Herniangsih, Hans K. Nugraha, Jusak Nugraha. (2014).
Upaya Optimasi Pembuatan Plasma Kaya Trombosit sebagai Pengobatan
Sel Punca. Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical
Laboratory. Volume 20, pp. 197-200.

Meszaros AJ, Reichner JS, Albina JE. (2000), Macrophage-induced neutrophil


apoptosis. The Journal of Immunology 165:435 441.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10861082?dopt=Abstract

Muzammil Siddiqi. An Islamic Perspective On Stem Cells Research


Netra Yulianti. Kontroversi Stem Cell Sebagai Penelitian Baru Dalam Dunia
Kedokteran (2016).

Timothy E. Foster, Brian L. Puskas, Bert R. Mandelbaum, Michael B. Gerhardt,


Scott A. Rodeo. (2009). Platelet Rich Plasma From Basic Science to
Clinical Applications. Eur J Dent 4: 192-194.
http://journals.sagepub.com/doi/abs/10.1177/0363546509349921

P Anggriati. Uji Sitotoksik Ekstrak Etanol 70% Buah Kemukus (Piper cubeba L.)
Terhadap Sel HeLa. (2008).

P Windrum, T.C.M. Morris, M.B. Drake, D. Niederwieser. (2005). Variation in


dimethyl sulfoxide use in stem cell transplantation: a survey of EBMT centre.
Bone Marrow Transplantation Vol;. 36, pp.601-603.

Prasetyo, B.F.I. Wientarsih, dan B.P. Priosoeryanto. (2010). Aktivitas sediaan gel
ekstrak batang pohon pisang ambon dalam proses penyembuhan luka pada
mencit. J. Veteriner 11(2):70-73.

Prodan A, Rusu M, Campean R, Prodan R. (2006). A Java framework for


analyzing and processing wound images for medical education.
Proceedings 20th European Conference on Modelling and Simulation
(ECMS).

Riss TL., Moraver RA., Niles AL., et al. (2012). Cell Viability Assays.

Rokhsareh Rohban and Thomas Rudolf Pieber (2016). Mesenchymal Stem and
Progenitor Cells in Regeneration: Tissue Specificity and Regenerative
Potential. Stem Cells International Volume 2017.

Rupesh Thakur, Nitika Jain, Raghvendra Pathak, Sardul Singh Sandhu. (2011).
Practices in Wound Healing Studies of Plant. Hindawi Publishing
Corporation Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine.
Volume 2011, Article ID 438056, 17 pages.
http://dx.doi.org/10.1155/2011/438056

35
Setyarini EA, Barus LS, Dwitari A. (2013). Perbedaan alat ganti verband antara
dressing set dan dressing trolley terhadap resiko infeksi nosokomial dalam
perawatan luka post operasi. Jurnal Kesehatan STIKes Santo Borromeus
1(1): 11-23.
Stockert JO, Blazquez Castro A, Horobin RW. (2012). MTT assay for cell
viability: Intracellular localization of the formazan product is in lipid
droplets. 2012 Dec;114(8):785-96. doi: 10.1016/j.acthis.2012.01.006.
Epub 2012 Feb 15.

Williams A.R., Hare J.M. (2011). Mesenchymal stem cells: biology,


pathophysiology, translational findings, and therapeutic implications for
cardiac disease. Circ. Res. 2011;109(8):923–940. (PubMed
PMID:21960725; PMCID: 3604746).
http://dx.doi.org/10.1016/j.ebiom.2015.04.015

Zahara Meilawaty. (2013). Efek ekstrak daun singkong (Manihot utilissima)


terhadap ekspresi COX-2 pada monosit yang dipapar LPS E.coli. Majalah
Kedokteran Gigi. Volume 46, Number 4, December 2013: 196-201.

Zuhroni. 2010. Pandangan Islam terhadap Masalah Kedokteran dan Kesehatan.

36

Vous aimerez peut-être aussi