Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Agung Sutriyawan
150510001
SITUATION
Pertama kalinya dalam sejarah anggaran bidang kesehatan sesuai dengan amanat
undang-undang yaitu 5% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
atau sebesar Rp 106,1 triliun. Naik signifikan sebesar 43% dibandingkan tahun ini
yang hanya Rp 74,3 triliun.
Menteri Kesehatan Nila Djuwita F Moeloek mengatakan, bahwa dengan anggaran
sebesar itu Kementerian Kesehatan akan mengubah fokus pemanfaatan anggaran
di 2016.
BACKGROUND
Beradasarkan skala Nasional dan Global pembiayaan kesehatan ini telah meningkat
setiap tahun disebabkan oleh berbagai faktor seperti penggunaan teknologi
kesehatan yang semakin maju, pengenalan obat-obat baru, peningkatan upah
tenaga kesehatan profesional, krisis ekonomi yang berkepanjangan, pertumbuhan
ekonomi yang lambat dan peningkatan populasi umur tua. Esentralisassi istem
kesehatan yang dilaksanakan berdasarkan UU. No. 22 Tahun 1999 dan UU. No. 25
Tahun 1999 yang dilaksanakan mulai Januari 2001 mempengaruhi sistem
pembiayaan kesehatan dan kesinambungan pelayanan kesehatan masyarakat.
Dengan demikian, untuk membantu pemerintah dalam menentukan arah kebijakan
pelayanan kesehatan di masa yang akan datang khususnya untuk mencapai
Indonesia Sehat pada tahun 2010, perlu dilakukan analisa kecenderungan
pembiayaan kesehatan yang kemudian dibuatkan proyeksi yang diharapkan dapat
digunakan dalam penyusunan Sistem Kesehatan Nasional. Sebelum periode tahun
anggaran 1996197 telah banyak dilakukan analisis pembiayaan kesehatan ini, oleh
Balitbangkes, Biro Perencanaan, Biro Keuangan Depkes, BPS, demikian pula oleh
badan lain seperti WHO, World Bank, UNDP, dll. Sejak tahun 2001 telah
Adanya Team National Health Account dengan koordinator di Biro Keuangan. Tim
bekerja mengumpulkan. Data pembiayaan dan menganalisis baik untuk keperluan
nasional maupun intemasional. Dalam kesempatan analisis sekarang ini peneliti
berusaha menyatukan hasil hasil analisis sebelumnya, mengisi data dari sumber
dana yang belum ada, dan estimasi dengan metoda tertentu. Sehingga dapat dibuat
suatu trend analisis pembiayaan kesehatan untukperiode 1990 sampai tahun
2000.Kesepakatan telah dibuat dengan berbagai kelompok lain untuk menyatukan
hasil tersebut sehingga di masa mendatang perhitungan dan analisis pembiayaan
kesehatan di lndonesia dapat uniform.
Persadarkan penelitian yang dilakukan oleh Adam malik tentang pembiayaan
kesehatan di Indonesia tahun 1990-2000 menyatakan bahwa dalam kurun waktu 10
tahun 1990 dampai tahun 2000 telah terjadi peningkatan hampir 10 kali dari Rp
1.110.022,00 menjadi Rp 8.250.180,OO. Telah terjadi peningkatan bermakna pada
tahun 1996 dan peningkatan yang hampir dua kali pada tahun 1998. Persentase
anggaran kesehatan bersumber dari pemerintah dari total Anggaran dan Belanja
Pemerintah terkesan masih rendah. Dalam sepuluh tahun ini rata-rata 339%. dari
tahun 1992 (4,27%) terlihat terus terjadi penurunan sampai tahun 2000 (3,14%).
Yang dimaksud dengan biaya kesehatan adalah besarnya dana yang harus
disediakan untuk menyelenggarakan dan/atau memanfaatkan berbagai upaya
kesehatan yang diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat
(Azrul A, 1996).
Pada tahun 2000, pembiayaan kesehatan di Indonesia sebesar Rp. 171.511,
sementara Malaysia mencapai $ 374. Dari segi capital expenditure (modal yang
dikeluarkan untuk penyediaan jasa kesehatan) untuk sektor kesehatan, pemerintah
hanya mampu mencapai 2,2 persen dari GNP sementara Malaysia sebesar 3,8
persen dari GNP.
Bank dunia menyebutkan kalau alokasi dana kesehatan Indonesia tahun 2015
merupakan salah satu yang terendah di dunia. Posisi Indonesia hanya kalah dari
Sudan Selatan, Chad, Myanmar, dan Pakistan. masalah pembiayaan kesehatan per
kapita. Indonesia juga dikenal paling rendah di negara-negara ASEAN.
ASESSMENT
"Pelajaran yang kita dapat di era jaminan kesehatan justru lebih banyak orang sakit
dari pada orang sehat. Program-program lebih banyak fokus pada pengobatan dan
penyembuhan," tuturnya.
"Pada saat ini pengobatan dan penyembuhan tetap akan kita teruskan, tapi fokusnya
perlahan kita ubah supaya lebih banyak orang sehat dan klaim kesehatan bisa
menurun," tuturnya.
Untuk memuluskan upaya tersebut, salah satu caranya adalah dengan peningkatan
kualitas Sumberdaya Manusia (SDM) terutama tenaga penyuluh kesehatan.
"SDM, akan kami benahi. Karena ada masalah distribusi tenaga penyuluh yang tidak
merata. Jadi salah satu caranya untuk preventif (pencegahan) adalah pembenahan
SDM," jelasnya.
Kemudian adalah pembenahan gizi. "Kami harapkan di masa mendatang tidak ada
lagi permasalahan kekurangan gizi sehingga kita akan tambah anggaran untuk gizi,"
katanya.
Dalam nota Keuangan Tahun 2016 tercatat alokasi anggaran kesehatan mencapai
Rp 106,1 triliun atau 5% dari RAPBN 2016. Anggaran tersebut dialokasikan untuk
mendukung peningkatan kulitas pelayanan kesehatan yang lebih baik dan merata di
pusat dan daerah.
Seperti yang sudah dikemukakan oleh mentri kesehatan Nila Djuwita F Moeloek
kalau akan lebih mengutamakan promotif dan preventif dibandingkan Kuratif dan
rehabilitatif. Dengan menggunakan metode ini bisa saya meminimalisir pembiayaan
di bidang kesehatan, karna dengan pencegahan penyakit akan mengurangi jumlah
yang sakit, sehinggah pembiayaan berobatpun akan bisa diminimalisir.
Cara lain yang bisa dilakukan seperti menggunakan pelayanan kesehatan
masyarakat, meciptakan tenaga kesehatan masyarakat yang handal sehinggah bisa
menerapkan sistem surveilens di setiap pelayanan kesehatan. Karna jika sistem
surveilens berjalan dengan baik, akan sangat mudah mudah mencegah penyebaran
penyakit dengan melakukan program kewaspadaan dini. Sehinggah biaya yang
dikeluarkan untuk kuratif dan rehabilitiatif akan berkurang.