Vous êtes sur la page 1sur 11

HORMON PENGATUR KESEIMBANGAN SEL DARAH MERAH &

PUTIH
Disusun untuk memenuhi mata kuliah BIOKIMIA

Dosen Pengampu: Lamia Diang Mahalia., M.PH., Apt

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4

 AKHMAD RIVAI  ISMA AZIZAH


(PO. 62.20.1.15.111) (PO.62.20.1.15.127)
 CANDIKA  NABILAH AULIA SAKINAH
(PO.62.20.1.15.115) (PO.62.20.1.15.132)
 DIDI SAPUTRA  SRI YANTI
(PO.62.20.1.15.12.119) (PO.62.20.1.15.141)
 HARIYANTOE MALIANA  YELIA YULIANA
(PO.62.20.1.15.123) (PO.62.20.1.15.12.146)
 RIKI
(PO.62.201.15.137)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA

JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI DIV KEPERAWATAN REGULER II

2016

1|Page
Kata Pengantar

Dengan ini, kami panjatkan puji syukur atas rahmat Tuhan yang Maha Esa, karena
atas kasih karunia –Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Biokimia yang
membahas materi tentang Hormon Pengatur Keseimbangan Sel darah Merah dan Putih.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas dalam mata ajar Biokimia . Makalah ini
berisikan materi tentang pembahasan mengenai Hormon Pengatur Keseimbangan Sel darah
Merah dan Putih.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan untuk penyempurnaan makalah ini
kedepannya.

Palangka Raya, Mei 2016

Penyusun

2|Page
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Darah adalah suatu cairan tubuh yang kental berwarna merah. Volume darah pada
orang dewasa sehat ditentukan oleh jenius kelamin. Volume darah pada laki-laki
dewasa adalah 5 liter sedangkan pada perempuan dewasa agak lebih rendah, yaitu 4,5
liter. Nilai ini tidak mutlak, karena ditentukan oleh 2 hal. Pertama keseimbangan
antara ruang intra pembuluh darah (ruang intravaskuler) dengan ruang antarsel. Kedua
nilai tersebut tergantung kepada cara pengukuran. Terdiri dari dua yaitu sel darah
merah dan sel darah putih.

Sel darah merah merupakan sel terbanyak didalam darah. Karena sel ini
mengandung senyawa yang berwarna merah yaitu hemoglobin, fungsi utamanya
adalah mengikat dan membawa O2 dari paru-paru untuk diedarkan dan dibagikan ke
seluruh sel di berbagai jaringan. Sel darah putih adalah sel yang terdapat dalam darah
fungsi umum sel darah putih berbeda dengan sel darah merah. Umumnya berperan
dalam mempertahankan tubuh terhadap penyusupan benda asing yang mengancam
kelangsungan hidup.

Hormon yang mengatur produksi sel darah merah adalah hormon Eritropoietin,
sementara factor pertumbuhan lainnya (misal, granulocyte colony-stimulating factor
dan granulocyte-macrophage colony stimulating factor) mengatur produksi sel darah
putih. Berdasarkan kenyataan inilah kami tertarik untuk membahas Hormon sel darah
merah yaitu eritopoietin, dan fungsi sel darah putih

3|Page
B. Manfaat
1. Perawat mengetahui dan memahami mengenai hormon pengatur sel darah merah
dan putih
2. Perawat mengetahui mengenai fungsi hormon sel darah merah dan putih dalam
tubuh
3. Perawat mengetahui dan memhami mengenai peranan hormon sel darah merah dan
putih dalam metabolisme.

4|Page
BAB II

TINJUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
1. Sel Darah Merah (Eritrosit)
Sel darah merah, eritrosit (bahasa Inggris: red blood cell (RBC), erythrocyte)
adalah jenis sel darah yang paling banyak dan berfungsi membawa oksigen ke
jaringan-jaringan tubuh lewat darah dalam hewan bertulang belakang. Bagian dalam
eritrosit terdiri dari hemoglobin, sebuah biomolekul yang dapat mengikat oksigen.
Hemoglobin akan mengambil oksigen dari paru-paru dan insang, dan oksigen akan
dilepaskan saat eritrosit melewati pembuluh kapiler. Warna merah sel darah merah
sendiri berasal dari warna hemoglobin yang unsur pembuatnya adalah zat besi (Fe)
Pada manusia, sel darah merah dibuat di sumsum tulang belakang, lalu
membentuk kepingan bikonkaf. Di dalam sel darah merah tidak terdapat nukleus. Sel
darah merah sendiri aktif selama 120 hari sebelum akhirnya dihancurkan.

2. Sel Darah Putih (Leukosit)

Sel darah putih, leukosit (bahasa Inggris: white blood cell, WBC, leukocyte)
adalah sel yang membentuk komponen darah. Sel darah putih ini berfungsi untuk
membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem
kekebalan tubuh. Sel darah putih tidak berwarna, memiliki inti, dapat bergerak secara
amoebeid, dan dapat menembus dinding kapiler/diapedesis. Dalam keadaan
normalnya terkandung 4x109 hingga 11x109 sel darah putih di dalam seliter darah

5|Page
manusia dewasa yang sehat - sekitar 7000-25000 sel per tetes. Dalam setiap milimeter
kubik darah terdapat 6000 sampai 10000(rata-rata 8000) sel darah putih. Dalam kasus
leukemia, jumlahnya dapat meningkat hingga 50000 sel per tetes.

Di dalam tubuh, leukosit tidak berasosiasi secara ketat dengan organ atau jaringan
tertentu, mereka bekerja secara independen seperti organisme sel tunggal. Leukosit
mampu bergerak secara bebas dan berinteraksi dan menangkap serpihan seluler,
partikel asing, atau mikroorganisme penyusup. Selain itu, leukosit tidak bisa
membelah diri atau bereproduksi dengan cara mereka sendiri, melainkan mereka
adalah produk dari sel punca hematopoietic pluripotent yang ada pada sumsum
tulang.

Ada beberapa jenis sel darah putih yang disebut granulosit atau sel polimorfonuklear
yaitu:

 Basofil.
 Eosinofil.
 Neutrofil.

Dan dua jenis lain tanpa granula dalam sitoplasma:

 Limfosit.
 Monosit.

B. JENIS HORMON SEL DARAH MERAH DAN PUTIH

1. Sel Darah Merah

6|Page
Sel darah merah merupakan sel yang sangat sederhana jika dilihat dari struktur serta
fungsinya, dan pada hakekatnya terdiri dari larutan pekat hemoglobin yang dikelilingi
oleh membrane. Produksi sel darah merah diatur oleh hormon Eritropoietin.

a. Hormon Eritropoeitin
Eritropoietin adalah hormon glikoprotein yang terutama dihasilkan oleh
sel-sel interstisium peritubulus ginjal, dalam respon terhadap kekurangan
oksigen (hipoksia) atas bahan globulin plasma, untuk digunakan oleh sel-sel
induk sumsum tulang dan meningkatkan produksi eritrosit. Hipoksia
meningkatkan produksi hormon Epo sedangkan hiperoksia menurunkan
hormon Epo dan menurunkan produksi eritrosit. Epo bersirkulasi dalam
plasma dan mengikat reseptor spesifik di sel-sel progenitor eritrosit sehingga
berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel darah merah. Tujuan produksi
eritropoetin adalah untuk menjaga massa sel darah merah yang optimal dalam
kondisi fisiologis.
Produksi eritropoetin (Epo) dikendalikan di level transkripsional, dan
hipoksia merupakan satu-satunya regulator fisiologis untuk ekspresi gen
eritropoetin. Eritropoetin diproduksi terutama oleh ginjal dan dilepaskan
kedalam aliran darah sebagai respon terhadap hipoksia. Dari dalam darah,
eritropoeitin akan menuju ke sumsum tulang. Selain itu produksi eritropoietin,
sebagian kecil diproduksi di hati, tetapi semua sel pada dasarnya memiliki
kemampuan mentranskripsi gen Epo dalam kondisi hipoksia. Produksi Epo di
ginjal bersifat terus-menerus (konstitutif) dan maksimal, sehingga peningkatan
produksi eritropoetin membutuhkan transkripsi gen Epo di sel-sel lain.
Produksi Epo oleh hepatosit bersifat proporsional terhadap stimulus hipoksik.
Pada konsentrasi O2 sangat rendah (7,5%), hati berkontribusi sebesar 33%
dari total Epo di sirkulasi.

7|Page
C. FUNGSI
1. Sel Darah Merah
a. Fungsi Hormon Eritropoetin
Eritropoiesis adalah proses pembentukan eritrosit yang terjadi di
sumsum tulang hingga terbentuk eritrosit matang dalam darah tepi yang
dipengaruhi dan dirangsang oleh hormon eritropoietin. Eritropoietin
berfungsi menstimulasi sumsum tulang untuk memproduksi sel darah,
terutama sel darah merah. Tanpa eritropoeitin, sumsum tulang pasien
penyakit hepar atau ginjal tidak dapat memproduksi sel darah merah. Selain
itu eritropoeitin juga berfungsi mempercepat produksi eritrosit pada semua
stadium terutama saat sel induk membelah diri dan proses pematangan sel
menjadi eritrosit. Di samping mempercepat pembelahan sel, eritropoietin
juga memudahkan pengambilan besi (Fe), mempercepat pematangan sel dan
memperpendek waktu yang dibutuhkan oleh sel untuk masuk dalam sirkulasi.
Penurunan penyaluran O2 ke ginjal merangsang ginjal darah untuk
mengeluarkan hormon eritropoietin ke dalam darah, dan hormon ini
kemudian merangsang eritropoiesis di sumsum tulang. Eritropoietin bekerja
pada turunan sel-sel bakal yang belum berdiferensiasi yang telah
berkomitmen untuk menjadi sel darah merah, yaitu merangsang proliferasi
dan pematangan mereka.

b. Fungsi Sel Darah Merah


Fungsi utama sel darah merah ialah mengikat dan membawa O2 dari paru-
paru untuk di edarkan dan dibagikan ke seluruh sel di berbagai jaringan.

2. Sel Darah Putih


Granulosit dan Monosit mempunyai peranan penting dalam perlindungan
tubuh terhadap mikroorganisme. dengan kemampuannya sebagai fagosit (fago-
memakan), mereka memakan bakteria hidup yang masuk ke sistem peredaran
darah. melalui mikroskop adakalanya dapat dijumpai sebanyak 10-20
mikroorganisme tertelan oleh sebutir granulosit. pada waktu menjalankan fungsi
ini mereka disebut fagosit. dengan kekuatan gerakan amuboidnya ia dapat

8|Page
bergerak bebas di dalam dan dapat keluar pembuluh darah dan berjalan
mengitari seluruh bagian tubuh. dengan cara ini ia dapat:

Mengepung daerah yang terkena infeksi atau cidera, menangkap organisme hidup
dan menghancurkannya, menyingkirkan bahan lain seperti kotoran-kotoran,
serpihan-serpihan dan lainnya, dengan cara yang sama, dan sebagai granulosit
memiliki enzim yang dapat memecah protein, yang memungkinkan merusak
jaringan hidup, menghancurkan dan membuangnya. dengan cara ini jaringan
yang sakit atau terluka dapat dibuang dan penyembuhannya dimungkinkan

Sebagai hasil kerja fagositik dari sel darah putih, peradangan dapat
dihentikan sama sekali. Bila kegiatannya tidak berhasil dengan sempurna, maka
dapat terbentuk nanah. Nanah berisi "jenazah" dari kawan dan lawan - fagosit
yang terbunuh dalam kinerjanya disebut sel nanah. demikian juga terdapat banyak
kuman yang mati dalam nanah itu dan ditambah lagi dengan sejumlah besar
jaringan yang sudah mencair. dan sel nanah tersebut akan disingkirkan oleh
granulosit yang sehat yang bekerja sebagai fagosit.

D. PERANAN HORMON DALAM METABOLISME


1. Hormon Eritropoeitin Pada Sel Darah Merah

Sampai saat ini peranan eritropoietin (EPO) telah banyak dikenal dalam sisi
hematologik yaitu dalam meningkatkan pembentukan sel darah merah melalui
rangsangan terhadap proses eritropoiesis. Saat ini penjelajahan kemampuan EPO
semakin berkembang diantaranya adalah peranannya di dalam otak sebagai
neuroprotektor. EPO meningkatkan produksi sel-sel darah merah dan bisa
mengurangi ketergantungan akan transfusi darah. Namun EPO tidak ditujukan
untuk menggantikan transfusi emergensi.

Hormon ini bersirkulasi sepanjang aliran darah menuju sumsum tulang dan
menstimulasi produksi sel darah merah. Bila terjadi gagal ginjal, maka produksi
EPO terhenti. Akibatnya produksi sel darah merah pun turut berkurang yang bisa
berujung pada anemia parah.

9|Page
Meski pengetahuan tentang fungsi eritropoietin itu telah lama diketahui,
namun keberadaannya sebagai agen terapi untuk mengatasi gangguan produksi
darah merah belum begitu lama dikenal. Bayangkan saja, berdasarkan percobaan
transfusi pada kelinci, eksistensi suatu faktor humoral yang mengatur produksi sel
darah merah telah sukses dipostulasikan pada 1906. Namun sampai dengan 1950,
faktor eritropoietik ini masih belum terindentifikasi. Sepuluh tahun kemudian
baru diketahui bahwa faktor ini bersumber dari ginjal.

Setelah sekian lama penelitian dilakukan, barulah pada 1977, T. Miyake, C. K.


Kung dan E. Goldwasser dari University of Chicago berhasil memurnikan EPO
dari urin manusia. Sejak saat itu, eritropoietin yang berasal dari protein asli
manusia ini mulai digunakan secara terbatas dalam eksperimen untuk mengobati
pasien anemia. Dan, seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran, pada 1983 pengodean gen EPO sukses diidentifikasi. Alhasil, EPO
pun bisa diproduksi secara masal dengan menggunakan teknologi DNA
rekombinan pada kultur sel mamalia.

Sekarang, hormon yang juga dikenal dengan sebutan hematopoietin atau


hemopoietin ini diidentifikasi sebagai suatu glikopritein dengan masa molekul
sekitar 30.000 Dalton. Hormon ini memiliki 165 rantai asam amino dengan 4 sisi
rantai oligosakarida. Di samping itu, indikasi penggunaannya pun turut
berkembang. Kini, EPO tak hanya digunakan untuk mengatasi anemia pada
pasien
gagal ginjal kronis, namun juga untuk anemia pada pasien yang menjalani
kemoterapi dan antisipasi kehilangan darah pada pembedahan.

Pada prinsipnya, terapi EPO pada pasien tersebut bertujuan untuk


meningkatkan produksi sel darah merah dan mengurangi kebutuhan akan
transfusi darah. Namun, EPO tidak ditujukan untuk pasien dengan anemia parah
yang membutuhkan koreksi secepatnya. EPO tidak ditujukan untuk mengantikan
transfusi emergensi.

10 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Sadikin, Mohamad. 2001. Biokimia Darah. Jakarta: Widya Medika

Mary, Baradero. Mary Wilfrid Dayrit, dkk. 2005. Klien Gangguan Ginjal. Jakarta:
EGC

Robert K. Murray, Daryl K. Granner, dkk. 2001. Biokimia Harper Edisi 25. Jakarta:
EGC

(http://www.kalbemed.com/Portals/6/07_224Eritropoetin%20dan%20Penggunaan%20Eritropoetin
%20pada%20Pasien%20Kanker%20dengan%20Anemia.pdf , Online) (diakses tanggal 28 mei
2016)

(https://id.wikipedia.org/wiki/Sel_darah_putih , Online) (diakses tanggal 28 mei 2016)

(https://id.wikipedia.org/wiki/Sel_darah_merah , Online) (diakses tanggal 28 mei 2016)

(https://www.academia.edu/9012400/Memahami_dan_Menjelaskan_Eritropoesis , Online)
(diakses tanggal 28 mei 2016)

11 | P a g e

Vous aimerez peut-être aussi