Vous êtes sur la page 1sur 12

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan
makalah ini tepat waktu.

Makalah tentang Asuhan Keperawatan Pada Hipoparatiroid ini disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Sistem Endokrin kelompok mahasiswa keperawatan UNTAN untuk mata
kuliah Sistem Endokrin.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ichsan Budiharto, Ns., M.Kep. selaku dosen mata kuliah sistem Endokrin yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan demi terselesaikannya makalah ini.
2. Rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Namun, kami menyadari bahwa kekurangan dalam penyusunan makalah ini pasti ada.
Oleh karena itu, masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa kami
harapkan demi perbaikan makalah ini.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca baik itu mahasiswa maupun
masyarakat dan dapat menjadi sumber ilmu pengetahuan yang berguna untuk kita semua. Akhir
kata kami ucapkan terima kasih.

Pontianak, 9 mei 2016

Kelompok 3

1
Daftar Isi

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. 1


Daftar Isi ....................................................................................................................................................... 2
BAB I ............................................................................................................................................................ 3
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 3
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................................................. 4
1.4 Metode Penelitian .............................................................................................................................. 4
BAB II........................................................................................................................................................... 5
ASUHAN KEPERAWATAN....................................................................................................................... 5
2.1 Pengkajian ........................................................................................................................................... 5
2.2 Diagnosa Keperawatan ....................................................................................................................... 6
2.3 Rencana Tindakan Keperawatan......................................................................................................... 7
Pathway .................................................................................................................................................. 10
BAB III ....................................................................................................................................................... 11
PENUTUP .................................................................................................................................................. 11
3.1 Kesimpulan........................................................................................................................................ 11
3.2 Saran ................................................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 12

2
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kelenjar paratiroid, yang terletak di bagian posterior kelenjar tiroid, bertanggung


jawab mempertahankan konsentrasi kalsium serum dalam kisaran normalnya. Kelenjar
ini menghasilkan hormone paratiroid (PTH) yang selanjutnya bekerja di tulang, ginjal
dan usus. PTH adalah pengendali utama keseimbangan kalsium. Bila konsentrasi kalsium
serum turun di bawah nilai 8,8 mg/dL (kalsium serum total) atau 2,2 mg/dL (ion
kalsium), maka sekresi PTH akan meningkatkan reabsorbsi dan mengurangi kapasitas
bersihan kalsium serta sebaliknya meningkatkan ekskresi fosfat di tubulus ginjal. Di
jaringan tulang, PTH merangsang aktivitas osteoklastik, sehingga memobilisasi kalsium
dan fosfat dari tulang ke dalam peredaran darah, yang akan meningkatkan konsentrasi
kalsium serum. Sementara itu, PTH meningkatkan kapasitas absorbsi kalsium dan fosfat
di usus halus melalui stimulasi produksi vitamin D3 (1,25-dihidroksi choleciferol,
kalsitriol) dari 25-hidroksi-D di ginjal. Kalsitriol yang terbentuk juga menurunkan
reabsorbsi kalsium di ginjal itu sendiri.

Secara umum, terdapat hubungan linear dan inversi antara kadar kalsium serum
dan PTH yaitu bila konsentrasi kalsium serum turun, maka sekresi PTH akan meningkat
dengan tujuan normalisasi kadar kalsium serum, sebaliknya bila konsentrasi kalsium
serum meningkat di atas ambang normal, maka melalui suatu mekanisme umpan balik
negatif yang bekerja akibat konsentrasi kalsium serum dan vitamin D3, maka sintesis
serta sekresi PTH akan terhenti, kalsitonin disekresikan dari kelenjar tiroid untuk
mengembalikan keseimbangan kalsium. Kalsium dikeluarkan dari plasma melalui saluran
cerna (100-200 mg/hari), urin (50-300 mg/hari) serta sisanya disimpan kembali ke dalam
tulang (100 mg/hari). Hormon paratiroid juga menyebabkan phosphaturia, jika
kekurangan cairan fosfat. hiperparatiroidisme biasanya terbagi menjadi primer, sekunder
dan tersier. (Lawrence Kim, MD, 2005).

3
Hipoparatiroidisme adalah suatu ketidakseimbangan metabolisme kalsium dan
fosfat yang terjadi karena produksi hormon paratiroid yang kurang sehingga
menyebabkan hipokalsemia. (Kowalak, 2011). Di Amerika Serikat jarang di temukan
kira kira 1000 kasus setahun dapat ditemukan penderita penyakit ini. Hipoparatiroidisme
adalah gangguan yang jarang di temukan , yang menyebabkan hipokalsemia, baik yang
timbul secara genetik ,atau akuesitas, biasanya akibat cidera atau pengangkatan kelenjar
paratiroid yang tidak di sengaja pada waktu pembedahan kelenjar tiroid atau paratiroid
atau pembedahan daerah leher lainnya. Bentuk familiar berupa gangguan sex-lin ked
resesif atau otosom domina. Yang terakhir telah di lakukan berkaitan dengan anemia
pernesiosa, hipogona disme dan insufisiensi adrenal. Pseudohipoparatiroidisme, suatu
cacat genetic , di mana jaringan sasaran tidak memberi respon terhadap parathormon
mempunyai hubungan dengan berbagai kelainan rangka. Hipoparatiroid terjadi akibat
hipofungsi paratiroid atau kehilangan fungsi kelenjar paratiroid. Namun begitu, kondisi
ini merupakan kondisi yang langka yang umumnya terjadi setelah pengangkatan keempat
kelenjar secara tidak sengaja pada operasi tumor leher. Penyebab kongenital, genetic atau
autoimun dari hipoparatiroidisme sangat jarang.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan hipoparatiroid?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan hipoparatiroid


2. Tujuan Khusus
Menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan hipoparatiroid

1.4 Metode Penelitian


Penulisan makalah ini dengan menggunajan metode studi keTpustakaan yaitu cara
mencari dan membaca literature yang ada di perpustakaan, jurnal, serta media internet.

4
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian
Dalam pengkajian klien dengan hipoparatiroidisme yang penting adalah mengkaji
manifestasi distres pernapasan sekunder terhadap laringospasme. Pada klien dengan
hipoparatiroidisme akut, perlu dikaji terhadap adanya tanda perubahan fisik nyata seperti kulit
dan rambut kering. Kaji juga terhadap sindrom seperti Parkinson atau adanya katarak.
Pengkajian keperawatan lainnya mencakup :

1. Identitas klien

2. Riwayat kesehatan klien.

1. Keluhan Utama : Kelainan bentuk tulang, Perdarahan sulit berhenti, Kejang-kejang,


kesemutan dan lemah.
2. Riwayat penyakit sekarang : Sejak kapan klien menderita penyakit?
3. Riwayat penyakit dahulu : Apakah klien pernah mengalami tindakan operasi khususnya
pengangkatan kelenjar paratiroid atau tiroid? Apakah ada riwayat penyinaran daerah
leher ? Pada hipoparatiroidisme dapat di jumpai riwayat tiroidektomi sebelumnya di
sertai terangkatnya atau rusaknya kelenjar-kelenjar paratiroid. Pada keadaan tersebut ,
gejala secara khas muncul satu hari setelah operasi.
4. Riwayat penyakit keluarga : Apakah ada anggota keluarga yang berpenyakit sama ?

3. Pemeriksaan fisik yang mencakup :

1. B1 (Sistem Pernafasan): Pernapasan bunyi (stridor).


2. B2 (Sistem Kardiovaskuler): Kegagalan dalam menegakkan diagnosis dan menangani
hipokalsemia berat dapat menyebabkan Kerja jantung menjadi tak teratur, dan pada
kasus-kasus yang berat, dapat terjadi henti jantung.
3. B3 (Sistem Persyarafan): Terjadi Tetani. tanda-tanda ini muncul akibat peningkatan
ambang rangsang neuromuskular yang di sebabkan oleh hipokalsemia . kadar kalsium
yang rendah atau penurunan kadar kalsium yang cepat dapat mencetuskan serangan
5
kejang pada anak-anak. Aktivitas saraf juga mengalami perubahan, terjadi fluktuasi
antara hipereksitabilitas dan depresi.
4. B4 (Sistem Perkemihan):-
5. B5 (Sistem Pencernaan): -
6. B6 (Sistem Integumen dan Muskuloskeletal): Kejang otot di muka, tangan dan kaki,
Tanda Chvosteks atau Trousseaus, kulit kering atau bersisik, rambut jarang dan tipis,
pertumbuhan kuku buruk, deformitas dan mudah patah kaku pada ekstremitas. Tanda
Chvostek menunjukkan hasil positif apabila pengetukan yang dilakukan secara tiba tiba
di daerah nervus fasialis tepat di depan kelenjar parotis dan di sebelah anterior telinga
menyebabkan spasme atau gerakan kedutan pada mulut, hidung dan mata. Tanda
Throusseaus dianggap positif apabila terjadi spasme karpopedal yang ditimbulkan akibat
penyumbatan aliran darah ke lengan selama 3 menit dengan manset sentimeter.

4. Pemeriksaan penunjang, termasuk :

1. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan kadar kalsium serum

Tetanus terjadi pada kadar kalsium serum yang berkisar dari 5-6 mg/dl (1,2 - 1,5mmol/L) atau
lebih rendah lagi. Fosfat anorganik dalam serum tinggi, Fosfatase alkali normal atau rendah.

2. Pemeriksaan radiologi.

Foto Rontgen

 Sering terdapat kalsifikasi yang bilateral pada ganglion basalis di tengkorak


 Kadang-kadang terdapat pula kalsifikasi di serebellum dan pleksus koroid

Sinar-x : Density dari tulang bisa bertambah

EKG : Biasanya QT-interval lebih panjang

2.2 Diagnosa Keperawatan


Klien dengan hipoparatiroidisme rentan terhadap hipoklasmeia, yang dapat mengarah pada
Tetani otot yang berhubungan dengan penurunan kadar kalsium serum. Dan karena kondisi

6
hipoparatiroidisme dapat menjadi kondisi yang kronis, klien harus dapat melakukan perawatan
diri, sehingga membuat diagnosa keperawatan Risiko terhadap infektif penataklasanaan
regimen terapeutik (individual) yang berhubungan dengan regime diet dan medikasi menjadi
penting untuk klien ini. Secara umum diagnosa keperawatan utama pada klien ini adalah

1. Tetani otot yang berhubungan dengan penurunan kadar kalsium serum.


2. Risiko terhadap inefektif penatalaksanaan regimen terapeutik (individual) yang
berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang regimen diet dan medikasi.

2.3 Rencana Tindakan Keperawatan


1. Masalah kolaboratif : Tetani otot yang berhubungan dengan penurunan kadar kalsium serum.

Tujuan : Klien tidak akan menderita cidera, seperti yang dibuktikan oleh kadar kalsium
kembali ke batas normal, frekuensi pernapasan normal, dan gas-gas darah dalam batas normal.

Kriteria Hasil:

1. Kadar kalsium dalam serum kembali normal (8.5 to 10.5 mg per deciliter)

2. Frekuensi pernapasan kembali normal

3. Gas-gas dalam darah dalam batas normal

Intervensi Keperawatan :

1. Saat merawat klien dengan hipoparatiroidisme hebat, selalu waspadalah terhadap spasme
laring dan obstruksi pernapasan. Siapkan selalu set selang endotrakeal, laringoskop, dan
trakeostomi saat merawat klien dengan tetani akut.

Rasional : Untuk mengantisipasi terjadinya kejang mendadak yang mengganggu pernapasan


klien.

2. Berikan suplemen vitamin D dan kalsium sesuai program

Rasional : Untuk mambantu memenuhi kekurangan kalsium dalam tubuh.

3. Jika selang infus harus dilepas, biasanya hanya diklem dulu untuk beberapa waktu sehingga
selalu tersedia akses vena yang cepat.

7
Rasional : Untuk memberikan penanganan yang cepat pada klien jika terjadi hipokalsemia
yang mendadak.

4. Kolaborasi : Jika klien berisiko terhadap hipokalsemia mendadak, seperti setelah


tiroidektomi, selalu disiapkan cairan infus kalsium glukonas intravena di dekat tempat tidur
klien untuk segera digunakan jika diperlukan.

Rasional : Untuk memberikan penanganan yang cepat pada klien jika terjadi hipokalsemia
yang mendadak.

2. Risiko terhadap inefektif penatalaksanaan regimen terapeutik (individual) yang berhubungan


dengan kurang pengetahuan tentang regimen diet dan medikasi.

Tujuan : Klien akan mengerti tentang diet dan medikasinya, seperti yang dibuktikan oleh
pernyataan klien dan kemampuan klien untuk mengikuti regimen diet dan terapi.

Kriteria Hasil:

1. Mengerti tentang diet dan medikasi


2. Mengenali gejala gejala hipoparatiroid
3. Mengetahui dan melaksanakan asupan tinggi kalsium rendah fosfor

Intervensi Keperawatan :

1. Penyuluhan kesehatan untuk klien dengan hipoparatiroidisme

Rasional : Penyuluhan sangat penting karena klien akan membutuhkan medikasi dan
modifikasi diet sepanjang hidupnya.

2. Saat memberikan penyuluhan kesehatan tentang semua obat-obat yang harus digunakan di
rumah, pastikan klien mengetahui semua bentuk vitamin D, kecuali dehidroksikolelalsiferol,
diasimilasi dengan lambat dalam tubuh. Oleh karenanya akan membutuhkan waktu satu
minggu atau lebih untuk melihat hasilnya.

Rasional : Obat obat tersebut penting untuk mempertahankan hidupnya.

8
3. Ajarkan klien tentang diet tinggi kalsium namun rendah fosfor. Ingatkan klien untuk
menyingkirkan keju dan produk susu dari dietnya, karena makanan ini mengandung fosfor.

Rasional : Asupan diet yang seimbang akan meningkatkan kadar kasium darah.

4. Tekankan pentingnya perawatan medis sepanjang hidup bagi klien hipoparatiroidisme.


Instruksikan klien untuk memeriksakan kadar kalsium serum sedikitnya tiga kali setahun.

Rasional : Kadar kalsium serum harus dipertahankan normal untuk mencegah komplikasi. Jika
terjadi hiperkalsemia atau hipokalsemia, dokter harus menyesuaikan regimen terapeutik untuk
memperbaiki ketidakseimbangan.

9
Pathway

Hipoparatiroid

Defisiensi parathormon yang mengakibatkan kenaikan kadar fosfat darah


(hiperfosfatemia) dan penurunan konsentrasi kalsium darah (hipokalsemia)

Penurunan absorpsi intestinal kalsium dari


makanan dan penurunan resorpsi kalsium dari
tulang disepanjang tubulus renalis

Iritabilitas system Tidak paham mengenai


neuromuscular terapi diet dan medik

Tetani Otot Risiko terhadap inefektif


penatalaksanaan regimen
terapeutik (individual)

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hipoparatiroid adalah gabungan gejala dari produksi hormon paratiroid yang
tidak adekuat. Keadaan ini jarang sekali ditemukan dan umumnya sering sering
disebabkan oleh kerusakan atau pengangkatan kelenjar paratiroid pada saat operasi
paratiroid atau tiroid, dan yang lebih jarang lagi adalah tidak adanya kelenjar paratiroid
(secara congenital). Kadang-kadang penyebab spesifik tidak dapat diketahui. Asuhan
keperawatan seperti pengkajian, diagnosa Keperawatan, dan rencana Tindakan
Keperawatan.

3.2 Saran

Dalam pembuatan makalah ini kelompok masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu kelompok meminta kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga makalah
yang kami buat dapat bermanfaat bagi pembaca.

11
DAFTAR PUSTAKA

Arthur, C Guyton. 1990.Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit. Jakarta: EGC


Delf, mohlan H.1996. Major diagnosis fisik.Jakarta: EGC
Dharmawan, Harjanto David dkk. 2008. Seorang Penderita Hipokalsemia Berat oleh karena
Hipoparatiroidisme Didapat. Denpasar. Jurnal Penyakit Dalam. Vol 9 No 2:
134-143
D. welsb, P.2009. Pemeriksaan fisik dan anamnesis klinis. Jakarta: EGC
Ganong.1998.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
Kozier, et al.1993. Fundamental of nursing. California: Addison-Wesley Publishing
Company.
Price, Sylvia Anderson. 1995. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. Jakata
EGC
Rumahorbor, Hotma.1999. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Endokrin.Jakarta:EGC
Smeltzer, Suzzane C & Brenda G. Bare. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8 Volume 1. Jakarta : EGC

12

Vous aimerez peut-être aussi