Vous êtes sur la page 1sur 21

Case Report Session

Parotitis

Oleh:
Sintia Mardhasafitri 1110312098

Pembimbing:
dr. Emilzon Taslim, Sp. An, KAO, KIC, M. Kes
dr. Versiana
dr. Rini Afni

KEPANITRAAN KLINIK ROTASI TAHAP II


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PUSKESMAS ULAK KARANG
2017

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Parotitis merupakan penyakit infeksi pada anak-anak yang pada 30-40 %
kasusnya merupakan infeksi asimptomatik. Infeksi ini disebabkan oleh virus.
Infeksi terjadi pada anak-anak kurang dari 15 tahun sebelum penyebaran
imunisasi. Penyebaran virus terjadi dengan kontak langsung, percikan ludah,
bahan mentah mungkin dengan urin. Sekarang penyakit ini sering terjadi pada
orang dewasa muda sehingga menimbulkan epidemi secara umum. Pada
umumnya parotitis epidemika dianggap kurang menular jika dibanding dengan
morbili atau varicela, karena banyak infeksi parotitis epidemika cenderung tidak
jelas secara klinis.1
Dalam perjalanannya parotitis epidemika dapat menimbulkan
komplikasi walaupun jarang terjadi. Komplikasi yang terjadi dapat berupa:
Meningoencepalitis, artritis, pancreatitis, miokarditis, ooporitis, orchitis, mastitis,
dan ketulian.1,2
Insidensi parototis epidemika dengan ketulian adalah 1:15.000.1 Meningitis
yang terjadi berupa Meningitis aseptik. Insidensi dari parotitis
Meningoencephalitis sekitar 250/100.000 kasus. Sekitar 10% dari kasus ini
penderitanya berumur kurang dari 20 tahun. Angka rata-tata kematian akibat
parotitis Meningoencephalitis adalah 2%.2 Kelainan pada mata akibat komplikasi
parotitis dapat berupa neutitis opticus, dacryoadenitis, uveokeratitis, scleritis dan
trombosis vena central retina.1,2 Gangguan pendengaran akibat paroitis epidemika
biasanya unilateral, namun dapat pula bilateral. Gangguan ini seringkali bersifat
permanen.2,4

1.2 Definisi

Parotitis epidemika ialah penyakit virus akut yang biasanya menyerang

kelenjar ludah terutama kelenjar parotis (sekitar 60% kasus). Gejala khas yaitu

pembesaran kelenjar ludah terutama kelenjar parotitis. Pada saluran kelenjar ludah

2
terjadi kelainan berupa pembengkakan sel epitel, pelebaran dan penyumbatan

saluran. Menyerang pada anak dibawah usia 15 tahun (sekitar 85% kasus).2,3,4,5

1.3 Etiologi

Agen penyebab parotitis epidemika adalah anggota dari group

paramyxovirus, yang juga termasuk didalamnya virus parainfluenza, measles, dan

virus newcastle disease.2 Ukuran dari partikel paramyxovirus sebesar 90 – 300

mµ. Virus ini mempunyai dua komponen yang sanggup memfiksasi, yaitu :

antigen S atau yang dapat larut (soluble) yang berasal dari nukleokapsid dan

antigen V yang berasal dari hemaglutinin permukaan.2

Virus ini aktif dalam lingkungan yang kering tapi virus ini hanya dapat

bertahan selama 4 hari pada suhu ruangan. Paramyxovirus dapat hancur pada suhu

<4 ºC, oleh formalin, eter, serta pemaparan cahaya ultraviolet selama 30 detik.2

1.4 Epidemiologi

Parotitis merupakan penyakit endemik pada populasi penduduk urban.

Virus menyebar melalui kontak langsung, air ludah, muntah yang bercampur

dengan saliva, dan urin. Epidemi tampaknya terkait dengan tidak adanya

imunisasi, bukan pada menyusutnya imunitas.2 Parotitis merupakan penyakit

endemik pada komunitas besar, dan menjadi endemik setiap kurang lebih 7 tahun.

Relatif jarang terjadi epidemi, terbatas pada kelompok yang berhubungan erat,

yang hidup dalam rumah, perkemahan, barak-barak tentara, atau sekolah. Ada

penurunan insiden sejak pengenalan vaksin parotitis epidemika pada tahun 1968.3

3
Dalam setahun, parotitis banyak terjadi pada musim dingin. Golongan umur

yang terkena 5 – 15 tahun. Juga ditemukan pada usia dibawah 30 tahun. Parotitis

kadang juga terjadi pada usia dibawah 4 tahun dan diatas 40 tahun. Namun

meskipun demikian, pada daerah yang terisolasi atau daerah yang tidak ada

sejarah pernah endemik parotitis ditemukan kejadian parotitis pada usia dibawah 1

tahun sebesar 17% dan umur 3 – 4 tahun sebesar 70% - 80%. Gender juga

berpengaruh terhadap angka kejadian parotitis. Laki-laki lebih sering terkena

parotitis dibandingkan perempuan.3

1.5 Patogenesis

Masa inkubasi 15 sampai 21 hari kemudian virus berreplikasi di dalam

traktus respiratorius atas dan nodus limfatikus servikalis, dari sini virus menyebar

melalui aliran darah ke organ-organ lain, termasuk selaput otak, gonad, pankreas,

payudara, thyroidea, jantung, hati, ginjal, dan saraf otak.1,2,3,4,7

Setelah masuk melalui saluran respirasi, virus mulai melakukan multiplikasi

atau memperbanyak diri dalam sel epithel saluran nafas. Virus kemudian menuju

ke banyak jaringan serta menuju kekelenjar ludah dan parotis.2,3,7

Bila testis terkena maka terdapat perdarahan kecil dan nekrosis sel epitel

tubuli seminiferus. Pada pankreas kadang-kadang terdapat degenerasi dan

nekrosis jaringan.6

Adenitis kelenjar liur merupakan manifestasi dari viremia awal. Viruria

biasanya terjadi, dan disertai oleh gangguan ginjal.7

4
1.6 Manifestasi klinik

Masa inkubasi berkisar antara 14 - 24 hari, dengan puncak pada 17 - 18 hari

dan rata-rata selama 18 hari. Batasan paling lama untuk masa inkubasi yaitu 8

sampi 30 hari. Pada anak, manifestasi prodormal jarang tetapi mungkin bersama

dengan demam, nyeri otot (terutama pada leher), nyeri kepala, anorexia, dan

malaise.8

Suhu tubuh biasanya naik sampai 38,5 – 39,5 C, kemudian timbul

pembengkakan kelenjar parotitis yang mula-mula unilateral tetapi kemudian

bilateral.2,4 Pembengkakan tersebut terasa nyeri baik spontan maupun pada

perabaan, terlebih-lebih jika penderita makan atau minum sesuatu yang asam, ini

merupakan gejala khas untuk penyakit parotitis epidemika. Ciri khas lain adalah

kelenjar parotitis membengkak sampai kebelakang. 8

Pembengkakan dapat terjadi dengan cepat biasanya puncaknya pada 1-3 hari

dan pembengkakan menghilang dalam satu minggu setelah pembengkakan

maksimal. Pembengkakan jaringan mendorong lobus telinga keatas dan keluar

dari sudut mandibula tidak lagi dapat dilihat. Kulit diatas kelenjar yang

membengakak tidak hangat atau eritem, berlawanan dengan tanda yang ditemukan

pada parotitis bakteri. Pembengkakan perlahan-lahan menghilang dalam 8-10 hari.

Satu kelenjar parotis biasanya membengkak sehari atau dua hari sebelum yang

lain, tetapi lazimnya pembengkakan terbatas pada satu kelenjar.8

5
1.7 Diagnosis

1. Anamnesis

Pada anamnesis didapatkan keluhan yaitu demam, nafsu makan turun,

sakit kepala, muntah, sakit waktu menelan dan nyeri otot. Kadang dengan keluhan

pembengkakan pada bagian pipi yang terasa nyeri baik spontan maupun dengan

perabaan, terlebih bila penderita makan atau minum sesuatu yang asam.7

2. Klinik5,6

1. Panas ringan sampai tinggi (38,5 – 39,5)°C

2. Keluhan nyeri didaerah parotis satu atau kedua sisi, disertai nyeri

3. Keluhan nyeri otot terutama leher, sakit kepala, muntah, anoreksia dan rasa

malas.

4. Kontak dengan penderita kurang lebih 2-3 minggu sebelumnya (masa inkubasi

14-24 hari).

5. Pada pemeriksaan fisik keadaan umum anak bervariasi dari tampak aktif

sampai sakit berat.

6. Pembengkakan parotis (daerah zygoma; belakang mandibula di depan mastoid)

2. Laboratorium

a. Darah rutin

Tidak spesifik, gambarannya seperti infeksi virus lain, biasanya

leukopenia ringan dengan limfositosis relatif, namun komplikasi sering

menimbulkan leukositosis polimorfonuklear tingkat sedang 2,6,7,8

6
b. Amilase serum

Biasanya ada kenaikan amilase serum, kenaikan cenderung dengan

pembengkakan parotis dan kemudian kembali normal dalam kurang lebih 2

minggu.2,6,8

c. Pemeriksaan serologis

Ada tiga pemeriksaan serologis yang dapat dilakukan untuk menunjukan

adanya infeksi virus, yaitu:

Hemaglutination inhibition (HI) test

Uji ini menerlukan dua spesimen serum, satu serum dengan onset cepat

dan serum yang satunya di ambil pada hari ketiga. Jika perbedaan titer spesimen 4

kali selama infeksi akut, maka kemungkinannya parotitis.3

Neutralization (NT) test

Dengan cara mencampur serum penderita dengan medium untuk biakan

fibroblas embrio anak ayam dan kemudian diuji apakah terjadi hemadsorpsi.

Pengenceran serum yang mencegah terjadinya hemadsorpsi dinyatakan oleh titer

antibodi parotitis epidemika. Uji netralisasi asam serum adalah metode yang

paling dapat dipercaya untuk menemukan imunitas tetapi tidak praktis dan tidak

mahal.2,6,8

Complement – Fixation (CF) test

Tes fiksasi komplement dapat digunakan untuk menentukan jumlah respon

antibodi terhadap komponen antigen S dan V bagi diagnosa infeksi parotitis

epidemika akut.mAntibodi terhadap antigen V mencapai titer puncak dalam 1

bulan dan menetap selama 6 bulan berikutnya dan kemudian menurun secara

lambat 2 tahun sampai suatu jumlah yang rendah dan tetap ada. Peningkatan 4 kali

7
lipat dalam titer dengan analisis standar apapun menunjukan infeksi yang baru

terjadi. Antibodi terhadap antigen S timbul cepat, sering mencapai maksimum

dalam satu minggu setelah timbul gejala, hilang dalam 6 sampai 12 minggu.8

d. Pemeriksaan Virologi

Isolasi virus jarang sekali digunakan untuk diagnosis. Isolasi virus dilakukan

dengan biakan virus yang terdapat dalam saliva, urin, likuor serebrospinal atau

darah.6 Biakan dinyatakan positif jika terdapat hemardsorpsi dalam biakan yang

diberi cairan fosfat-NaCl dan tidak ada pada biakan yang diberi serum hiperimun.6

1.8 Komplikasi

1. Meningoensepalitis

Dapat terjadi sebelum dan sesudah atau tanpa pembengkakan kelenjar

parotis. Penderita mula-mula menunjukan gejala nyeri kepala ringan, yang

kemudian disusul oleh muntah-muntah, gelisah dan suhu tubuh yang tinggi

(hiperpireksia).6

Komplikasi ini merupakan komplikasi yang sering pada anak-anak.

Insiden yang sebenarnya sukar diperkirakan karena infeksi subklinis sistem syaraf

sentral. Manifestasi klinis terjadi pada lebih dari 10% penderita patogenesis

meningoensefalitis parotitis diuraikan sebagai berikut:

a. Infeksi primer neuron : parotitis sering muncul bersamaan atau menyertai

encephalitis

b. Ensefalitis pasca infeksi dengan demielinasi. Ensefalitis menyertai parotitis

pada sekitar 10 hari.

8
Meningoencepalitis parotitis secara klinis tidak dapat dibedakan dengan

meningitis sebab lain, ada kekakuan leher sedang, tetapi pemeriksaan lain

biasanya normal. Pemeriksaan pungsi lumbal menunjukan tekanan yang

meninggi, pemeriksaan Nonne dan Pandy positif, jumlah sel terutama limfosit

meningkat, kadar protein meninggi, glukosa dan Cairan cerebrospinal baisanya

berisi sel kurang dari 500 sel/mm³ walaupun kadang-kadang jumlah sel dapat

melebihi 2.000. Selnya hampir selalu limfosit, berbeda dengan meningitis aseptik

enterovirus dimana leukosit polimorfonuklear sering mendominasi pada awal

penyakit.2,6

2. Ketulian

Tuli saraf dapat terjadi unilateral, jarang bilateral walaupun insidensinya

rendah (1:15.000), parotitis adalah penyebab utama tuli saraf unilateral,

kehilangan pendengaran mungkin sementara atau permanen.2,4

3. Orkitis

Komplikasi dari parotitis dapat berupa orkitis yang dapat terjadi pada masa

setelah puber dengan gejala demam tinggi mendadak, menggigil mual, nyeri perut

bagian bawah, gejala sistemik, dan sakit pada testis. Testis paling sering terinfeksi

dengan atau tanpa epidedimitis. Bila testis terkena infeksi maka terdapat

perdarahan kecil. Orkitis biasanya menyertai parotitis dalam 8 hari setelah

parotitis. Keadaan ini dapat berlangsung dalam 3 – 14 hari.1 Testis yang terkena

menjadi nyeri dan bengkak dan kulit sekitarnya bengkak dan merah. Rata-rata

lamanya 4 hari. Sekitar 30-40% testis yang terkena menjadi atrofi. Gangguan

fertilitas diperkirakan sekitar 13%. Tetapi infertilitas absolut jarang terjadi.2,4,6

9
4. Ooforitis

Timbulnya nyeri dibagian pelvis ditemukan pada sekitar 7% pada penderita

wanita pasca pubertas.1,4,7

5. Pankreatitis

Nyeri perut sering ringan sampai sedang muncul tiba-tiba pada parotitis.

Biasanya gejala nyeri epigastrik disertai dengan pusing, mual, muntah, demam

tinggi, menggigil, lesu, merupakan tanda adanya pankreatitis akibat mumps.

Manifestasi klinisnya sering menyerupai gejala-gejala gastroenteritis sehingga

kadang diagnosis dikelirukan dengan gastroenteritis.1,4 Pankreatitis ringan dan

asimptomatik mungkin terdapat lebih sering (sampai 40% kasus), terjadi pada

akhir minggu pertama.5

6. Nefritis

Kadang-kadang kelainan fungsi ginjal terjadi pada setiap penderita dan

viruria terdeteksi pada 75%. Frekuensi keterlibatan ginjal pada anak-anak belum

diketahui. Nefritis yang mematikan, terjadi 10-14 hari sesudah parotitis.2 Nefritis

ringan dapat terjadi namun jarang. Dapat sembuh sempurna tanpa meninggalkan

kelainan pada ginjal.4

7. Tiroiditis

Walaupun tidak biasa, pembengkakan tiroid yang nyeri dan difus dapat

terjadi pada umur sekitar 1 minggu sesudah mulai parotitis dengan perkembangan

selanjutnya antibodi antitiroid pada penderita.2

8. Miokarditis

Manifestasi jantung yang serius sangat jarang terjadi, tetapi infeksi ringan

miokardium mungkin lebih sering dari pada yang diketahui.2 Miokarditis ringan

10
dapat terjadi dan muncul 5 – 10 hari pada parotitis. Gambaran elektrokardiografi

dari miokarditis seperti depresi segmen S-T, flattening atau inversi gelombang T.

Dapat disetai dengan takikardi, pembesaran jantung dan bising sistolik.3,7

9. Artritis

Jarang ditemukan pada anak-anak. Atralgia yang disertai dengan

pembengkakan dan kemerahan sendi biasanya penyembuhannya sempurna.2

Manifestasi lain yang jarang tapi menarik pada parotitis adalah poliarteritis yang

sering kali berpindah-pindah. Gejala sendi mulai 1 sampai 2 minggu setelah

berkurangnya parotitis. Biasanya yang terkena adalah sendi besar khususnya paha

atau lutut. Penyakit ini berakhir 1 sampai 12 minggu dan sembuh sempurna.7

10. Kelainan pada mata

Komplikasi ini meliputi dakrioadenitis, pembengkakan yang nyeri,

biasanya bilateral, dari kelenjar lakrimalis; neuritis optik (papillitis) dengan

gejala-gejala bervariasi dari kehilangan pengelihatan sampai kekaburan ringan

dengan penyembuhan dalam 10 – 20 hari; uveokeratitis, biasanya unilateral

dengan fotofobia, keluar air mata, kehilangan penglihatan cepat dan penyembuhan

dalam 20 hari; skleritis, tenonitis, dengan akibat eksoftalmus; trombosis vena

sentral.2

11. Embriopati parotitis

Tidak terdapat bukti yang kuat bahwa infeksi ibu menciderai janin,

kemungkinan hubungan endokardial fibroelastosis belum ditegakkan. Parotitis

pada awal kehamilan kemungkinan dapat terjadi abortus.2,7

11
1.9 Diagnosis Banding

1. Parotitis yang disebabkan oleh infeksi HIV, influenza, parainfluenza 1 dan 3

dan sitomegalovirus.2

2. Pembesaran kelenjar parotis asimptomatik

Disebabkan oleh kelainan metabolik dan nutrisi seperti diabetes mellitus,

kwasiorkor, malnutrisi, obesitas dan sirosis.3

3. Pembesaran kelenjar parotis simptomatik, biasanya setelah operasi

4. Parotitis supuratif

Disebabkan oleh bakteri dan ditemukan pus yang keluar dari duktus kelenjar.

Penyebabnya dari otitis media atau mastoiditis.2,3

5. Parotitis berulang

Suatu keadaan yang sebabnya belum diketahui, tapi mungkin bersifat alergi

yang sering berulang dan mempunyai sialogram khas.2

6. Kalkulus salivarus

Menyumbat saluran parotis atau lebih sering saluran sub mandibularis,

menyebabkan pembengkakan intermitten.1,2

7. Limfo sarkoma atau tumor parotis.

8. Reaksi obat

Obat sulfonamid atau yodium organik bisa menimbulkan pembengkakan

parotid dan kelenjar salivaria lain disertai nyeri tekan.5 Parotitis iodium,

biasanya terjadi setelah prosedur seperti urografi intravena. Obat antihipertensi

seperti guanetidin dapat menyebabkan pembengkakan parotis.7

12
10. Sindroma Sjorgen

Merupakan inflamasi kronik parotis dan kelenjar liur lainnya yang seringkali

disertai dengan atrofi kelenjar lakrimalis dan paling sering terjadi pada wanita

pascamenopause.7

1.10 Tatalaksana

Parotitis merupakan penyakit yang bersifat self-limited (sembuh/hilang

sendiri) yang berlangsung kurang lebih dalam satu minggu.1 Tidak ada terapi

spesifik bagi infeksi virus “Mumps” oleh karena itu pengobatan parotitis

seluruhnya simptomatis dan suportif.2,5

1. Penderita rawat jalan.5

Penderita baru dapat dirawat jalan bila: tidak ada komplikasi, keadaan

umum cukup baik.

a. Istirahat yang cukup

b. Pemberian diet lunak dan cairan yang cukup

c. Medikamentosa

Analgetik-antipiretik bila perlu

- metampiron : anak > 6 bulan 250 – 500 mg/hari maksimum 2 g/hari

- parasetamol : 7,5 – 10 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis

2. Penderita rawat inap.5

Penderita dengan demam tinggi, keadaan umum lemah, nyeri kepala hebat,

gejala saraf perlu rawat inap diruang isolasi

a. Diet lunak, cair dan TKTP

b. Analgetik-antipiretik

13
c. Penanganan komplikasi tergantung jenis komplikasinya.5

3. Tatalaksana untuk komplikasi yang terjadi

a. Encephalitis

- simptomatik untuk encephalitisnya. Lumbal pungsi berguna untuk

mengurangi sakit kepala.1

b. Orkhitis

- istrahat yang cukup

- pemberian analgetik

- sistemik kortikosteroid (hidrokortison, 10mg /kg/24 jam, peroral, selama 2-4

hari.1,4,8

1.11 Pencegahan

Pencegahan terhadap parotitis epidemika dapat dilakukan secara imunisasi

pasif dan imunisasi aktif.

1. Pasif

Gamma globulin parotitis tidak efektif dalam mencegah parotitis atau

mengurangi komplikasi.2,3

2. Aktif

Dilakukan dengan memberikan vaksinasi dengan virus parotitis epidemika

yang hidup tapi telah dirubah sifatnya (Mumpsvax-merck, sharp and dohme)

diberikan subkutan pada anak berumur 15 bulan. Vaksin ini tidak menyebabkan

panas atau reaksi lain dan tidak menyebabkan ekskresi virus dan tidak menular.

Menyebabkan imunitas yang lama dan dapat diberikan bersama vaksin campak

dan rubella.4,6

14
Pemberian vaksinasi dengan virus “mumps”, sangat efektif dalam

menimbulkan peningkatan bermakna dalam antibodi “mumps” pada individu yang

seronegatif sebelum vaksinasi dan telah memberikan proteksi 15 sampai 95 %.

Proteksi yang baik sekurang-kurangnya selama 12 tahun dan tidak mengganggu

vaksin terhadap morbili, rubella, dan poliomielitis atau vaksinasi variola yang

diberikan serentak.8

Kontraindikasi: Bayi dibawah usia 1 tahun karena efek antibodi maternal;

Individu dengan riwayat hipersensitivitas terhadap komponen vaksin; demam

akut; selama kehamilan; leukimia dan keganasan; limfoma; sedang diberi obat-

obat imunosupresif, alkilasi dan anti metabolit; sedang mendapat radiasi.8

Belum diketahui apakah vaksin akan mencegah infeksi bila diberikan

setelah pemaparan, tetapi tidak ada kontraindikasi bagi penggunaan vaksin

“Mumps” dalam situasi ini.8

15
DAFTAR PUSTAKA

1. D’Brun, Fulginiti, Kempe, Silver : Current Pediatric, Diagnosis and


Treatment, Ed.IX, 1988, 817-818.

2. Maldonado Yvonne, Parotitis Epidemika (Gondong, Mumps), dalam Ilmu


Kesehatan Anak Nelson, 1999, Edisi XV, EGC, Jakarta, hal : 1074-1076.

3. Franklin H. Top, SR., Paul F. Wehrle, Mumps, dalam Communicable and


infectious Disease, Edisi IX, The C.V.Mosby company, 1972, hal: 427-
434.

4. Adam A. Rosenberg, David W. Kaplan, Gerald B. Merenstein, Mumps


(Epidemic Parotitis), dalam Handbook Of Pediatrics, Edisi XVI,
Colorado, 1991, hal: 442-444.

5. Komite Medis RSUP Dr. Sardjito dan FK UGM Yogyakarta, Parotitis


Epidemika, dalam Standar Pelayanan Medis, Edisi II, Komite Medis
RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta, 1999, hal : 62-64.

6. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI, Parotitis Epidemika, dalam


Ilmu Kesehatan Anak, Edisi VI, infomedika, Jakarta 2000, hal: 629-632.

7. Suprohaita, Arif Mansjoer, Wahyu Ika Wardhani, Wiwiek Setiowulan,


Parotitis Epidemika, dalam Kapita Selekta Kedokteran, Edisi III, Jilid II,
Media Aesculapius FK UI, Jakarta, 2000, hal: 418-419.

8. C.George Ray, Parotitis Epidemika, dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit


Dalam Harrison, Edisi XIII,EGC, Jakarta, 1999, hal : 935-938.

16
BAB II
LAPORAN KASUS

1.1 Identitas Pasien

Nama : An. K
Umur : 8 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Kalumbuk
1.2 Latar Belakang Sosial-Ekonomi-Demografi-Lingkungan Keluarga

Jumlah Saudara : anak ke 3 dari 3 bersaudara


Status Ekonomi Keluarga : mampu, penghasilan Rp. 2.500.000,-/bulan
Kondisi Rumah :
- Rumah permanen, pekarangan cukup luas
- Listrik ada
- Sumber air: air sumur
- Jamban ada 1 buah, di dalam rumah
- Sampah di buang ke tempat pembuangan sampah, berjarak ± 500
meter dari rumah.
Kesan : higine dan sanitasi baik

Kondisi Lingkungan Keluarga


- Jumlah penghuni 5 orang : pasien, orang tua, 2 kakak pasien

Aspek Psikologis di keluarga


- Pasien tinggal bersama orang tua dan kakak pasien
- Hubungan dengan keluarga cukup baik

1. Keluhan Utama

Bengkak pada pipi sebelah kiri sejak 5 hari yang lalu


2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke puskesmas dengan keluhan bengkak pada pipi kiri
belakang sejak 5 hari yang lalu. Bengkak pada pipi pasien terasa nyeri

17
yang dirasakan sepanjang hari dan bertambah berat bila pasien membuka
rahangnya dan mengunyah, nyeri agak berkurang bila pasien tidak
berbicara, menutup mulut dan istirahat. 5 hari yang lalu, pasien juga
mengeluh demam, batuk dan pilek. Demam tidak disertai dengan
menggigil dan berkeringat. Demam tidak terlalu tinggi, ibu pasien
mengaku demamnya turun setelah diberi paracetamol. Batuk pada pasien
tidak berdahak, dan ingus pasien encer dan berwarna bening. Ibu pasien
mengatakan bahwa nafsu makan pasien juga berkurang dari biasanya
karena bengkak pada pipi kiri nya menyulitkan pasien untuk makan dan
terasa nyeri saat mengunyah. Hal seperti ini juga dialami oleh kakak
kandung pasien dan sepupunya, ketika pasien bermain ke rumah
sepupunya 2 hari yang lalu, sepulang dari sana pasien mengeluh demam
kemudian disusul dengan bengkak pada kedua pipinya. mimisan (-),
bercak-bercak kemerahan (-), minum baik. BAK (+). tidak ada gusi yang
bengak atau gigi yang berlubang (-), dan pasien juga tidak mengalami
trauma pada daerah yang bengkak.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
- Keluhan yang sama sebelumnya disangkal
- Batuk pilek sering
- Riwayat keluarga dengan penyakit serupa (+), kakak kandung dan
sepupu pasien juga mengalami bengkak pada kedua pipinya
- Riwayat asma (-)
- Riwayat alergi obat (-)
4. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum : sakit sedang
Kesadaran : CMC
Nadi : 90x/ menit
Nafas : 24x/menit
TD : 110/70 mmHg
Suhu : 37,30C
BB : 22 kg TB : 120 cm

18
Mata : Konjungtiva tidak anemis, Sklera tidak ikterik
KGB : tidak ada pembesaran KGB

Thorax
Paru Inspeksi : simetris kiri = kanan
Palpasi : fremitus kiri = kanan
Perkusi : sonor
Auskultasi : suara nafas vesikuler, ronkhi (-), wheezing
Jantung Inspeksi : Iktus tidak terlihat
Palpasi : Iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : Batas-batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Irama teratur, bising (-)
Abdomen Inspeksi : tidak tampak membuncit, Distensi (-),
Palpasi : Hepar/Lien tidak teraba, NT(-), NL (-),
Perkusi : Tympani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Status lokalis:
Regio angulus mandibula sinistra
Terdapat massa dengan diameter sebesar ± 4-7 cm, bentuk bulat
oval, konsistensi lunak, batas tegas, kemerahan (-) dan tidak hangat saat
dipegang, tidak ada pus. Nyeri tekan (+)
5. Laboratorium

Pemeriksaan penunjang tidak dilakukan


Pemeriksaan anjuran : Darah Rutin, pada infeksi virus biasnya akan
menunjukkan lekopenia, tetapi jika terdapat infeksi sekunder dan parotitis
supuratif yang disertai pus, maka didapatkan leukositosis.
6. Diagnosis Kerja
Parotitis epidemika sinistra ec.infeksi Viral (B.26.9)

7. Manajemen
a. Promotif
 Menjelaskan pada pasien mengenai penyakitnya dan cara
penularannya.

19
 Menyarankan pasien untuk beristirahat.
 Menyarankan pasien makan makanan yang bergizi dan teratur
 Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakitnya dapat sembuh
sendiri.
 Memberikan edukasi kepada keluarga pasien akan pentingnya
imunisasi MMR dimana imunisasi berperan untuk membentuk
antibody dan kekebalan tubuh.
b. Preventif
 Imunisasi MMR
 Hindari kontak dengan pasien parotitis
 Menjaga higienitas, dan kebersihan personal
 Menggunakan alat pelindung diri seperti masker untuk
menghindari droplet
c. Kuratif
Non Farmakologi
 Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makan makanan yang
bergizi dan beristirahat yang cukup
 Diet lunak dan cairan yang cukup
 Kompres dengan air dingin dan air hangat selang-seling pada
parotitis

Sistemik
 Anti piretik-analgetik: Parasetamol tablet 3 x 375 mg
 Roboransia : Vitamin C 3 x 1 tablet
 Ekspektoran : Glyceryl Guaiacolate 3 x 100 mg
d. Rehabilitatif :
- Meningkatkan daya tahan tubuh.

- Mengatur pola makan dengan gizi seimbang

- Minum obat sesuai anjuran dan teratur.

- Jika sakit semakin bertambah berat, maka segera ke RS

20
Dinas Kesehatan Kodya Padang
Puskesmas Kuranji

Dokter : dr.Sintia Mardhasafitri


Tanggal : 28 Februari 2017

R/ Paracetamol tab 500 mg No. X


S3 dd tab ¾ £
R/ Glyceryl Guaiacolate tab 100 mg No. X
S3 dd tab I £
R/ Vitamin C tab No. X
S3 dd tab I £
______________________________________

Pro : An. K
Umur : 8 tahun
Alamat : :Kalumbuk

21

Vous aimerez peut-être aussi