Vous êtes sur la page 1sur 32

ASUHAN KEPERAWATAN

KEHAMILAN KEMBAR

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
AFFANY SEPTI LEGY
APRILLIA DHEANA PUTRI
KARMILA
LARASATI AKJULIMA
MARTINA WISDAYANTI
NUSRAT AHMATUL ISRA
RAUKA HILLIAH
WILDA SARI ASTUTI

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKes MERCUBAKTI JAYA PADANG
T.A 20172018
DAFTAR ISI

Halaman judul...............................................................................................................i
Kata Pengantar..............................................................................................................ii
Daftar Isi.......................................................................................................................iii

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belekang.................................................................................................2
B. Tujuan………………………………………………………………………..

BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian Kehamilan Kembar.......................................................................,.3
B. Klafikasi Kehamilan Kembar............................................................................4
C. Etiologi Kehamilan Kembar..............................................................................4
D. Proses Terjadinya Kehamilan Ganda................................................................5
E. Pathway Keperawatan.......................................................................................6
F. Gambaran Klinik...............................................................................................7
G. Komplikasi........................................................................................................8
H. Pemeriksaan Diagsnotik....................................................................................8
I. Penatlaksanaan..................................................................................................9
J. Prognosis...........................................................................................................9

BAB III : ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi Keperawatan

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan kembar adalah satu kehamilan dengan dua janin. Kehamilan tersebut selalu
menarik perhatian wanita itu sendiri, dokter dan masyarakat. Kehamilan kembar dapat
memberikan resiko yang lebih tinggi terhapap bayi dan ibu. Oleh karena itu, dalam
menghadapi kehamilan kemmbar harus dilakukan pengawasan hamil yang lebih intensif..
Keluarga tertentu mempunyai kecenderungan untuk melahirkan bayi kembar, walaupun
pemindahan sifat heriditer kadang-kadang berlangsung secara paternal, tetapi biasanya hal
itu disini terjadi secara maternal dan pada umumnya terbatas pada kehamilan dizigotik.
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan
atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan
bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Manuaba membagi bentuk persalinan
menjadi 3 yaitu : persalinan spontan bila persalinan berlangsung dengan tenaga sendiri,
persalinan buatan bila persalinan dengan rangsangan sehingga terdapat kekuatan untuk
persalinan, dan persalinan anjuran (Manuaba. 1998)
Persalinan normal adalah persalinan yang : terjadi pada kelahiran aterm (bukan prematur
atau post matur), mempunyai onset yang spontan (tidak diinduksi), selesai setelah 4 jam
dan sebelum 24 jam sejak awitannya, mempunyai janin tunggal dengan presentasi verteks
dan oksiput pada bagian anterior pelvis, terlaksana tanpa bantuan artifisial (seperti forsep),
tidak mencakup komplikasi dan mencakup pelahiran plasenta yang normal(Farrer. 1999).

B.TUJUAN
1.Mengetahui pengertian dari kehamilan kembar
2.Mengetahui teologi dari kehamilan kembar
3.Mengetahui patofisiologi
4.Mengetahui tentang pertumbuhan janin kembar
5.Mengetahui cara mendiagnosis kehamilan kembar
6.Mengetahui pengaruh kehamilan kembar terhadap ibu dan janin.
7.Mengetahui cara penanganan hamil kembar dalam kehamilan dan persalinan.
8.Mengetahui istilah, indikasi, jenis, kompliksi dalam gemell
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
 Kehamilan kembar adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih (Manuaba,
1998 : 265).
 Kehamilan ganda adalah bila proses fertilisasi menghasilkan janin lebih dari
satu (Saifuddin, 2001 : 311).
 Kehamilan ganda adalah satu kehamilan dengan dua janin atau lebih. (Mochtar,
1990).
 Kembar siam adalah keadaan anak kembar dimana tubuh keduanya bersatu yang
terjadi apabila zigot dari bayi kembar identik gagal terpisah secara sempurna.
 Kehamilan ganda adalah suatu keadaan kehamilan dengan jumlah janin dua atau
lebih.(Taber, 1994 : 282).
 Kehamilan ganda adalah kehamilan dimana terdapat dua atau lebih janin dalam
satu uterus pada waktu kehamilan tersebut (sewaktu hamil). (Wikipedia
Indonesia, 2003).

B. KLASIFIKASI
Jenis kehamilan kembar menurut Manuaba dan Mochtar (1990) meliputi:
1. Kehamilan kembar monozigote (identik).
Merupakan kehamilan kembar yang berasal dari satu ovum sehingga disebutkan
juga hamil kembar identik atau hamil kembar homolog atau hamil kembar
uniovuler. Kehamilan kembar monozigote dapat terjadi karena:
a. Satu ovum dengan 2 inti, hambatan pada tingkat blastula.
b. Hambatan pada tingkat segmentasi.
c. Hambatan setelah amnion terbentuk, tetapi sebelum primitive strike (4 – 5
minggu kehamilan).
Hamil kembar ini mempunyai ciri sebagai berikut:
 Jenis kelamin sama.
 Biasanya kembar identik.
 Mempunyai gen yang sama.
 Pada kehamilan dalam rahim terdapat 1 plasenta, 1 korion, 2 amnion.
Pada hamil kembar monozigote dapat terjadi kelainan pertumbuhan seperti kembar
siam.

2. Kehamilan kembar dizigote


Merupakan kehamilan kembar 2 ovum, heterolog, glovuler dan fraternal.
Kedua telur dapat berasal dari:
a. 1 ovarium dari 2 flikel de graff.
b. 1 ovarium dari 1 folikel de graff.
c. 1 dari ovarium kanan dan satu lagi dari ovarium kiri.
Ciri kehamilan kembar dizigote yaitu:
 Jenis kelamin dapat sama atau berbeda.
 Mempunyai 2 plasenta, 2 amnion, 2 korion.
Pada kehamilan kembar digizote:
 Dapat terjadi satu janin meninggak dan yang lain tumbuh sampai cukup bulan.
 Janin yang mati bisa diresorbsi (kalau pada kehamilan muda) atau pada
kehamilan agak tua janin jadi gepeng disebut fetus papyraseus atau kompresus.

Perbedaan kehamilan kembar monozigote dan dizigote

Perbedaan Kembar Monozigote Kembar Dizigote


Plasenta 1 (70 %)
2 (30 %) 2 (100 %)
Khorion 1 (70 %)
2 (30 %) 2 (100 %)
Amnion 1 (70 %)
2 (30 %) 2 (100 %)
Tali pusat 2 bersekutu 2 terpisah
Sekat kedua kantong 2 lapis 4 lapis
Jenis kelamin Sama Sama / tidak
Rupa dan sifat Sama Agak berlainan
Mata, kuping, gigi, kulit Sama Berbeda
Ukuran antropologik Sama Berbeda
Sidik jari Sama Berbeda
Cara pegangan Bisa sama, bisa satu Bisa sama, bisa duanya
kidal, uang lain kanan kanan
Golongan darah Sama Sama / tidak

3. Conjoined twins, suporfokundasi dan suporfotasi


 Conjoined twins atau kembar siam
ialah kembar dimana janin melekat satu dengan yang lainnya.
Misalnya:
- torakopagus (dada dengan dada)
- dominopagus (perlengketan kedua abdomen)
- kraniopagus (kedua kepala)
 Suporfokundasi
ialah perbuahan 2 telur yang dikeluarkan pada ovum yang sama pada dua kali
koitus yang dilakukan pada jarak waktu yang pendek.
 Suporfetasi
Adalah kehamilan kedua yang terjadi pada beberapa minggu atau setelah
kehamilan pertama.

Letak Janin
Pada kehamilan kembar sering terjadi kesalahan presentasi dan posisi kedua
janin. Begitu pula letak janin kedua dapat berubah setelah janin pertama lahir, misalnya
letak lintang berubah jadi letak sungsang atau letak kepala. Berbagai kombinasi letak,
presentasi dan posisi bisa terjadi; yang paling sering dijumpai adalah:
1. Kedua janin dalam letak membujur, presentasi kepala; (44-47%);
2. Letak membujur, presentasi kepala bokong (37-38%);
3. Keduanya presentasi bokong (8-10%);
4. Letak lintang dan presentasi kepala (5-5,3%);
5. Letak lintang dan presentasi bokong (1,5-2%);
6. Dua-duanya letak lintang (0,2-0,6%);
7. Letak dan presentasi 69 adalah letak yang berbahaya, karena dapat terjadi “kunci
mengunci” (interlocking).
C. ETIOLOGI
Dalam berbagai literatur disebut insiden kehamilan kembar adalah 1 kehamilan kembar
dibanding 89 kehamilan tunggal. Sedangkan kembar tiga 1 berbanding 89 pangkat dua,
dan kembar empat 1 berbanding 89 pangkat tiga, dan seterusnya. Beberapa faktor
berikut menurut Mariono ikut berperan dalam menyebabkan terjadinya kehamilan
ganda:
1. Ras/bangsa
Menurut literatur, ras berwarna seperti bangsa Asia dan Afrika cenderung lebih
besar mengalami kehamilan ganda ketimbang ras kulit putih/Eropa. Meski belum
dapat dibuktikan secara empiris, tapi pada banyak kasus memang terlihat kehamilan
ganda lebih sering dialami ibu-ibu hamil kulit berwarna dibanding mereka yang
berkulit putih.
2. Usia
Dengan bertambahnya usia, kemungkinan terjadinya kehamilan ganda semakin
besar. Akan tetapi selepas umur 40 tahun, probabilitas terjadinya kehamilan ganda
akan menurun lagi.
3. Hereditas/keturunan
Hamil kembar biasanya diwariskan secara maternal (garis keturunan ibu). Bila dari
garis keturunan ibu ada yang kembar, maka prosentase melahirkan anak kembar
lebih besar. Namun tidak tertutup kemungkinan garis keturunan ayah bisa
menimbulkan kehamilan kembar. Yang pasti, insiden atau angka kejadian dari garis
maternal lebih besar dibanding dari garis paternal.
4. Obat-obatan
Ibu yang memakai obat pemicu ovulasi untuk mematangkan sel telurnya juga ikut
meningkatkan peluang terjadinya kehamilan kembar. Soalnya, dengan obat tersebut
sel telur yang matang pada setiap siklus jadi lebih dari satu. Obat ini biasanya
diberikan pada pasangan yang sulit hamil dengan faktor penyebab infertilitas
indung telur. Itulah mengapa, pada kasus-kasus pasangan yang sulit mendapat
momongan kemudian menjalani terapi obat-obat penyubur ini, bila akhirnya terjadi
kehamilan, biasanya merupakan kehamilan kembar.
5. Prosedur fertilisasi in vitro
Di sini beberapa embrio yang sudah dibuahi diimplantasikan dalam rahim. Jika
semua berkembang dengan baik, maka terjadi pertumbuhan lebih dari satu. Di atas
usia kehamilan 30 minggu, berat badan masing-masing janin ini umumnya lebih
ringan dibanding janin pada kehamilan tunggal di usia kehamilan yang sama.
Perbedaan berat saat persalinan bisa mencapai 1000-1500 gram. Penyebabnya
diperkirakan adalah regangan berlebih pada uterus, hingga sirkulasi darah di
plasenta mengalami penurunan.

D. PROSES TERJADINYA KEHAMILAN GANDA


Pada kembar identik atau kembar monozigote, proses terjadinya yaitu pada saat
pembuahan, satu ovum dibuahi oleh satu sel sperma. Kemudian terbentuk zigote.
Zigote membelah secara mitosis, dari 1 sel menjadi 2, dari 2 sel menjadi 4 dan
seterusnya yang disebut fase morula, blastula, gastula, dan neurula.
Bila pembelahan seperti diatas terjadi pada fase morula (1-3 hari setelah pembuahan),
maka setiap embrio akan memiliki kantong ketuban yang berbeda dan satu plasenta.
Kemudian pada fase primitif, akan terjadi pemisahan sempurna yang akan berkembang
menjadi 2 (atau lebih) janin yang kembar identik.
Bila pada fase primitif terjadi gangguan, atau terdapat kegagalan pembelahan, maka
biasanya akan menimbulkan kecacatan fisik atau dempetnya bagian tubuh tertentu.
Ketidaksempurnaan akibat gangguan segmentasi inilah yang menyebabkan proses
pemisahan dua jabang bayi tak berlangsung sempurna dan disebut kembar siam.
Pada kembar fraternal atau kembar dizigote, dimana terjadi dua ovum yang matang
secara bersama – sama dibuahi oleh masing masing 1 sel sperma. Sehingga pada proses
pembelahan selanjutnya akan terbentuk 2 janin dengan 2 plasenta, 2 amnion dan 2
korion yang terpisah, tetapi masih dalam satu rahim.

E. PATHWAY KEPERAWATAN
1 sel Sperma membuahi 1 Bangsa, umur, peritas,
ovum (1 zigot) keturunan, obat penginduksi
ovulasi

Hambatan pada tingkat blastula, 2 zigote 2 ovum diabuahi 2 sperma


zigote mengalami pembelahan

Kehamilan Ganda Perubahan hormon

Mual, muntah,
anoreksia
Mal presentasi Bayi prematur
Ketidakseimbanga
n nutrisi kurang
Presentasi janin normal dari kebutuhan
tubuh

Pembedahan (SC) Kepekaan uterus


meningkat
Persalinan pervaginam

Resiko tinggi infeksi


Post operasi (SC) Resting intoleransi
aktivitas

Ancaman kematian
ibu & janin

Ansietas Uterus membesar sesuai


usia kehamilan

Kurang informasi
Tekanan abdomen
meningkat

Kurang pengetahuan

Perubahan eliminasi
urine (sering
berkemih)

F. GAMBARAN KLINIK
Pada kehamilan ganda dengan distensi uterus yang berlebihan dapat terjadi
persalinan prematur. Kebutuhan ibu untuk pertumbuhan janin lebih besar sehingga
terjadi defisiensi nutrisi seperti anemia kehamilan yang dapat menggangu pertumbuhan
janin dalam rahim. Frekuensi terjadinya hidramnion pada hamil ganda sekitar 10 kali
lebih besar dari kehamilan tunggal. Keregangan otot rahim yang menyebabkan iskemik
uteri dapat meningkatkan kemungkinan pre eklampsia dan eklampsia.
Solusio plasenta dapat terjadi setelah persalinan anak pertama karena retraksi otot
rahim yang berlebihan, perjalanan persalinan dapat berlangsung lebih lama, karena
ketegangan otot rahim yang melampaui batas setelah persalinan, terjadi gangguan
kontraksi otot rahim yang menyebabkan atonia uteri, menimbulkan perdarahan, retensio
plasenta dan plasenta rest.
Dengan janin yang relatif berat badannya rendah menyebabkan morbiditas yang
tinggi. Keluhan pada kehamilan kembar diantaranya terasa sesak napas, sering ingin
kencing, edema tungkai, pembesaran pembuluh darah (varises). Dalam perawatan
antenatal pada kehamilan kembar dapat di tingkatkan.
(Manuaba, 1994)

G. KOMPLIKASI
Komplikasi potensial meliputi hal – hal berikut :
1. Persalinan dan kelahiran prematur, yang terjadi 5 sampai 10 kali lebih sering
dibangding kehamilan tunggal, dan merupakan ancaman terbesar bagi kehamilan
kembar / ganda.
2. Kelainan letak (mal presentasi) kembar yang pertama, dapat bokong, oblik, atau
lintang dan diperkirakan terjadi pada 25 – 30 % kasus.
3. Persalinan disfungsional, yang disertai dengan peregangan uterus yang berlebihan.
4. Malformasi janin.
5. Prolaps tali pusat.
6. Hidramnion.
7. Anemia defisiensi besi pada bumil.
8. Pre eklampsia atau eklampsia.
9. Perdarahan antepartum, baik plasenta previa ataupun solusio plasenta, yang dapat
terjadi pada hampir 5 % kehamilan kembar.
10. Perdarahan post partum.
11. Toxaemia gravidarum, lebih sering terjadi pada kehamilan kembar dibandingkan
dengan kehamilan tunggal.

Komplikasi yang sangat jarang meliputi hal – hal berikut :


1. Kolisi (collision), yaitu persentuhan bagian – bsgisn janin kembar dengan
kembarannya sehingga mencegah penurunan janin.
2. Impaksi, perlekukan bagian janin dari salah satu kembar kedalam permukaan
kembarannya, sehingga memungkinkan penurunan keduanya secara bersamaan.
3. Kompaksi, proses pengeluaran janin yang betul – betul bersamaan dari kutub
presentasi keduanya yang mengisi rongga pelvis sejati dan mencegah desensus lebih
lanjut keduanya.
4. Kembar terkunci (locked twins), presentasi kembar pertama bokong dan kembar
kedua puncak kepala (verteks). Ketika kembar pertama menjalani desensus,
dagunya mengenai leher dan dagu kembar kedua diatas pintu atas panggul, dan
mencegah kemajuan selanjutnya.
5. Kembar monoamniotik, angka mortalitasnya sangat tinggi, hampir 50 %,
mempunyai tali pusat yang kusut dan bersimpul.
(Taber, 1994)

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Ultrasonografi memudahkan diagnosis kehamilan ganda, evaluasi pertumbuhan
janin dan identifikasi presentasi janin.
2. Foto abdimen dapat membantu bila USG tidak tersedia.
3. Pemantauan frekuensi jantung janin memberikan penilaian kesehatan janin

I. PENATALAKSANAAN
1. Penanganan dalam Kehamilan
1) Prenatal yang baik untuk mengenal kehamilan kembar dan mencegah
komplikasi yang timbul, dan bila diagnosa telah ditegakkan periksa ulang akan
lebih sering (1 kali seminggu pada kehamilan 32 minggu ke atas).
2) Setelah kehamilan 30 minggu, koitus dan perjalanan jauh dilarang, karena akan
merangsang partus prematurus.
3) Pemakaian gurita korset yang tidak terlalu ketat diperbolehkan, supaya terasa
lebih ringan.
4) Pemeriksaan darah lengkap, Hb dan golongan darah.
5) Makanan dianjurkan mengandung banyak protein dan makan dilaksanakan lebih
sering dalam jumlah lebih sedikit.
6) Bila ada tanda-tanda partus prematurus yang mengancam dengan pemberian
betamethason 24 mg per hari untuk pematangan janin.
7) Anjurkan rawat inap bila:
- ada kelainan obstetri,
- ada his/pembukaan serviks,
- adanya hipertensi,
- pertumbuhan salah satu janin terganggu,
- kondisi sosial yang tidak baik,
- profilaksis/mencegah partus prematurus dengan obat tokolitik,
- pemasangan jerat (Shirodkar’s operation).
2. Penanganan dalam Persalinan
1) Bila anak I letaknya membujur, kala I diawasi seperti biasa, ditolong seperti
biasa dengan episiotimi mediolateralis.
2) Setelah itu baru waspada, lakukan periksa luar, periksa dalam untuk menentukan
keadaan janin II. Tunggu, sambil memeriksa tekanan darah ibu dan lain-lain.
3) Biasanya dalam 10-15 menit his akan kuat lagi. Bila janin II letak membujur,
ketuban dipecahkan pelan-pelan supaya air ketuban tidak deras mengalir keluar.
Tunggu dan pimpin persalinan anak II seperti biasa.
4) Awas atas kemungkinan terjadinya perdarahan postpartum, maka sebaiknya
dipasang infus profilaksis.
5) Bila ada kelainan letak anak II, misalnya melintang atau terjadi prolaps talipusat
dan solusio plasenta, maka janin dilahirkan dengan cara operatif obstetrik;
a) Pada letak lintang coba versi luar dahulu.
b) Atau lahirkan dengan cara versi dan ekstraksi;
c) Pada letak kepala persalinan dipercepat dengan ekstraksi vakum atau
forceps.
d) Pada letak bokong atau kaki; ekstraksi bokong atau kaki.
6) Indikasi sectio caesarea hanya pada:
a) Janin I letak lintang;
b) Terjadi prolaps talipusat;
c) Plasenta previa;
d) Terjadi interlocking pada letak kedua janin 69; anak I letak sungsang dan
anak II letak kepala.

J. PROGNOSIS
Mochtar (1998 : 265) menyatakan bahwa prognosis gemelli pada ibu dan janin adalah :
1. Pada ibu prognosis jelek dibandingkan kehamilan tunggal karena sering terjadi
taksania gravidarum, hidramnion anemia, pertolongan obstetric operatif dan
perdarahan post partum.
2. Pada janin menyebabkan angka kematian peri natal tinggi karena prmature,
prolapsus tali pusat, solutio plasenta, tindakan obstetric karena kelainan letak janin.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Anamnesa
Pada anamnesa dapat diketahui adanya anak kembar dalam keluarga, umur dan
paritas ibu hamil juga diperhatikan.
Ibu merasa bahwa perutnya lebih besar dari semestinya kehamilan, dan pergerakan
anak mungkin lebih sering terasa.
Kaji keluhan subjektif seperti: perasaan berat, sesak napas, bengkak kaki dan lain –
lain.
2. Pemeriksaan fisik.
a. Inspeksi
Perut lebih besar dari tuanya kehamilan.
b. Palpasi
Fundus uteri lebih tinggi tidak sesuai dengan usia kehamilan. Teraba 3 bagian
besar janin, teraba 2 balotement, teraba gerakan – gerakan janin yang lebih
banyak, serta teraba banyak bagian – bagian kecil
c. Auskultasi
Terdengar 2 denyut jantung janin pada 2 tempat yang agak berjauhan dengan
perbedaan kecepatan sedikitnya 10 denyut permenit atau sama – sama dihitung
dan berselisih 10.
d. Vaginal toucher
Mungkin teraba kepala yang sudah masuk kedalam rongga pinggul diatas simphisis
teraba bagian besar. Pengkajian pada kehamilan kembar

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
2. Perubahan eliminasi urine
3. Intoleransi aktivitas
4. Resiko tinggi infeksi

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO Diagnosa NOC NIC


1. Ketidakseimbangan 1. status nutrisi Aktivitas-aktivitas
nutrisi kurang dari Manajemen gangguan makan
1. asupan gizi
kebutuhan tubuh 1. Kalaborasi dengan tim
2. asupan makanan
3. asupan cairan kesehatan lain untuk
4. energi
mengembangkan rencana
5. rasio berat badan /
perawatan dengan
tinggi badan
6. hidrasi melibatkan klien dan
orang-orang terdekatnya
dengan tepat
2. Status nutrisi :
2. Rundingkan dengan tim
asupan nutrisi
dan klien untuk mengatur
target pencapaian berat
1. asupan kalori
badan jika berat badan
2. Asupan protein
klien tidak berada dalam
3. Asupan lemak
rentang berat badan yang
4. Asupan
direkomendasikan sesuai
karbohidrat
umur dan bentuk tubuh
5. Asupan serat
3. Tentukan pencapain berat
6. Asupan vitamin
badan harian sesuai
7. Asupan mineral
keinginan
8. Asupan zat besi 4. Rundingkan dengan ahli
9. Asupan kalsium gizi dalam menentukan
asupan kalori harian yang
Asupan natrium
diperlukann untuk
mempertahankan berat
badan yang sudah
ditentukan
5. Dorong klien untuk
mendiskusikan makanan
yang disukai bersama
dengan ahli gizi
6. Kembangkan hubungan
yang mendukung dengan
klien
7. Timbang berat badan klien
secara rutin (pada hari
yang sama setelah
BAB/BAK)
8. Monitor intake/dan asupan
cairan secara tepat
9. Monitor asupan kalori
makanan harian
10. Dorong klien untuk
memonitor sendiri asupan
makanan harian dan
menimbang berat badan
secara tepat
11. Gunakan kontrak dalam
berprilaku dengan klien
untuk mendapatkan
perolehan berat badan
yang diinginkan ataupun
mempertahankan perilaku
12. Batasi makanan sesuai
dengan jadwal, makanan
pembuka dan ringan
13. Temani klien ke kamar
mandi selama observesi
pemberian
makan/makanan ringan
14. Batasi waktu klien di
kamar mandi selama
waktu tidak dalam
observasi
15. Monitor perilaku klien
yang berhubungan dengan
pola makan, penambahan
dan kehilangan berat badan
16. Gunakan teknik modifikasi
perilaku untuk
meningkatkan perilaku
yang berkontribuksi
terhadap penambahan
berat badan dan perilsku
ysng meningkatkan berat
badan
17. Dukung klien dalam
menggunakan buku harian
untuk mendekumentasikan
makanan dan latihan
berlebihan
18. Batasi aktifitas fisik sesuai
kebutuhan untuk
meningkatkan berat badan
19. Sediakan program latihan
dibawah observasi jika
diperlukan
20. Bantu klien untuk
mengembangkan harga diri
yang sesuai berat badan
yang sehat
21. Rudingkan dengan tim
kesehatan laiinya setiap
hari terkait perkembangan
klien
22. Monitor berat badan klien
secara rutin
23. Beri tanggung jawab
terkait dengan pilihan-
pilihan makanan dan
aktivitas fisik drengan
klien dengan cara yang
tepat
24. Dudukkan kembali
protokol penambahan berat
badan jika klien tak
mampu mempertahankan
penambahan berat badan.

Manajemen nutrisi
1. Tentukan status gizi pasien
dan kemampuan [pasien]
untuk memenuhi
kebutuhan gizi
2. Identifikasi [adanya] alergi
atau intoleransi makanan
yang dimiliki pasien
3. Tentukan apa yang jadi
prefensi makanan bagi
pasien
4. Intruksikan pasien
mengenai kebutuhan
nutrisi ( yaitu: membahas
pedoman diet dan piramida
makanan)
5. Berikan pilihan makanan
ambil menawarkan
bimbingan terhadap
pilihan (makanan) yang
lebih sehat, jika diperlukan
6. Atur yang diperluka
(yaitu : menyediakan
makanan protein tinggi,
menyerankan
menggunakan bumbu dan
rempah-rempah sebagai
alternatif untuk garam,
menyediakan pengganti
gula, menambah atau
mengurangu kalori)
7. Ciptakan lingkungan yng
optimal pada saat
mengkonsumsi makan
(misalnya, bersih,
berventilasi, santai, dan
bebas dari bau yang
menyengat)
8. Lakukan atau bantu pasien
terkait dengan perawatan
mulut sebelum makan
9. Pastikan pasien
menggunakan gigi palsu
yang pas, dengan cara
yang tepat
10. Anjurkan pasien untuk
duduk pada posisi tegak
dikursi, jika
memungkinkan
11. Bantun pasien membuka
kemasan makan,
memotong makanan, dan
makan, jika diperlukan
12. Anjurkan pasien terkait
dengan kebutuhan diet
untuk kondisi sakit (yaitu:
untuk pasien dengan
penyakit ginjal,
pembatasan natrium,
kalium, dan cairan)
13. Tawarkan makanan ringan
yang padat gizi
14. Pastikan diet mencakup
makanan tinggi kandungan
serat untuk mencegah
konstipasi
15. Monitor kalori dan asupan
makanan
16. Monitor kecenderungan
terjadinya penurunan dan
kenaikan berat badan
17. berikan arahan, bila
diperlukan

2. Gangguan Eliminasi urin Manajemen Cairan


Eliminasi Urin Aktivitas-aktivitas :
Indikator :
1. timbang berat badan setiap
hari dan monitro status
1. pola eliminasi
2. bau urin pasien
3. jumlah urin 2. jaga intake atau asupan
4. warna urine
yang akurat dan catat
5. kejernihan urin
6. intake cairan output pasien
7. mengosongkan 3. monitor tanda tanda vital
kantong kemih pasien
4. monitor status hidrasi
sepenuhnya
5. monitor maknan atau
8. mengenali keinginan
cairan yang dikonsumsi
untuk berkemih
9. darah terlihat dalam dan hitung asupan kalori
urin pasien
10.nyeri saat kencing 6. monitor status gizi pasien
11.frekuensi berkemih 7. berikan cairan,yang tepat
12.keinginan mendesak 8. distribusikan asupan cairan
untuk berkemih
13.retensi urin selama 24 jam
9. monitor hasil laboratotium
inkontinensia urin
yang relevan dengan
retensi cairan

Perlindungan Infeksi
Aktivitas-aktivitas :
1. monitor adanya tanda dan
gejala infeksi sistemik dan
lokal
2. monitor kerentanan
terhadap infeksi
3. tingkatkan asupan nutrisi
yang cukup
4. anjurkan asupan cairan,
yang tepat
5. anjurkan istirahat
6. pantau adnya perubahan
tingkat energi

Bantuan Perawtan Diri


Aktivitas-aktivitas :
1. monitor kemampuan
perawatan diri secara
mandiri
2. berikan bantuan kepada
pasien sampai mampu
melakukan perawatan diri
mandiri
3. ciptakan rutinitas aktivitas
perawatan diri
4. berikan lingkungan
teraupetik dengan
memastikan ( lingkungan )
yang hangat,santai,
tertutup dan (berdasarkan)
pengalaman individu

3. Intoleransi aktivitas 1) Toleransi terhadap 1) Manajemen asma


aktifitas
Aktivitas-aktivitas:
Indikator : 1. Tentukan dasar status
1. Saturasi oksigen ketika pernafasan sebagai titik
beraktifitas (2-3) pembanding

2. Frekuensi nada ketika 2. Dokumentasikan pengukur


beraktifitas (2-3) dasar dalam catatan klinik

3. Frekuensi pernapasan 3. Bandingkan status saat ini


ketika berakrivitas (2-3) dengan status sebelumnya untuk
menditeksi perubahan dalam
4. Kemudahan
status pernafasan
pernapasan ketika
beraktifitas (2-3) 4. Dapatkan pengukuran
spirometri (rasio
5. Tekanan darah sistolok
FEVI,FVC,FEV1/FVC) sebelum
ketika beraktivitas (2-4)
dan setelah pengunaan
6. Tekanan darh diastolic bronkodilator dengan efek yang
ketika beraktivitas (2-3) cepat

7. Warna kulit (2-3) 5. Monitor puncak dari jumlah


pernafasaan (PERF) dengan tepat
8. Kecepatan berjalan (2-
3) 6. Didik pasien untuk
menggunakan PERF meter di
9. Jarak berjaln (2-3)
rumah
10. Kemudahan dalam
7. Monitor reaksi asma
melkukan aktivitas hidup
harian (2-3) 8. Tentukan pemahaman klien/
keluarga pengenai pengomatan
11. Kemampuan untuk
anti inflamasi dan bronkodilator
berbicara ketika
dan penggunaannya dengan tepat
melakukan aktivitas (2-3) 9. Ajarkan teknik yang tepat untuk
menggunakan pengobatan dan alat
misalnya: inhaler,nebulizer,peak
flow water
2) Daya tahan
10. Ajarkan klien untuk
Indikator :
mengidentifikasi dan menghindari
1. Melakukan aktivitas
pemicu sebisa mungkin
rutinitas (2-3)
11. Bantu untuk mengenal tanda
2. Aktivitas fisik (2-3)
dan gejala sebelum terjadi reaksi
3. Konsentrasi (2-3) asma dan implementasi dari
respon tindakan yang tepat
4. Daya tahan otot (2-3)
12. Tawarkan minum air hangat
5. Libido (2-4)
dengan tepat
6. Pemulihan energy
13. Ajarkan teknik
setelah istirahat (2-4)
bernafan/relaksasi
7. Oksigen darh kerika
14. Gunkakan pendekatan yang
beraktivitas (2-3)
kalem dan memberikan jaminan
8. Hemoglobin (2-3) selama serangan asma

9. Hematokrit (2-3)
2) Manajemen energi
10. Glukosa darah (2-3)
Aktivitas - aktivitas :
11. Serum elektrolit
1. Kaji status fisiologis pasien
darah (2-3)
yang menyebabkan kelelahan
12. Tenaga yang terkuras
2. Anjurkan pasien
(2-3)
mengungkapkan perasaan secara
13. Latergi (2-3) verbal mengenai keterbatasan
yang di alami
14. Kelelahan (2-3)
3. Gunakan instrument yang valid
15. Peningkatan jumlah
sel darah putih untuk mengukur kelelahan

Depresi jumlah sel darah 4. Tentukan persepsi pasien/orang


putih terdekat dengan pasein mengenai
penyebab kelelahan

5. Perbaiki defisit status fisiologis


misalnya: (kemoterapi yang
menyebabkan anemia)

6. Pilih intervensi untuk


mengurangi kelelahan baik secara
farmakologis maupun non
farmakologis dengan tepat

7. Tentukan jenis dan banyaknya


aktivitas untuk menjaga ketahanan

8. Monitor intake/asupan nutrisi


untuk mrngetahui sumber energy
yang adekuat

9. Konsultasi dengan ahli gizi


mengenai cara meningkatkan
asupan energy makanan

10. Ajarkan pasien mengenai


pengelolaan kegiatan dan teknik
manajemen waktu untuk
mencegah kelelahan

11. Ajarkan senam aerobic sesuai


kemmpuan

12. Anjurkan pasien untuk


memilih aktivitas-aktivitas yang
akan dilakukan

13. Bantu pasien untuk


menjadwalkan periode istirahat

14. Instruksikan pasien/orang


terdekat pasien mengenai gejala
kelelahan (gejala yang muncul
atau kekambuhan yang mungkin
kembali lagi)

15. Instruksikan pasien/orang


terdekat pasien mengenai teknik
perawatan diri yang
memungkinkan penggunaan
energy sehemat mungkin (monitor
diri dan tknik untuk melakukan
aktivitas sehari-hari)

16. Instruksikan pasien/orang


terdekat pasien mengenai stress
dan koping intervensi untuk
mengurangi kelelahan

17. Ajarkan pasein/orang terdekat


untuk menghubungi tenaga
kesehatan jika tanda dan gejala
lelah tidak berkurangan

4. Resiko infeksi 1) Keparahan infeksi 1) Manajemen imunisasi


Indikator :
1. Kemerahan
Aktivitas - aktivitas : 184
2. Vesikel yang tidak 1. Ajarkan pada individu /
mengeras keluarga mengenai vaksinasi yang
permukaannya diperlukan jika ada paparan atau
insiden khusus (misalnya, kolera,
3. Cairan yang berbau
influensa, plak, rabies, demam
busuk
rocky mountain, small-pox,
4. Demam demam thypoid, tifus, demam
kuning, dan tuberkulosis)
5. Ketidakstabilan suhu
2. Sediakan informasi mengenai
6. Nyeri vaksin yang disiapkan oleh pusat
pencegahan dan kontrol penyakit /
7. Limfadenopati
center for disease control and
8. Malaise prevention.
3. Sediakan dan perbarui catatan
9. Menggigil
terkait tanggal dan tipe
10. Hilang nafsu mkana imunisasi
4. Identifikasi teknik pemberian
11. Infiltrasi x-ray dada
imunisasi yang tepat, termasuk
12. Kolonisasi kultur pemberian yang simultan
darah 5. Identifikasi rekomendasi
terbaru terkait penggunaan
13. Peningkatan jumlah
imunisasi
sel darah putih
6. Gunakan 5 prinsip benar dalam
14. Depresi jumlah sel pemberian obat
darah putih 7. Ingatkan individu / keluarga
ketika imunisasinya ada yang

2) Keparahan infeksi: belum dilakukan

baru lahir 8. Identifikasi kontraindikasi

Indikator : pemberian imunisasi ( reaksi


anafilaksis dari imunisasi

1. ketidakstabilan suhu sebelumnya dan sakit yang sedang

2. Hipotermia atau berat dengan atau tanpa

3. Takipnea demam ).
4. Takikardi 9. Pahami bahwa keterlambatan
5. Bradikardi pemberian imunisasi pada satu
6. Aritmia seri bukan berarti harus
7. Hipotensi mengulang jadwal
8. Hipertesi 10. Pastikan telah ada informed
9. Wajah pucat consent untuk pemberian vaksin
11. Kulit berbintik - 11. Beritahu pada orangtua untuk
biktik memeprhatikan tingkat
12. Sianosis kenyamanan anak stelah divaksin
13. Intoleransimakan 12. Observasi anak selama
14. Letharghy beberapa waktu tertentu stelah
15. Gelisah pemberian vaksin
13. Jadwalkan imunisasi sesuai
16. Kejang
tenggang wkatu yang ada
17. Kulit kemerahan 14. Jadwalkan munisasi sesuai
tenggang waktu yang ada
18. Kolonisasi kultur
15. Tentukan status imunisasi
darah
setiap kali kunjungan ke
19. Kolonisasi kultur pelayanan kesehatan ( termasuk
area luka ruang gawat darurat ) dan berikan
imunisasi sesuai kebutuhan
20. Infiltrasi x-ray dada
16. Advokasi pasien terkait
21. Peningkatan jumlah program dan kebijakan yang
sel darah putih menyediakan imunisasi murah
atau bahkan gratis ke seluruh
22. Depresi jumlah sel
populasi
darah putih
17. Bantu pencatatan secara
nasional untuk melacak status
imunisasi

2) Kontrol Infeksi
Aktivitas - aktivitas :
1. bersihkan lingkungan dengan
baik stelah digunakan untuk
pasien
2. Ganti peralatan perawtan per
pasien sesuai protokol institusi
3. Isolasi orang terkena penyakit
menular
4. Tempatkan isolasi sesuai
tindakan pencegahan yang sesuai
5. Pertahankan teknik isolasi yang
sesuai
6. Anjurkan pasien mengani
teknik mencuci tanga dengan tepat
7. Gunakan sabun anti mikroba
untuk cuci tangan yang sesuai
8. Cuci tangan sesuah dan
sebelum tindakan perawatan pasie
9. Lakukan tindakna- tindakan
pencegahan yang bersifat
universal
10. Paakai sarung tangan steril
yang tepat
11. Gososk kulit pasien dengan
agen antibakteri yang sesuai
12. Jaga lingkungan aseptik yang
optimal selama penusukan
disamping tempat tidur dari
saluran penghubung
13. Ganti IV perifer dan tempat
saluran penghubung serta
balutannya sesuai dengan pedoma
CDC saat ini
14. Pastikan teknik perawatan
luka yang tepat
15. Dorong untuk bersitirahat
16. Berikan terapi antibiotik yang
sesuai
17. Berikan imunisasi yang sesuai
18. Anjurkan pasien untuk
meminum antibiotik seperti yang
diresepkan
19. Ajarkan pasien dan keluarga
bagaiman menghindari infeksi

3) Perlindungan infeksi
Aktivitas aktivitas :

1. monitor adanya tanda dan


gejala infeksi sistemik dan lokal
2. Monitor kerentanan terhadao
infeksi
3. Monitor hitung mutlak
granulosit, WBC dan hasil hasil
diferensial
4. Batasi jumlah pengunjung, yang
sesuai
5. Skrining semua pengunjung
terkait penyakit menular
6. Pertahankan asepsis untuk
pasien berisiko
7. Berikan perawatan kulit yang
tepat untuk area ( yang mengalami
) edema
8. Periksa kondisi setiap sayatan
atau luka
9. Tingkatkan asupan nutrisi yang
cukup
10. Anjurkan asupan cairan yang
tepat
11. Anjurkan beristirahat
12. Pantau adanya perubahan
tingkat energi atau malaise
13. Anjurkan peningkatan
mobilitas atau latihan , dengan
tepat
14. Berikan agen imunisasi,
dengan tepat
15. Intruksikan pasien untuk
minum antibiotik yang diresepkan
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kehamilan kembar merupakan suatu kehamilan dimana terdapat dua atau lebih
embrio atau janin sekaligus. Kehamilan ganda atau kehamilan kembar terjadi apabila
dua atau lebih ovum dilepaskan dan dibuahi atau apabila satu ovum yang dibuahi
membelah secara dini sehingga membentuk dua embrio yang sama pada stadium masa
sel dalam satu atau lebih. Jenis kehamilan ganda ada dua yaitu kembar monozigotik,
kehamilan dizigotik. Faktor –faktor yang mempengaruhi yaitu faktor ras, keturunan,
umur dan paritas, nutrisi, dan infertilitas. Gejala yang dihadapi ibu biasanya mengalami
sesak nafas, sering BAK, gerak banyak, endema dan varises, hiperemesis, preklamasi
eklampsia, dan hidramnion. Pada kehamilan kembar perlu diantisipasi untuk terjadinya
kelainan- kelainan pada ibu dan janin sehingga perlu pengawasan yang lebih intensip
dengan cara menganjurkan ibu melakukan pemeriksaan kehamilan lebih sering agar bisa
dideteksi secara dini perkembangan ibu dan janin serta kelainan yang ditimbulkan akibat
kehamilan kembar.
B. Saran
Penerapan asuhan pada ibu hamil sangat perlu dilakukan karena dapat membantu
ibu dalam menghadapi persalinan, dan lebih memahami betapa pentingnya menjaga
kebersihan, pemenuhan nutrisi, waspada pada kelainan dan komplikasi yang dapat
membahayakan ibu dan janin.
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, F., Gary, et al., 1995, Obstetri Williams, Ed. 18, EGC, Jakarta.

Doengoes, Marilynn E, et al., 2001, Rencana Perawatan Maternal / Bayi: Pedoman untuk
Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien, Ed. 2, EGC, Jakarta.

Hacker, Neville F, Moore, J. G., 2001, Essential Obstetri dan Ginekologi, Ed. 2,
Hipokrates, Jakarta.

Manuaba, I.B.G., 2001, Kapita Selekta Pelaksanaan Rutin Obstetric Ginekologi & KB,
EGC, Jakarta.

Mochtar, Rustam, 1990, Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi, EGC,
Jakarta.

Prawirohardjo, Sarwono, 1984, Pengantar Ilmu dan Praktek Kebidanan Bag. I, FKUI,
Jakarta.

Sulaiman, Sastrawinata, 1979, Obstetri Patologi, UNPAD, Bandung.

Taber, Ben Zion, 1994, Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi, Ed. 2, EGC,
Jakarta.

Varney, Helen, 2001, Buku Saku Bidan, EGC, Jakarta.

Wikrojosastro, Hanifa, 1999, Ilmu Kebidanan, Ed. 3, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta

Vous aimerez peut-être aussi