Vous êtes sur la page 1sur 7
kkapal asing yang telah diizinkan oleh pemerintah Indonesia untuk membudidayakan, sumber daya alam hayati. Peningkatan kewaspadaan ini dilakukan, mengingat semakin semakin Iuasnya wilaysh Indonesia dan semakin majunya perkembangan teknologi yang dapat dimanfaatkana untuk kepentingan pengelolaan sumber daya, misalnya telah banyak didapati alat-alat canggih ultra ringan denga kemampuan ‘yang luar biasa serta sudah dimodifisir dalam berbagai bentuk dengan multiguna. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 di buat untuk menampung segala permasalahan di atas, sehingga secara dini dapat dicegah, yang berarti pula menunjukkan kewaspadaan pemerintah Indonesia dalam menjangkau segala kemungkinan yang dapat merugikan maupun menimbulkan bahaya kelestarian laut . Dalam melaksanakan pengelolaan serta konversi sebagai upaya yang bertujuan melindungi dan melestarikan sumber daya alam di ZEEI, telah ditetapkan tingkat peman faatannya oleh peraturan pemerintah Nomor 15 Tahun 1984, dengan maksud agar ada kehat-hatian dalam pengelolaan yang selalu memperhatikan tujuannya. Dalam UU ZEEI masih mengatur yang bersifat makro dengan tujuan mampi ‘menjangkau segala bentuk kegiatan yang berkaitan dengan wilayah ekonomi laut, ‘meliputi: 1. Hal-hal yang bersifat pokok yang memerlukan pengaturan pelaksanaan antara Iain dalam kegaiatan pengelolaan sumber daya hayati dan non hayati secara praktis harus dilandasi persetujuan intemnasional antara pemerintah republik Indonesia dengan Negara asing yang berkepentingan, dengan memperhatikan bahwa sumber daya alam hayati pada dasarnya mempunyai daya pulih kembali dalam waktu relatif lambat 2. Masalah ganti rugi yang diganjarkan sebagai akibat tindakan-tindakan yang Gilakukan dan bertentangan dengan aturan perundangan yang ada terutama bertalian dengan: © Pulau-pulen, instalasi-instalasi dan bangunan-bangunan lainnya, © Di bidang ilmiah mengenai kelautan yaitu dalam hal melakukan penclitian Taut. © Pencemaran lingkungan laut dan perusakan sumber daya alam kecuali © Karena peristiwa alam di luar kemampuannya © Kerusakan karena kelalaian pihak ketiga ‘Semuanya itu ditentukan hasil penelitian ekologis sebagai langkah pembuktian, sehingga diketahui butir, jenis dan besarnya kerugian yang timbul Pembatasan melalui tindakan preventif dengan dikeluarkannya bentuk-bentuk peraturan melalui penunjukan atau dikaitkan dengan berupa peraturan lainnya yang secara hierarki dalam kedudukan yang setingkat atau dibawahny, hel ini dimaksud agat pengawasan dapat dilakukan sebaik baiknya dengan care memberikan 14 ‘wewenang serta tanggung jawab secara instansi, schingga dapat membawa kedalam ‘eadaan yang tertib, aman dan terpelihara kepentingan laut. Ketentuan tentang Illegal Fishing pada UNCLOS 1982 Pada tahun 1994 penurunan sedia jenis ikan yang memiliki nilai Komersial ‘ingei, Khususnya sediaan jens ikan yang berupaya tebatas (siradig fish stocks) dan jenis ikan yang berupaya jauh (highly. ‘migratory fish stock), telah menimbulkan eprihatinan dunia, Jénis ikan yang berupaya terbatas merupakan jenis ikan yang berupaya antara Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) suata negara dan negara lain, Schingga pengelolaannya melintasi batas yuridiksi beberapa negara. Jenisikan yang berupaya jauh merupaksn jenis ikan yang berupaya dari ZEE ke lant lepas dan sebalikuya yang jangkavannya dapat melintasi perairan beberapa sarmdera, ‘ehingga memiliki Kemungkinan timbulaya konflik kepentingen antara negara antai dan negara penangkap ikan jarak jauh khususnya dalam pemanfaatan dan Xonservasi ikan baik di ZEE maupun di laut lepas yang berbatasan dengan ZEE, Oleh Karena itu, Kerjasama intemasional diangeap sebagai solusi untuk mengatasi masalah yang timbul. Pada lanjutan penjelasan umum persetyjuan onvensi ini yang Kemudian telah diratifikasi sesuai UU No.21 tahun 2009 dlinyatakan bahwa konvensi perserikatan bangsa-bangsa tentang hukum laut (Cnited Nation Convention on the Law of The Sea/UNCLOS) 1982 mengatur secara garis besar mengenai beberapa spesies ikan yang mempunyai sifat khusus, fermasuk jenis ikan berupaya terbatas (siradding fish) serata jenis ikan yang berupaya jauh (highly migratory fish), Pada hun 1995 Perserikatan Bangsa-Bangsa telah menyusun suatu Persetujuan untuk mengimplementasikan katentuan tersebut dalam bentule Agrement for the Implementing of the Provision of the UNCLOS of10 December 1982 relating to the Conservation anda Managemem of Strading Fish Stock and Highly Migration Fish Stock (United Nation Implementing AgreementUNIA 1995). UNIA 1995 merupakan persetujuan multilateral yang mengikat para pihek dalam ‘masala konservasi dan pengelolaan jenis ikan yang berupaya terbatas dan jenis ‘Kan berupaya jaub, sebagai pelaksangan Pasal 63 dan Pasal 64 UNCLOS 1982 Mengingat UNIA 1995 mulai berlaku tanggal 11 Desember 2001 dan tujuan Pembentukan persetyjuan ini untuk menciptakan standar konversi dan pengelolaan Jenis ikan yang persediaannya sudah menurun, maka pengesahan UNIA 1995 ‘merupakan hal yang mendesak bagi Indonesia. Dalam perkembangannys, persediaan sumber daya ikan di laut tepas, Nhususnya jenis ikan yang berupaya terbatas dan jenis ikan berupaya jauh, terus ‘engelani penurunan secara drastis. Hal ini telah mendorong masyarakat intemasional untuk mencari solusi guna mengatasi persoalan tersebut, Pada ‘konferensi PBB tentang lingkungan hidup dan pembangunan yang diselenggarakan di Rio de Jeneiro pada tanggal 3 sampai dengan 14 Juni 1992, telah dihasilkan sebuah agenda (agenda 21) yang mengharuskan negara-negara mengambil langkah yang efektif melalui kerjasama bilateral dan multilateral, baik pada tingkat regional ‘maupun global, untuk menjamin bahwa perikanan di laut lepas dapat dikelola sesuai dengan kententuan Hukum Laut 1982. Pada sisi lain, keberadaan hukum laut pada tahun 1982 ini merupakan peraturan dasar yang dijadikan pedoman oleh semua negara pantai untuk mengatur masalah sumber daya perikanan dan kelautan, Namun demikian, hal ini tidak dapat terwujud ‘arena masing-masing negara pantai mempunyai kepentingan sendiri-sendiri. Oleh kkarena itu Perserikatan Bangsa-Bangsa tetap mendorong untuk tunduk dan patuh pada hukum laut 1982 tersebut, yang kemudian telah diatur pula dalam agenda 21 namun tetap tidak berhasil. Perlindungan ikan di dalam UNCLOS 1982 di atur di dalam Pasal 61-64 serta di Pasal 116 dan Pasal 117, Hukum Intemasional yang mengatur tentang perlindungart ikan di Wilayah Zona Eksklusif dan Konversi Sumber Kekayaan Hayati: Pasal 61, UNCLOS 1982, a Negara pantai harus menentukan jumlah tangkapan sumber kekayaan hayati yang dapat diperbolchkan dalam Zona Ekonomi Eksklusifaya. b. Negara pantai, dengan memperhatikan bukti ilmiah terbaik yang tersedia baginya harus menjamin dengan mengadskan tindakan Konservasi dan pengelolaan yang tepat schingga pemeliharaan sumber kekayaan hayati di zona ekonomi eksklusif tidak dibahayakan oleh eksploitasi yang berlebihan. Di mana negara pantai dan organisasi internasional berwenang, baik sub-regional, regional maupun global, harus bekerjasama untuk tujuan ini ¢. Tindakan demikian juga briujuan untuk memelihara atau memulihkan populasi jenis yang dapat dimanfaatkan pada tingkat yang dapat menjamin hasil maksimom yang lestari, sebagaimana ditentukan oleh faktor ekonomi dan lingkungan yang relevan, termasuk kebutuhan ekonomi masyarakat nelayan Gaerah pantai dan kebutuhan khusus negara berkembang dan memperhatikan pola penangkapan ikan, saling ketergantungan persediaan jenis ikan dan standar minimum intemasional yang diajukan secara umum, baik di tingkat sub- regional maupun global 4. Dalam mengambil tindakan demikian, negara pantai harus memperhatikan akibat terhadap jenis-jenis yang berhubungan atau tergantung pada jenis yang dimanfaatkan dengan tujuan untuk memetihara atau memulihkan populasi jenis yang bethubungan atau tergantung demikian di atas tingkat dimana reproduksinya dapat sangat terancam. 16

Vous aimerez peut-être aussi