Vous êtes sur la page 1sur 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Modernisasi membawa perubahan pada segi kehidupan masyarakat.

Tingkat sosial ekonomi masyarakat, kemajuan di bidang pelayanan kesehatan, dan

tingkat pengetahuan masyarakat yang meningkat menyebabkan bertambahnya

usia harapan hidup manusia. Seiring dengan bertambahnya usia harapan hidup

mengakibatkan kelompok lanjut usia (lansia) yang berusia 60 tahun ke atas lebih

banyak dibandingkan kelompok usia lainnya (Menkokesra, 2008).

Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010, jumlah lansia di Indonesia

mencapai 18,04 juta jiwa atau 7,59%. Pada tahun 2020 jumlah lansia di Indonesia

diperkirakan akan mengalami peningkatan mencapai angka 11,4% dari total

penduduk atau sekitar 32 juta jiwa. Sementara itu Provinsi Bali merupakan

peringkat ke empat dari lima provinsi yang memiliki jumlah lansia terbanyak di

Indonesia yaitu sekitar 360.300 jiwa (9,25%). Jumlah tersebut diperkirakan akan

meningkat setiap tahunnya (BPS, 2010).

Menurut Maurer dan Smith (2005), masa tua merupakan fase kehidupan

yang ditandai dengan terjadinya proses penurunan fisik, mental maupun

psikososial, sehingga mereka dapat digolongkan sebagai kelompok berisiko.

Risiko pada lansia dapat dikaitkan dengan umur yang semakin tua, (at risk related

ages) dan juga adanya peristiwa kehidupan yang penuh stress (life event) sehingga

1
2

mengakibatkan konsekuensi berupa tingginya masalah kesehatan pada lansia salah

satunya yaitu depresi.

Data insiden mengenai depresi di Indonesia sangat bervariasi. Menurut

WHO (2001), menyatakan bahwa hampir 30% lansia menderita depresi, namun

yang terdiagnosis dan tertangani hanya 5%. Sementara itu menurut Dewi, dkk

(2007), mengatakan bahwa angka depresi pada lansia di Indonesia sebesar 6,5%,

sedangkan angka depresi pada lansia yang menderita penyakit lebih tinggi, yakni

sekitar 12-24%. Angka depresi di Bali tidak tercatat dalam databased laporan

Dinas Kesehatan Provinsi Bali maupun Kabupaten di Bali, namun menurut

pendapat Suryani (2009), menyatakan bahwa hampir 7000 penduduk Bali

menderita depresi berat dan mengarah ke gangguan jiwa berat. Sementara itu hasil

penelitian menunjukkan bahwa kejadian depresi pada Lansia yang tinggal di Panti

Werdha sebanyak 38,5% (Wulandari, 2011). Berdasarkan survey pendahuluan

yang dilakukan pada bulan Januari 2014, dari 12 orang lansia yang diwawancarai

di Panti Werdha Wana Sraya Denpasar sebanyak 8 orang (66%) mengalami

depresi dengan tingkat yang bervariasi. Sebagian besar lansia (60%) mengalami

penyakit kronis seperti Hipertensi, Osteoartritis, Osteoporosis dan yang lainnya,

terdapat 33,3% lansia yang mengalami ketergantungan dan 16,6% lansia

mengalami disorientasi orang dan waktu.

Depresi terjadi sebagai dampak beragam perubahan dan kehilangan dalam

hidup (multiple loss), seperti : perubahan sosiodemografi dan konsekuensinya,

pensiun, penurunan kesehatan, kurangnya hubungan sosial, dan kehilangan orang

yang dicintai. Depresi pada lansia banyak dihubungkan dengan penurunan dan
3

kehilangan fungsi fisiknya (Furner et al., 2006). Depresi semakin meningkat pada

lansia, sebagai akibat adanya kontribusi faktor risiko lain seperti sosiodemografi,

penyakit kronis, kurangnya komunikasi, dukungan sosial dan kurangnya

pengetahuan masyarakat maupun lansia tentang depresi (Kleinman, 2004).

Sementara itu menurut Kaplan dan Sadock (2010) faktor penyebab depresi pada

lansia antara lain adalah faktor biologi, psikologi, stres kronis, penggunaan obat.

Adapun faktor biologi antara lain adalah genetik, perubahan struktural otak, risiko

vaskular, dan kelemahan fisik. Faktor psikologi penyebab depresi pada lansia

antara lain adalah tipe kepribadian dan dukungan sosial.

Persoalan yang mendesak dari penduduk lanjut usia, adalah adanya lanjut

usia yang miskin telantar, cacat, dan mengalami tindak kekerasan. Pada tahun

1991, jumlah lansia terlantar diperkirakan 1.811.484 jiwa sementara daya

tampung Panti Werdha masih relatif kecil (Komnas Lanjut Usia, 2010).

Sebagian besar penduduk lanjut usia di Indonesia hidup bertempat tinggal

bersama keluarganya. Namun, di sisi lain terdapat pula Panti Werdha yaitu suatu

institusi hunian bersama dari para lanjut usia. Perbedaan tempat tinggal ini

memunculkan perbedaan lingkungan fisik, sosial, ekonomi, psikologis dan

spiritual religius. Perbedaan faktor lingkungan tempat tinggal dapat berinteraksi

dengan status kesehatan penduduk usia lanjut yang tinggal di dalamnya.

Perbedaan jenis tempat tinggal disebutkan sebagai faktor prediktor independen

untuk terjadinya depresi pada lanjut usia (Cahyawati, 2009).

Pemda Bali memiliki dua Panti Werdha yakni: Wana Seraya (Denpasar)

dan Jana Mara Pati (Lovina-Singaraja) dengan jumlah 68 orang di Singaraja dan
4

47 orang di Denpasar. Fenomena didirikannya Panti Werdha di Bali oleh

pemerintah, sesungguhnya dapat digunakan membaca kembali kekuatan relasi

sosial di Bali. Hal ini terkait dengan pola kekeluargaan dan kekerabatan di Bali,

khususnya perlakuan terhadap orang tua serta tingkat kesejahteraan dan dukungan

sosial terhadap para lansia. Dewasa ini ada kecenderungan masyarakat

memisahkan orang tua dengan menitipkan orang tua atau anggota keluarga lanjut

usia untuk tinggal di panti-panti jompo milik pemerintah atau swasta. Lansia

yang berada di Panti Werda cenderung mengatakan keluarga jarang

mengunjunginya sehingga merasa tersisihkan.

Berbagai upaya telah dilakukan dalam menurunkan angka kejadian

depresi, salah satunya oleh Yayasan Suryani, dalam bentuk latihan meditasi dan

penemuan dini terhadap depresi (Suryani Institute, 2009). Upaya lain yang

dilakukan oleh Dinas Sosial Proinsi Bali khususnya Panti Werdha melalui

kegiatan-kegiatan baik aktifitas fisik, psikologis, sosial dan spiritual pada lansia.

Melihat kondisi tersebut peran tenaga kesehatan masyarakat sangat diperlukan

dengan harapan terjadi penurunan kejadian depresi serta meningkatnya kualitas

hidup lansia.

Kajian komprehensif dan mendalam tentang fenomena depresi pada lansia

belum banyak dilakukan. Untuk itu peneliti tertarik melakukan penelitian untuk

menganalisis faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian depresi pada lansia

yang berada di Panti Werdha di Bali.


5

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut maka rumusan masalah

sebagai berikut:

1. “Apakah faktor sosiodemografi: umur, jenis kelamin, status perkawinan,

pendidikan dan alasan masuk Panti Werdha berhubungan dengan kejadian

depresi pada lansia di Panti Werdha Dinas Sosial Provinsi Bali ?”

2. “Apakah faktor dukungan sosial: dukungan informasi, dukungan

emosional, dukungan instrumental dan dukungan penghargaan

berhubungan dengan kejadian depresi pada lansia di Panti Werdha Dinas

Sosial Provinsi Bali ?”

3. “Apakah faktor status kesehatan: riwayat penyakit kronis, kemampuan

aktivitas rutin dan kemampuan fungsi kognitif berhubungan dengan

kejadian depresi pada lansia di Panti Werdha Dinas Sosial Provinsi Bali ?”

3.3 Tujuan Penelitian

3.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko

yang berhubungan dengan kejadian depresi pada lansia di Panti Werdha Dinas

Sosial Provinsi Bali.

3.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khususnya yaitu untuk mengetahui :

1) Hubungan antara umur dengan kejadian depresi pada lansia di Panti

Werdha Dinas Sosial Provinsi Bali.


6

2) Hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian depresi pada lansia di

Panti Werdha Dinas Sosial Provinsi Bali.

3) Hubungan antara status perkawinan dengan kejadian depresi pada lansia di

Panti Werdha Dinas Sosial Provinsi Bali.

4) Hubungan antara pendidikan dengan kejadian depresi pada lansia di Panti

Werdha Dinas Sosial Provinsi Bali.

5) Hubungan antara alasan masuk Panti Werdha dengan kejadian depresi

pada lansia di Panti Werdha Dinas Sosial Provinsi Bali.

6) Hubungan antara dukungan informasi dengan kejadian depresi pada lansia

di Panti Werdha Dinas Sosial Provinsi Bali.

7) Hubungan antara dukungan emosional dengan kejadian depresi pada lansia

di Panti Werdha Dinas Sosial Provinsi Bali.

8) Hubungan antara dukungan instrumental dengan kejadian depresi pada

lansia di Panti Werdha Dinas Sosial Provinsi Bali.

9) Hubungan antara dukungan penghargaan dengan kejadian depresi pada

lansia di Panti Werdha Dinas Sosial Provinsi Bali.

10) Hubungan antara riwayat penyakit kronis dengan kejadian depresi pada

lansia di Panti Werdha Dinas Sosial Provinsi Bali.

11) Hubungan antara kemampuan aktivitas rutin (Activity Daily Living)

dengan kejadian depresi pada lansia di Panti Werdha Dinas Sosial Provinsi

Bali.

12) Hubungan antara kemampuan fungsi kognitif dengan kejadian depresi

pada lansia di Panti Werdha Dinas Sosial Provinsi Bali.


7

13) Faktor yang dominan berpengaruh terhadap kejadian depresi pada lansia

di Panti Werdha Dinas Sosial Provinsi Bali.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Teoritis

Menambah khasanah pengembangan teori dan konsep ilmu kesehatan

masyarakat terutama terhadap kesehatan lanjut usia yang mengalami

depresi. Data yang ditemukan dapat digunakan sebagai informasi dalam

pengembangan pemahaman tentang faktor risiko yang berhubungan dengan

kejadian depresi pada lansia yang berada di Panti Werdha khususnya dalam

Konsep Model Precede-Proceed sebagai bentuk pengembangan Ilmu

Kesehatan Masyarakat.

1.4.2 Praktis

1) Data tentang sosiodemografi yang meliputi : umur, jenis kelamin, status

perkawinan, pendidikan dan alasan masuk Panti Werdha akan berguna

untuk memberikan gambaran tentang kelompok-kelompok lansia yang

berisiko tinggi, sehingga mempermudah dalam menetapkan sasaran

program kegiatan.

2) Data tentang dukungan sosial yang meliputi: dukungan informasi,

dukungan emosional, dukungan instrumental dan dukungan penghargaan

akan memberikan gambaran tentang kondisi nyata hubungan sosial lansia

yang mengalami depresi dengan keluarga maupun lingkungan sekitar.

Gambaran ini digunakan dalam merancang proses pemberdayaan


8

masyarakat khususnya keluarga dalam melakukan penanganan terhadap

depresi.

3) Data tentang status kesehatan yang meliputi: riwayat penyakit kronis,

kemampuan aktivitas rutin dan kemampuan fungsi kognitif akan

memberikan gambaran hubungan perilaku dan kondisi kesehatan dengan

kejadian depresi pada lansia sehingga membantu mencari solusi untuk

mengatasinya.

4) Semua data yang didapatkan pada penelitian ini, merupakan awal dalam

menetapkan diagnosis sebagai landasan untuk menyusun strategi promosi

kesehatan, pencegahan dan penanganan depresi pada lansia khususnya

yang berada di Panti Werdha, termasuk juga pada keluarga dan

masyarakat.

Vous aimerez peut-être aussi