Vous êtes sur la page 1sur 14

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Terapi cairan dibutuhkan bila tubuh tidak mendapatkan asupan air, elektrolit
serta zat-zat makanan ke dalam tubuh secara oral, misalnya pada saat pasien harus
berpuasa lama, karena pembedahan saluran cerna, perdarahan banyak, syok
hipovolemik, anoreksia berat, mual muntah dan lain-lain. Dengan terapi cairan
kebutuhan akan air dan elektrolit akan terpenuhi. Selain itu terapi cairan juga dapat
digunakan untuk memasukkan obat dan zat makanan secara rutin atau juga digunakan
untuk menjaga keseimbangan asam basa.1,2

Keberhasilan terapi cairan pada anak sangat ditentukan oleh kemampuan tenaga
medis untuk mengenali dan memberikan terapi yang tepat sedini mungkin. Walaupun
penelitian mengenai terapi cairan dan elektrolit telah banyak dilakukan, namun topik ini
masih menimbulkan banyak perdebatan, oleh karena sulitnya menerapkan guideline
yang tersedia pada kondisi gawat darurat dan kejadian yang tidak diinginkan lebih
sering terjadi akibat dari terapi cairan dibandingkan dengan terapi obat – obatan. Salah
satu metode untuk menentukan kebutuhan cairan pada anak adalah dengan
menggunakan rumus Holliday and Segar, namun beberapa penelitian Meta-Analysis dan
Systemic Review menunjukkan bahwa metode ini meningkatkan risiko terjadinya
hyponatremia dan ensefalopati hyponatremia pada anak – anak yang menggunakan
cairan hipotonik sebagai terapi cairan. Ditengah perdebatan tersebut, penggunaan cairan
isotonik untuk terapi cairan pada anak, merupakan pilihan terbaik untuk mengoreksi
dehidrasi hipotonik, dehidrasi isonatremia, dan dehidrasi hypernatremia.1,2

1.2 TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan tinjauan pustaka ini adalah untuk mengetahui prinsip – prinsip
terapi cairan pada anak, pemilihan cairan yang tepat, serta mengetahui kebutuhan cairan
yang tepat sehingga mendapatkan outcome maksimal.
BAB II

1
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 FISIOLOGI CAIRAN TUBUH

Air merupakan bagian terbesar pada tubuh manusia, persentasenya dapat


berubah tergantung pada umur, jenis kelamin dan derajat obesitas seseorang. Pada bayi
Usia < 1 tahun cairan tubuh adalah sekitar 80-85% berat badan dan pada bayi usia > 1
tahun mengandung air sebanyak 70-75 %. Seiring dengan pertumbuhan manusia,
persentase jumlah cairan terhadap berat badan berangsur-angsur turun yaitu pada laki-
laki dewasa 50-60% berat badan, sedangkan pada wanita dewasa 50 % berat badan.
Perubahan jumlah dan komposisi cairan tubuh, yang dapat terjadi pada perdarahan, luka
bakar, dehidrasi, muntah, diare, dan puasa preoperatif maupun perioperatif, dapat
menyebabkan gangguan fisiologis yang berat. Jika gangguan tersebut tidak dikoreksi
secara adekuat sebelum tindakan anestesi dan bedah, maka resiko penderita menjadi
lebih besar.3
Cairan tubuh pada manusia dibagi menjadi dua kelompok yakni :
A. Cairan intraselular
Cairan yang terkandung di antara sel disebut cairan intraselular. Pada orang dewasa,
sekitar duapertiga dari cairan dalam tubuhnya terdapat di intraselular (sekitar 27 liter
rata-rata untuk dewasa laki-laki dengan berat badan sekitar 70 kilogram), sebaliknya
pada bayi hanya setengah dari berat badannya merupakan cairan intraselular.4,5
B. Cairan ekstraselular
Cairan yang berada di luar sel disebut cairan ekstraselular. Jumlah relatif cairan
ekstraselular berkurang seiring dengan usia. Pada bayi baru lahir, sekitar setengah dari
cairan tubuh terdapat di cairan ekstraselular. Setelah usia 1 tahun, jumlah cairan
ekstraselular menurun sampai sekitar sepertiga dari volume total. Ini sebanding dengan
sekitar 15 liter pada dewasa muda dengan berat rata-rata 70kg.4,5

Cairan ekstraselular dibagi menjadi:


A. Cairan Interstitial

2
Cairan yang mengelilingi sel termasuk dalam cairan interstitial, sekitar 11- 12 liter pada
orang dewasa. Cairan limfe termasuk dalam volume interstitial. Relatif terhadap ukuran
tubuh, volume interstitial fluid adalah sekitar 2 kali lipat pada bayi baru lahir
dibandingkan orang dewasa.3
B. Cairan Intravaskular
Merupakan cairan yang terkandung dalam pembuluh darah (contohnya volume plasma).
Rata-rata volume darah orang dewasa sekitar 5-6L dimana 3 liternya merupakan
plasma, sisanya terdiri dari sel darah merah, sel darah putih dan platelet.
C. Cairan transeluler
Merupakan cairan yang terkandung diantara rongga tubuh tertentu seperti serebrospinal,
perikardial, pleura, sendi sinovial, intraokular dan sekresi saluran pencernaan. Pada
keadaan sewaktu, volume cairan transeluler adalah sekitar 1 liter, tetapi cairan dalam
jumlah banyak dapat masuk dan keluar dari ruang transeluler.3
Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis elektrolit yakni :
o Kation
Kation utama dalam cairan ekstraselular adalah sodium (Na+), sedangkan kation
utama dalam cairan intraselular adalah potassium (K+). Suatu sistem pompa terdapat
di dinding sel tubuh yang memompa keluar sodium dan potassium ini.3,6
o Anion
Anion utama dalam cairan ekstraselular adalah klorida (Cl-) dan bikarbonat,
sedangkan anion utama dalam cairan intraselular adalah ion fosfat (PO4 3-). Karena
kandungan elektrolit dalam plasma dan cairan interstitial pada intinya sama maka
nilai elektrolit plasma mencerminkan komposisi dari cairan ekstraseluler tetapi tidak
mencerminkan komposisi cairan intraseluler.3,6
Jenis – jenis elektrolit dalam tubuh:
1. Natrium
Natrium sebagai kation utama didalam cairan ekstraseluler dan paling berperan
di dalam mengatur keseimbangan cairan. Kadar natrium plasma: 135-145mEq/liter.3,6
Kadar natrium dalam plasma diatur lewat beberapa mekanisme:
- Left atrial stretch reseptor
- Central baroreseptor

3
- Renal afferent baroreseptor
- Aldosterone (reabsorpsi di ginjal)
- Atrial natriuretic factor
- Sistem renin angiotensin
- Sekresi ADH
- Perubahan yang terjadi pada air tubuh total (TBW=Total Body Water)
Kadar natrium dalam tubuh 58,5mEq/kgBB dimana + 70% atau 40,5mEq/kgBB
dapat berubah-ubah. Ekresi natrium dalam urine 100-180mEq/liter, faeces
35mEq/liter dan keringat 58mEq/liter. Kebutuhan setiap hari = 100mEq (6-15 gram
NaCl). Natrium dapat bergerak cepat antara ruang intravaskuler dan interstitial
maupun ke dalam dan keluar sel. Apabila tubuh banyak mengeluarkan natrium
(muntah,diare) sedangkan pemasukkan terbatas maka akan terjadi keadaan dehidrasi
disertai kekurangan natrium. Kekurangan air dan natrium dalam plasma akan diganti
dengan air dan natrium dari cairan interstitial. Apabila kehilangan cairan terus
berlangsung, air akan ditarik dari dalam sel dan apabila volume plasma tetap tidak
dapat dipertahankan terjadilah kegagalan sirkulasi.2,6
2. Kalium
Kalium merupakan kation utama (99%) di dalam cairan ekstraseluler berperan
penting di dalam terapi gangguan keseimbangan air dan elektrolit. Jumlah kalium
dalam tubuh sekitar 53 mEq/kgBB dimana 99% dapat berubah-ubah sedangkan yang
tidak dapat berpindah adalah kalium yang terikat dengan protein didalam sel. 2,7
Kadar kalium plasma 3,5-5,0 mEq/liter, kebutuhan setiap hari 1-3 mEq/kgBB.
Keseimbangan kalium sangat berhubungan dengan konsentrasi H+ ekstraseluler.
Ekskresi kalium lewat urine 60-90 mEq/liter, faeces 72 mEq/liter dan keringat 10
mEq/liter.2,7
3. Kalsium
Kalsium dapat dalam makanan dan minuman, terutama susu, 80-90%
dikeluarkan lewat faeces dan sekitar 20% lewat urine. Jumlah pengeluaran ini
tergantung pada intake, besarnya tulang, keadaan endokrin. Metabolisme kalsium
sangat dipengaruhi oleh kelenjar-kelenjar paratiroid, tiroid, testis, ovarium, da

4
hipofisis. Sebagian besar (99%) ditemukan didalam gigi dan + 1% dalam cairan
ekstraseluler dan tidak terdapat dalam sel.2,7
4. Magnesium
Magnesium ditemukan di semua jenis makanan. Kebutuhan untuk pertumbuhan
+ 10 mg/hari. Dikeluarkan lewat urine dan faeces.2
Proses Pergerakan Cairan Tubuh
Perpindahan air dan zat terlarut di antara bagian-bagian tubuh melibatkan
mekanisme transpor pasif dan aktif. Mekanisme transpor pasif tidak membutuhkan
energi sedangkan mekanisme transpor aktif membutuhkan energi. Difusi dan osmosis
adalah mekanisme transpor pasif. Sedangkan mekanisme transpor aktif berhubungan
dengan pompa Na-K yang memerlukan ATP. 5,7,8
Proses pergerakan cairan tubuh antar kompertemen dapat berlangsung secara:
a. Osmosis
Osmosis adalah bergeraknya molekul (zat terlarut) melalui membran semipermeabel
(permeabel selektif) dari larutan berkadar lebih rendah menuju larutan berkadar lebih
tinggi hingga kadarnya sama. Seluruh membran sel dan kapiler permeabel terhadap
air, sehingga tekanan osmotik cairan tubuh seluruh kompartemen sama. Membran
semipermeabel ialah membran yang dapat dilalui air (pelarut), namun tidak dapat
dilalui zat terlarut misalnya protein.5,7,8
Tekanan osmotik plasma darah ialah 285+ 5 mOsm/L. Larutan dengan tekanan
osmotik kira-kira sama disebut isotonik (NaCl 0,9%, Dekstrosa 5%, Ringer laktat).
Larutan dengan tekanan osmotik lebih rendah disebut hipotonik (akuades),
sedangkan lebih tinggi disebut hipertonik. 7,8
b. Difusi
Difusi ialah proses bergeraknya molekul lewat pori-pori. Larutan akan bergerak dari
konsentrasi tinggi ke arah larutan berkonsentrasi rendah. Tekanan hidrostatik
pembuluh darah juga mendorong air masuk berdifusi melewati pori-pori tersebut.
Jadi difusi tergantung kepada perbedaan konsentrasi dan tekanan hidrostatik.5,7,8
c. Pompa Natrium Kalium
Pompa natrium kalium merupakan suatu proses transpor yang memompa ion natrium
keluar melalui membran sel dan pada saat bersamaan memompa ion kalium dari luar

5
ke dalam. Tujuan dari pompa natrium kalium adalah untuk mencegah keadaan
hiperosmolar di dalam sel. 5,7,8

TERAPI CAIRAN
Homeostasis cairan tubuh yang normalnya diatur oleh ginjal dapat berubah oleh
stres akibat operasi, kontrol hormon yang abnormal, atau pun oleh adanya cedera pada
paru-paru, kulit atau traktus gastrointestinal. 9 Pada keadaan normal, seseorang
mengkonsumsi air rata-rata sebanyak 2000-2500 ml per hari, dalam bentuk cairan

6
maupun makanan padat dengan kehilangan cairan ratarata 250 ml dari feses, 800-1500
ml dari urin, dan hampir 600 ml kehilangan cairan yang tidak disadari (insensible water
loss) dari kulit dan paru-paru.9,10
Kepustakaan lain menyebutkan asupan cairan didapat dari metabolisme oksidatif
dari karbohidrat, protein dan lemak yaitu sekitar 250-300 ml per hari, cairan yang
diminum setiap hari sekitar 1100-1400 ml tiap hari, cairan dari makanan padat sekitar
800-100 ml tiap hari, sedangkan kehilangan cairan terjadi dari ekskresi urin (rata-rata
1500 ml tiap hari, 40-80 ml per jam untuk orang dewasa dan 0,5 ml/kg untuk pediatrik),
kulit (insensible loss sebanyak rata-rata 6 ml/kg/24 jam pada rata-rata orang dewasa
yang mana volume kehilangan bertambah pada keadaan demam yaitu 100-150 ml tiap
kenaikan suhu tubuh 1 derajat celcius pada suhu tubuh di atas 37 derajat celcius dan
sensible loss yang banyaknya tergantung dari tingkatan dan jenis aktivitas yang
dilakukan), paru-paru (sekitar 400 ml tiap hari dari insensible loss), traktus
gastointestinal (100-200 ml tiap hari yang dapat meningkat sampai 3-6 L tiap hari jika
terdapat penyakit di traktus gastrointestinal), third-space loses.9
Perbedaan fisiologi cairan tubuh antara dewasa dan anak – anak berpengaruh
terhadap penentuan terapi cairan pada anak – anak. Perubahan yang terjadi selama anak
– anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan sangat mempengaruhi kebutuhan
cairan. Secara umum terdapat tiga jenis terapi cairan pada anak yakni, terapi
maintenance, terapi deficit, dan terapi replacement. Diperlukan ketelitian dalam
menentukan jenis dan jumlah cairan yang akan digunakan untuk terapi cairan pada
pasien pediatric.5,9
Cairan Maintenance
Cairan maintenance merupakan jumlah cairan yang diperlukan untuk
mengkompensasi kehilangan cairan yang sedang terjadi pada semua pasien. Cairan
maintenance seringkali diberikan melalui jalur intravena, namun pemberian cairan
maintenance melalu jalur oral juga dapat diberikan jika pasien dapat diberikan terapi
oral. Sensible loss, yakni kehilangan cairan melalui urin dan feses, merupakan faktor
terbesar yang mempengaruhi sensible water loss, selain itu kehilangan cairan melalui
proses respirasi juga perlu dipertimbangkan.5
Kebutuhan cairan maintenance pada anak lebih besar dibandingkan dengan
dewasa, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, anak – anak memiliki laju

7
metabolism yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasien dewasa. Kedua, anak – anak,
terutama bayi, memiliki perbandingan antara berat badan dan luas permukaan tubuh
yang lebih tinggi dibandingkan dengan dewasa, sehingga menyebabkan lebih tingginya
kehilangan cairan melalui kulit. Selain itu, bayi memiliki laju pernapasan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan dewasa, sehingga memiliki insensible loss yang lebih tinggi
melalui jalur pernapasan.5

Cairan deficit
Kehilangan cairan akibat dari kondisi medis tertentu disebut sebagai cairan
deficit. Beberapa contoh kondisi medis yang menyebabkan perubahan kebutuhan cairan
adalah gangguan gastrointestinal dengan gejala mual dan muntah, jejas trauma dengan
kehilangan darah yang signifikan dan kekurangan intake cairan yang berlangsung dalam
periode waktu yang lama.5
Sama seperti cairan maintenance, cairan deficit dapat dikenali dengan
memperhatikan kondisi sistemik pasien. Tanda – tanda dehidrasi merupakan salah tanda
yang sangat penting untuk diketahui agar dapat mengetahui ada tidaknya kehilangan
deficit. Salah satu tanda dehidrasi yang dapat digunakan secara signifikan adalah
penurunan berat badan. Kebanyakan anak – anak sering berobat ke dokter, dan setiap
kali kontrol tentunya dilakukan penimbangan berat badan, dengan demikian dapat
dilakukan monitoring berat badan pasien tersebut. Gejala dehidrasi lainnya yang dapat
dignakan adalah haus, mukosa kering dan penurunan produksi urin. Gejala – gejala

8
klinis tersebut biasanya dapat merepresentasikan kondisi klinis pasien tersebut, untuk
itu, pemeriksaan tanda – tanda dehidrasi sangat penting dilakukan untuk mengetahui
apakah pasien tersebut mengalami kekurangan cairan.5

Cairan pengganti (Replacement fluids)


Cairan pengganti didefinisikan sebagai cairan yang diberikan kepada pasien
untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat kondisi medis tertentu. Contohnya,
pasien yang menggunakan chest tube, muntah yang terus menerus, diare yang berat,
atau adanya shunt cairan serebrospinal. Kondisi – kondisi tersebut memerlukan terapi
cairan terapi yang agresif karena kebutuhan cairan pada kondisi teresebut tidak dapat
terpenuhi jika hanya mendapatkan asupan cairan seperti pada cairan maintenance.
Perbedaan antara cairan pengganti dan cairan deficit adalah kehilangan cairan pada
cairan pengganti masih terus berlangsung, sedangkan pada cairan deficit proses
kehilangan cairan telah berhenti.5

9
Jenis – jenis cairan
Terapi cairan pada pediatric dapat dilakukan dengan menggunakan dua jenis
cairan yakni cairan kristaloid dan cairan koloid 5,6

Cairan Kristaloid
Cairan ini mempunyai komposisi mirip cairan ekstraseluler (CES = CEF).
Keuntungan dari cairan ini antara lain harga murah, tersedia dengan mudah di setiap
pusat kesehatan, tidak perlu dilakukan cross match, tidak menimbulkan alergi atau syok
anafilaktik, penyimpanan sederhana dan dapat disimpan lama.1,5,6,10
Cairan kristaloid bila diberikan dalam jumlah cukup (3-4 kali cairan koloid)
ternyata sama efektifnya seperti pemberian cairan koloid untuk mengatasi defisit

10
volume intravaskuler. Waktu paruh cairan kristaloid di ruang intravaskuler sekitar 20-30
menit. Beberapa penelitian mengemukakan bahwa walaupun dalam jumlah sedikit
larutan kristaloid akan masuk ruang interstitiel sehingga timbul edema perifer dan paru
serta berakibat terganggunya oksigenasi jaringan dan edema jaringan luka, apabila
seseorang mendapat infus 1 liter NaCl 0,9%. Penelitian lain menunjukkan pemberian
sejumlah cairan kristaloid dapat mengakibatkan timbulnya edema paru berat. Selain itu,
pemberian cairan kristaloid berlebihan juga dapat menyebabkan edema otak dan
meningkatnya tekanan intra kranial.1,5,6,10
Karena perbedaan sifat antara koloid dan kristaloid dimana kristaloid akan lebih
banyak menyebar ke ruang interstitiel dibandingkan dengan koloid maka kristaloid
sebaiknya dipilih untuk resusitasi defisit cairan di ruang interstitiel. Larutan Ringer
Laktat merupakan cairan kristaloid yang paling banyak digunakan untuk resusitasi
cairan walau agak hipotonis dengan susunan yang hampir menyerupai cairan
intravaskuler. Laktat yang terkandung dalam cairan tersebut akan mengalami
metabolisme di hati menjadi bikarbonat. Cairan kristaloid lainnya yang sering
digunakan adalah NaCl 0,9%, tetapi bila diberikan berlebih dapat mengakibatkan
asidosis hiperkloremik (delutional hyperchloremic acidosis) dan menurunnya kadar
bikarbonat plasma akibat peningkatan klorida.1,5,6,10

Cairan Koloid
Merupakan larutan yang terdiri dari molekul-molekul besar yang sulit
menembus membran kapiler, digunakan untuk mengganti cairan intravaskuler.

11
Umumnya pemberian lebih kecil, onsetnya lambat, durasinya lebih panjang, efek
samping lebih banyak, dan lebih mahal. Mekanisme secara umum memiliki sifat seperti
protein plasma sehingga cenderung tidak keluar dari membran kapiler dan tetap berada
dalam pembuluh darah, bersifat hipertonik dan dapat menarik cairan dari pembuluh
darah. Oleh karena itu penggunaannya membutuhkan volume yang sama dengan jumlah
volume plasma yang hilang. Digunakan untuk menjaga dan meningkatkan tekanan
osmose plasma.2,5,10

Terapi Rehidrasi Oral


The American Academy of Pediatrics merekomendasikan terapi rehidrasi oral
(ORT) sebagai pilihan pengobatan dari kekurangan cairan dan elektrolit yang
disebabkan oleh diare pada anak dengan derajat dehidrasi ringan sampai sedang. ORT
efektif sebagai rehidrasi cairan intravena pada anak-anak dengan dehidrasi ringan
sampai sedang. Selain itu, ORT memiliki banyak keuntungan dibandingkan dengan
terapi cairan intravena. Hal ini dapat diberikan di rumah, mengurangi kebutuhan untuk
rawat jalan dan kunjungan gawat darurat. ORT juga dapat dimulai lebih cepat dari
terapi cairan intravena.4,6
Terapi rehidrasi nasogastrik dengan ORT adalah sebuah alternatif untuk terapi
cairan intravena pada pasien dengan asupan mulut yang buruk. Begitu anak-anak
dengan gastroenteritis akut direhidrasi sesuai dengan usia dan diet rutin harus dimulai.
Penggunaan larutan ORT yang tepat, seperti sebagai larutan elektrolit komersial untuk
anak-anak (misalnya, Pedialyte), mengoreksi dan membantu mencegah gangguan
elektrolit disebabkan oleh gastroenteritis. Menurut WHO, solusi ORT mengandung 90
mEq per L natrium, meniru kandungan natrium pada diare yang disebabkan oleh kolera.
Cairan ORT mengandung 25 g per L dekstrosa, yang membantu mencegah hipoglikemia
tanpa menyebabkan diuresis osmotik, dan 30 mEq per L bikarbonat, yang dapat
mengurangi keluhan muntah dan lebih efisien untuk mengoreksi asidosis.4,6
Untuk dehidrasi ringan, 50 mL per kg cairan ORT harus diberikan lebih dari
empat jam, ini dapat dicapai dengan memberikan 1 mL per kg cairan untuk anak setiap
lima menit. Jika anak muntah, pengobatan harus dilanjutkan setelah 30 minutes. Setelah
pengobatan empat jam, cairan pemeliharaan harus diberikan dan penilaian kehilangan
cairan yang berkelanjutan dan digantikan setiap dua jam. Untuk mengganti kerugian

12
yang sedang berlangsung, harus diberikan 10 mL per kg untuk setiap keluarnya feses
dan 2 mL per kg untuk setiap episode muntah.5,6
Terapi pemeliharaan termasuk menyediakan air dan elektrolit untuk kebutuhan
24 jam berikutnya pada anak yang kini euvolemik yang diharapkan pengeluaran urine
normal. Metode Holliday-Segar adalah formula yang handal dan sederhana untuk
memperkirakan kebutuhan cairan pada anak. Berdasarkan bobot rata-rata bayi dan anak-
anak, metode ini dapat lebih disederhanakan untuk memberikan perawatan ORT di
rumah.5,6

Untuk dehidrasi sedang, 100 mL per kg larutan ORT harus diberikan selama
empat jam di RS. Jika pengobatan berhasil dan kerugian berkelanjutan tidak berlebihan,
anak mungkin dapat dipulangkan. Di rumah, pengasuh harus menyediakan
pemeliharaan terapi dan mengganti kerugian yang sedang berlangsung setiap dua jam
seperti yang dijelaskan untuk dehidrasi ringan. ORT dianggap tidak berhasil jika muntah
yang berat dan terus menerus atau jika ORT tidak bisa menggantikan kehilangan cairan
pada saat diare.1,5,6
Dehidrasi berat harus ditangani dengan cairan intravena sampai pasien stabil.
Pengobatan harus mencakup 20 mL per kg kristaloid isotonik (saline normal atau
Ringer laktat) lebih 10 sampai 15 minutes. Stabilisasi sering membutuhkan hingga 60
mL per kg cairan dalam 1 jam. Koreksi elektrolit harus dilakukan pada semua anak
dengan dehidrasi berat. Setelah resusitasi selesai dan kadar elektrolit yang normal
tercapai, pasien harus menerima 100 mL per kg larutan ORT selama empat jam. Jika
ORT gagal setelah resusitasi awal dari anak dengan dehidrasi berat, terapi cairan
intravena harus dimulai. Pertama, 100 mL per kg kristaloid isotonik harus diberikan
lebih dari empat jam, diikuti oleh cairan pemeliharaan. Metode ini juga dapat digunakan
ketika seorang anak dengan dehidrasi sedang gagal ORT.1,4,5

13
BAB III
KESIMPULAN

Terapi cairan adalah tindakan untuk memelihara cairan pada tubuh dalam batas-
batas fisiologis dengan cairan kristaloid (elektrolit) atau koloid (plasma ekspander)
secara intravena. Cairan tubuh didalamnya terkandung nutrisi-nutrisi yang amat penting
peranannya dalam metabolisme sel, sehingga amat penting dalam menunjang
kehidupan. Terapi cairan parenteral digunakan untuk mempertahankan atau
mengembalikan volume dan komposisi normal cairan tubuh. Dalam terapi cairan harus
diperhatikan kebutuhannya sesuai usia dan keadaan pasien, serta cairan infus itu sendiri.
Jenis cairan yang bisa diberikan untuk terapi cairan adalah cairan kristaloid dan cairan
koloid. Salah satu metode resusitasi cairan pada anak dapat digunakan metode holliday
segar.

14

Vous aimerez peut-être aussi