Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Sub Judul:
Sinopsis :
Pada zaman dahulu terdapat kesultanan sambas yag dipimpin oleh sultan Muhammad
Shafiuddin . Ketika sang sultan lagi bersantai di altar kerajaan, sang sultan dalam hatinya
kepengen sekali untuk memenangkaan hatinya di tempat yang ada pergunungan dengan
sebuah aliran sungai dengan terbendung menjadi sebuah Danau, dan ditengah-tengahnya
terdapat sebuah pulau yang bisa di singahi oleh para permaisuri kerajaan. Akan tetapi sultan
shafiuddin kebingungan untuk mencari tempat peristirahatan yang sesuai dengan hati nurani
sang sultan.Oleh sebab itu sang sultan memerintahkan kepada para menteri untuk
mengumumkan ke seluruh daerah kekuasaan kerjaan sambas, bahwa sang sultan membuat
sembara untuk mencari tempat peristiarahatan yang cocok bagi sultan yaitu ada aliran sungai
serta terdapat pergunungan dan ada pulau di tengahnya. Dengan Adanya Sembara sang sultan
berharap para sembara bisa membuahkan hasil untuk menemukan tempat persingahan
tersebut. Lalu salah satu saembara menemukan tempat tersebut . Akan tetapi tidaklah mudah
untuk mendapatkan tempat tersebut karena tempat tersebut di tempati oleh makhluk kasat
mata. Oleh karena itu terjadi konflik antara kerajaan serta mahkluk kasat mata.lalu selama
konflik tersebut daratan menangis menjadi sebuah danau yang di sebut sebedang.
Keluarga Besar Kerajaan Sambas
Pada Zaman dahulu terdapat sebuah negara yang sangat kaya raya keberadaanya,
dengan sistem Kerajaan yang sering dinamai Kerajaan Sambas. Kerajaan Sambas ini di
pimpin oleh Sultan Muhammad Syafaiuddin, konon Sultan Muhammad Syafaiuddin ini
sanggat dicintai oleh masyarakatnya karena kebijaksanaan serta beribawa seorang sang
Sultan yang selalu memberikan kemakmuran masyarakat Sambas. Sang Sultan memiliki istri
yang cantik jelita, yang merupakan salah satu anak dari kerajaan seberang negeri malaka.
Ratu Sanggat dikenal dengan keramahaannya terhadap masyarakat Sambas. Dengan adanya
sang sultan yang sifatnya bijaksana serta sang ratu yang ramah, maka tak salah kerajaan
Sambas sanggat di cintai oleh rakyatnya. Akan tetapi tak banyak juga yang ingin
menghancurkan kerajaan Sambas, apa lagi masa krisis panceklik yang mengancam
ketentraman wilayah kerajaan Sambas, sehingga kiris panceklik membuat sang sultan pusing
tidak tenang dan ingin beristirahat untuk memulihkan pikiranya dari suatu masalah yang
dihadapi sang sultan.
Hari ke hari, tak kunjung ada hasil yang menemukan tempat tersebut. Ada seketika
seseorang pujangga menemukan tempat yang sama persis dikatakan sultan, akan tetapi
sayangnya tempat tersebut sangat jauh dari kerajaan sambas, karena harus menyebrang
berberapa sungai dan hanya orang-orang tertentu yang boleh kesana. Tempat tersebut
bernama batu bejamban...akan tetapi sultan menolak tempat tersebut menjadi tempat
persingahan peristirahatan kerajaan. Lalu ke esokan harinya, sultan kedatangan salah satu
perserta saembara dari seberang desa terpecil wilayah kerajaan sambas yaitu kepala desa
sebawi.
Setelah pengawal memberikan laporan kepada sultan..lalu kepala desa yang juga salah
satu peserta sembara tersebut, dipersilahkan utuk menemui sultan sambil menyantap
hidangan di ruangan makan istana. Sambil menyantap hidangan, kepala desa sedikit
berbincang maksud dan tujuan ia datang ke istana ini.
“Tuan...maafkan saya atas ketidak sopanan saya, dengan kedatangan saya menjadi
merepotkan tuan” kata kepala desa dengan spontan.
“Tuan...tempat tersebut, tidak jauh dari tempat saya tinggal di sebawi” kata kepala
desa.
“Sebawi... berarti tidak jauh dari sini.” Kata sultan sambil menganguk kepala.
“iya tuan..memang tempat tersebut tidak jauh dari sini, walaupun tempat tersebut
bukan termasuk daerah sebawi...akan tetapi tuan..tidaklah mudah mendapatkan tersebut” kata
kepala desa dengan nada punuh keyakinan.
“Sesampai kesana...tuan bekalan tahu kok, maksud dari saya apa” kata kepala desa.
“Baiklah kalau begitu..besok petang kita berangkat menuju tempat tersebut dengan
mengenderai kereta kuda kerajaan...dan anda kepala desa, hari ini.. sementara nginap di
istana dulu” kata Sultan sambil tersenyum.
Desa Sebedang
Ke esokan harinya, petang telah tiba lalu rombongan kerajaan serta kepala desa
bergegas menuju tempat yang diberitahukan oleh kepala desa. Tempat tersebut merupakan
desa sebedang yang tidak jauh dari tempat tinggal kepala desa. Desa tersebut tidak lah besar
dan tidaklah kecil dengan banyaknya pegunungan yang menghampar di wilayah tersebut.
Setelah sampai di sana, sultan terkejut apa yang ia di lihatya karena sama persis yang
dimimpikan selama ini.akan tetapi cuman tempat tersebut tidak adanya sebuah danau. Lalu
sultan pun bertanya kepada kepala desa.
“Kenapa tidak ada sebuah danau disini..katanya ada danau..persis yang dikatakan
anda kemarin...kamu bohong ya!!!” kata sultan dengan nada marah.
“Maaf tuan ku..beribu ampun...maksud dari danau tersebut ialah...kita membuat danau
sendiri...lihatlah tuan..disana di kelilingi oleh gunung..serta aliran sungai kecil yang
menompang di tempat ini...tuan tahu maksud saya” jawab kepala desa dengan hati-hati.
“ iya..benar sekali tuan, dengan kita buatnya danau...itu akan bekalan sama persis
seperti mimpi tuan” kata kepala desa .
“iya tuan....tetapi itu tidaklah cukup, karena di sini juga merupakan tempat tinggal
mahkluk kasat mata” kata kepala desa.
“makhluk kasat mata...berarti tempat ini juga tidak semberangan kita ganggu” kata
sultan dengan nada rendah.
“yang bisa kita lakukan tuan..iyalah lawan mereka, sebisa mungkin..sampai perlu kita
mengunakan orang-orang pintar untuk mengusirnya” kata kepala desa dengan memberi
masukan kepada sultan.
“Baiklah..akan saya terima pendapat anda” kata sultan
Pasukan pengali tanah dari pihak kerajaanpun memulai mengali. Dengan gigih
pasukan tersebut menyebar beberapa titik untuk pengalian yang di intruksikan oleh sultan.
Sedangkan Sultan sambil membuat strategi untuk mengusir makhluk kasat mata tersebut.
Akan tetapi salah satu pengali menemukan sebuah batu seperti berbentuk kerikil
mengkilat...lalu salah satu pengali tersebut melaporkan kepada sultan.
“Itu...itu..bukan sebuah batu biasa..ini meruapakan emas murni yang paling langka di
dunia ini” kata sultan sambil kaget melihat dengan teliti batu tersebut.
Lalu Sultan merubah konsep dan tujuannya sebelumnya ia capai. Sultan menarik lagi
perintah para pengali untuk menuju sebelah hulu untuk awal pengalian dimulai. Tujuan sultan
sebelumnya membuat sebuah danau menjadi penglian pertambangan emas murni berubah
secara cepat. Karena emas ini akan membuat masa-masa panceklik bisa dilewati dengan
mudah dan menambah uang KAS istana. Pengalian tersebut..hari semangkin hari
membuahkan hasil dari logam emas murni tersebut.
Tragedi Kasat Mata
Pengalian tersebut..hari semangkin hari membuahkan hasil dari logam emas murni
tersebut. Akan tetapi para pengali mulai berubah dari tingkah lakunya seperti kemasukan
makhluk halus. Hal tersebut membuat sultan kebingungan dan kepala desanya memulai
yakin, ini tanda awal kalau makluk kasat mata sudah memulai terganngu dengan kita.
“Tuan ku...ini pasti ulahnya makhluk kasat mata” kata kepala desa dengan nada rada
ketakutan
“Tuan, mulai hari ini kita lawan mereka dengn mengunakan orang pintar dari desa
seberang..agar mereka tidak ada lagi menggangu kita” kata kepala desa memberikan
masukan.
“baiklah tuan..saya menjemput orang pintar dulu dari seberang” kata kepala desa.
Sang sultanpun mencari tahu tentang berubahnya tingkah laku pengali. Ketika salah
satu pengali kerasukan dengan teriakan “Kalian harus pergi!!!” dengan suara lantang. Lalu
sultanpun bertanya kepada makhluk kasat mata yang masuk ketubuh ke pengali tersebut.
“Wahai saudara yang memasuki tubuh pengali ini...apa garangan saudara menganggu
kami sedang mengali” Kata Sultan dengan lembut dan berhati-hati.
“Kami mengali untuk menemukan sebuah emas..yang untuk bisa membantu rakyat
sambas ketika di landa masa panceklik” kata sultan dengan ambisi.
Kepala desapun datang membawa orang pintar untuk mengusir makhluk kasat mata
tersebut. Akan tetapi,tidak lah mudah untuk mengusir mereka. Bahkan semangkin
parah...kerasukan tidak hanya di alami pengali tapi di alami oleh warga yang tinggal sekitar.
Hal tersebut membuat geram sang sultan untuk selalu mengusir makhluk kasat mata. Dengan
perlawanan antara sultan kerajaan dan makluk kasat mata, memiliki kekuatan kelebihan
masing-masing. Maka tak heran perlawanan mereka selalu berimbang.
*Orang pintar adalah orang yang bisa menyembukan penyakit berhubungan dengan spritual.
Dengan perlawanan yang sangat sengit antara sultan kerajaan sambas dan makhluk
kasat mata. Tanahpun bergetar mendegar perseturuaan antara mereka dan melihat apa kondisi
alam sekarang, yang dirusaki oleh mereka. Bumipun mengeluarkan amarahnya serta
kesedihanya dengan mengaluarkan air dari tanah serta di tambah derasnya hujan menyelimuti
galian sang sultan. Lalu air tersebut menjadi tergenang dan menyapu habis emas-emas hasil
dari galian mereka.
Pada saat itu perseteruan antara sultan dengan makhluk kasat mata terhentikan oleh
amarahnya bumi. Air mengalir deras ke bekas galian meciptakan bendungan sebuah danau
dengan aliran kecil sungai serta terdapat pulau kecil di tengahnya..dan danau tersebut di beri
danau sebedang. Sehingga membuat sultan sadar...dengan apa yang ia lakukan selama ini.
Dengan ambisinya sebelumnya, membuat sultan menjadi buta melupakan keseimbangan alam
sekitar serta tujuan yang awalnya untuk mencari persingahan perisitarahatan kerajaan
menjadi mencari emas murni menjadi sebuah malapateka baginya. Akan tetapi dengan
penyeselaan dirinya...Sultan akan selalu menjaga danau sebedang ini untuk membantu rakyat
sekitar sebagai sumber alamnya yang tidak merusak alam itu sendiri, lalu memperindah
tempat persinggahan peristarahatan kerajaan dan untuk menghormati alam dan mahkluk kasat
mata membuat tradisi kasih makan gunung sebagai simbol ucapan terima kasih.