Vous êtes sur la page 1sur 5

Pelaksanaan anggaran adalah tahap di mana sumber daya digunakan untuk

melaksanakan kebijakan anggaran. Suatu hal yang mungkin terjadi dimana anggaran yang
disusun dengan baik tenyata tidak dilaksanakan dengan tepat, tetapi tidak mungkin anggaran
yang tidak disusun dengan baik dapat diterapkan secara tepat. Persiapan anggaran yang baik
merupakan awal baik secara logis maupun kronologis. Walaupun demikian proses
pelaksanaannya tidak menjadi sederhana karena adanya mekanisme yang menjamin ketaatan
pada program pendahuluan. Bahkan dengan prakiraan yang baik sekalipun, akan ada
perubahan-perubahan tidak terduga dalam lingkungan ekonomi makro dalam tahun yang
bersangkutan yang perlu diperlihatkan dalam anggaran. Tentu saja perubahan-perubahan
tersebut harus disesuaikan dengan cara yang konsisten dengan tujuan kebijakan yang
mendasar untuk menghindari terganggunya aktivitas satker dan manajemen
program/kegiatan. Pelaksanaan anggaran yang tepat tergantung pada banyak faktor yang di
antaranya adalah kemampuan untuk mengatasi perubahan dalam lingkungan ekonomi makro
dan kemampuan satker untuk melaksanakannya. Pelaksanaan anggaran melibatkan lebih
banyak orang daripada persiapannya dan mempertimbangkan umpan balik dari pengalaman
yang sesungguhnya. Oleh karena itu, pelaksanaan anggaran harus:
(a) menjamin bahwa anggaran akan dilaksanakan sesuai dengan wewenang yang diberikan
baik dalam aspek keuangan maupun kebijakan;
(b) menyesuaikan pelaksanaan anggaran dengan perubahan signifikan dalam ekonomi makro;
(c) memutuskan adanya masalah yang muncul dalam pelaksanaannya;
(d) menangani pembelian dan penggunaan sumber daya secara efisien dan efektif.
Sistem pelaksanaan anggaran harus menjamin adanya ketaatan terhadap wewenang anggaran
dan memiliki kemampuan untuk melakukan pengawasan dan pelaporan yang dapat langsung
mengetahui adanya masalah pelaksanaan anggaran serta memberikan fleksibilitas bagi para
manajer.

A.Pelaksanaan APBN

Pelaksanaan anggaran diawali dengan disahkannya dokumen pelaksanaan anggaran oleh


Menteri Keuangan. Dokumen anggaran yang telah disahkan oleh Menteri Keuangan
disampaikan kepada menteri/pimpinan lembaga, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK),
Gubernur, Direktur Jenderal Anggaran, Direktur Jenderal Perbendaharaan, Kepala Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan terkait, Kuasa Bendahara Umum Negara
(KPPN) terkait, dan Kuasa Pengguna Anggaran. Dokumen tersebut merupakan acuan dan
dasar hukum pelaksanaan APBN yang dilakukan oleh Ke,emterian/Lembaga dan Bendahara
Umum Negara. Dokumen-dokumen penting dalam pelaksanaan anggaran adalah Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dan dokumen lain yang dipersamakan dengan DIPA.
Sedangkan dokumen pembayaran antara lain terdiri dari Surat Permintaan Pembayaran
(SPP), Surat Perintah Membayar (SPM), dan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D). Pasal 17
Undang-Undang Perbendaharaan Negara menyatakan bahwa Pengguna Anggaran/Kuasa
Pengguna Anggaran melaksanakan kegiatan yang tercantum dalam dokumen pelaksanaan
anggaran yang telah disahkan dan berwenang mengadakan ikatan/perjanjian dengan pihak
lain dalam batas anggaran yang telah ditetapkan. Lebih lanjut, pedoman dalam rangka
pelaksanaan anggaran diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang
Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, sebagaimana telah diubah
dengan Keputusan Presiden Nomor 72 Tahun 2004.

B.PELAKSANAAN APBD
a. Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Daerah
Ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan anggaran pendapatandaerah adalah bahwa:
a. Semua pengelolaan terhadap pendapatan daerah harus dilaksanakan melaluirekening kas umum
daerah;
b. Setiap pendapatan daerah harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah;
c. Setiap satuan kerja yang memungut pendapatan daerah harus mengintensifkanpemungutan
pendapatan yang menjadi wewenang dan tanggung jawabnya;
d. Setiap satuan kerja (SKPD) tidak boleh melakukan pungutan selain dari yangditetapkan dalam
peraturan perundang-undangan;
e. Pendapatan daerah juga mencakup komisi, rabat, potongan, atau pendapatan laindengan
menggunakan nama dan dalam bentuk apapun yang dapat dinilai denganuang, baik yang secara
langsung merupakan akibat dari penjualan, tukar-menukar,hibah, asuransi dan/atau pengadaan
barang dan jasa termasuk pendapatan bunga, jasa giro atau pendapatan lain yang timbul sebagai
akibat penyimpanan danaanggaran pada bank serta pendapatan dari hasil pemanfaatan barang daerah
ataskegiatan lainnya;
f. Semua pendapatan dari dana perimbangan dan lain-lain pendapatan yang sahdilaksanakan melalui
rekening kas umum daerah dan dicatat sebagai pendapatandaerah.
b. Pelaksanaan Anggaran Belanja Daerah
Setiap pengeluaran untuk belanja daerah atas beban APBD harus didukung denganbukti yang lengkap dan
sah. Bukti-bukti tersebut harus mendapat pengesahan daripejabat yang berwenang dan bertanggung jawab
atas kebenaran material yang timbuldari penggunaan bukti tersebut.Selanjutnya dalam melaksanakan
anggaran belanja daerah harus diperhatikan hal-halsebagai berikut:
a. Pengeluaran kas yang menjadi beban APBD tidak boleh dilakukan sebelumrancangan peraturan
daerah tentang APBD ditetapkan dan dicantumkan dalamlembaran daerah. Pengeluaran kas tersebut
tidak termasuk pengeluaran untuk belanja yang bersifat mengikat dan belanja daerah yang bersifat
wajib yangditetapkan dengan peraturan kepala daerah;
b. Dasar pengeluaran belanja untuk keperluan tak terduga yang dianggarkan dalamAPBD (misalnya
untuk mendanai tanggap darurat, bencana alam atau bencanasosial, termasuk pengembalian atas
kelebihan penerimaan daerah tahunsebelumnya) harus ditetapkan dengan keputusan kepala daerah
dan diberitahukankepada DPRD paling lama 1 (satu) bulan sejak keputusan tersebut ditetapkan;
c. Pimpinan instansi/lembaga penerima dan tanggap darurat harus bertanggung jawabatas penggunaan
dana tersebut dan wajib menyampaikan laporan realisasipenggunaan dana kepada atasan langsung
dan kepala daerah sesuai dengan tata cara pemberian dan pertanggungjawaban dana darurat yang
ditetapkan dalam peraturankepala daerah.
d. Bendahara pengeluaran sebagai wajib pungut pajak penghasilan (PPh) dan pajak lainnya, wajib
menyetorkan seluruh penerimaan potongan dan pajak yangdipungutnya ke rekening kas negara pada
bank yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan sebagai bank persepsi atau pos giro dalam jangka
waktu sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.
Untuk kelancaran pelaksanaan tugas SKPD, kepada pengguna anggaran/ kuasapengguna anggaran dapat
diberikan uang persediaan yang dikelola oleh bendaharapengeluaran.
C. Pertanggungjawaban Keuangan Sektor Publik
Bentuk pertanggungjawaban keuangan negara dijelaskan secara rinci pada Peraturan
Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi
Pemerintah. Khususnya pada pasal 2, dinyatakan bahwa dalam rangka pertanggungjawaban
pelaksanaan APBN/APBD, setiap Entitas Pelaporan wajib menyusun dan menyajikan
Laporan Keuangan dan Laporan Kinerja. Ketentuan ini tentunya memberikan kejelasan atas
hirarki penyusunan laporan keuangan pemerintah dan keberadaan pihak-pihak yang
bertanggung-jawab didalamnya, serta menjelaskan pentingnya laporan kinerja sebagai
tambahan informasi dalam pertanggungjawaban keuangan negara.

D. Pengawasan Pelaksanaan APBN

Apabila APBN telah dilaksanakan tentunya diperlukan pengawasan. Siapakah yang


melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan APBN? Pengawasan menghendaki bahwa
pelaksanaan APBN dilakukan sesuai dengan rencana aturan permainan, dan tujuan yang telah
ditetapkan. Pengawasan terhadap pelaksanaan APBN terdiri atas pengawasan internal dan
pengawasan eksternal. Perhatikan penjelasan masing-masing berikut ini!

1) Pengawasan Internal
Pengawasan internal adalah pengawasan yang dilakukan oleh suatu unit pengawas yang
merupakan bagian dari organisasi yang diawasi.
Pengawasan pelaksanaan APBN dilakukan oleh aparat pemerintah berikut ini.
(a) Atasan dari kepala kantor/satuan kerja bagi anggaran rutin, dan atasan dari pimpinan
proyek.
(b) Atasan langsung bendaharawan
(c) Direktur Jenderal dan Pejabat yang setingkat pada Departemen/ Departemen/Lembaga
terhadap pelaksanaan PO (Petunjuk Operasional) dalam rangka pelaksanaan DIP pada
proyek.
(d) Biro Keuangan Departemen/Lembaga dan Biro Keuangan
(e) Sekretaris Jenderal Departemen/Lembaga
(f) Inspektur Jenderal Departemen/Unit Pengawasan pada lembaga
(g) Direktur Jenderal Pengawasan Keuangan Negara
(h) Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara

2) Pengawasan Eksternal
BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) merupakan instansi pengawasan tertinggi dari
pelaksanaan APBN. BPK adalah suatu badan atau lembaga tinggi negara lainnya. Hasil
pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPR sesuai
dengan kewenangan {Lihat UUD 1945 (sesudah amendemen) Pasal 23E. Objek pemeriksaan
BPK adalah meliputi:
(a) APBN,
(b) APBD,
(c) anggaran perusahaan-perusahaan milik negara, dan
(d) hakikatnya seluruh kekayaan milik negara
D. Pertanggungjawaban APBN dan APBD
APBN
Presiden menyampaikan rancangan Undang-Undang tentang pertanggungjawaban
pelaksanaan APBN kepada DPR berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan
Pemeriksa Keuangan, selambat-lambatnya enam bulan setelah tahun anggaran berakhir.
Laporan keuangan dimaksud meliputi laporan realisasi APBN, neraca, laporan arus kas, dan
catatan atas laporan keuangan, yang dilampiri dengan laporan keuangan perusahaan negara
dan badan lainnya.
Pertanggungjawaban keuangan negara sebagai upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi
dan akuntabilitas pengelolaan keuangan Negara. Sebagaimana diamanatkan dalam UUD
1945 bahwa Presiden memegang kekuasaan Pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar.
Dalam melaksanakan tugas kepemerintahannya, Presiden (dalam hal ini Pemerintah)
memerlukan dana untuk pembiayaannya dalam bentuk APBN. Pada hakekatnya APBN
tersebut merupakan mandat yang diberikan oleh DPR RI kepada Pemerintah untuk
melakukan penerimaan pendapatan negara dan menggunakan penerimaan tersebut untuk
membiayai pengeluaran dalam melaksanakan kepemerintahannya mencapai tujuan-tujuan
tertentu dan dalam batas jumlah yang ditetapkan dalam suatu tahun anggaran tertentu. APBN
ditetapkan tiap-tiap tahun dengan Undang-Undang dan setiap Undang-Undang menghendaki
persetujuan bersama DPR RI dengan Presiden. Sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku, Pemerintah berkewajiban memberikan pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN
yang telah disetujui oleh DPR (pasal 30 ayat 1 dan 2 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
dan ketentuan dalam setiap Undang-Undang APBN).

APBD

Adapun untuk APBD, Gubernur/Bupati/Walikota menyampaikan rancangan peraturan daerah


tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan keuangan
yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan, selambat-lambatnya enam bulan
setelah tahun anggaran berakhir. Laporan keuangan dimaksud meliputi laporan realisasi
APBD, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan, yang dilampiri dengan
laporan keuangan perusahaan daerah. Bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban
pelaksanaan APBN dan APBD disusun dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi
pemerintahan. Standar akuntansi pemerintahan disusun oleh suatu komite standar yang
independen dan ditetapkan dengan peraturan pemerintah setelah terlebih dahulu mendapat
pertimbangan dari Badan Pemeriksa Keuangan.

Vous aimerez peut-être aussi