Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Oleh
Erta Kristiawani
131101064
Erta Kristiawani
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ORISINALITAS ii
HALAMAN PENGESAHAN HASIL SIDANG iii
PRAKATA iv
DAFTAR ISI vii
DAFTAR LAMPIRAN x
DAFTAR BAGAN xi
DAFTAR TABEL xii
ABSTRAK...............................................................................................................................xiii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 5
1.3. Tujuan Penelitian 5
1.4. Manfaat Penelitian 5
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perilaku 7
2.1.1. Konsep Perilaku 7
2.1.2. Jenis Perilaku 8
2.1.3. Domain Perilaku 10
2.2. Perilaku Kesehatan 17
2.3. Konsep Hipertensi pada Lansia 21
2.3.1. Perubahan Sistem Kardiovaskuler pada Lansia............................21
2.3.2. Pengertian Hipertensi............................................................................22
2.3.3. Epidemiologi Hipertensi......................................................................22
2.3.4. Klasifikasi Hipertensi............................................................................23
2.3.4.1. Berdasarkan Penyebab......................................................................23
2.3.4.2. Berdasarkan Tingkat Keparahan....................................................26
2.3.5. Etiologi......................................................................................................26
ABSTRAK
Hipertensi adalah salah satu penyakit degeneratif yang banyak dialami lansia,
yaitu terjadinya peningkatan secara abnormal dan terus menerus tekanan darah
yang disebabkan satu atau beberapa faktor yang tidak berjalan sebagaimana
mestinya dalam mempertahankan tekanan darah secara normal. Lansia yang
mempunyai perilaku yang kurangbaik mengenai hipertensi dan upaya yang
kurang tepat mempunyai risiko lebih tinggi terjadinya penyakit kardiovaskular.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku lansia hipertensi
dalam upaya pencegahan kekambuhan di puskesmas Helvetia. Penelitian ini
menggunakan desain deskriptif dengan sampel sebanyak 91 responden.
Pengumpulan data terhadap 91orang responden dilakukan pada bulan Maret-Juni
2017dengan cara menyebar kuesioner berskala guttman scale. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan lansia hipertensi mayoritas buruk
(1,1%), mayoritas baik (98,9%), sikap lansia hipertensi mayoritas buruk (94,5%),
mayoritas buruk (5,5%), tindakan lansia hipertensi mayoritas baik (93,4%),
mayoritas buruk (6,6%), perilaku lansia hipertensi mayoritas buruk (2,2%) dan
perilaku lansia hipertensi mayoritas baik (97,8%).
PENDAHULUAN
keluhan dan gejala yang khas sehingga banyak penderita yang tidak
menyebabkan stoke, infark miokard, gagal jantung, demensia, gagal ginjal, dan
Masalah kesehatan akibat dari proses penuaan dan sering terjadi pada sistem
sekitar 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia. Prevalensi tertinggi terjadi
(29,6%), dan Jawa Barat (29,4%). Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi
di Indonesia memiliki angka prevalensi yang cukup tinggi yang didapat melalui
oleh Yulia (2011) terhadap 104 lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja
Medan Labuhan adalah 26,4% dimana dari 163 responden terdapat 43 orang
menderita hipertensi lebih tinggi pada umur 45-60 tahun (38,8%) sedangkan pada
umur <45 tahun dan >60 tahun relatif sama dengan proporsi masing-masing
24,2% dan 25%. Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa jumlah pasien
karena pengetahuan saja tetapi sikap juga sangat di butuhkan untuk mencegah
hipertensi.
menyebabkan pola pikir dan daya ingat lansia menurun, padahal untuk
pencegahan hipertensi ini sikap juga sangat dibutuhkan. Seperti yang diketahui
lingkunganya. Sikap juga dapat diartikan sebagai pikiran dan perasaan yang
Maka dari itu perlunya sikap untuk mencegah hipertensi, karena dengan
adanya sikap yang positif akan mencegah lansia untuk terjadinya hipertensi pada
pengetahuan dan sikap dari keluarga tentang hipertensi merupakan suatu hal yang
sangat penting untuk dimiliki, agar keluarga bisa menanggulangi hipertensi dalam
keluarga itu sendiri. Hal ini sangat erat kaitannya dengan upaya-upaya
terjadinya kekambuhan dan komplikasi hipertensi. Hal yang paling penting untuk
sehat terhadap upaya-upaya hipertensi. beberapa cara yang dapat dilakukan adalah
pengaturan pola makan, aktifitas fisik, kontrol kesehatan dan pengolahan stress.
Penyakit tidak menular berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 1575 tahun
Helvetia Medan.
selanjutnya
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perilaku
Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme
atau makhluk hidup yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2012). Sebab itu semua
makhluk hidup mulai dari binatang sampai dengan manusia, mempunyai aktivitas
organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. Skinner (1938, dalam
b. Operant respons atau instrumental respons, yakni respon yang timbul dan
terhadap gaji yang cukup (stimulus), kemudian karena kerja baik tersebut
adalah pengetahuan dan sikap. Contoh: Ibu hamil tahu pentingnya periksa
Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut sudah
berupa tindakan atau praktik yang dapat diamati orang lain dari luar
Paru minum obat anti TB Paru secara teratur, seorang akan menggosok
praktik.
Respon Tertutup:
1. Pengetahuan
2. Sikap
Stimulus Organisme
Respon Terbuka:
1. Tindakan/praktik
Bagan 2.1 Teori S-O-R(Notoadmodjo, 2010)
Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau
rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respon sangat
tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan.
Hal ini berarti meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respon
stimulus yang sama disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat
sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang. Dari
1. Pengetahuan (knowledge)
terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan
tingkat yang berbeda-beda, secara garis besarnya dibagi dalam enam tingkat
sebagai berikut:
a. Tahu (know)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak
melakukan 3M tersebut.
c. Aplikasi (application)
diketahui tersebut pada situasi yang lain. Misalnya seseorang yang telah
d. Analisis (analysis)
yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi
tersebut.
nyamuk biasa, dapat membuat diagram siklus hidup cacing kremi, dan
sebagainya.
e. Sintesis (synthesis)
sendiri tentang hal-hal yang telah dibaca atau didengar, dan dapat
membuat kesimpulannya.
f. Evaluasi (evaluation)
a. Menerima (receiving)
Menerima disini berarti orang atau subjek mau menerima stimulus yang
diketahui atau diukur dari kehadiran ibu untuk mendengarkan penyuluhan tentang
c. Menghargai (valuing)
positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain,
bahkan mengajak atau mempengaruhi orang lain merespon. Misalnya seorang ibu
d. Bertanggungjawab (responsible)
berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil resiko bila ada orang lain
yang mencemoohkan atau adanya resiko lain. Misalnya seorang ibu yang sudah
kecenderungan untuk bertindak (praktik), maka sikap belum tentu terwujud dalam
tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain antara lain adanya
penting untuk kesehatannya dan janinnya, dia sudah ada niat (sikap) untuk periksa
kehamilan. Agar sikap meningkat menjadi tindakan, maka diperlukan fasilitas atau
ibu tersebut tidak akan memeriksakan kehamilannya. Praktik atau tindakan ini
melakukan atau mempraktikkan sesuatu hal secara otomatis. Misalnya seorang ibu
c. Adopsi (adoption)
Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang, artinya
apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah
menggosok gigi bukan hanya sekedar gosok gigi, melainkan dengan teknik-teknik
yang benar.
kesehatan (health behavior) adalah respon seseorang terhadap stimulus atau objek
kesehatan. Dengan kata lain, perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau
kegiatan seseorang baik yang dapat diamati (observable) maupun yang tidak dapat
dari penyakit dan masalah kesehatan lain, meningkatkan kualitas kesehatan, dan
sebab itu, perilaku kesehatan ini dikelompokkan dalam dua garis besar, yakni:
makan, cuci tangan pakai sabun sebelum makan, dan lain sebagainya.
sebagainya).
Perilaku sehat adalah perilaku atau kegiatan yang berkaitan dengan upaya
jenisnya (kualitas).
mengkonsumsinya.
mempertahankan kesehatannya.
Stres adalah bagian dari kehidupan setiap orang, tanpa pandang bulu.
Stres tidak dapat dihindari oleh siapapun, namun yang dapat dilakukan
mental.
kesehatan.
Perilaku sakit adalah tindakan atau kegiatan orang atau keluarga yang sakit
dialami, melalui dua cara yakni: cara tradisional (kerokan, minum jamu,
obat gosok, dan sebagainya) dan cara modern (minum obat yang dibeli
Dari segi sosiologi, orang yang sadeng sakit mempunyai peran (roles),
(obligation). Menurut Becker, hak dan kewajiban orang yang sedang sakit
memperoleh kesembuhan.
Tebal bilik kiri dan kekakuan katup bertambah seiring dengan penebalan
Noorkasiani, 2009). Perubahan yang terjadi pada lansia meliputi: katup jantung
pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah meningkat (Maryam, et al., 2008).
tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari satu
periode. Hal ini terjadi bila arteriol-arteriol kontriksi. Kontriksi arteriol membuat
Hipertensi menambah beban kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut dapat
sebagai keadaan tekanan darah sistolik = 140 mmHg dan tekanan diastolik = 90
mmHg. Hipertensi disebut sebagai silent killer karena jarang menimbulkan gejala
setiap tahun, mendekati 1:3 secara keseluruhan. Jumlah komplikasi dari hipertensi
hampir 45% kematian karena penyakit jantung dan 51% karena stroke (world
didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum obat hipertensi sendiri sebesar
9,5 persen. Jadi, terdapat 0,1 persen penduduk yang minum obat sendiri,
penyebab dan tingkat keparahan. Berikut ini akan dijelaskan klasifikasi hipertensi
hipertensi esensial atau primer dan hipertensi sekunder. 1. Hipertensi esensial atau
hipertensi primer.
penyebabnya (Udjianti, 2011). Pada lebih dari 90% kasus, penyebab hipertensi
tidak jelas, yang disebut dengan primer atau esensial. Hipertensi primer
(ABP) tinggi, terutama bila pengaruh lingkungan yang mendukung (misalnya diet
tinggi garam, stress psikososial) juga ada (Aaronson & Ward, 2008).
b. Jenis kelamin dan usia: laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita pasca
c. Diet: konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung berhubungan
bukanlah garam (garam dapur) yang tidak baik bagi tekanan darah, tetapi
darah seseorang. Natrium (Na) bersama klorida (Cl) dalam garam dapur
oksigen dalam darah yang cukup. Semakin banyak kalori yang dibakar,
2. Hipertensi sekunder
yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah karena suatu kondisi fisik
yang ada sebelumnya seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid (Udjianti,
2011).
2.2.5 Etiologi
Beberapa kondisi yang menjadi penyebab terjadinya hipertensi (WHO,
2013),yaitu:
hipertensi, termasuk:
2) Penggunaan alcohol
Ada beberapa faktor metabolik yang meningkatkan risiko penyakit jantung, gagal
ginjal dan komplikasi lain dari hipertensi, termasuk diabetes, kolesterol tinggi dan
gangguan kardiovaskuler.
2.2.5.3 Sosio-ekonomi
mempunyai pengaruh yang merugikan dalam faktor risiko gaya hidup dan
deteksi dini dan perawatan dan bisa juga menghambat pencegahan komplikasi.
darah dapat diperlambat melalui gaya hidup yang sehat, termasuk makanan yang
sehat dan mengurangi konsumsi garam. Beberapa kasus pada hipertensi belum
dan curah jantung. Pembuluh darah memberikan reaksi atas peningkatan aliran
darah melalui kontriksi atau peningkatan tahanan perifer. Tekanan darah tinggi
adalah awal dari peningkatan curah jantung yang kemudian dipertahankan pada
tingkat yang lebih tinggi sebagai suatu timbal balik peningkatan tahanan perifer
(Udjianti, 2011).
Gejala hipertensi biasanya tanpa gejala sehingga sering disebut “the silent
killer”. Menurut Vitahealth (2006), secara umum gejala yang dapat timbul, yaitu:
memerah, 7) Hidung berdarah, 8) sering buang air kecil, terutama di malam hari,
2.2.7 Patofisiologi
darah. Jika hal ini terus-menerus maka otot jantung akan menebal dan mengalami
memengaruhi tekanan arteri sistemik. Bila tubuh mengalami kelebihan garam dan
kemudian diubah oleh converting enzyme dalam paru menjadi bentuk angiotensin
kuat pada pembuluh darah dan merupakan mekanisme kontrol terhadap pelepasan
tahanan vaskular sebagai akibat dari peningkatan aliran. Menurut Aronow, et.al.
pada dinding aorta, meningkatnya aliran nadi, dan meningkatknya tekanan darah.
syncope, dan kejadian kardiovaskuler) dan ortostatik hipertensi (faktor risiko dari
kalsium, dan peningkatan volume. Hal ini juga mempengaruhi penekanan pada
apabila usianya 65 tahun keatas (Setianto, 2004 dalam Efendi & Makhfudli,
2009). Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu
Makhfudli, 2009). Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang
Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta
Makhfudli, 2009). Menurut Bab I Pasal 1 ayat (2) Undang Undang No. 13 Tahun
Berikut ini adalah klasifikasi lanjut usia dalam beberapa literature, yaitu:
klasifikasi lansia adalah usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun, lansia
(elderly) 60-74 tahun, lansia tua (old) 75-90 tahun, dan lansia sangat tua
menggolongkan usia lanjut menjadi tiga, yaitu: young old (65-74 tahun);
middle old (75-84 tahun); dan old old (lebih dari 85 tahun).
bahwa yang disebut usia lanjut (geriatric age) adalah orang yang berusia
lebih dari 65 tahun. Selanjutnya terbagi ke dalam usia 70-75 tahun (young
a. Pralansia (prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
b. Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c. Lansia risiko tinggi
d. Lansia potensial.
Saat ini, di seluruh dunia, jumlah lansia diperkirakan lebih dari 629 juta
jiwa (satu dari 10 orang berusia lebih dari 60 tahun), dan pada tahun 2025, lanjut
dan pada tahun 2020 menjadi sebesar 11,34% (BPS,1992 dalam Maryam, et.al.,
2008). Bahkan data Biro Sensus Amerika Serikat memperkirakan Indonesia akan
mengalami pertambahan warga lanjut usia terbesar di seluruh dunia pada tahun
1990-2025, yaitu sebesar 41,4% (Kinsella dan Taeuber, 1993 dalam Maryam,
et.al., 2008).
tahun 2010 proyeksi proporsi penduduk umur lebih dari 60 tahun di Sumatera
Utara adalah 5,89% , pada tahun 2020 adalah 8,29% dan pada tahun 2035 adalah
bahwa “menua” (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan
degeneratif. Lima sebab utama kematian di antara para lansia adalah penyakit
(COPD). Namun, penyakit yang paling mahal adalah golongan penyakit yang
Penyakit arthritis merupakan penyakit kronis yang paling sering dan yang
Noorkasiani, 2009).
muncul pada usia lanjut. Selain itu masalah degenerative menurunkan daya tahan
tubuh sehingga rentan terkena infeksi penyakit menular. Penyakit tidak menular
belum terlihat adanya faktor yang menjadi risiko hipertensi, contoh adanya
pada kelompok risiko tinggi. Tujuan pencegahan primer adalah untuk mengurangi
faktor-faktor risikonya.
lain:
menganjurkan asupan natrium dibatasi sampai kurang dari 2,4 gram sehari.
Jumlah tersebut setara dengan 6 gram garam, yaitu sekitar 1 sendok teh per hari.
mmol/hari (2,4 gram natrium atau 6 gram garam) bisa menurunkan TDS 2-8 mmHg. 39
dengan kenaikan tekanan darah. Penurunan konsumsi lemak jenuh, terutama lemak
dalam makanan yang bersumber dari hewan dan peningkatan konsumsi lemak tidak
jenuh secukupnya yang berasal dari minyak sayuran, biji-bijian dan makanan lain
Jenis makanan ini sangat baik untuk melawan penyakit hipertensi. Dengan
mengonsumsi sayur dan buah secara teratur dapat menurunkan risiko kematian
darah, dan mencegah kanker. Sayur dan buah mengandung zat kimia tanaman
Mengonsumsi sayur dan buah dengan teratur dapat menurunkan tekanan darah
TDS/TDD 3/1 mmHg. sayur dan buah dengan teratur dapat menurunkan tekanan
a.Olahraga teratur
b. Menghentikan rokok
arteri kecil hingga sirkulasi darah berkurang dan tekanan darah meningkat.
Berhenti merokok merupakan perubahan gaya hidup yang paling kuat untuk
konsumsi alkohol
Konsumsi alkohol dalam jumlah sedang sebagai bagian dari pola makan yang
sehat dan bervariasi tidak merusak kesehatan. Namun demikian, minum alkohol
minuman keras (binge drinking) sangat berbahaya bagi kesehatan karena alkohol
lebih dari 14 unit per minggu dan laki-laki tidak melebihi 21 unit
Di antara semua faktor risiko yang dapat dikendalikan, berat badan adalah salah
satu yang paling erat kaitannya dengan hipertensi. Dibandingkan dengan yang
terjadi untuk berulang atau menjadi berat. Pencegahan ini ditujukan untuk
mengobati para penderita dan mengurangi akibat- akibat yang lebih serius dari
pencegahan ini dilakukan pemeriksaan tekanan darah secara teratur dan juga
Diagnosis Hipertensi
kali atau lebih dengan jarak dua menit,kemudian diperiksa ulang dengan
kontrolatera.
b. Penatalaksanaan Hipertensi
sebagianpenderita. Oleh karena itu, modifikasi gaya hidup merupakan hal yang
Pencegahan tersier yaitu upaya mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat
yaitumenurunkan tekanan darah sampai batas yang aman dan mengobati penyakit
KERANGKA PENELITIAN
3.1.Kerangka Penelitian
teori tentang perilaku lansia hipertensi dalam upaya pencegahan kekambuhan dan
sesuai dengan tujuan penelitian, maka dapat dirumuskan kerangka konsep sebagai
berikut:
Definisi Skala
No Variabel Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
Mengisi
pengetahuan adalah
kuesioner
mengenai Kuesioner
kemampuan dengan
penelitian Baik: >7
responden mengenal, alternatif
1 Pengetahuan memahami dan sebanyak Sedang: 6-4 Ordinal
jawaban
mengetahui hal-hal 10 Buruk: 0-3
yang berhubungan Setuju = 1
pernyataan
dengan hipertensi. Tidak
setuju = 0
sikap adalah
merupakan reaksi
yang masih tertutup
dan tidak bisa dilihat Mengisi
oleh orang lain kuesioner
terhadap suatu Kuesioner
dengan
stimulus. penelitian Baik: >7
Sikap yang alternatif
2 Sikap sebanyak Sedang: 6-4 Ordinal
dimaksudkan dalam jawaban
penelitian ini adalah 10 Buruk: 0-3
Setuju = 1
sikap responden pernyataan
terhadap penyakit Tidak
hipertensi dalam setuju = 0
upaya pencegahan
kekambuhan.
Mengisi
reaksi atau perilaku
yang dapat diamati kuesioner
oleh orang lain. dengan
Tindakan yang Kuesioner
alternatif Baik: >7
dimaksudkan dalam penelitian
penelitian ini adalah jawaban Sedang: 6-4
3 Tindakan sebanyak Ordinal
usaha yang Melakukan Buruk: 0-3
dilakukan oleh 10
=1
responden untuk pernyataan
mencegah terjadinya Tidak
kekambuhan. Melakukan
=0
METODOLOGI PENELITIAN
adalah desain penelitian yang disusun dalam rangka memberikan gambaran yang
4.2.1. Populasi
4.2.2. Sampel
2
Keterangan:
n : Jumlah Sampel N :
Besarnya populasi
Universitas Sumatera
Utara
926
n= 926(0,1) 2 +1
n = 926(0,01)926 + 1
926
n = 10.26
n = 90,25
menjelaskan maksud dan tujuan serta penelitian yang dilakukan dan manfaat
persetujuan tersebut. Peneliti tidak memaksa calon responden yang menolak dan
namanya pada lembar pengumpulan data, tetapi cukup dengan memberi nomor
dijamin oleh peneliti, hanya sekelompok data tertentu saja yang disajikan atau
ini dikembangkan sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada landasan teori
dari variabel penelitian. Instrumen penelitian ini terdiri dari empat bagian, yaitu:
Kuesioner data demografi terdiri dari inisial nama depan responden, jenis
tinggal memilih atau membubuhkan tanda check list (√) pada kolom yang sesuai
menurut responden.
terhadap pertanyaan yang diberikan, untuk jawaban benar diberi nilai 1, dan
terhadap pertanyaan yang diberikan, untuk jawaban setuju diberi nilai 1, dan
4.6.1 Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar
mengukur apa yang diukur. Kuesioner yang telah selesai disusun akan
disusun kembali dengan bahasa yang lebih efektif dan dengan item-item
f. Pengumpulan angket dan analisa data dari angket yang sudah terkumpul.
Pemberian kode yang dimaksudkan untuk mempermudah pada saat analisi data
dan juga mempercepat pada saat entry data, yaitu dengan memberikan kode pada
Tahapan ini dilakukan dengan cara memasukkan data ke dalam komputer untuk
Melakukan pengecekan data yang sudah dientry, apakah ada kesalahan atau tidak.
5.1.Hasil Penelitian
Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah Lansia yang
Dari tabel 1.3 dapat dilihat bahwa mayoritas responden perempuan yaitu
orang (39,6%).
Umur: 36 39,6
60-64 tahun 25 27,5
65-69 tahun 30 33,0
70-75 tahun
Status perkawinan:
Kawin 52 57,1
Belum Kawin 4 4,4
Janda/Duda 35 38,5
Agama:
46 50,5
Islam
45 49,5
Kristen
0 0
Hindu
0 0
Budha
Konghuchu 0 0
Pendidikan:
Tidak pernah sekolah 5 5,5
SD 8 8,8
SMP 27 29,7
SMA 45 49,5
Perguruan tinggi 6 6,6
Pekerjaan:
Tidak bekerja 26 28,6
Pensiunan PNS/TNI/POLRI 34 37,4
Wiraswasta 24 26,4
Lain-lain 7 7,7
bahwa tingkat pengetahuan baik sejumlah 90 orang (98,9%) dan buruk sejumlah 1
orang (1,1%).
Pengetahuan Lansia
Hipertensi dalam
Upaya Pencegahan Frekuensi %
Kekambuhan
Baik 90 98,9
Buruk 1 1,1
Total 100 100
Berdasarkan tabel 1.5 tentang tingkat sikap lansia hipertensi dalam upaya
tingkat perilaku baik sejumlah 86 orang (94,5%) dan buruk sejumlah 5 orang
(5,5%).
bahwa tingkat pengetahuan baik sejumlah 85 orang (93,4%) dan buruk sejumlah 6
orang (6,6%).
Tindakan Lansia
Hipertensi dalam
Upaya Pencegahan Frekuensi %
Kekambuhan
Baik 85 93,4
Buruk 6 6,6
Total 100 100
bahwa tingkat pengetahuan baik sejumlah 89 orang (97,8%) dan buruk sejumlah 2
orang (2,2%).
yang kurang baik. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1.3 mayoritas responden tidak
pernah sekolah dengan jumlah 5 orang (5,5 %). Pernyataan ini didukung oleh
yang sangat penting untuk memperoleh suatu perilaku yang baik. Dimana
diharapkan dari pengetahuan yang baik akan timbul suatu perilaku yang baik pula.
Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Rogers bahwa perilaku yang didasari
pengetahuan akan bertahan lebih lama dari pada perilaku yang tidak didasari
Didukung oleh Utomo (2013) daya ingat yang menurun sebagai akibat proses
menua, mengakibatkan besarnya nilai kesalahan yang ada pada hasil jawaban
kuesioner. Menurut Darmodjo (2005) dilihat dari aspek psikologi mundurnya daya
ingat, penurunan degenerasi otak dan kemunduran orientasi. Selain dari segi
Orang yang berpendidikan akan mampu berfikir tenang terhadap suatu masalah
responden sebagian besar adalah tamatan SMA (49.5%). Pendidikan yang tinggi
juga oleh Green (2002 dalam Kristina, 2008) bahwa untuk mewujudkan sikap
menjadi perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang
tetangga, dan tokoh masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian ini lansia yang
memiliki sikap baik (94,5%), lansia yang memiliki sikap buruk (5,5%). Sikap
mengenai objek atau situasi yang disertai adanya perasaan tertentu dan
memberikan dasar pada orang tersebut untuk membuat respons atau berperilaku
dialami individu terhadap sesuatu hal dan sikap tidak dibawa sejak lahir tetapi
manusia satu dengan yang lain. Menurut teori yang dikemukakan oleh
Notoatmodjo (2007), Sikap sosial terbentuk dari interaksi sosial yang dialami
individu sebagai anggota kelompok sosial yang satu dengan yang lain, terjadi
merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
stimulus atau objek. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di
terhadap suatu objek. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
faktor eksternal dan faktor internal. Faktor internalberasal dari dalam diri
individu. Dalam hal ini individu menerima, mengolah, dan memilih segala sesuatu
yang datang dari luar, serta menentukan mana yang akan diterima dan mana yang
tidak. Hal-hal yang diterima atau tidak berkaitan erat dengan apa yang ada dalam
diri individu. Oleh karena itu, faktor individu merupakan faktor penentu
pembentukan sikap. Dan Faktor eksternal berasal dari luar diri individu, berupa
stimulus untuk membentuk dan mengubah sikap. Stimulus tersebut dapat bersifat
juga bersifat tidak langsung, yaitu melalui perantara, seperti: alat komunikasi dan
nyata seseorang terhadap suatu objek, dipengaruhi oleh persepsi individu tentang
suatu objek.
tindakan itu dapat dipengaruhi oleh faktor ekonomi. Hal ini sesuai dengan
tindakan sedang (51.1%) dan tindakan buruk (1.3%) dari haril penelitian
orang (97,8%) dan buruk sejumlah 2 orang (2,2%). Sejalan dengan batasan
respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit,
kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang baik yang dapat diamati
mencakup mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan
menurunnya fungsi berbagai alat tubuh dan pada umumnya penyakit pada lansia
dan sering menimbulkan kecacatan dan kematian (Istiany, 2006). Salah satunya
menimbulkan gejala pada stadium awal dan banyak orang tidak terdiagnosa.
Tebal bilik kiri dan kekakuan katup bertambah seiring dengan penebalan
Noorkasiani, 2009).
Perubahan yang terjadi pada lansia meliputi: katup jantung menebal dan
pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah meningkat (Maryam, et al., 2008).
merupakan sebab kematian terbesar pada populasi usia 65 tahun ke atas di seluruh
Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme
Ensiklopedia Amerika, perilaku diartikan sebagai suatu aksi atau reaksi organisme
bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat
merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).
Menurut hasil penelitian yang dilakukan, peneliti mendapat bahwa perilaku lansia
(97,8%). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Ginting (2011) tentang
kecamatan Medan Johor dapat disimpulkan bahwa dari 88 responden yang diteliti,
kekambuhan dapat dilihat dari bagaimana dia menjaga pola hidupnya, rutin dalam
lansia tidak hanya ditujukan untuk mencegah terjadinya hipertensi tetapi juga
untuk mendapatkan tubuh yang sehat di masa tua agar dapat menjalankan
6.1. Kesimpulan
gejala-gejala yang dianggap sepele seperti sakit kepala atau nyeri tengkuk.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dari 91 responden yang diteliti,
(6,6%), yang memiliki perilaku baik sebanyak (97,8%) dan yang berperilaku
masyarakat.
baik, namun masih ada lansia yang perilakunya masih kurang. Hal ini
seseorang menganggap dirinya sakit hanya jika dia sudah terbaring ditempat
karena mencegah lebih baik dari pada mengobati. Selain itu sebaiknya saat
kepada lansia dan keluarga, karena sebagai orang terdekat keluarga memiliki
pencegahan hipertensi pada lansia yang dapat dilakukan dengan mudah oleh
Sept ‘16 Okt ‘16 Nov ‘16 Des ‘16 Jan ‘17 Feb ‘17 Mar ‘17 Apr ‘17 Mei ‘17 Jun ‘17 Jul‘17
No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 34 1 2 3 4 1 2 3 41 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 34
Peneliti Responden
(Erta Kristiawani) ( )
Responden 91
Varian 8
Rata-rata 25,69
Reabilitas Kr-21 0,8
No Uraian Jumlah
1 Penyusunan Proposal penelitian: Literatur + Rp. 200.000,-
Internet + Pengetikan + Penggandaan + Jilid
(3 eksemplar)
2 Izin penelitian Rp. 150.000,-
3 Pengumpulan data + transportasi + foto copy Rp. 200.000,-
(kuesioner dan Informed consent)
4 Analisa data Rp. 100.000,-
5 Penyusunan laporan hasil penelitian = Rp. 200.000,-
Pengetikan + Penggandaan + Jilid (3
eksemplar)