Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Pegawai honorer, sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara (“UU ASN”), disebut dengan Pegawai Pemerintah Dengan Perjanjian Kerja
(“PPPK”). PPPK berhak atas cuti, akan tetapi tidak ada aturan lebih lanjut menganai
lamanya cuti melahirkan bagi PPPK dalam UU ASN.
Karena pegawai PPPK adalah juga pegawai ASN, maka ketentuan mengenai lamanya cuti
melahirkan untuk PPPK dapat merujuk pada cuti melahirkan PNS pada UU ASN
danPeraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri
Sipilyaitu 3 bulan.
Seharusnya perjanjian kerja yang mengatur mengenai lamanya cuti melahirkan tidak boleh
bertentangan dengan aturan cuti melahirkan yang ada di peraturan perundang-undangan
yang mengatur tentang pegawai ASN.
Penjelasan lebih lanjut dapat Anda simak dalam ulasan di bawah ini.
Ulasan:
Ini berarti tenaga honorer merupakan orang yang bekerja di instansi pemerintah yang
gajinya dibayarkan oleh APBN atau APBD.
PPPK merupakan Pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai dengan perjanjian kerja
oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan kebutuhan Instansi Pemerintah dan
ketentuan UU ASN.[2]
Kemudian terkait dengan pertanyaan Anda apakah surat perjanjian kerja seperti yang Anda
maksud dibenarkan dan tidak bertentangan dengan Undang-Undang, seharusnya ketentuan
mengenai cuti melahirkan yang terdapat di dalam perjanjian kerja tidak bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pegawai ASN.
Akan tetapi, perlu kita ingat bahwa asas kebebasan berkontrak tersebut tetap tidak boleh
melanggar syarat-syarat sahnya perjanjian, salah satunya adalah bahwa suatu perjanjian
tidak boleh melanggar undang-undang (kausa yang halal).[6]
Hal ini serupa dengan yang dikatakan oleh Rosa Agustina Guru Besar Hukum Perdata
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, sebagaimana terdapat dalam artikel Hukum
Perjanjian, bahwa asas kebebasan berkontrak tetap memiliki batasan, salah satunya
undang-undang.
Jika perjanjian tidak memenuhi syarat sah perjanjian yaitu ‘sebab atau kausa yang halal’,
maka perjanjian tersebut batal demi hukum.
Jadi menjawab pertanyaan Anda, karena pegawai PPPK adalah juga pegawai ASN, oleh
karena itu ketentuan mengenai lamanya cuti melahirkan untuk PPPK dapat merujuk pada
cuti melahirkan PNS pada UU ASN dan PP 11/2017 yaitu 3 bulan.
Dasar hukum:
1. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;
2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2005 tentang Pengangkatan Tenaga Honorer
Menjadi Pegawai Negeri Sipil;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil.