Vous êtes sur la page 1sur 105

Perilaku Lansia Hipertensi Dalam Upaya Pencegahan

Kekambuhan Di Puskesmas Helvetia

SKRIPSI

Oleh
Erta Kristiawani
131101064

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS


SUMATERA UTARA 2017

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
PRAKATA

Puji syukur kepada Allah Tritunggalatas kasih dan kuasa-Nya yang


memampukan penulis menyelesaikan skripsi dengan judul “Perilaku Lansia
Hipertensi dalam Upaya Pencegahan Kekambuhan di Puskesmas Helvetia.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk menyandang
gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep), sebagai hasil dari proses belajar penulis
selama menimba ilmu di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang
berusaha dipersembahkan untuk dunia pendidikan dan pihak-pihak lain yang
membutuhkannya.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah banyak mendapatkan
dukungan, baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Wakil Dekan I Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Cholina Trisa Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp. KMB selaku Wakil Dekan
II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dr. Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep, Sp. Mat selaku Wakil Dekan III
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
telah meluangkan waktu untuk memberikan masukan, arahan, bimbingan
serta ilmu yang sangat bermanfaat selama proses penyusunan skripsi,
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
6. Bapak Roymond H. Simamora, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Dosen Penguji I
7. Bapak Iwan Rusdi selaku Dosen Penguji II dan selaku Dosen pembimbing
akademik saya yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam
penyusunan skripsi ini.
8. Ibu Siti Zahara Nasution, S.Kp, MNS dan IbuRekh Sonya Erienhi, S.Kep,
Ns, M.Kep selaku Validator kuesioner peneliti.

Universitas Sumatera Utara


9. Bapak kepala Puskesmas Helvetia dan Seluruh pegawai Puskesmas Helvetia
yang telah membantu dan memberikan izin penelitian di Puskesmas Helvetia.
10. Bapak Kepala Dinas Kesehatan dan seluruh staf kantor Dinas Kesehatan Kota
Medan yang telah membantu dan memberikan izin penelitian di Puskesmas
Helvetia.
11. Seluruh lansia Nias di Puskesmas Helvetia yang telah berpartisipasi sebagai
responden dan meluangkan waktunya dalam mengisi kuesioner penelitian ini.
12. Keluarga besar saya yang telah mendukung, mendoakan dan membantu saya
selama 4 tahun menimba ilmu di Universitas Sumatera Utara.
13. Ungkapan spesial yang tiada tara kepada Mama yang telah bahagia disisi
Tuhan, yang saya tahu mama pasti bangga melihat anak yang ditinggalkannya
telah menyelesaikan tugas akhirnya. Sekalipun mama telah tiada, saya harus
tetap berjuang dan membuat mama bangga. Juga buat kakak dan abang saya
tercinta (Eva, Edo, Epo, Ezra, Andre, Oni), terimakasih atas setiap doa,
dukungan dan semangat yang kalian berikan dalam mengerjakan skripsi ini.
14. Ungkapan spesial yang juga saya berikan kepada nenek saya tercinta, E.
Simanungkalit yang sudah bersedia menjaga saya dari saya bayi sampai
sekarang, yang senantiasa mendoakan saya, memberikan saya semangat,
memotivasi dan bahkan yang selalu menemani saya dalam perjalanan saya
mengerjakan skripsi ini.
15. Teman-teman seperjuangan S1 Keperawatan Universitas Sumatera
Utarastambuk 2013, terkhusus kepada (Santa, Doranda, Natalia Purba, Arini,
Martha) yang telah turut membantu dan memotivasi penulis dalam
penyusunan skripsi ini.
16. KK Militia Christi (Masrek, Dwily) yang senantiasa menanyakan,
mendoakan, memberi saran dan memberi semangat dalam mengerjakan
skripsi ini.
17. Calon teman hidup saya yang saya kasihi, Bungsu Syahputra Limbong, S.P.si
yang selalu setia mendampingi, memberikan semangat, memberi saran, yang
senantiasa mendoakan dalam mengerjakan skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara


18. Serta semua pihak yang telah membantu dan memotivasi penulis selama
menempuh pendidikan dan dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat kepada pembacanya dan dengan
kerendahan hati penulis menerima segala kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari pembaca demi kebaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

Medan, 11 Juli 2017


Penulis

Erta Kristiawani

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ORISINALITAS ii
HALAMAN PENGESAHAN HASIL SIDANG iii
PRAKATA iv
DAFTAR ISI vii
DAFTAR LAMPIRAN x
DAFTAR BAGAN xi
DAFTAR TABEL xii
ABSTRAK...............................................................................................................................xiii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 5
1.3. Tujuan Penelitian 5
1.4. Manfaat Penelitian 5
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perilaku 7
2.1.1. Konsep Perilaku 7
2.1.2. Jenis Perilaku 8
2.1.3. Domain Perilaku 10
2.2. Perilaku Kesehatan 17
2.3. Konsep Hipertensi pada Lansia 21
2.3.1. Perubahan Sistem Kardiovaskuler pada Lansia............................21
2.3.2. Pengertian Hipertensi............................................................................22
2.3.3. Epidemiologi Hipertensi......................................................................22
2.3.4. Klasifikasi Hipertensi............................................................................23
2.3.4.1. Berdasarkan Penyebab......................................................................23
2.3.4.2. Berdasarkan Tingkat Keparahan....................................................26
2.3.5. Etiologi......................................................................................................26

Universitas Sumatera Utara


2.3.5.1. Gaya Hidup...........................................................................................26
2.3.5.2. Faktor Metabolik................................................................................27
2.3.5.3. Sosio-Ekonomi..................................................................................27

BAB 3. KERANGKA KONSEP


3.1. Kerangka Penelitian 40
3.2. Definisi Operasional 41
BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian 43
4.2. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling 43
4.2.1. Populasi43
4.2.2. Sampel 43
4.2.3. Teknik Sampling 43
4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian 43
4.4. Pertimbangan Etik 44
4.5. Instrumen Penelitian 45
4.6. Validitas dan Reliabilitas 46
4.6.1. Validitas46
4.6.2. Reliabilitas 47
4.7. Pengumpulan Data 47
4.8. Analisa Data 47
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian 49
5.1.1. Karakteristik Responden Penelitian 49
5.1.2. Tingkat Pengetahuan Lansia Hipertensi.........................................51
5.1.3. Tingkat Sikap Lansia Hipertensi 51
5.1.4. Tingkat Tindakan Lansia Hipertensi 52
5.1.5. Tingkat Perilaku Lansia Hiertensi 52
5.2. Pembahasan 53
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan 61

Universitas Sumatera Utara


6.2. Saran 61
6.2.1. Pendidikan Keperawatan 62
6.2.2. Pelayanan Keperawatan 62
6.2.3. Penelitian Keperawatan 63
DAFTAR PUSTAKA 65

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. JADWAL TENTATIVE PENELITIAN


Lampiran 2. INFORM CONSENT
Lampiran 3. INSTRUMEN PENELITIAN
Lampiran 4. LEMBAR PERSETUJUAN VALIDITAS
Lampiran 5. LEMBAR PERSETUJUAN ETIK PENELITIAN
Lampiran 6. HASIL UJI RELIABILITAS
Lampiran 7. MASTER DATA PENELITIAN
Lampiran 8. HASIL DISTRIBUSI DAN FREKUENSI DATA DEMOGRAFI
Lampiran 9. LEMBAR BUKTI BIMBINGAN
Lampiran 10. TAKSASI DANA PENELITIAN
Lampiran 11. RIWAYAT HIDUP

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1. Teori S-O-R 9


Bagan 3.1. Kerangka Penelitian 41

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa 26


Tabel 3.1 Defenisi Operasional 42
Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Responden 49
Tabel 5.2 Tingkat Pengetahuan Lansia Hipertensi 50
Tabel 5.3 Tingkat Sikap Lansia Hipertensi.................................................................50
Tabel 5.4 Tingkat Tindakan Lansia Hipertensi..........................................................51
Tabel 5.5 Tingkat Perilaku Lansia Hipertensi 51

Universitas Sumatera Utara


Judul Penelitian : Perilaku Lansia Hipertensi dalam Upaya Pencegahan
Kekambuhan di Puskesmas Helvetia
Nama : Erta Kristiawani
NIM : 131101064
Program Studi : Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Fakultas : Keperawatan, Universitas Sumatera Utara
Tahun Akademik : 2016/2017

ABSTRAK
Hipertensi adalah salah satu penyakit degeneratif yang banyak dialami lansia,
yaitu terjadinya peningkatan secara abnormal dan terus menerus tekanan darah
yang disebabkan satu atau beberapa faktor yang tidak berjalan sebagaimana
mestinya dalam mempertahankan tekanan darah secara normal. Lansia yang
mempunyai perilaku yang kurangbaik mengenai hipertensi dan upaya yang
kurang tepat mempunyai risiko lebih tinggi terjadinya penyakit kardiovaskular.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku lansia hipertensi
dalam upaya pencegahan kekambuhan di puskesmas Helvetia. Penelitian ini
menggunakan desain deskriptif dengan sampel sebanyak 91 responden.
Pengumpulan data terhadap 91orang responden dilakukan pada bulan Maret-Juni
2017dengan cara menyebar kuesioner berskala guttman scale. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan lansia hipertensi mayoritas buruk
(1,1%), mayoritas baik (98,9%), sikap lansia hipertensi mayoritas buruk (94,5%),
mayoritas buruk (5,5%), tindakan lansia hipertensi mayoritas baik (93,4%),
mayoritas buruk (6,6%), perilaku lansia hipertensi mayoritas buruk (2,2%) dan
perilaku lansia hipertensi mayoritas baik (97,8%).

Kata Kunci: Perilaku Lansia, Hipertensi, UpayaPencegahan, Lansia

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hipertensi merupakan kelainan kardiovaskular yang menjadi penyebab

utama kematian di seluruh dunia.Pada umumnya hipertensi tidak memberikan

keluhan dan gejala yang khas sehingga banyak penderita yang tidak

menyadarinya. Oleh karena itu hipertensi dikatakan sebagai the silent

killer.Hipertensi juga merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit

kardiovaskular. Apabila tidak ditangani dengan baik, hipertensi dapat

menyebabkan stoke, infark miokard, gagal jantung, demensia, gagal ginjal, dan

gangguan pengelihatan.Lanjut usia akan mengalami penurunanfungsi tubuh akibat

perubahan fisik,psikososial, kultural, spiritual. Perubahan fisik akan

mempengaruhi berbagai sistem tubuh salah satunya adalah sistem kardiovaskuler.

Masalah kesehatan akibat dari proses penuaan dan sering terjadi pada sistem

kardiovaskuler yang merupakan proses degeneratif, diantaranya yaitu penyakit

hipertensi (Kellicker, 2010).

Berdasarkan World Health 0rganization(WHO) pada tahun 2014 terdapat

sekitar 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia. Prevalensi tertinggi terjadi

di Afrika yaitu sebesar 30%. Prevalensi terendah terdapat di wilayah Amerika

sebesar 18%.Secara umum, laki-laki memiliki prevalensi hipertensi yang lebih

tinggi di bandingkan wanita.

Universitas Sumatera Utara


Riset kesehatan dasar (RIKESDAS) pada tahun 2013 mencatat prevalensi

hipertensi di Indonesia sebesar 25,8% dengan prevalensi tertinggi terdapat di

Bangka Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur

(29,6%), dan Jawa Barat (29,4%). Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi

di Indonesia memiliki angka prevalensi yang cukup tinggi yang didapat melalui

pengukuran pada umur≥ 18 tahun, yaitu sebesar 24,7%. Prevalensi tertinggi

terdapat pada kelompok usia 75 tahun keatas, yaitu sebesar 63,8 %.

Hipertensi juga terjadi pada lansia, berdasarkan penelitian yang dilakukan

oleh Yulia (2011) terhadap 104 lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja

Puskesmas Sering Medan Tembung tahun 2010, diperoleh distribusi proporsi

hipertensi sebesar 35,58% atau sebanyak 37 orang. Proporsi hipertensi lansia

tertinggi pada kelompok umur 45-59 tahun (68,57%).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rasmaliah, Siregar, F.A., &

Jemadi. (2010), prevalensi hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Pekan Labuhan

Medan Labuhan adalah 26,4% dimana dari 163 responden terdapat 43 orang

menderita hipertensi. Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa proporsi yang

menderita hipertensi lebih tinggi pada umur 45-60 tahun (38,8%) sedangkan pada

umur <45 tahun dan >60 tahun relatif sama dengan proporsi masing-masing

24,2% dan 25%. Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa jumlah pasien

hipertensi pada lansia masih tinggi.Terjadinya peningkatan hipertensi bukan saja

karena pengetahuan saja tetapi sikap juga sangat di butuhkan untuk mencegah

hipertensi.

Universitas Sumatera Utara


Banyak lansia pengetahuannya minim tentang pencegahan hipertensi

dikarenakankemungkinankarena terjadinya proses penuaan juga yang

menyebabkan pola pikir dan daya ingat lansia menurun, padahal untuk

pencegahan hipertensi ini sikap juga sangat dibutuhkan. Seperti yang diketahui

sikap (attitude) adalah perasaan, pikiran dan kecenderungan seseorang yang

kurang lebih bersifat permanen mengenal aspek-aspek tertentu dalam

lingkunganya. Sikap juga dapat diartikan sebagai pikiran dan perasaan yang

mendorong seseorang untuk bertingkah laku ketika seseorang tersebut menyukai

atau tidak menyukai sesuatu.

Maka dari itu perlunya sikap untuk mencegah hipertensi, karena dengan

adanya sikap yang positif akan mencegah lansia untuk terjadinya hipertensi pada

lansia. Berdasarkan penelitian Utomo (2013) yang berjudul ”Hubungan tingkat

pengetahuan tentang hipertensi dengan upaya pencegahan kekambuhan hipertensi

pada lansia di desa Blulukan Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar.”

Dari hasil wawancara beberapa lansia yang mengalami hipertensi, 23 dari 30

lansia yang mengalami hipertensi, belum mengetahui upaya untuk mengontrol

tekanan darah dalam batas normal.Didukung penelitian Syahrul, (2011) yang

berjudul Hubungan Pengetahuan dan Sikap Keluarga tentang Pencegahan

Hipertensi Dengan Kejadian Hipertensi menunjukkan bahwa dari 67 responden di

Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Prof. Dr Aloei Saboe didapatkan bahwa

responden dengan pengetahuan baik sebanyak 40 responden (59,7%), responden

dengan pengetahuan cukup sebanyak 18 responden(26,9%), dan sisanya

responden dengan pengetahuan kurang sebanyak 9 responden (13,4%), dan

Universitas Sumatera Utara


hubungan sikap keluarga dengan kejadian hipertensi menunjukkan bahwa dari 67

responden di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Prof. Dr Aloei Saboe didapatkan

bahwa responden sikap baik sebanyak 23 responden (34,4%), responden sikap

cukup sebanyak 33 responden (49,3%) dan responden sikap kurang sebanyak 11

responden (16,45%). Sedangkan pada pengetahuan hipertensi bahwa yang

mempengaruhi pencegahan hipertensi adalah pengetahuan dan sikap keluarga,

pengetahuan dan sikap dari keluarga tentang hipertensi merupakan suatu hal yang

sangat penting untuk dimiliki, agar keluarga bisa menanggulangi hipertensi dalam

keluarga itu sendiri. Hal ini sangat erat kaitannya dengan upaya-upaya

penanganan hipertensi untuk menguranginya resiko terjadinya hipertensi.

Penangan yang benar terhadap hipertensi dapat mengurangi peluang

terjadinya kekambuhan dan komplikasi hipertensi. Hal yang paling penting untuk

penanganan hipertensi adalah bagaimana lansia mampu menunjukkan perilaku

sehat terhadap upaya-upaya hipertensi. beberapa cara yang dapat dilakukan adalah

pengaturan pola makan, aktifitas fisik, kontrol kesehatan dan pengolahan stress.

Pemerintah Indonesia dalam hal ini telah memberikan perhatian serius

dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular termasuk

hipertensi. Hal tersebut dapat dilihat melalui dibentuknya Direktorat Pengendalian

Penyakit tidak menular berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 1575 tahun

2005. Berdasarkan paparan diatas penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

perilaku lansia hipertensi dalam upaya pencegahan kekambuhan di puskesmas

Helvetia Medan.

Universitas Sumatera Utara


1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latarbelakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah bagaimana perilaku lansia hipertensi dalam upaya

pencegahan kekambuhan di Puskesmas Helvetia Medan.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Untuk mengetahui dan menggambarkan perilaku lansia hipertensi

dalam upaya pencegahan kekambuhan di Puskesmas Helvetia Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Pendidikan Keperawatan

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi

pendukung materi tentang perilaku lansia hipertensi dalam upaya

pencegahan kekambuhan di Puskesmas Helvetia Medan.

Universitas Sumatera Utara


1.4.2. Pelayanan Keperawatan

Hasil dari penelitian ini merupakan evidence based practice bagi

perawat tentang perilaku lansia hipertensi dalam upaya pencegahan

kekambuhan untuk memberikan pelayanan asuhan keperawatan yang

sesuai kebiasaan lansia yang mengalami hipertensi.

1.4.3. Penelitian Keperawatan

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar informasi

awal terkait dengan perilaku lansia hipertensi dalam upaya

pencegahan kekambuhan untuk dapat dipergunakan pada penelitian

selanjutnya

Universitas Sumatera Utara


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perilaku

2.1.1. Konsep Perilaku

Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme

atau makhluk hidup yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2012). Sebab itu semua

makhluk hidup mulai dari binatang sampai dengan manusia, mempunyai aktivitas

yang menggambarkan kehidupan masing-masing. Aktivitas manusia sangat

kompleks, secara garis besar dikelompokkan menjadi dua yakni:

a. Aktivitas-aktivitas yang dapat diamati oleh orang lain, misalnya berjalan,

bernyanyi, tertawa, menangis, dan sebagainya.

b. Akvitas-aktivitas yang tidak dapat diamati oleh orang lain, misalnya

berpikir, berfantasi, berencana, dan sebagainya.

Menurut Ensiklopedia Amerika, perilaku diartikan sebagai suatu aksi atau

reaksi organisme terhadap lingkungannya. Robert Kwick (1974, dalam Kholid

2012), menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu

organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. Skinner (1938, dalam

Notoadmodjo (2012), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi

seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

Dengan demikian perilaku manusia terjadi melalui proses adanya

stimulus terhadap organisme,dan kemudian organisme tersebut merespon,

sehingga teori Skinner ini disebut Stimulus–Organisme–Respon (“S-O-R’’).

Universitas Sumatera Utara


Selanjutnya teori Skinner ini menjelaskan adanya dua jenis respon, yaitu:

a. Respondent respons atau reflexive, yakni respon yang ditimbulkan oleh

rangsangan-rangsangan tertentu yang disebut eliciting stimulus, karena

menimbulkan respon-respon yang relatif tetap. Misalnya: makanan lezat

akan menimbulkan nafsu makan, cahaya terang akan menimbulkan reaksi

mata tertutup, dan sebagainya. Respondent respons juga mencakup

perilaku emosional, misalnya: mendengar berita musibah akan

menimbulkan rasa sedih, mendengar berita suka atau gembira akan

menimbulkan rasa sukacita, dan sebagainya.

b. Operant respons atau instrumental respons, yakni respon yang timbul dan

berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau rangsangan yang lain.

Perangsang yang terakhir ini disebut reinforcing stimuli atau reinforcer,

karena berfungsi untuk memperkuat respon. Misalnya: apabila seorang

petugas kesehatan melakukan tugasnya dengan baik adalah suatu respon

terhadap gaji yang cukup (stimulus), kemudian karena kerja baik tersebut

juga menjadi stimulus untuk memperoleh promosi pekerjaan. Jadi, kerja

baik tersebut sebagai reinforcer untuk memperoleh promosi pekerjaan.

2.1.2. Jenis Perilaku

Berdasarkan teori “S-O-R” menurut Skinner, maka perilaku manusia dapat

dibedakan menjadi dua, yakni:

a. Perilaku tertutup (covert behavior)

Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih

belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas.

Universitas Sumatera Utara


Respon seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan,

persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan.

Bentuk “unobservable behavior” atau “covert behavior” yang dapat diukur

adalah pengetahuan dan sikap. Contoh: Ibu hamil tahu pentingnya periksa

kehamilan untuk kesehatan bayi dan dirinya sendiri adalah domain

pengetahuan (knowledge). Kemudian ibu tersebut bertanya kepada

tetangganya dimana tempat periksa kehamilan yang dekat, yang

selanjutnya kecenderungan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan,

inilah yang disebut domain sikap (attitude).

b. Perilaku terbuka (overt behavior)

Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut sudah

berupa tindakan atau praktik yang dapat diamati orang lain dari luar

(observable behavior). Contoh: seorang ibu hamil memeriksakan

kehamilannya ke puskesmas atau ke bidan praktik, seorang penderita TB

Paru minum obat anti TB Paru secara teratur, seorang akan menggosok

gigi setelah makan, dan sebagainya. Contoh-contoh tersebut adalah

berbentuk tindakan nyata, dalam bentuk kegiatan atau dalam bentuk

praktik.

Respon Tertutup:
1. Pengetahuan
2. Sikap

Stimulus Organisme
Respon Terbuka:
1. Tindakan/praktik
Bagan 2.1 Teori S-O-R(Notoadmodjo, 2010)

Universitas Sumatera Utara


Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap

merupakan respon seseorang terhadap stimulus atau rangsanganyang masih

bersifat terselubung dan disebut covert behavior. Sedangkan tindakan nyata

seseorang sebagai respon terhadap stimulus (practice) merupakan overt behavior.

2.1.3. Domain Perilaku

Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau

rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respon sangat

tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan.

Hal ini berarti meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respon

tiap-tiap orang berbeda. Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap

stimulus yang sama disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang

bersangkutan, yang bersifat given (bawaan). Misalnya: tingkat kecerdasan,

tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.

b. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik,

sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini

sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang. Dari

uraian diatas dapat dirumuskan bahwa perilaku merupakan totalitas penghayatan

dan aktivitas seseorang, yang merupakan hasil bersama atau

resultant antara berbagai faktor (faktor internal dan eksternal).

Universitas Sumatera Utara


Benyamin Bloom (1908, dalam Notoadmodjo 2012) membedakan adanya

tiga ranah/domain perilaku, yakni kognitif (cognitive), afektif (affective) dan

psikomotor (psychomotor). Dalam perkembangannya, teori Bloom ini

dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni:

1. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan

sebagainya). Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra

pendengaran dan penglihatan. Menghasilkan pengetahuan dengan baik sangat

dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap suatu objek.

Pengetahuan seseorang terhadap objek tertentu mempunyai intensitas atau

tingkat yang berbeda-beda, secara garis besarnya dibagi dalam enam tingkat

sebagai berikut:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall(memanggil) memori yang telah ada

sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya: tahu bahwa buah tomat

banyak mengandung vitamin C, jamban adalah tempat membuang air

besar, penyakit demam berdarah dengue ditularkan oleh nyamuk Aedes

aegypti, dan sebagainya. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang

tahu sesuatu, dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan seperti: apa

tanda-tanda anak yang kurang gizi, bagaimana cara memberantas sarang

nyamuk, dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara


b. Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak

sekedar dapat menyebutkan, tetapi seseorang harus dapat

menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.

Misalnya orang yang memahami cara pemberantasan penyakit demam

berdarah dengue, bukan hanya sekedar menyebutkan 3M (mengubur,

menutup dan menguras), tetapi harus dapat menjelaskan mengapa harus

melakukan 3M tersebut.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila seseorang yang telah memahami objek yang

dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang

diketahui tersebut pada situasi yang lain. Misalnya seseorang yang telah

paham tentang proses perencanaan, maka ia akan dapat membuat

perencanaan program kesehatan di tempat ia bekerja atau di mana saja.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau

memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen

yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi

bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis

adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, memisahkan,

mengelompokkan atau membuat diagram terhadap pengetahuan atas objek

tersebut.

Universitas Sumatera Utara


Misalnya: dapat membedakan antara antara nyamuk Aedes aegypti dengan

nyamuk biasa, dapat membuat diagram siklus hidup cacing kremi, dan

sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau

meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen

pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis adalah kemampuan

untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.

Misalnya dapat membuat atau meringkas dengan kata-kata atau kalimat

sendiri tentang hal-hal yang telah dibaca atau didengar, dan dapat

membuat kesimpulannya.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini

dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri

atau norma-norma yang berlaku di masyarakat. Misalnya: seorang ibu

dapat menilai atau menentukan seorang anak menderita malnutrisi atau

tidak, seseorang dapat menilai manfaat ikut keluarga berencana bagi

keluarga, dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara


2. Sikap (attitude)

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek

tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang

bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik,

dan sebagainya). Campbell (1950, dalam Notoadmodjo 2010)

mendefinisikan sikap itu sebagai suatu sindrom atau kumpulan gejala

dalam merespon stimulus atau objek, sehingga sikap ini melibatkan

pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan lainnya.

Menurut Newcomb, seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap

merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan

pelaksanaan motif tertentu. Dengan kata lain, fungsi sikap belum

merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, tetapi merupakan

predisposisi perilaku (reaksi tertutup).

Sikap terdiri dari empat tingkatan yang berdasarkan intensitasnya, yakni:

a. Menerima (receiving)

Menerima disini berarti orang atau subjek mau menerima stimulus yang

diberikan (objek). Misalnya sikap seseorang terhadap periksa hamil, dapat

diketahui atau diukur dari kehadiran ibu untuk mendengarkan penyuluhan tentang

antenatal care di lingkungannya.

Universitas Sumatera Utara


b. Menanggapi (responding)

Menanggapi disini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap

pertanyaan atau objek yang dihadapi. Misalnya seorang ibu yang

mengikutipenyuluhan antenatal care tersebut ditanya atau diminta menanggapi

oleh penyuluh, kemudian ia menjawab atau menanggapinya.

c. Menghargai (valuing)

Menghargai disini berarti subjek atau seseorang yang memberikan nilai

positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain,

bahkan mengajak atau mempengaruhi orang lain merespon. Misalnya seorang ibu

yang mengikuti penyuluhan antenatal care tersebut mendiskusikan dengan

suaminya, atau mengajak tetangganya untuk sama-sama ikut penyuluhan.

d. Bertanggungjawab (responsible)

Sikap yang paling tinggi tingkatnya adalah bertanggungjawab terhadap apa

yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu

berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil resiko bila ada orang lain

yang mencemoohkan atau adanya resiko lain. Misalnya seorang ibu yang sudah

mau mengikuti penyuluhan antenatal care, ia harus berani untuk mengorbankan

waktunya atau diomeli mertuanya karena meninggalkan rumah.

1. Tindakan atau praktik (practice)

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa sikap adalah

kecenderungan untuk bertindak (praktik), maka sikap belum tentu terwujud dalam

tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain antara lain adanya

fasilitas atau sarana dan prasarana.

Universitas Sumatera Utara


Misalnya seorang ibu hamil sudah tahu bahwa periksa kehamilan itu

penting untuk kesehatannya dan janinnya, dia sudah ada niat (sikap) untuk periksa

kehamilan. Agar sikap meningkat menjadi tindakan, maka diperlukan fasilitas atau

pelayanan kesehatan yang mudah dicapainya. Apabila tidak, maka kemungkinan

ibu tersebut tidak akan memeriksakan kehamilannya. Praktik atau tindakan ini

dibedakan menjadi tiga tingkatan, yakni:

a. Respon terpimpin (guided response)

Praktik terpimpin terjadi apabila subjek atau seseorang telah melakukan

sesuatu tetapi masih tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan.

Misalnya seorang ibu memeriksakan kehamilannya tetapi masih menungggu

diingatkan oleh bidan atau tetangganya.

b. Praktik secara mekanisme (mechanism)

Praktik secara mekanisme terjadi apabila subjek atau seseorang telah

melakukan atau mempraktikkan sesuatu hal secara otomatis. Misalnya seorang ibu

selalu membawa anaknya ke Posyandu untuk ditimbang dan diperiksa

kesehatannya tanpa harus menunggu perintah atau tanpa harus diingatkan.

c. Adopsi (adoption)

Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang, artinya

apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah

dilakukan modifikasi atau tindakan yang berkualitas. Misalnya seseorang

menggosok gigi bukan hanya sekedar gosok gigi, melainkan dengan teknik-teknik

yang benar.

Universitas Sumatera Utara


2.2. Perilaku Kesehatan

Sejalan dengan batasan perilaku menurut Skinner, maka perilaku

kesehatan (health behavior) adalah respon seseorang terhadap stimulus atau objek

yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan faktor-faktor yang

mempengaruhi kesehatan, seperti lingkungan, makanan, minuman, dan pelayanan

kesehatan. Dengan kata lain, perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau

kegiatan seseorang baik yang dapat diamati (observable) maupun yang tidak dapat

diamati (unobservable) yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan

kesehatan. Pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah atau melindungi diri

dari penyakit dan masalah kesehatan lain, meningkatkan kualitas kesehatan, dan

mencari penyembuhan apabila sakit atau mengalami masalah kesehatan. Oleh

sebab itu, perilaku kesehatan ini dikelompokkan dalam dua garis besar, yakni:

a. Perilaku orang yang sehat agar tetap sehat dan meningkat.

Perilaku ini disebut perilaku sehat (healthy behavior), yang mencakup

perilaku-perilaku (covert dan overt behavior) dalam mencegah atau

menghindari dari penyakit dan penyebab penyakit atau penyebab masalah

kesehatannya (perilaku preventif), dan perilaku dalam mengupayakan

meningkatnya kualitas kesehatan (perilaku promotif). Contoh: makan

dengan gizi seimbang, olahraga teratur, tidak merokok dan minum

minuman keras, menghindari gigitan nyamuk, menggosok gigi setelah

makan, cuci tangan pakai sabun sebelum makan, dan lain sebagainya.

Universitas Sumatera Utara


b. Perilakuorang yang sakit atau telah mengalami masalah kesehatan, untuk

memperoleh penyembuhan atau pemecahan masalah kesehatannya.

Perilaku ini disebut perilaku pencarian pelayanan kesehatan (health

seeking behavior). Perilaku ini mencakup tindakan-tindakan yang diambil

seseorang atau keluarganya bila sakit atau terkena masalah kesehatan

untuk memperoleh kesembuhan atau terlepasnya dari masalah

kesehatantersebut. Tempat pencarian kesembuhan ini adalah tempat atau

fasilitas pelayanan kesehatan, baik fasilitas atau pelayanan kesehatan

tradisional (dukun, sinshe, paranormal, tabib dan sebagainya) maupun

modern atau profesional (rumah sakit, puskesmas, poliklinik, dan

sebagainya).

Becker (1979, dalam Notoadmodjo 2012), membuat klasifikasi lain

tentang perilaku kesehatan, dan membedakannya menjadi tiga, yakni:

1. Perilaku hidup sehat (healthy life style)

Perilaku sehat adalah perilaku atau kegiatan yang berkaitan dengan upaya

mempertahankan dan meningkatkan kesehatan, antara lain:

a. Makan dengan menu seimbang (appropriate diet)

Menu seimbang disini adalah pola makan sehari-hari yang memenuhi

kebutuhan nutrisi tubuh, baik secara jumlah (kuantitas) maupun

jenisnya (kualitas).

Universitas Sumatera Utara


b. Kegiatan fisik secara teratur dan cukup

Kegiatan fisik disini tidak harus olahraga. Bagi seseorang yang

pekerjaannya memang sudah memenuhi gerakan-gerakan fisik secara

rutin dan teratur, sebenarnya sudah dapat dikategorikan berolahraga.

Bagi seseorang yang pekerjaannya tidak melakukan kegiatan fisik

(misalnya: manajer, administrator, sekretaris, dan sebagainya)

memerlukan olahraga secara teratur.

c. Tidak merokok, tidak minum minuman keras dan narkoba

Perilaku merokok, minum minuman keras dan narkoba akan sangat

mempengaruhi kesehatan, karena kandungan zat yang terdapat didalam

rokok, minuman keras dan norkoba yang bisa membuat kesehatan

menjadi buruk dan bahkan membahayakan nyawa yang

mengkonsumsinya.

d. Istirahat yang cukup

Istirahat yang cukup merupakan kebutuhan dasar manusia untuk

mempertahankan kesehatannya.

e. Pengendalian atau manajemen stres

Stres adalah bagian dari kehidupan setiap orang, tanpa pandang bulu.

Stres tidak dapat dihindari oleh siapapun, namun yang dapat dilakukan

adalah mengatasi, mengendalikan atau mengelola stres tersebut agar

tidak mengakibatkan gangguan kesehatan, baik secara fisik maupun

mental.

Universitas Sumatera Utara


f. Perilaku atau gaya hidup positif

Perilaku atau gaya hidup positif merupakan setiap tindakan atau

perilaku seseorang agar dapat terhindar dari berbagai macam penyakit

dan masalah kesehatan, termasuk perilaku untuk meningkatkan

kesehatan.

2. Perilaku sakit (illness behavior)

Perilaku sakit adalah tindakan atau kegiatan orang atau keluarga yang sakit

dan terkena masalah kesehatan untuk mencari penyembuhan atau untuk

mengatasi masalah kesehatannya. Untuk orang atau keluarga yang sakit,

ada beberapa tindakan atau perilaku yang muncul, yakni:

a. Didiamkan saja (no action)

Tindakan ini adalah keputusan yang diambil untuk mengabaikan sakit

yang dialami dan tetap menjalankan kegiatan sehari-hari.

b. Mengambil tindakan dengan melakukan pengobatan sendiri (self

treatmen atau self medication)

Tindakan ini adalah keputusan untuk mengobati sendiri sakit yang

dialami, melalui dua cara yakni: cara tradisional (kerokan, minum jamu,

obat gosok, dan sebagainya) dan cara modern (minum obat yang dibeli

dari warung, toko obat atau apotek).

Universitas Sumatera Utara


c. Mencari penyembuhan atau pengobatan keluar

Tindakan ini adalah keputusan untuk mencari pengobatan ke fasilitas

pelayanan kesehatan, yang dibedakan menjadi dua, yakni: fasilitas

pelayanan kesehatan tradisional (dukun, sinshe, paranormal).

Dan fasilitas pelayanan kesehatan modern (rumah sakit, puskesmas,

poliklinik, dan sebagainya).

3. Perilaku peran orang sakit (the sick role behavior)

Dari segi sosiologi, orang yang sadeng sakit mempunyai peran (roles),

yang mencakup hak-haknya (rights)dan kewajiban sebagai orang sakit

(obligation). Menurut Becker, hak dan kewajiban orang yang sedang sakit

merupakan perilaku peran orang sakit, antara lain:

a. Tindakan untuk memperoleh kesembuhan.

b. Mengenal atau mengetahui fasilitas kesehatan yang tepat untuk

memperoleh kesembuhan.

c. Mengetahui hak (misalnya: hak dalam memperoleh perawatan,

memperoleh pelayanan kesehatan, dan sebagainya), atau kewajiban

orang sakit (misalnya: kooperatif dengan tim medis untuk proses

penyembuhan penyakit, patuh minum obat, dan sebagainya).

2.2 Konsep Hipertensi Pada Lansia

2.2.1 Perubahan Sistem Kardiovaskuler pada Lansia

Universitas Sumatera Utara


Perubahan pada jantung terlihat dalam gambaran anatomis berupa:

bertambahnya jaringan kolagen, bertambahnya ukuran miokard, berkurangnya

jumlah miokard, dan berkurangnya jumlah air jaringan.

Tebal bilik kiri dan kekakuan katup bertambah seiring dengan penebalan

septum interventrikular, ukuran rongga jantung juga membesar (Tamher &

Noorkasiani, 2009). Perubahan yang terjadi pada lansia meliputi: katup jantung

menebal dan kaku, kemampuan memompa darah menurun (menurunnya kontraksi

dan volume), elastisitas pembuluh darah menurun, serta meningkatnya resistensi

pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah meningkat (Maryam, et al., 2008).

2.2.2 Pengertian Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal

tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari satu

periode. Hal ini terjadi bila arteriol-arteriol kontriksi. Kontriksi arteriol membuat

darah sulit mengalir dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri.

Hipertensi menambah beban kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut dapat

menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh darah (Udjianti, 2011).

Menurut World Health Organization (2013), hipertensi didefinisikan

sebagai keadaan tekanan darah sistolik = 140 mmHg dan tekanan diastolik = 90

mmHg. Hipertensi disebut sebagai silent killer karena jarang menimbulkan gejala

pada stadium awal dan banyak orang tidak terdiagnosa.

2.2.3 Epidemiologi Hipertensi

Secara global, jumlah penyakit kardiovaskuler kira-kira 17 juta kejadian

setiap tahun, mendekati 1:3 secara keseluruhan. Jumlah komplikasi dari hipertensi

Universitas Sumatera Utara


adalah 9,4 juta kematian di dunia setiap tahunnya. Hipertensi menjadi penyebab

hampir 45% kematian karena penyakit jantung dan 51% karena stroke (world

health organization, 2013).

Kementrian kesehatan Republik Indonesia (2013), prevalensi hipertensi

pada umur = 18 tahun di Indonesia yang didapat melalui jawaban pernah

didiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4 persen, sedangkan yang pernah

didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum obat hipertensi sendiri sebesar

9,5 persen. Jadi, terdapat 0,1 persen penduduk yang minum obat sendiri,

meskipun tidak pernah didiagnosis hipertensi oleh tenaga kesehatan. Prevalensi

hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil pengukuran pada umur = 18 tahun

sebesar 25,8 persen.

2.2.4 Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi hipertensi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu berdasarkan

penyebab dan tingkat keparahan. Berikut ini akan dijelaskan klasifikasi hipertensi

dari kedua hal tersebut.

2.2.4.1 Berdasarkan Penyebab

Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan, yaitu

hipertensi esensial atau primer dan hipertensi sekunder. 1. Hipertensi esensial atau

hipertensi primer.

Hipertensi primer adalah peningkatan tekanan darah yang tidak diketahui

penyebabnya (Udjianti, 2011). Pada lebih dari 90% kasus, penyebab hipertensi

tidak jelas, yang disebut dengan primer atau esensial. Hipertensi primer

merupakan suatu gangguan genetika multifaktorial, dimana pewarisan jumlah gen

Universitas Sumatera Utara


abnormal menjadi predisposisi bagi individu mengalami tekanan darah arteri

(ABP) tinggi, terutama bila pengaruh lingkungan yang mendukung (misalnya diet

tinggi garam, stress psikososial) juga ada (Aaronson & Ward, 2008).

Menurut Udjianti (2011), beberapa faktor diduga berkaitan dengan

berkembangnya hipertensi esensial, yaitu:

a. Genetik: individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi,

berisiko untuk mendapatkan penyakit ini.

b. Jenis kelamin dan usia: laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita pasca

menopause berisiko tinggi untuk mengalami hipertensi.

c. Diet: konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung berhubungan

dengan berkembangnya hipertensi. Menurut Widharto (2007) sebenarnya,

bukanlah garam (garam dapur) yang tidak baik bagi tekanan darah, tetapi

kandungan natrium (Na) dalam darah yang dapat mempengaruhi tekanan

darah seseorang. Natrium (Na) bersama klorida (Cl) dalam garam dapur

(NaCl) sebenarnya bermanfaat bagi tubuh untuk mempertahankan

keseimbangan cairan tubuh dan mengatur tekanan darah. Namun, Na yang

masuk dalam darah secara berlebihan dapat menahan air sehingga

meningkatkan volume darah. Meningkatkannya volume darah

mengakibatkan meningkatnya tekanan pada dinding pembuluh darah

sehingga kerja jantung dalam memompa darah semakin meningkat.

Sebagian besar hipertensi juga disebabkan adanya penebalan dinding

pembuluh arteri oleh lemak atau kolesterol. Jika penderita hipertensi

mengonsumsi makanan berlemak, kadar kolesterol dalam darahnya dapat

Universitas Sumatera Utara


meningkat sehingga dinding pembuluh darah makin menebal. Dampak

yang semakin parah, pembuluh darah tersebut menjadi tersumbat.

d. Berat badan: obesitas dikaitkan dengan berkembangnya hipertensi. Orang

yang kelebihan berat badan, tubuhnya bekerja keras untuk membakar

berlebihnya kalori yang masuk. Pembakaran kalori ini memerlukan suplai

oksigen dalam darah yang cukup. Semakin banyak kalori yang dibakar,

semakin banyak pula pasokan oksigen dalam darah. Banyaknya pasokan

darah tentu menjadikan jantung bekerja lebih keras. Dampaknya, tekanan

darah orang gemuk cenderung tinggi (Widharto, 2007).

e. Gaya hidup: merokok dan konsumsi alkohol dapat meningkatkan tekanan

darah, bila gaya hidup menetap.

2. Hipertensi sekunder

Sebesar 10% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi sekunder,

yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah karena suatu kondisi fisik

yang ada sebelumnya seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid (Udjianti,

2011).

Menurut Aaronson & Ward (2008), penyebab umum hipertensi sekunder


adalah:

a. Penyakit parenkim ginjal dan renovaskuler, yang mengganggu regulasi

volume dan/atau mengaktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron.

b. Gangguan endokrin, seringkali pada korteks adrenal dan terkait dengan

oversekresi aldosteron, kortisol dan/atau katekolamin.

Universitas Sumatera Utara


c. Kontrasepsi oral, yang dapat menaikkan ABP (Arteri Blood Pressure)

melalui aktivasi renin-angiotensin-aldosteron dan hiperinsulinemia.

2.2.4.2 Berdasarkan Tingkat Keparahan

Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah pada dewasa

Klasifikasi Tekanan Darah Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)


Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi tahap 1 140-159 90-99
Hipertensi tahap 2 160 100

Sumber: The seventh report of the Joint National Committee on Prevention,


Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure, 2003.

2.2.5 Etiologi
Beberapa kondisi yang menjadi penyebab terjadinya hipertensi (WHO,
2013),yaitu:

2.2.5.1 Gaya Hidup

Ada banyak faktor risiko gaya hidup yang mempengaruhi peningkatan

hipertensi, termasuk:

1) Konsumsi makanan yang mengandung banyak garam dan lemak, dan

kurang cukung mengonsumsi sayur dan buah-buahan.

2) Penggunaan alcohol

3) Inaktifitas fisik dan kurang latihan

4) Manajemen stress yang buruk.

Universitas Sumatera Utara


2.2.5.2 Faktor Metabolik

Ada beberapa faktor metabolik yang meningkatkan risiko penyakit jantung, gagal

ginjal dan komplikasi lain dari hipertensi, termasuk diabetes, kolesterol tinggi dan

obesitas. Tembakau dan hipertensi berpengaruh untuk lebih lanjut meningkatkan

gangguan kardiovaskuler.

2.2.5.3 Sosio-ekonomi

Faktor sosial, seperti pendapatan, pendidikan dan tempat tinggal,

mempunyai pengaruh yang merugikan dalam faktor risiko gaya hidup dan

mempengaruhi meningkatnya hipertensi. Contohnya, penganguran atau ketakutan

dari pengangguran bisa memepengaruhi pada tingkat stress yang dapat

mempengaruhi tekanan darah tinggi. Kondisi pekerjaan dapat juga menunda

deteksi dini dan perawatan dan bisa juga menghambat pencegahan komplikasi.

Perpindahan yang tidak direncanakan juga cenderung untuk menaiknya

kasus hipertensi karena lingkungan yang tidak sehat yang mendorong

mengonsumsi fast food, kebiasaan yang menetap atau duduk terus-menerus,

penggunaan rokok dan alkohol yang berbahaya. Peningkatan usia mempengaruhi

hipertensi karena penebalan pembuluh darah, meskipun penuaan pada pembuluh

darah dapat diperlambat melalui gaya hidup yang sehat, termasuk makanan yang

sehat dan mengurangi konsumsi garam. Beberapa kasus pada hipertensi belum

Universitas Sumatera Utara


diketahui. Faktor genetik berperan penting bilamana kemampuan genetik dalam

mengelola kadar natrium normal.

Kelebihan intake natrium dalam diet dapat meningkatkan volume cairan

dan curah jantung. Pembuluh darah memberikan reaksi atas peningkatan aliran

darah melalui kontriksi atau peningkatan tahanan perifer. Tekanan darah tinggi

adalah awal dari peningkatan curah jantung yang kemudian dipertahankan pada

tingkat yang lebih tinggi sebagai suatu timbal balik peningkatan tahanan perifer

(Udjianti, 2011).

2.2.6 Gejala Hipertensi

Gejala hipertensi biasanya tanpa gejala sehingga sering disebut “the silent

killer”. Menurut Vitahealth (2006), secara umum gejala yang dapat timbul, yaitu:

1) Sakit kepala, 2) Jantung berdebar-debar, 3) Sulit bernapas setelah bekerja atau

mengangkat beban berat, 4) Mudah lelah 5) Penglihatan kabur, 6) Wajah

memerah, 7) Hidung berdarah, 8) sering buang air kecil, terutama di malam hari,

9) Telinga berdenging (tinnitus), 10) Dunia terasa berputar (vertigo).

2.2.7 Patofisiologi

Hipertensi terjadi karena peningkatan tekanan pada pembuluh darah secara

terus-menerus yang mengakibatkan semakin cepat kerja jantung untuk memompa

darah. Jika hal ini terus-menerus maka otot jantung akan menebal dan mengalami

hipertrofi. Empat sistem kontrol yang berperan dalam mempertahankan tekanan

Universitas Sumatera Utara


darah antara lain sistem baroreseptor arteri, pengaturan volume cairan tubuh,

sistem renin-angiotensin, dan autoregulasi vaskular (Udjianti, 2011).

1) Baroreseptor ini memonitor tekanan derajat arteri. Jika tekanan darah

naik secara mendadak, maka akan memberikan rangsangan pada baroreseptor

yang selanjutnya sinyal tersebut dikirim ke medulla oblongata dan akan

menghambat pusat vasokontriksi, serta merangsang pusat vagal sehingga terjadi

vasodilatasi, kontraktilitas menurun, juga radikardi, 2) Perubahan volume cairan

memengaruhi tekanan arteri sistemik. Bila tubuh mengalami kelebihan garam dan

air, tekanan darah meningkat melalui mekanisme fisiologi kompleks yang

mengubah aliran balik vena ke jantung dan mengakibatkan peningkatan curah

jantung. 3) Renin dan angiotensin memegang peranan dalam pengaturan tekanan

darah. Ginjal memproduksi renin untuk memisahkan angiotensin I, yang

kemudian diubah oleh converting enzyme dalam paru menjadi bentuk angiotensin

II kemudian menjadi angiotensin III dan mempunyai aksi vasokonstriktor yang

kuat pada pembuluh darah dan merupakan mekanisme kontrol terhadap pelepasan

aldosterone, 4) Autoregulasi vaskular adalah suatu proses yang mempertahankan

perfusi jaringan dalam tubuh relatif konstan.

Jika aliran berubah, proses-proses autoregulasi akan menurunkan tahanan

vaskular dan mengakibatkan pengurangan aliran, sebaliknya akan meningkatkan

tahanan vaskular sebagai akibat dari peningkatan aliran. Menurut Aronow, et.al.

(2011) dalam penelitiannya yang berjudul Hypertension in the Elderly,

menyatakan bahwa patofisiologi terjadinya hipertensi pada lansia adalah

kekakuan pembuluh arteri, disregulasi autonomik, dan fungsi ginjal serta

Universitas Sumatera Utara


keseimbangan kation. Kekakuan pembuluh darah arteri mengakibatkan penebalan

pada dinding aorta, meningkatnya aliran nadi, dan meningkatknya tekanan darah.

Disregulasi autonomik mempengaruhi ortostatik hipotensi (faktor risiko jatuh,

syncope, dan kejadian kardiovaskuler) dan ortostatik hipertensi (faktor risiko dari

hipertrofi ventrikel kiri, penyakit koroner, dan penyakit serebrovaskuler).

Disfungsi ginjal progresif dikarenakan glomerulosklerosis dan fibrosis interstisial

dengan filtrasi glomerulus yang menurun dan mekanisme homeostatik ginjal

lainnya seperti peningkatan sodium intraseluler , menurunkan pertukaran sodium-

kalsium, dan peningkatan volume. Hal ini juga mempengaruhi penekanan pada

aktivitas plasma renin dan penurunan kadar aldosteron.

2.3. Konsep Lansia

2.3.1 Pengertian Lansia

Berdasarkan definisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia (lansia)

apabila usianya 65 tahun keatas (Setianto, 2004 dalam Efendi & Makhfudli,

2009). Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu

proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh

untukberadaptasi dengan stress lingkungan (Pudjiastuti, 2003 dalam Efendi &

Makhfudli, 2009). Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang

untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stress fisiologis.

Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta

peningkatan kepekaan secara individual (Hawari, 2001 dalam Efendi &

Makhfudli, 2009). Menurut Bab I Pasal 1 ayat (2) Undang Undang No. 13 Tahun

Universitas Sumatera Utara


1998 tentang Kesejahteraan Usia Lanjut, lansia adalah seseorang yang mencapai

usia 60 tahun keatas. Umur 60 tahun adalah usia permulaan tua.

2.3.2 Klasifikasi Lansia

Berikut ini adalah klasifikasi lanjut usia dalam beberapa literature, yaitu:

1. MenurutWorld Health 0rganization WHO (dalam Nugroho, 2009),

klasifikasi lansia adalah usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun, lansia

(elderly) 60-74 tahun, lansia tua (old) 75-90 tahun, dan lansia sangat tua

(very old) diatas 90 tahun.

2. Smith dan Smith (1999 dalam Tamher & Noorkasiani, 2009),

menggolongkan usia lanjut menjadi tiga, yaitu: young old (65-74 tahun);

middle old (75-84 tahun); dan old old (lebih dari 85 tahun).

3. Setyonegoro (1984 dalam Tamher & Noorkasiani, 2009), mengggolongkan

bahwa yang disebut usia lanjut (geriatric age) adalah orang yang berusia

lebih dari 65 tahun. Selanjutnya terbagi ke dalam usia 70-75 tahun (young

old); 75-80 tahun (old; dan lebih dari 80 tahun (veryold).

4. Maryam, et.al. (2008) mengklasifikasikan lansia, yaitu:

a. Pralansia (prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
b. Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c. Lansia risiko tinggi

Universitas Sumatera Utara


Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/ seseorang yang berusia 60

tahun atau lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003).

d. Lansia potensial.

Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang

dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2003).

e. Lansia tidak potensial.

Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung

pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003).

2.3.3 Kondisi dan Permasalahan Lansia

Saat ini, di seluruh dunia, jumlah lansia diperkirakan lebih dari 629 juta

jiwa (satu dari 10 orang berusia lebih dari 60 tahun), dan pada tahun 2025, lanjut

usia akan mencapai 1,2 milyar (Nugroho, 2008).

Pada tahun 2000 jumlah lansia di Indonesia diproyeksikan sebesar 7,28%

dan pada tahun 2020 menjadi sebesar 11,34% (BPS,1992 dalam Maryam, et.al.,

2008). Bahkan data Biro Sensus Amerika Serikat memperkirakan Indonesia akan

mengalami pertambahan warga lanjut usia terbesar di seluruh dunia pada tahun

1990-2025, yaitu sebesar 41,4% (Kinsella dan Taeuber, 1993 dalam Maryam,

et.al., 2008).

Menurut data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (2013), pada

tahun 2010 proyeksi proporsi penduduk umur lebih dari 60 tahun di Sumatera

Utara adalah 5,89% , pada tahun 2020 adalah 8,29% dan pada tahun 2035 adalah

13,22%. Terjadi peningkatan penduduk lansia setiap tahunnya. Dalam perjalanan

Universitas Sumatera Utara


hidup manusia, proses menua merupakan hal yang wajar dan terus-menerus

dialami oleh semua orang yang dikaruniai umur panjang.

Menurut Darmojo dan Martono (1994 dalam Nugroho, 2008) mengatakan

bahwa “menua” (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan

mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan

terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.

Dampak perubahan epidemiologis, penyakit pada lanjut usia cenderung ke arah

degeneratif. Lima sebab utama kematian di antara para lansia adalah penyakit

kardiovaskuler, penyakit kanker, penyakit serebrovaskuler, penyakit

pneumonia/influenza, dan penyakit Chronic Obstrutive Pulmonary Diseas

(COPD). Namun, penyakit yang paling mahal adalah golongan penyakit yang

menyebabkan kecacatan namun tidak sampai meninggal.

Penyakit arthritis merupakan penyakit kronis yang paling sering dan yang

paling banyak menyebabkan kecacatan. Penyebab kecacatan lainnya adalah

hipertensi, gangguan visual, dan diabetes disamping penyakit kardiovaskuler,

Chronic Obstrutive Pulmonary Diseas(COPD), dan serebrovaskuler (Tamher &

Noorkasiani, 2009).

Dengan bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami penurunan

akibat proses degenerative (penuaan) sehingga penyakit tidak menular banyak

muncul pada usia lanjut. Selain itu masalah degenerative menurunkan daya tahan

tubuh sehingga rentan terkena infeksi penyakit menular. Penyakit tidak menular

Universitas Sumatera Utara


pada lansia diantaranya hipertensi, stroke, diabetes mellitus dan radang sendi atau

rematik (Kemenkes, 2013).

2.3.4. Kekambuhan Hipertensi pada Lansia

Kekambuhan adalah peristiwa timbulnya kembali gejala-gejala

sebelumnya sesudah memperoleh kemajuan (stuart, 2001).

2.4 Upaya Pencegahan Kekambuhan

2.4.1 Pencegahan Primordial

Pencegahan primordial yaitu usaha pencegahan predisposisi terhadap hipertensi,

belum terlihat adanya faktor yang menjadi risiko hipertensi, contoh adanya

peraturan pemerintah membuat peringatan pada rokok, dengan melakukan senam

kesegaran jasmani untuk menghindari terjadinya hipertensi.

2.4.2. Pencegahan Primer

Pencegahan primer yaitu upaya awal pencegahan sebelum seseorang menderita

hipertensi, dimana dilakukan penyuluhan faktor-faktor risiko hipertensi terutama

pada kelompok risiko tinggi. Tujuan pencegahan primer adalah untuk mengurangi

insidensi penyakit dengan cara mengendalikan penyebab-penyebab penyakit dan

faktor-faktor risikonya.

Upaya-upaya yang dilakukan dalam pencegahan primer terhadap hipertensi antara

lain:

1. Pola Makan yang Baik

a. Mengurangi asupan garam dan lemak tinggi

Universitas Sumatera Utara


Terlalu banyak mengonsumsi garam dapat meningkatkan tekanan darah hingga ke

tingkat yang membahayakan. Panduan terkini dari British Hypertension Society

menganjurkan asupan natrium dibatasi sampai kurang dari 2,4 gram sehari.

Jumlah tersebut setara dengan 6 gram garam, yaitu sekitar 1 sendok teh per hari.

Penting untuk diingat bahwa banyak natrium (sodium) tersembunyi dalam

makanan, terutama makanan yang diproses.Mengurangi asupan garam <100

mmol/hari (2,4 gram natrium atau 6 gram garam) bisa menurunkan TDS 2-8 mmHg. 39

Lemak dalam diet meningkatkan risiko terjadinya atherosklerosis yang berkaitan

dengan kenaikan tekanan darah. Penurunan konsumsi lemak jenuh, terutama lemak

dalam makanan yang bersumber dari hewan dan peningkatan konsumsi lemak tidak

jenuh secukupnya yang berasal dari minyak sayuran, biji-bijian dan makanan lain

yang bersumber dari tanaman dapat menurunkan tekanan darah.Mengurangi diet

lemak dapat menurunkan tekanan darah TDS/TDD 6/3 mmHg.

b. Meningkatkan konsumsi sayur dan buah

Jenis makanan ini sangat baik untuk melawan penyakit hipertensi. Dengan

mengonsumsi sayur dan buah secara teratur dapat menurunkan risiko kematian

akibat hipertensi, stroke, dan penyakit jantung koroner, menurunkan tekanan

darah, dan mencegah kanker. Sayur dan buah mengandung zat kimia tanaman

(phytochemical) yang penting seperti flavonoids, sterol, dan phenol.

Mengonsumsi sayur dan buah dengan teratur dapat menurunkan tekanan darah

TDS/TDD 3/1 mmHg. sayur dan buah dengan teratur dapat menurunkan tekanan

darah TDS/TDD 3/1 mmHg.

Universitas Sumatera Utara


2.Perubahan Gaya Hidup

a.Olahraga teratur

Olahraga sebaiknya dilakukan teratur danbersifat aerobik, karena kedua sifatinilah

yang dapatmenurunkan tekanan darah.Olahraga aerobik maksudnya olahragayang

dilakukan secara terus-menerus dimana kebutuhan oksigen masih dapat dipenuhi

tubuh,misalnyajogging, senam, renang,dan bersepeda.

Aktivitasfisik adalah setiap gerakan tubuhyang meningkatkan pengeluaran tenaga

dan energi(pembakaran kalori).Aktivitasfisik sebaiknya dilakukan sekurang-

kurangnya 30menit perhari denganbaik dan benar. Salahsatu manfaat dari

aktivitasfisik yaitumenjaga tekanan darah tetap stabil dalambatas normal.Contoh

dari aktivitasfisikyang dapat menjaga kestabilan tekanan darahmisalnya

turunbuslebih awalmenuju tempat kerja yang kira-kira menghabiskan20 menit

berjalankaki dan saat pulang berhentidi halte yang menghabiskan kira-kira 10

menit berjalankaki menujurumah, atau membersihkan rumah selama 10 menit,

dua kali dalam sehari ditambah 10 menit bersepeda, danlain-lain.Melakukan

olahraga secara teratur dapatmenurunkan tekanan darah sistolik 4-8

mmHg.Latihan fisik isometrik seperti angkatbesidapatmeningkatkan tekanan

darah danharus dihindari pada penderitahipertensi.Di usia tua, fungsijantung dan

pembuluh darah akan menurun,demikianjuga elastisitas dan kekuatannya. Tetapi

Universitas Sumatera Utara


jika berolahraga secara teratur,maka sistem kardiovaskular akan

berfungsimaksimal dan tetap terpelihara.

b. Menghentikan rokok

Tembakau mengandung nikotin yang memperkuat kerja jantung dan menciutkan

arteri kecil hingga sirkulasi darah berkurang dan tekanan darah meningkat.

Berhenti merokok merupakan perubahan gaya hidup yang paling kuat untuk

mencegah penyakit kardiovaskular pada penderita hipertensi. c. Membatasi

konsumsi alkohol

Konsumsi alkohol dalam jumlah sedang sebagai bagian dari pola makan yang

sehat dan bervariasi tidak merusak kesehatan. Namun demikian, minum alkohol

secara berlebihan telah dikaitkan dengan peningkatan tekanan darah. Pesta

minuman keras (binge drinking) sangat berbahaya bagi kesehatan karena alkohol

berkaitan dengan stroke. Wanita sebaiknya membatasi konsumsi alkohol tidak

lebih dari 14 unit per minggu dan laki-laki tidak melebihi 21 unit

perminggu.Menghindari konsumsi alkohol bisa menurunkan TDS 2-4 mmHg.

3. Mengurangi Kelebihan Berat Badan

Di antara semua faktor risiko yang dapat dikendalikan, berat badan adalah salah

satu yang paling erat kaitannya dengan hipertensi. Dibandingkan dengan yang

kurus, orang yang gemuk lebih besar peluangnya mengalami hipertensi.

Penurunan berat badan pada penderita hipertensi dapat dilakukan melalui

Universitas Sumatera Utara


perubahan pola makan dan olahraga secara teratur.Menurunkan berat badan bisa

menurunkan TDS 5-20 mmHg per 10 kg penurunan BB.

2.4.3. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder yaitu upaya pencegahan hipertensi yang sudah pernah

terjadi untuk berulang atau menjadi berat. Pencegahan ini ditujukan untuk

mengobati para penderita dan mengurangi akibat- akibat yang lebih serius dari

pentakit, yaitu melalui diagnosis dini dan pemberian pengobatan dalam

pencegahan ini dilakukan pemeriksaan tekanan darah secara teratur dan juga

kepatuhan berobat bagi orang yang sudah pernah menderita hipertensi. a.

Diagnosis Hipertensi

Data yang diperlukan untuk diagnosis diperoleh dengan cara

anamnesis,pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan

penunjang.Peninggian tekanan darah kadang sering merupakan satu-satunya tanda

klinishipertensi sehingga diperlukan pengukuran tekanan darah yang akurat.

Berbagaifaktor bisa mempengaruhi hasil pengukuran seperti faktor pasien, faktor

alat, dantempat pengukuran. Anamnesis yang dilakukan meliputi tingkat

hipertensi dan lama menderitanya, riwayat dan gejala-gejala penyakit yang

berkaitan seperti penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskuler dan lainnya,

apakah terdapat riwayatpenyakit dalam keluarga, gejala yang berkaitan dengan

penyakit hipertensi,perubahan aktivitas atau kebiasaan (seperti merokok,

Universitas Sumatera Utara


konsumsi makanan, riwayat danfaktor psikososial lingkungan keluarga, pekerjaan,

dan lain-lain). Dalam pemeriksaanfisik dilakukan pengukuran tekanan darah dua

kali atau lebih dengan jarak dua menit,kemudian diperiksa ulang dengan

kontrolatera.

b. Penatalaksanaan Hipertensi

(i). Penatalaksanaan Nonfarmakologis

Pendekatan nonfarmakologis merupakan penanganan awal sebelumpenambahan

obat-obatan hipertensi, disamping perlu diperhatikan oleh seorang yang sedang

dalam terapi obat. Pada pasien hipertensi yang terkontrol,

pendekatannonfarmakologis ini dapat membantu pengurangan dosis obat pada

sebagianpenderita. Oleh karena itu, modifikasi gaya hidup merupakan hal yang

pentingdiperhatikan, karena berperan dalam keberhasilan penanganan hipertensi.

Pendekatan nonfarmakologis dibedakan menjadi beberapa hal:

1. Menurunkan faktor risiko yang menyebabkan atherosklerosis

2. Olahraga dan aktivitas fisik

3. Perubahan pola makan

a. Mengurangi asupan garam

b. Diet rendah lemak jenuh

c. Memperbanyak konsumsi sayuran, buah-buahan, dan susu rendah lemak

Universitas Sumatera Utara


4. Menghilangkan stres.

(ii). Penatalaksanaan Farmakologis

Selain cara pengobatan nonfarmakologis, penatalaksanaan utama hipertensi

primer adalah dengan obat. Keputusan untuk mulai memberikan obat

antihipertensiberdasarkan beberapa faktor seperti derajat peninggian tekanan

darah, terdapatnyakerusakan organ target, dan terdapatnya manifestasi klinis

penyakit kardiovaskuleratau faktor risiko lain. Terapi dengan pemberian obat

antihipertensi terbukti dapatmenurunkan sistol dan mencegah terjadinya stroke

pada pasien usia 70 tahun ataulebih.

2.4.4. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier yaitu upaya mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat

atau kematian. Upaya yang dilakukan pada pencegahan tersier ini

yaitumenurunkan tekanan darah sampai batas yang aman dan mengobati penyakit

yangdapat memperberat hipertensi. Pencegahan tersier dapat dilakukan dengan

follow uppenderita hipertensi yang mendapat terapi dan rehabilitasi. Follow up

ditujukan untukmenentukan kemungkinan dilakukannya pengurangan atau

penambahan dosis obat.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1.Kerangka Penelitian

Kerangka konsep ini bertujuan untuk mengidentifikasi perilaku lansia

hipertensi dalam upaya pencegahan kekambuhan di Puskesmas Helvetia. Dimana

perilaku lansia hipertensi dipengaruhi oleh proses penuaan. Berdasarkan kerangka

teori tentang perilaku lansia hipertensi dalam upaya pencegahan kekambuhan dan

sesuai dengan tujuan penelitian, maka dapat dirumuskan kerangka konsep sebagai

berikut:

Bagan3.1. Kerangka Penelitian

Klien Lansia di Puskesmas

Perilaku Lansia Kategori:


dengan Hipertensi: 1. Baik
1. Pengetahuan 2. Cukup
2. Sikap 3. kurang
3. Tindakan

Universitas Sumatera Utara


3.2.Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional

Definisi Skala
No Variabel Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
Mengisi
pengetahuan adalah
kuesioner
mengenai Kuesioner
kemampuan dengan
penelitian Baik: >7
responden mengenal, alternatif
1 Pengetahuan memahami dan sebanyak Sedang: 6-4 Ordinal
jawaban
mengetahui hal-hal 10 Buruk: 0-3
yang berhubungan Setuju = 1
pernyataan
dengan hipertensi. Tidak
setuju = 0
sikap adalah
merupakan reaksi
yang masih tertutup
dan tidak bisa dilihat Mengisi
oleh orang lain kuesioner
terhadap suatu Kuesioner
dengan
stimulus. penelitian Baik: >7
Sikap yang alternatif
2 Sikap sebanyak Sedang: 6-4 Ordinal
dimaksudkan dalam jawaban
penelitian ini adalah 10 Buruk: 0-3
Setuju = 1
sikap responden pernyataan
terhadap penyakit Tidak
hipertensi dalam setuju = 0
upaya pencegahan
kekambuhan.

Mengisi
reaksi atau perilaku
yang dapat diamati kuesioner
oleh orang lain. dengan
Tindakan yang Kuesioner
alternatif Baik: >7
dimaksudkan dalam penelitian
penelitian ini adalah jawaban Sedang: 6-4
3 Tindakan sebanyak Ordinal
usaha yang Melakukan Buruk: 0-3
dilakukan oleh 10
=1
responden untuk pernyataan
mencegah terjadinya Tidak
kekambuhan. Melakukan
=0

Universitas Sumatera Utara


BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat

deskriptif . Suryanto (2011) memaparkan bahwa desain penelitian deskriptif

adalah desain penelitian yang disusun dalam rangka memberikan gambaran yang

akurat dari sejumlah karakteristik masalah yang diteliti.

4.2 Populasi, Sampel , dan Teknik Sampling

4.2.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh data penderita hipertensi

pada Lansia di puskesmas Helvetia sebanyak 926 lansia (Data dari

puskesmas Helvetia 2016).

4.2.2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari seluruh populasi dan dianggap


mewakili seluruh populasi (Arikunto, 2006). Untuk menentukan
jumlah minimal sampel penelitian, maka pengambilan sampel
dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin sebagai berikut:
N
n = Nd + 1

2
Keterangan:

n : Jumlah Sampel N :

Besarnya populasi

d : Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan, yaitu 10%

Universitas Sumatera
Utara
926
n= 926(0,1) 2 +1
n = 926(0,01)926 + 1
926
n = 10.26
n = 90,25

Dari perkiraan rumus diatas, didapatkan bahwa jumlah sampel yang

dapat mewakili keseluruhan populasi adalah 91 orang.

4.2.3. Teknik Sampling

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik accidental

sampling,yaitu cara pengambilan sampel dengan berdasarkan

kebetulan bertemu. Dalam teknik sampling ini,pengambilan sampel

dilakukan dengan jalan mengambil individu siapa saja yang dapat

dijangkau atau ditemui oleh peneliti.

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Helvetia. Penelitian ini dilakukan

pada bulan Maret sampai dengan Juni 2017.

Universitas Sumatera Utara


4.4 Pertimbangan Etik

Dalam penelitian ini, peneliti mengajukan surat permohonan institusi

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Komisi Etik Penelitian

Kesehatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara untuk mendapatkan

izin persetujuan penelitian. Setelah mendapatkan izin untuk melakukan penelitian,

peneliti memulai penelitian dengan mempertimbangkan etik, yaitu: Informed

consent atau lembar persetujuan, anonimity, dan confidentialty.

Lembar persetujuan diserahkan kepada subjek yang akan diteliti. Peneliti

menjelaskan maksud dan tujuan serta penelitian yang dilakukan dan manfaat

penelitian. Responden yang bersedia diminta untuk menandatangani lembar

persetujuan tersebut. Peneliti tidak memaksa calon responden yang menolak dan

tetap menghormati hak-haknya.

Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan

namanya pada lembar pengumpulan data, tetapi cukup dengan memberi nomor

kode pada masing-masing lembar tersebut. Kerahasiaan informasi responden

dijamin oleh peneliti, hanya sekelompok data tertentu saja yang disajikan atau

dilaporkan sebagai hasil penelitian.

Universitas Sumatera Utara


4.5 Instrumen Penelitian

5 5.1 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan yaitu kuesioner/angket. Kuesioner

ini dikembangkan sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada landasan teori

dari variabel penelitian. Instrumen penelitian ini terdiri dari empat bagian, yaitu:

Bagian 1. Koesioner Data Demografi

Kuesioner data demografi terdiri dari inisial nama depan responden, jenis

kelamin, umur, status perkawinan, agama, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan

responden per bulan. Peneliti telah menyediakan jawaban, sehingga responden

tinggal memilih atau membubuhkan tanda check list (√) pada kolom yang sesuai

menurut responden.

Bagian 2. Kuesioner Pengukuran Pengetahuan

Pengetahuan diukur melalui 8 pertanyaan dengan menggunakanGuttman

scale, dimana pengukurannya berdasarkan jawaban yang diperoleh dari responden

terhadap pertanyaan yang diberikan, untuk jawaban benar diberi nilai 1, dan

jawaban salah diberi nilai 0.

Universitas Sumatera Utara


Bagian 3. Koesioner Pengukuran Sikap

Sikap diukur melalui 10 pernyataan dengan menggunakan Guttman scale,

dimana pengukurannya berdasarkan jawaban yang diperoleh dari responden

terhadap pertanyaan yang diberikan, untuk jawaban setuju diberi nilai 1, dan

jawaban tidak setuju diberi nilai 0.

Bagian 4. Koesioner Pengukuran Tindakan

Pengetahuan diukur melalui 10 pertanyaan dengan menggunakanGuttman

scale, dimana pengukurannya berdasarkan jawaban yang diperoleh dari

responden terhadap pertanyaan yang diberikan, untuk jawaban setuju diberi

nilai 1, dan jawaban tidak setuju diberi nilai 0.

4.6 Validitas dan Reabilitas

4.6.1 Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar

mengukur apa yang diukur. Kuesioner yang telah selesai disusun akan

dilakukan validitas isi oleh dosen Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara yang berkompeten terkait penelitian ini.Berdasarkan uji

validitas isi tersebut, pertanyaan dan pilihan jawaban dalam kuesioner

disusun kembali dengan bahasa yang lebih efektif dan dengan item-item

pernyataan yang mengukur sasaran yang ingin diukur sesuai dengan

tinjauan pustaka dan kerangka konsep.

Universitas Sumatera Utara


4.6.2 Reliabilitas

Reabilitas merupakan indeks yang dipakai untuk menunjukkan

sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan.

Kuesioner yang telah selesai disusun akan diuji reabilitasnya dengan

menggunakan uji Cronbach (Cronbach Alpha).

Peneliti akan melakukan uji reliabilitas kepada lansia hipertensi di

puskesmas Helvetia kepada 30 orang responden pada akhir Januari ini

setelah proses validitas selesai.

4.7 Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan cara:

a. Melakukan uji validitas dan reliabilitas dari instrumen penelitian.

b. Intrumen penelitian dinyatakan valid dan reliabel.

c. Mengajukan permohonan izin kepada pemerintahan setempat di kota

Medan dan kepada puskesmas Helvetia, dengan terlebih dahulu

menjelaskan tujuan dan maksud penelitian.

d. Mendapat izin dari pemerintahan setempat, lalu angket disebarkan.

e. Responden bersedia dan menjawab pertanyaan dari angket (kuesioner).

f. Pengumpulan angket dan analisa data dari angket yang sudah terkumpul.

4.8 Analisa Data

Data dari setiap responden akan dimasukkan ke dalam komputer oleh

peneliti. Analisis data yang diperoleh dilakukan secara deskriptif dengan

menggunakan program komputer dan disajikan dalam bentuk tabel.

Universitas Sumatera Utara


Proses pengolahan data dilakukan melalui tahap berikut:

1 .Pengkodean Data (Coding)

Pemberian kode yang dimaksudkan untuk mempermudah pada saat analisi data

dan juga mempercepat pada saat entry data, yaitu dengan memberikan kode pada

pertanyaan penelitian kuesioner.

2. Pemasukan Data (Entry)

Tahapan ini dilakukan dengan cara memasukkan data ke dalam komputer untuk

diolah dan dianalisis melalui program komputer.

3. Pengecekan Data (Cleaning)

Melakukan pengecekan data yang sudah dientry, apakah ada kesalahan atau tidak.

Universitas Sumatera Utara


BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1.Hasil Penelitian

5.1.1. Karakteristik Responden Penelitian

Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah Lansia yang

menderita hipertensi di puskesmas Helvetia Medan. Total responden adalah

sejumlah 91 orang. Dari keseluruhan responden yang ada, diperoleh gambaran

mengenai karakteristiknya meliputi jenis kelamin, umur, status perkawinan,

agama, tingkat pendidikan, pekerjaan dan penghasilan per bulan.

Dari tabel 1.3 dapat dilihat bahwa mayoritas responden perempuan yaitu

sejumlah 52 orang(57,1%), mayoritas responden barada pada kelompok usia 60-

64 tahun yaitu sejumlah 36 orang (39,6%), mayoritas responden berstatus kawin

yaitu sejumlah 52 orang (57,1%), mayoritas responden beragama islam yaitu

sejumlah 46 orang (50,5%), mayoritas responden berpendidikan SMA yaitu

sejumlah 45 orang (49,5%), mayoritas responden bekerja sebagai pensiunan

PNS/TNI/POLRI yaitu sejumlah 34 orang (37,4%) dan mayoritas responden

memiliki penghasilan dibawah upah minimum regional (UMR) yaitu sejumlah 36

orang (39,6%).

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Data Demografi di

Puskesmas Helvetia Medan, pada bulan Juni 2017 (n=91 orang)

Data Demografi Frekuensi %


Jenis kelamin:
Laki-laki 39 42,9
Perempuan 52 57,1

Umur: 36 39,6
60-64 tahun 25 27,5
65-69 tahun 30 33,0
70-75 tahun

Status perkawinan:
Kawin 52 57,1
Belum Kawin 4 4,4
Janda/Duda 35 38,5
Agama:
46 50,5
Islam
45 49,5
Kristen
0 0
Hindu
0 0
Budha
Konghuchu 0 0

Pendidikan:
Tidak pernah sekolah 5 5,5
SD 8 8,8
SMP 27 29,7
SMA 45 49,5
Perguruan tinggi 6 6,6

Pekerjaan:
Tidak bekerja 26 28,6
Pensiunan PNS/TNI/POLRI 34 37,4
Wiraswasta 24 26,4
Lain-lain 7 7,7

Penghasilan per bulan:


<Rp1.750.000,- 36 39,6
1.750.000-Rp.3.000.000,- 33 36,3
>3.000.000-Rp.5.000-000,- 20 22,0
>5.000.000,- 2 2,2

Universitas Sumatera Utara


5.1.2. Tingkat Pengetahuan Lansia Hipertensi dalam Upaya Pencegahan
Kekambuhan

Berdasarkan tabel 1.4 tentang tingkat pengetahuan lansia hipertensi dalam

upaya pencegahan kekambuhan di puskesmas Helvetia Medan dapat dilihat

bahwa tingkat pengetahuan baik sejumlah 90 orang (98,9%) dan buruk sejumlah 1

orang (1,1%).

Tabel 5.2 Tingkat Pengetahuan Lansia Hipertensi dalam Upaya Pencegahan


Kekambuhan di Puskesmas Helvetia Medan

Pengetahuan Lansia
Hipertensi dalam
Upaya Pencegahan Frekuensi %
Kekambuhan
Baik 90 98,9
Buruk 1 1,1
Total 100 100

5.1.3. Tingkat Sikap Lansia Hipertensi dalam Upaya Pencegahan


Kekambuhan

Berdasarkan tabel 1.5 tentang tingkat sikap lansia hipertensi dalam upaya

pencegahan kekambuhan di puskesmas Helvetia Medan dapat dilihat bahwa

tingkat perilaku baik sejumlah 86 orang (94,5%) dan buruk sejumlah 5 orang

(5,5%).

Tabel 5.3 Tingkat Sikap Lansia Hipertensi dalam Upaya Pencegahan


Kekambuhan di Puskesmas Helvetia Medan

Sikap Lansia Hipertensi


dalam Upaya
Pencegahan Frekuensi %
Kekambuhan
Baik 86 94,5
Buruk 5 5,5
Total 100 100

Universitas Sumatera Utara


5.1.4. Tingkat Tindakan Lansia Hipertensi dalam Upaya Pencegahan
Kekambuhan

Berdasarkan tabel 1.4 tentang tingkat tindakan lansia hipertensi dalam

upaya pencegahan kekambuhan di puskesmas Helvetia Medan dapat dilihat

bahwa tingkat pengetahuan baik sejumlah 85 orang (93,4%) dan buruk sejumlah 6

orang (6,6%).

Tabel 5.4 Tingkat Tindakan Lansia Hipertensi dalam Upaya Pencegahan


Kekambuhan di Puskesmas Helvetia Medan

Tindakan Lansia
Hipertensi dalam
Upaya Pencegahan Frekuensi %
Kekambuhan
Baik 85 93,4
Buruk 6 6,6
Total 100 100

5.1.5. Tingkat Perilaku Lansia Hipertensi dalam Upaya Pencegahan


Kekambuhan

Berdasarkan tabel 1.4 tentang tingkat perilaku lansia hipertensi dalam

upaya pencegahan kekambuhan di puskesmas Helvetia Medan dapat dilihat

bahwa tingkat pengetahuan baik sejumlah 89 orang (97,8%) dan buruk sejumlah 2

orang (2,2%).

Tabel 5.5 Tingkat Perilaku Lansia Hipertensi dalam Upaya Pencegahan


Kekambuhan di Puskesmas Helvetia Medan

Tingkat perilaku Lansia


Hipertensi dalam
Upaya Pencegahan Frekuensi %
Kekambuhan
Baik 89 97,8
Buruk 2 2,2
Total 100 100

Universitas Sumatera Utara


5.1. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian ini telah diperoleh bahwa pengetahuan lansia

hipertensi dalam upaya pencegahan kekambuhan di puskesmas Helvetia adalah

pengetahuan baik (98.9%), pengetahuan buruk (1.1%). Pengetahuan lansia

hipertensi dalam upaya pecegahan kekambuhan yang buruk kemungkinan

disebabkan karena sebahagian besar responden mempunyai tingkat pendidikan

yang kurang baik. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1.3 mayoritas responden tidak

pernah sekolah dengan jumlah 5 orang (5,5 %). Pernyataan ini didukung oleh

Notoatmodjo (2012) faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah

internal meliputi pendidikan, persepsi, motivasi, dan pengalaman dan eksternal

meliputi lingkungan informasi sosial dan budaya. pengetahuan merupakan hal

yang sangat penting untuk memperoleh suatu perilaku yang baik. Dimana

diharapkan dari pengetahuan yang baik akan timbul suatu perilaku yang baik pula.

Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Rogers bahwa perilaku yang didasari

pengetahuan akan bertahan lebih lama dari pada perilaku yang tidak didasari

dengan pengetahuan Notoatmodjo (2003).

Didukung oleh Utomo (2013) daya ingat yang menurun sebagai akibat proses

menua, mengakibatkan besarnya nilai kesalahan yang ada pada hasil jawaban

kuesioner. Menurut Darmodjo (2005) dilihat dari aspek psikologi mundurnya daya

ingat, penurunan degenerasi otak dan kemunduran orientasi. Selain dari segi

penurunan kemampuan untuk mengingat, faktor latar belakang pendidikan juga

mempengaruhi kemampuan responden untuk mengisi kuesioner pengetahuan.

Universitas Sumatera Utara


Parera (2004) menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi

pengetahuan terhadap kesehatan adalah tingkat pendidikan. Pendidikan

merupakan hal yang sangat penting dalam mempengaruhi pikiran seseorang.

Orang yang berpendidikan akan mampu berfikir tenang terhadap suatu masalah

termasuk dalam pengetahuan tentang hipertensi. Dapat dilihat pendidikan

responden sebagian besar adalah tamatan SMA (49.5%). Pendidikan yang tinggi

dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan lansia oleh herawani (2001).Dijelaskan

juga oleh Green (2002 dalam Kristina, 2008) bahwa untuk mewujudkan sikap

menjadi perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang

memungkinkan seperti faktor predisposisi (pengetahuan, sikap, keyakinan,

persepsi), faktor pendukung (akses pelayanan kesehatan, keterampilan, dan

adanya referensi), dan faktor pendorong dalam bentuk dukungan keluarga,

tetangga, dan tokoh masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian ini lansia yang

memiliki sikap baik (94,5%), lansia yang memiliki sikap buruk (5,5%). Sikap

lansia hipertensi dalam upaya pencegahan kekambuhan yang buruk karena

sebagian besar lansia kurang memiliki tingkat kepercayaan terhadap informasi

yang di dapatkan. Secara nyata sikap menunjukkan adanya keyakinan seseorang

mengenai objek atau situasi yang disertai adanya perasaan tertentu dan

memberikan dasar pada orang tersebut untuk membuat respons atau berperilaku

dalam cara tertentu yang dipilihnya.

Universitas Sumatera Utara


Sikap positif dan negatif dapat dipengaruhi oleh pengalaman langsung yang

dialami individu terhadap sesuatu hal dan sikap tidak dibawa sejak lahir tetapi

dipelajari dan dibentuk berdasarkan pengalaman individu sepanjang

perkembangan selama hidupnya. Sikap tidak lepas dari pengaruh interaksi

manusia satu dengan yang lain. Menurut teori yang dikemukakan oleh

Notoatmodjo (2007), Sikap sosial terbentuk dari interaksi sosial yang dialami

individu. Dalam interaksi sosial terjadi hubungan saling mempengaruhi diantara

individu sebagai anggota kelompok sosial yang satu dengan yang lain, terjadi

hubungan timbal balik yang turut mempengaruhi pola perilaku masing-masing

individu sebagai naggota masyarakat.

Ada berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap diantaranya:

Pengalaman pribadi, pengaruh orang lain, pengaruh kebudayaan, media massa,

lembaga pendidikan dan lembaga agama, pengaruh faktor emosional. Sikap

merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu

stimulus atau objek. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di

lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Allport (1954)

seperti yang dikutip Notoatmodjo (2007) menjelaskan bahwa sikap itu

mempunyai 3 komponen pokok, yaitu: Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep

terhadap suatu objek. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

dan Kecenderungan untuk bertindak. Sebagaimana diketahui bahwa sikap tidak

dibawa sejak lahir, tetapi dipelajari dan dibentuk berdasarkan pengalaman

individu sepanjang perkembangan selama hidupnya.

Universitas Sumatera Utara


Ada dua faktor yang mempengaruhi pembentukan dan perubahan sikap yaitu

faktor eksternal dan faktor internal. Faktor internalberasal dari dalam diri

individu. Dalam hal ini individu menerima, mengolah, dan memilih segala sesuatu

yang datang dari luar, serta menentukan mana yang akan diterima dan mana yang

tidak. Hal-hal yang diterima atau tidak berkaitan erat dengan apa yang ada dalam

diri individu. Oleh karena itu, faktor individu merupakan faktor penentu

pembentukan sikap. Dan Faktor eksternal berasal dari luar diri individu, berupa

stimulus untuk membentuk dan mengubah sikap. Stimulus tersebut dapat bersifat

langsung, misalnya individu dengan individu, individu dengan kelompok. Dapat

juga bersifat tidak langsung, yaitu melalui perantara, seperti: alat komunikasi dan

media masa baik elektronik maupun nonelektronik.

Sesuai dengan teori dari Notoatmodjo (2003), tindakan merupakan respon

nyata seseorang terhadap suatu objek, dipengaruhi oleh persepsi individu tentang

kegawatan objek. Tindakan ini ditentukan oleh pengalaman interaksi induvidu

dengan lingkungan khususnya menyangkut pengetahuan dan sikapnya terhadap

suatu objek.

Tindakan seseorang dalam mengambil keputusan untuk memutuskan suatau

tindakan itu dapat dipengaruhi oleh faktor ekonomi. Hal ini sesuai dengan

penelitian Sekartini R (2008) penelitian menunjukkan tindakan baik (46.3%),

tindakan sedang (51.1%) dan tindakan buruk (1.3%) dari haril penelitian

menunjukan mayoritas responden melakukan tindakan baik disebabkan sebagian

responden bekerja sebagai pensiunan PNS/TNI/POLRI (37.4%) dan penghasilan

rata- rata responden Rp. <1.750.000,.

Universitas Sumatera Utara


Hasil penelitian pada tabel 1.7 menggambarkan perilaku lansia hipertensi

dalam upaya pencegahan kekambuhan memiliki perilaku yang baik sejumlah 89

orang (97,8%) dan buruk sejumlah 2 orang (2,2%). Sejalan dengan batasan

perilaku menurut Skinner, maka perilaku kesehatan (health behavior) adalah

respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit,

penyakit, dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, seperti lingkungan,

makanan, minuman, dan pelayanan kesehatan. Dengan kata lain, perilaku

kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang baik yang dapat diamati

(observable) maupun yang tidak dapat diamati (unobservable) yang berkaitan

dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan ini

mencakup mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan

lain, meningkatkan kualitas kesehatan, dan mencari penyembuhan apabila sakit

atau mengalami masalah kesehatan.

Secara biologis penuaan menjadikan manusia rentan terhadap berbagai

penyakit, demikian pula dengan lansia yang kesehatannya rentan karena

menurunnya fungsi berbagai alat tubuh dan pada umumnya penyakit pada lansia

mempunyai karakteristik seperti komplikasi, saling terkait dan kronis, degeneratif,

dan sering menimbulkan kecacatan dan kematian (Istiany, 2006). Salah satunya

adalah hipertensi. Hipertensi di sebut sebagai silent killer karena jarang

menimbulkan gejala pada stadium awal dan banyak orang tidak terdiagnosa.

Hipertensi merupakan salah satu faktor resiko terjadinya penyakit kardiovaskuler.

Universitas Sumatera Utara


Lansia yang memiliki hipertensi mempunyai perubahan pada jantung

terlihat dalam gambaran anatomis berupa: bertambahnya jaringan kolagen,

bertambahnya ukuran miokard, berkurangnya jumlah miokard, dan berkurangnya

jumlah air jaringan.

Tebal bilik kiri dan kekakuan katup bertambah seiring dengan penebalan

septum interventrikular, ukuran rongga jantung juga membesar (Tamher &

Noorkasiani, 2009).

Perubahan yang terjadi pada lansia meliputi: katup jantung menebal dan

kaku, kemampuan memompa darah menurun (menurunnya kontraksi dan

volume), elastisitas pembuluh darah menurun, serta meningkatnya resistensi

pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah meningkat (Maryam, et al., 2008).

Menurut world health organization (1995) penyakit kardiovaskular

merupakan sebab kematian terbesar pada populasi usia 65 tahun ke atas di seluruh

dunia dengan jumlah kematian lebih banyak di negara sedang berkembang. Di

Indonesia kasus hipertensi menduduki peringkat kedua penyakit terbanyak setelah

penyakit sendi (Depkes, 2008).

Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme

atau makhluk hidup yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2012). Menurut

Ensiklopedia Amerika, perilaku diartikan sebagai suatu aksi atau reaksi organisme

terhadap lingkungannya. Robert Kwick (1974, dalam Kholid 2012), menyatakan

bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat

diamati dan bahkan dapat dipelajari.

Universitas Sumatera Utara


Skinner (1938, dalam Notoadmodjo (2012), merumuskan bahwa perilaku

merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

Menurut hasil penelitian yang dilakukan, peneliti mendapat bahwa perilaku lansia

hipertensi dalam upaya pencegahan kekambuhan di puskesmas Helvetia baik

(97,8%). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Ginting (2011) tentang

hubungan antara pengetahuan dengan cara pencegahan hipertensi pada lansia di

kecamatan Medan Johor dapat disimpulkan bahwa dari 88 responden yang diteliti,

yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 61 orang (69.3%) dan yang

berpengetahuan kurang sebanyak 27 orang (30.7%).

Perilaku pencegahan yang dilakukan lansia di Kecamatan Medan Johor

berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 66 orang (75%) memiliki perilaku

yang baik dalam mencegah hipertensi sedangkan 22 orang (25%) memiliki

perilaku yang kurang. Perilaku lansia hipertensi dalam upaya pencegahan

kekambuhan dapat dilihat dari bagaimana dia menjaga pola hidupnya, rutin dalam

mengontrol tekanan darah ke pelayanan kesehatan, menjaga berat badan, sering

berolahraga, mengontrol emosi dan istirahat yang cukup.

Menurut Green (1989 dalam Notoatmojo, 2007), menjabarkan bahwa

perilaku seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor pertama yaitu

pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai-nilai, tradisi. Faktor kedua adalah yang

memungkinkan meliputi sarana dan prasarana. Faktor ketiga adalah penguat

faktor yang mendorong atau yangmemperkuat terjadinya perilaku. Dan faktor

keempat yaitu yang memperkuat perilaku terkait dengan kepatuhan.

Universitas Sumatera Utara


Maka perilaku setiap individu anggota kelompok berlangsung di dalam

suatu jaringan normatif. Demikian pula individu tersebut terhadap masalah-

masalah kesehatan. Berdasarkan psikologis pendidikan juga menyatakan bahwa

terbentuknya perilaku baru dan berkembangnya kemampuan seseorang terjadi

melalui tahapan tertentu, yang dimulai dari pembentukan pengetahuan, sikap,

sampai dimilikinya keterampilan baru atau pola perilaku baru.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa upaya pencegahan yang dilakukan

lansia tidak hanya ditujukan untuk mencegah terjadinya hipertensi tetapi juga

untuk mendapatkan tubuh yang sehat di masa tua agar dapat menjalankan

kebiasaan/ aktivitasnya sehari-hari.

Universitas Sumatera Utara


BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Hipertensi tidak berbeda dengan penyakit degeneratif lain yang sering

dialami seseorang sehubungan dengan bertambahnya usia. Hipertensi yang

dianggap sebagai silent killer memang baru dirasakan akibatnya saat

seseorang mengalami komplikasi dari meningkatnya tekanan darah dengan

gejala-gejala yang dianggap sepele seperti sakit kepala atau nyeri tengkuk.

Karena hal tersebutlah maka tindakan untuk mencegah terjadinya atau

mengendalikan tekanan darah sangat diperlukan karena selain menurunkan

produktivitas lansia juga membutuhkan biaya yang banyak dalam perawatan

komplikasinya bila terjadi.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dari 91 responden yang diteliti,

pengetahuan lansia hipertensi mayoritas buruk (1,1%), mayoritas baik

(98,9%), sikap lansia hipertensi mayoritas buruk (94,5%), mayoritas buruk

(5,5%), tindakan lansia hipertensi mayoritas baik (93,4%), mayoritas buruk

(6,6%), yang memiliki perilaku baik sebanyak (97,8%) dan yang berperilaku

buruk sebanyak (2.2%).

Universitas Sumatera Utara


6.2. Saran

6.2.1. Pendidikan Keperawatan

Penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi yang berguna

untuk tempat untuk membentuk tenaga medis mengembangkan ilmu

pengetahuan bagi civitas akademik, dan kepada institusi Keperawatan

diharapkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, sehingga menjadi yang

mampu untuk memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas bagi

masyarakat.

6.2.2. Pelayanan Keperawatan

Dari hasil pengetahuan diketahui bahwa perilaku lansia hipertensi sudah

baik, namun masih ada lansia yang perilakunya masih kurang. Hal ini

dikarenakan adanya persepsi dalam masyarakat mengenai sakit bahwa

seseorang menganggap dirinya sakit hanya jika dia sudah terbaring ditempat

tidur saja sehingga tindakan pencegahan bukan merupakan suatu prioritas.

Disinilah peran perawat, selain mengajarkan perilaku hidup sehat juga

menekankan kepada masyarakat pentingnya tindakan pencegahan itu sendiri,

karena mencegah lebih baik dari pada mengobati. Selain itu sebaiknya saat

praktik lapangan lebih ditekankan kepada penyuluhan mengenai hipertensi

kepada lansia dan keluarga, karena sebagai orang terdekat keluarga memiliki

peran penting untuk menjaga kesehatan lansia.

Universitas Sumatera Utara


6.2.3 Penelitian Keperawatan

Peneliti selanjutnya diharapkan meneliti lebih mendalam mengenai upaya

pencegahan hipertensi pada lansia yang dapat dilakukan dengan mudah oleh

lansia sehingga tidak meningkatkan kenaikan pada tekanan darah.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Aaronson, P.I. & Ward, J.P.T. (2008). At a Glance Sistem Kardiovaskuler.


Jakarta: Erlangga.
Agrina, Rini S.S., & Riyan H. (2011). Kepatuhan Lansia Penderita Hipertensi
dalam Pemenuhan Diet Hipertensi. ISSN 1907 – 364X 6 (1), 46-53
Almatsier, Sunita. (2008). Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta: PT Gramedia.
Aronow, et al. (2011). ACCF/AHA 2011 Expert Consensus Document on
Hypertension in the Elderly. Retrieved on November 3, 2015, from
www.cardiosource.org/ACC/About-ACC/Leadership/Guidelines-
andDocuments-Task-Forces.aspx.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. (2013). Proyeksi Penduduk
Indonesia 2010 2035. Diakses dari http://www.bps.go.id/index.php/publik
asi/16 pada 03 November 2015.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia. (2013). Data Riset Kesehatan Dasar Indonesia.

Budiarto, E. & Anggraeni, D. (2003). Pengantar Epidemiologi, Edisi Kedua.


Jakarta: EGC.
Depkes RI. (2008). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kemenkes RI.
Depkes RI. (2009). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Provinsi
Sumatera Utara tahun 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, Kemenkes RI.
Efendi, F. & Makhfudli (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Embong, Mohd Fakrulddin. (2010). Gambaran Tingkat Pengetahun, Sikap dan

Tindakan Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking

Behavior) Pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan

Baru. Medan: Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Fernando, Efrata. (2011). Analisa Kandungan Nikotin pada Tembakau (Nicotiana


tabacum) yang Digunakan Sebagai Tembakau Kunyah dan Karakteristik
Masyarakat Penggunanya di Desa Rumah Gerat Kecamatan Biru Biru
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010. Diakses dari http://repository.usu.ac
.id/handle/123456789/22539 pada 21 Juli 2016.
Gondodiputro, Sharon. (2007). Bahaya Tembakau dan Bentuk-Bentuk Sediaan
Tembakau. Bandung: FK UNPAD. 63
Heizer, J. & Render, B. (2011). Managemen Operasi, Edisi 9. Jakarta: Salemba
Empat.
Kemenkes RI. (2013). Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia. Diakses
dari file:///C:/Users/HP/Downloads/buletin-lansia.pdfpada 08 Juni 2016

Universitas Sumatera Utara


Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013. Diakses dari
www.depkes.go.id/resources/download/.../Hasil%20Riskesdas%202013.p..
pada 06 Oktober 2015.
Kemenkes RI. (2014). Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013. Diakses dari
www.depkes.go.id/.../profil-kesehatan-indonesia/profil-kesehatan-indone...
pada 08 Oktober 2015.
Mangku, Sitepu. (2000). Kekhususan Rokok Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia.
Maryam, R.S., Ekasari, M.F., Rosidawati, Jubaedi, A. & Batubara, I. (2008).
Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.
Morton, R.F., Hebel, J.R., & McCarter, R.J. (2009). Panduan Studi: Epidemiologi
& Biostatistik. Jakarta: EGC.
Nisa, N.J. (2014). Diet Hipertensi untuk Mengontrol Tekanan Darah pada Lansia
dengan Hipertensi. Diakses dari http://lib.ui.ac.id/unggah/?
q=system/files/ node/2013/2/nahla.jovial91/nahla_jo vial_nisa profesi
fakultas_ilmu_kepe rwatan-naskah_ringkas-2014.docx pada 03 Juni 2016
Nugroho, W. (2008). Komunitas dalam Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.
Notoadmodjo, Soekidjo. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Notoadmodjo, Soekidjo. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.

Jakarta: Rineka Cipta.

Pemerintahan RI. (2014). Undang-undang Republik Indonesia No. 13 Tahun


1998: Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia.Diakses dari intranet.pu.go.id/g
ender/files/Art_RAN_Lansia_08042014.pdf pada 01 November 2015.
Prasetya, H. & Lukiastuti, F. (2009). Managemen Operasi. Yogyakarta: Med
Press.
Rasmaliah, Siregar, F.A., & Jemadi. (2010). Gambaran Epidemiologi Penyakit
Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Pekan Labuhan Kecamatan
Medan Labuhan Kota Medan Provinsi Sumatera Utara. Info Kesehatan
Masyarakat, 9(2), 101-108.
Ratnaningtyas, Y. & Wahyu D. (2011). Hubungan Kepribadian Tipe D dengan
Kejadian Hipertensi di RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo. Mandala of
Health, 5 Sitepu, Rahmadani. (2012). Pengaruh Kebiasaan Merokok dan
Status Gizi terhadap Hipertensi pada Pegawai Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara. Diakses dari
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/34277 pada 21 juli 2016.
Supranto, J. (2000). Statistik Teori dan Aplikasi Jilid 1 Edisi 6. Jakarta : Erlangga.
Tamher, S. & Noorkasiani. (2009). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan
Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
The Seventh Report of the Joint National Committee on. (2003). Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. Retrieved
on October 27, 2015, from www.nhlbi.nih.gov/files/docs/guidelines/jnc7fu
ll.pdf
Tim VitaHealth. (2006). Hipertensi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Udjianti, W.J. (2011). Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.
Widharto. (2007). Bahaya Hipertensi. Jakarta: PT Sunda Kelapa Pustaka.

Universitas Sumatera Utara


World Health Organization. (2010) . Global Status Report on Noncommunicable
Diseases 2010. Retrieved on October 9, 2015, from http://www.who.int/n
mh/publications/ncd_report_full_en.pdf World Health Organization.
(2013). A Global Brief on Hypertension: Silent Killer, Global Public
Health Crisis. Retrieved on October 9, 2015, from http://ish world.com/do
wnloads/pdf/global_brief_hypertension.pdf
Yulia. (2011). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi pada Lansia
di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung,
Tahun 2010. Diakses dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/
31642/2/Reference.pdf pada 18 November 2015.

Universitas Sumatera Utara


JADWAL TENTATIVE PENELITIAN

Sept ‘16 Okt ‘16 Nov ‘16 Des ‘16 Jan ‘17 Feb ‘17 Mar ‘17 Apr ‘17 Mei ‘17 Jun ‘17 Jul‘17
No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 34 1 2 3 4 1 2 3 41 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 34

Mengajukan judul dan


1 Acc judul proposal
penelitian
Penyelesaian Proposal dan
2
Kuisioner
Mengajukan Sidang
3
Proposal
4 Sidang Proposal
5 Mengajukan izin
pengumpulan data
6 Uji Validitas dan
Realibilitas
7 Pengumpulan data
penelitian
8 Analisa Data
9 Penyusunan laporan
penelitian
10 Mengajukan jadwal sidang
skripsi
11 Seminar hasil penelitian
12 Revisi dan pengumpulan
laporan penelitian

Universitas Sumatera Utara


Lembar Persetujuan Menjadi Responden (inform Consent)

Nama saya Erta Kristiawani, mahasiswa aktif di program studi Ilmu


Keperawatan (S1), Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Medan.
Saat ini saya sedang melaksanakan penelitian tentang “Perilaku Lansia Hipertensi
dalam Upaya Pencegahan Kekambuhan di Puskesmas Helvetia”. Penelitian ini
merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Medan.
Saudara diharapkan kesediaannya untuk berpartisipasi dalam penelitian
ini, dimana tidak akan memberikan dampak yang membahayakan dan merugikan.
Jika Saudara bersedia, Saudara bisa menandatangi lembar persetujuan ini dan saya
akan meminta sedikit waktunya untuk mengisi lembar angket/kuesioner yang
terdiri dari data demografi dan pernyataan tentang perilaku lansia hipertensi.
Saudara saya harapkan menjawab setiap pernyataan dengan jujur dan sesuai
dengan kondisi dan situasi saudara yang sebenarnya.
Partisipasi saudara dalam melakukan penelitian ini bersifat sukarela atau
tanpa paksaan, sehingga saudara bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa
ada sanksi apapun. Semua informasi yang saudara berikan akan dirahasiakan dan
hanya akan dipergunakan dalam penelitian ini.
Terimakasih atas pertisipasi saudara dalam penelitian ini.

Peneliti Responden

(Erta Kristiawani) ( )

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera
Utara
JK U SP AG PN PK PPB P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 P21 P22 P23 P24 P25 P26 P27 P28 TOTAL HASIL
R1 1 3 1 2 3 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 26 1
R2 2 3 1 1 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28 1
R3 2 2 3 1 4 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 25 1
R4 1 3 3 1 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 26 1
R5 1 1 1 1 4 4 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 27 1
R6 1 3 3 2 2 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 25 1
R7 1 3 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 26 1
R8 2 3 3 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 24 1
R9 2 1 3 2 4 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 26 1
R10 2 1 1 2 4 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 27 1
R11 1 1 1 2 5 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 25 1
R12 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28 1
R13 1 1 1 1 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 26 1
R14 1 1 1 1 4 3 2 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 23 1
R15 2 1 1 2 4 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 25 1
R16 2 3 3 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 24 1
R17 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28 1
R18 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28 1
R19 2 2 1 2 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 23 1
R20 2 3 3 2 2 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 20 1
R21 1 3 3 2 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 27 1
R22 2 3 3 2 3 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28 1
R23 2 3 1 2 4 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 25 1
R24 1 3 1 2 4 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 27 1
R25 2 3 3 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 21 1
R26 1 1 1 2 1 3 3 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 14 0
R27 2 1 3 2 4 3 3 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 21 1
R28 2 2 3 1 3 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 19 1
R29 2 2 1 2 4 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 23 1
R30 2 1 1 1 3 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 13 0

Universitas Sumatera Utara


R31 1 2 3 2 4 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28 1
R32 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28 1
R33 2 1 1 1 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 24 1
R34 1 2 3 1 4 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 24 1
R35 2 1 1 2 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 26 1
R36 2 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 26 1
R37 1 2 3 1 4 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 22 1
R38 1 2 1 2 4 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 26 1
R39 1 1 3 2 3 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 25 1
R40 1 3 1 2 2 3 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 22 1
R41 1 3 1 2 3 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 26 1
R42 2 2 2 1 3 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 25 1
R43 1 1 1 2 4 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28 1
R44 2 1 3 1 2 2 3 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 25 1
R45 2 1 3 1 4 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 26 1
R46 2 2 3 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 27 1
R47 1 2 1 1 4 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 25 1
R48 2 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 25 1
R49 2 1 1 1 3 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 27 1
R50 2 2 1 2 4 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 25 1
R51 2 2 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 24 1
R52 2 3 1 2 4 3 2 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 26 1
R53 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28 1
R54 2 1 1 2 4 4 2 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 26 1
R55 1 2 3 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 26 1
R56 1 2 2 2 4 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 22 1
R57 1 3 3 2 3 2 2 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 22 1
R58 2 1 1 1 4 2 2 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 21 1
R59 1 3 3 2 3 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25 1
R60 1 2 1 1 3 3 2 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 17 1
Universitas Sumatera Utara
R61 2 1 1 2 4 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28 1
R62 1 2 3 1 4 2 2 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 23 1
R63 2 1 3 2 4 2 2 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 19 1
R64 2 3 3 2 3 4 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28 1
R65 2 3 1 1 3 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 24 1
R66 2 1 1 2 5 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 26 1
R67 1 3 1 1 4 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 26 1
R68 2 3 3 2 5 4 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28 1
R69 2 2 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28 1
R70 1 2 1 1 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28 1
R71 1 3 1 1 5 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 23 1
R72 2 1 1 1 4 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28 1
R73 2 2 1 1 5 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 25 1
R74 2 2 1 1 4 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28 1
R75 2 1 1 1 4 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 27 1
R76 1 3 3 1 4 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 26 1
R77 2 1 1 1 3 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 27 1
R78 1 2 3 2 4 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 25 1
R79 2 1 1 2 4 2 2 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 18 1
R80 2 2 1 1 4 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 27 1
R81 1 3 3 1 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 27 1
R82 1 3 3 1 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 21 1
R83 2 1 2 2 4 2 4 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 22 1
R84 2 1 3 2 4 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28 1

Universitas Sumatera Utara


R85 2 3 1 2 5 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28 1
R86 2 1 2 2 4 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 26 1
R87 1 3 1 2 4 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28 1
R88 2 2 1 2 3 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 25 1
R89 1 2 3 1 4 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28 1
R90 2 3 3 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 18 1
R91 2 3 3 1 4 2 3 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 19 1

Responden 91
Varian 8
Rata-rata 25,69
Reabilitas Kr-21 0,8

Universitas Sumatera Utara


TAKSASI DANA PENELITIAN

Biaya yang diperlukan dalam melakukan penelitian adalah sebagai berikut:

No Uraian Jumlah
1 Penyusunan Proposal penelitian: Literatur + Rp. 200.000,-
Internet + Pengetikan + Penggandaan + Jilid
(3 eksemplar)
2 Izin penelitian Rp. 150.000,-
3 Pengumpulan data + transportasi + foto copy Rp. 200.000,-
(kuesioner dan Informed consent)
4 Analisa data Rp. 100.000,-
5 Penyusunan laporan hasil penelitian = Rp. 200.000,-
Pengetikan + Penggandaan + Jilid (3
eksemplar)

Total biaya Rp. 850.000,-

Universitas Sumatera Utara


RIWAYAT HIDUP

Nama : Erta Kristiawani

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal lahir : Medan, 27 Desember 1995

Agama : Kristen Protestan

Suku : Batak Toba

Anak ke : 4 dari 4 bersaudara

Orangtua : P. Panjaitan dan E. Tampubolon

Riwayat Pendidikan : 1. 2000-2001 : TK. Kartika 1-2

2. 2001-2007 : SD Negeri 064981 Medan

3. 2007-2010 : SMP Negeri 18 Medan

4. 2010-2013 : SMA Negeri 12 Medan

5. 2013-Sekarang : Fakultas Keperawatan USU

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara

Vous aimerez peut-être aussi