Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
OPTIMAPREP
BATCH I UKDI 2015
Dr. Widya, Dr. Cemara, Dr. Yolina, Dr. Retno, Dr. Hendra, Dr. Ayu
OFFICE ADDRESS:
Jl padang no 5, manggarai, setiabudi, jakarta
selatan Medan :
(belakang pasaraya manggarai) Jl. Setiabudi no. 65 G, medan P
phone number : 021 8317064 Hone number : 061 8229229
pin BB 2A8E2925 Pin BB : 24BF7CD2
WA 081380385694 www.Optimaprep.Com
Ilmu Penyakit
Dalam
1. Hepatitis Virus Akut
Diagnosis hepatitis akut berdasarkan
keluhan atau gejala dan gambaran
laboratorium seperti:
Hepatitis A: IgM HAV +
Hepatitis B: HBsAg +, IgM anti HBc +
Hepatitis C: anti HCV +
Hepatitis D: HbsAg +, IgM anti HDV +
Hepatitis E: IgM anti HEV +
2. Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang terjadi oleh
karena jumlah zat besi di dalam tubuh berkurang. Pada
wanita muda sering terdapat defisiensi besi tanpa anemia.
Penyebab defisiensi zat besi adalah asupan yang kurang,
ekskresi berlebihan, dan gangguan absorbsi zat besi.
Gambaran klinis anemia defisiensi besi adalah: anemia,
koilonikia, stomatitis angularis, sindroma Plummer Vinson,
Gastritis, dan ozaena.
Kelainan laboratorium meliputi anemia hipokrom, mikrositer,
anisositosis, poikilositosis, dan retikulosit rendah.
Pada pemeriksaan sumsum tulang terdapat hiperplasia
nrmoblastik dan pengecatan besi negatif.
Pemeriksaan kimia darah didapatkan SI rendah (< 15 mcg),
TIBC meningkat ( > 500 mcg), feritin rendah (< 12 mcgr), dan
saturasi besi rendah (<16%)
Tatalaksana anemia defisiensi
besi
Memberikan diet yang kaya kalori, protein, dan zat
besi
Memberikan preparat besi:
Preparat besi oral: Sulfas ferrous 4x1 tablet dan
dilanjutkan 4-6 bulan sesudah Hb normal. Efek samping
yang didapatkan adalah nyeri epigastrium, konstipasi,
dan diare
Pemberian preparat besi parenteral hanya dianjurkan
pada penderita yang mengalami intoleransi
gastrointestinal berupa mual dan muntah. Preparat besi
parenteral yang lazim digunakan adalah Inferon,
Jectofer, dan Venofer
Atasi penyebab kausa
3. Alur Diagnosis TB
4. Reaksi Adversi terhadap
Obat
Reaksi yang tidak terkait langsung dengan efek obat
Reaksi psikogenik
Reaksi koinsidental
Reaksi yang terkait langsung dengan efek obat
Reaksi adversi yang dapat terjadi pada semua orang
Overdosis: keracunan obat
Efek samping
Efek sekunder
Interaksi obat
Reaksi adversi yang hanya terjadi pada orang yang
memiliki bakat
Intoleransi
Reaksi idiosinkrasi
Reaksi alergi
Reaksi Pseudoalergi
Per definisi reaksi adversi
Overdosis atau keracunan obat: efek toksik suatu obat terkait
langsung dengan konsentrasi lokal atau sistemik obat
tersebut di dalam tubuh. Biasanya dapat diprediksi
berdasarkan hasil uji coba pada binatang dan akan timbul
pada setiap orang bila batas nilai ambang toksiknya dilewati.
Efek samping adalah reaksi adversi terhadap obat yang
paling sering dijumpai. Dipandang dari sudut pengobatan,
efek samping obat sebenarnya tidak dikehendaki namun
tidak dapat dihindarkan karena merupakan efek
farmakologis obat yang diberikan dalam dosis normal.
Efek sekunder tidak terkait secara langsung dengan
farmakologis utama obat dan dapat dianggap sebagai
sesuatu yang secara alamiah terjadi sebagai konsekuensi
pemberian obat. Contoh: pemberian antibiotika dapat
menginduksi pelepasan antigen mikrobial dan endotoksin
dari kuman mati.
Interaksi obat pada umumnya modifikasi efek suatu obat
oleh obat lain yang kebetulan diberikan sebelumnya atau
bersama-sama.
Intoleransi adalah timbulnya efek farmakologis yang
khas dari suatu obat pada penderita tertentu
meskipun diberikan dalam dosis yang kecil.
Reaksi idiosinkrasi adalah respons tidak terduga
terhadap suatu obat yang secara kualitatif abnormal
dan berbeda dari efek farmakologis obat tersebut.
Reaksi ini tidak melibatkan mekanisme imunologis.
Reaksi alergi terhadap obat hanya terjadi pada
sekelompok penderita tertentu merupakan reaksi
tidak terduga yang secara kuantitatif abnormal dan
melalui mekanisme imunologis. Mekanisme imunologis
dapat dibuktikan dengan adanya antibodi spesifik,
limfosit T tersensitisasi atau keduanya.
Reaksi pseudoalergi adalah reaksi sistemik tipe segera
yang disebabkan oleh pelepasan mediator sel mast
melalui mekanisme yang tidak melibatkan IgE.
Manifestasi klinisnya sangat menyerupai reaksi yang
dimediasi oleh IgE.
5. Anion gap
Anion gap adalah selisih dari kation terukur dengan anion
terukur.
Kation terukur biasanya terdiri dari ion natrium dan kalium,
sedangkan anion terukur terdiri ion klorida dan bikarbonat.
Kalium biasanya konsentrasinya sangat rendah jadi sudah
disetujui untuk dihilangkan dari perhitungan anion gap.
Rumus perhitungan anion gap Na+ - [Cl- + HCO3-].
Normal anion gap 3-11 mEq/L
Kegunaan klinis adalah untuk menentukan etiologi asidosis
Pada anion gap lebih tinggi dari normal maka terdapat indikasi
meningkatnya anion yang tidak terukur seperti ketoacid
ataukehilangan bikarbonat tanpa disertai peningkatan ion klorida
Anion gap normal pada asidosis adalah adanya penurunan ion
bikarbonat disertai peningkatan ion klorida. Keadaan ini sering
disebut hiperkloremik asidosis.
Anion gap yang rendah paling sering disebabkan oleh
hipoalbuminemia. Albumin adalah protein bermuatan negatif dan
kehilangan albumin menyebabkan retensi terhadap klorida dan
bikarbonat. Anion gap meningkat 2.5-3 mEq untuk tiap penurunan
albumin 1 g/dL
6. Pankreatitis akut
Merupakan suatu keradangan pada pankreas yang dapat
menyebabkan kematian dan merupakan kasus gawat
darurat.
Tatalaksana pankreatitis akut bergantung pada derajat
keparahan klinis pada pasien.
Diagnosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisis, dan
pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan radiologis hanya
dilakukan jika klinis tidak jelas atau diagnosis meragukan.
Gejala klinis utama yang terjadi pada pankreatitis akut
adalah nyeri abdomen yang memiliki karakteristik
mendadak, perlahan meningkat intensitasnya dan dapat
menjadi terus menerus. Nyeri dapat terasa hingga
punggung. Mual muntah, riwayat operasi pada saluran
empedu dan konsumsi alkohol harus digali karena
merupakan faktor risiko.
Komplikasi: Akut
abdomen dan segala Cullen‘s
komplikasinya Sign
Tatalaksana: Puasa
total, jaga status hidrasi
pasien, gunakan
analgesik untuk
mengontrol nyeri.
Antibiotik umumnya
tidak diperlukan.
Cari adanya penyebab
kausa dan segera obati
penyebab kausa.
7. ACS-
ACLS
8. Penyakit Ginjal Kronis
Definisi penyakit ginjal menurut NKF-K/DOQI adalah
adanya kerusakan ginjal selama ≥ 3 bulan dengan
dijumpainya adanya kelainan struktur atau fungsi ginjal
dengan atau tanpa penurunan GFR dengan
manifestasi adanya kelainan patologi atau petanda
kerusakan ginjal ATAU adanya GFR < 60
ml/menit/1,73m2 ≥ 3 bulan dengan atau tanpa
kerusakan ginjal.
Gejala penyakit ginjal timbul dari adanya kegagalan
fungsi ekskresi ginjal sehingga terjadi penumpukan
toksin, uremik, dan gangguan keseimbangan cairan,
elektrolit, dan asam basah DAN kegagalan fungsi
hormonal yaitu penurunan eritropoietin, vitamin D3
aktif, dan gangguan sekresi renin
Stadium Penyakit Ginjal Kronis
Tatalaksana Penyakit Ginjal
Kronis
Atasi penyakit dasar
Pengendalian Kesembangan air dan garam
Diet rendah protein dan tinggi kalori
Pengelolaan hipertensi
Pengendalian gangguan keseimbangan
elektrolit dan asam basa
Pencegahan dan Pengobatan osteodistrofi
renal
Pengobatan gejala uremik spesifik
Pengobatan dan deteksi infeksi
Penyesuaian dosis obat
Deteksi dan Pengobatan Komplikasi
Persiapan dialisis dan transplantasi
Indikasi Hemodialisis
Indikasi dilakukannya hemodialisis adalah:
Ensefalopati uremik
Perikarditis atau pleuritis
Neuropati perifer progresif
Osteodistrofi renal progresif
Hiperkalemia refrakter
Sindroma overload cairan
Infeksi yang mengancam jiwa
sosial
9. Osteoartritis
Osteoartritis adalah suatu sindom klinis akibat perubahan
struktur rawan sendi dan jaringan sekitarnya yang ditandai
dengan menipisnya kartilago secara progresif yang disertai
dengan pembentukan tulang baru pada trabekula
subkondral dan pada tepi sendi (osteofit)
Faktor risiko: usia, kegemukan, pembebanan sendi
berlebihan, rauma, kelainan lokal sendi lutut seperti genu
varum, genu valgus, congenital hip dislocation, dan
displasia acetabulum
Gejala sendi adalah nyeri sendi yang meningkat bila untuk
aktivitas disertai kaku sendi yang tidak lebih dari ½ jam dan
disebabkan oleh istirahat lama dan terdengar bunyi
cracking atau krepitasi saat digerakkan.
Pada palpasi didapatkan sendi yang membesar disertai
kelemahan otot periartikuler.
Sumber: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Pathogenesis
com/article/1348767-
overview#a0112
2. Contiguous
Malaise
Letargi
focus of Iritabilitas
Dermoid Cyst
Lipoma
32. Tetanus
Itis found worldwide in soil, in inanimate
environment, in animal faeces & occasionally
human faeces.
An anaerobic, motile, gram positive rod that forms
oval, colourless, terminal spores – tennis racket or
drumstick shape.
Stadium Tetanus
Tatalaksana Tetanus
National Immunization Program
Centers for Disease Control and
Prevention. Revised March 2002
34.Rabies _care/index.html
Purified Chick Embryo Cell Vaccine (PCEC) Human Diploid Cell Vaccine (H
Rabies
Envelope virus ini
antara lain
mengandung lipid
dapat larut oleh eter
virus rabies mudah
diinaktivasi dengan
lipid solvent
air sabun 20%
eter
35. Pemeriksaan Penunjang Ca Colon
• Barium Enema
• Barium enema dimasukkan,
akan terlihat gambaran apple
core
• Double contrast barium
enema (DCBE):
• Barium enema dimasukkan,
diikuti dengan pemasukan
udara untuk
mengembangkan colon.
Hasilnya adalah lapisan tipis
dari barium akan meliputi
dinding sebelah dalam dari
colon yang akan terlihat pada
hasil pemeriksaan sinar X.
36. Dis.Bahu
(D.Glenohumeralis)
Keluarnya caput humerus dari
cavum gleinodalis
Etio : 99% trauma
Pembahagian
1. Dis. Anterior (98 %)
2. Dis.Posterior (2 %)
3. Dis. Inferior
Mekanisme Trauma
1. Puntiran sendi bahu tiba-tiba
2. Tarikan sendi bahu tiba-tiba
3. Tarikan & puntiran tiba-tiba
Dislokasi Anterior
Lengkung (contour) bahu berobah,
Rontgen Foto
CT Scan
Penanganan
Reduction, as quickly and gently as possible
1. Tarikan langsung
1. Teknik Traksi & Teknik Counter traksi
2. Teknik Hippokrates
2. Teknik Milch
3. Teknik Kocher
1.Teknik Tarikan langsung
Reposisi dengan penarikan langsung
Teknik Hipokrates
Penderita tidur telentang
Tangan ditarik dan kaki mendorong
diketiak
Teknik Traksi & Kounter Traksi
Penderita duduk
Tangan ditarik kebawah dan ketiak
ditarik keatas
Keduanya sangat traumatis n axilaris
2.Teknik Sesuai Arah Trauma
Teknik Stimson
Reposisi oleh berat tangan & gravitasi
Telungkup dipinggir meja, Beban 2,5
kg selama 15- 20 min
Teknik Milch
Teknik Kocher
Komplikasi
1. Ggn ligament & kapsul sendi
4. Habitual Dislocation
http://www.learningradiology.com
Galleazzi Fracture
Fraktur distal radius
dan dislokasi sendi
radio-ulna ke arah
inferior
Like Monteggia
fracture if treated
conservatively it will
redisplace
This fracture appeared
in acceptable position
after reduction and
POP
http://www.learningradiology.com
38. Greenstick Fracture
• A Greenstick fracutre is a
fracture that is incomplete,
where the bone is bent
• Pada fraktur ini, hanya
bagian terluar tulang yang
patah/retak, bagian tulang
yang lain membengkok
untuk mengakomodasi
gaya dari luar
• Biasanya pada anak-anak
atau bayi
Greenstick Fractures
http://www.learningradiology.com
http://www.merckmanuals.com/professional/injuries_poisoning/fr
actures_dislocations_and_sprains/fractures.html
39. The Breast
Tumors Onset Feature
Breast cancer 30- Invasive Ductal Carcinoma , Paget’s disease (Ca
menopause Insitu), Peau d’orange , hard, Painful, not clear
border, infiltrative, discharge/blood, Retraction of
the nipple,Axillary mass
Fibroadenom < 30 years They are solid, round, rubbery lumps that move
a mammae freely in the breast when pushed upon and are
usually painless.
Fibrocystic 20 to 40 years lumps in both breasts that increase in size and
mammae tenderness just prior to menstrual
bleeding.occasionally have nipple discharge
Mastitis 18-50 years Localized breast erythema, warmth, and pain.
May be lactating and may have recently
missed feedings.fever.
Philloides 30-55 years intralobular stroma . “leaf-like”configuration.Firm,
Tumors smooth-sided, bumpy (not spiky). Breast skin
over the tumor may become reddish and warm
to the touch. Grow fast.
Duct 45-50 years occurs mainly in large ducts, present with a
Papilloma serous or bloody nipple discharge
Mastalgia: Fibrocystic Disease
Differential Fibrocystic disease
Diagnosis: Premenopausal women
Cyclic Premenstrual breast
Cyclic mastalgia swelling/tenderness
Fibrocystic disease Nodules/masses/lumps
Non-cyclic related to dense breast
Mastitis
tissue or cysts
Hormone replacement
therapy
Ductal ectasia
Inflammatory breast
cancer
Extramammary (non-
breast) pain
40. Inhalation Injury
• Antisipasi gangguan respirasi pada korban luka bakar
yang memiliki luka di :
– Kepala, wajah, atau dada
– Rambut hidung, atau alis terbakar
– Suara serak, takipnea atau keluar air liur yang
banyak(pasien kesulitan untuk menelan air liur)
– Kehilangan kesadaran di lokasi kejadian
– Mukosa Nasal atau Oral berwarna merah atau kering
– Jelaga pada mulut atau hidung
– Batuk dengan sputum kehitaman
– Lokasi kebakaran yang tertutup atau terdapat
riw.terperangkap
• Semua pasien yang terperangkap dalam api memiliki
kemungkinan keracunan CO atau mengalami hipoksia
Inhalation Injury
Supraglottic Injury • Subglottic Injury
– Jarang terjadiRare injury
Terjadi pada
– Menandakan kemungkinan
kebakaran dengan kerusakan pada parenkim
suhu yang tinggi paru
Dapat langsung – Usually due to superheated
mengakibatkan steam, aspiration of
scalding liquid, or inhalation
edema faring dan of toxic chemicals
laring – Bisa langsung
Brassy cough menyebabkan edema, tapi
Stridor biasanya terjadi lebih
ambat
Suara serak • Wheezing or Crackles
Carbonaceous sputum • Productive cough
Facial burns • Bronchospasm
Inhalation Injury Management
• Airway, Oxygenation and
Ventilation • Circulation
– Penilaian awal dan sering
terhadap edema jalan napas
– Tatalaksana syok
– Pertimbangkan Intubasi awal – IV Access
dengan RSI(rapid sequence • LR/NS large bore,
intubation)Ventilator multiple IVs
• Inflamasi dari • Titrate fluids to
alveolimengurangi oxigenasi
maintain systolic BP
– Bila terdapat keragu-raguan and perfusion
oxygenate and ventilate
– High flow oxygen – Avoid MAST/PASG
– Bronkodilator dapat
dipertimbangkan bila terdapat
bronkospasm
– Diuretik tidak sesuai untuk
pulmonary edema
41. BLADDER CANCER
Symptoms
The second most Hematuria
common 80% of patients present
with gross, painless
genitourinary hematuria
20% of patients present
neoplasm
solely with microscopic
hematuria.
The peak Dysuria and irritative
incidence: 50 to up to 30% of patients—
especially those with
70 years old carcinoma in situ
Upper urinary tract
Male-to-female
obstruction
predominance of rare on initial presentation
a sign of advanced
almost 3:1.
disease in 50% of cases.
Diagnosis
Hematuria
Intravenous urography (IVU)
Radiolucent filling defect
Urinary cytology
voided urinary cytology is not particularly
sensitive, but selective cytology and brush
biopsy specimens are usually positive for
carcinoma.
CT or MRI
Staging and evaluating regional lymph
nodes.
Cystoscopy
all patients suspected of having bladder
cancer should have careful cystoscopy and
bimanual examination. Abnormal areas
should be biopsied.
Clinical Stage
optimized by optima
42. GANGLION Cyst
Kista
ganglion
merupakan tumor
yang sangat sering
muncul pada tangan
dan pergelangan
tangan
Timbul pada daerah
yang berdekatan
dengan sendi atau
tendon.
Lokasi tersering:
pergelangan tangan
(top of the wrist)
American Society for
Surgery of the Hand •
www.handcare.org
Diagnosis
Berdasarkan lokasi dari tumor dan
penampakannya
Karakteristik
Bulat atau oval
Lunak atau kenyal(oft or firm)
Nyeri saat terkena tekanan, contohny
pada saat menggenggam.
Transillumination +
43. Syok Anafilaktik
www.resus.org.uk/page
s/reaction.pdf.2012.
Virchow Triads:
(1) venous stasis
(2) activation of blood coagulation
(3) vein damage
http://www.medical-explorer.com/blood.php?022
Patient with suspect symptomatic
Acute lower extremity DVT
No
pregnancy LMWH
OPD LMWH
hospitalisation + warfarin
UFH
Compression treatment
Color duplex scan of DVT
Needle Decompression
Tandai sela iga 2-3 garis
midklavikularis
Asepsis-antisepsis
Tusukkan jarum ( 14G atau
lebih besar) diatas iga ke 3
(saraf, arteri, vena berjalan
di sepanjang bag.bawah
iga)
Lepaskan Stylette dan
dengarkan adanya suara
udara yang keluar
Place Flutter valve over
catheter
Reassess for Improvement
http://emedicine.medscape.com/ Saat darah semakin banyak, akan
Rongga pleura terisi oleh darah menimbulkan tekanan pada jantung dan
pembuluh darah besar di rongga dada
Treatment for
Hemothorax
• ABC‘s dengan c-spine control sesuai
indikasi
• Amankan Airway dengan bantuan
ventilasi bila dibutuhkan
• Atasi syok karena kehilangan darah
• Pertimbangkan posisi LLD bila tidak di
kontraindikasikan
• Transport Secepatnya
• Memberitahukan RS dan unit trauma
secepatnya
• Needle decompressionBila ada indikasi
• Chest tubesegera setelah pasien stabil Upright chest radiograph:
blunting at the costophrenic
angle or an air-fluid interface
http://emedicine.medscape.com/
Open Pneumothorax
Inhale Th/ :
• ABC‘s dengan c-spine
Inhale control sesuai indikasi
• Oksigen aliran
tinggibag valve mask
• Suara napas berkurang
pada dada yang
terkena
• Pasang occlusive
dressing pada luka
Luka pada dinding dada • Memberitahukan RS
menyebabkan paru kolaps karena dan unit trauma
peningkatan tekanan pada rongga secepatnya
pleura
Dapat mengancam jiwa dan
memburuk dengan cepat
Occlusive
http://www.cssolutions.biz
dressing
http://emedicine.medscape.com/article
/433779 Flail chest:
• Beberapa tulang iga
FLAIL CHEST • Beberapa garis fraktur
pada satu tulang iga
Treatment
ABC‘s dengan c-spine control sesuai indikasi
Analgesik kuat
intercostal blocks
Hindari analgesik narkotik
Ventilation membaik tidal volume meningkat, oksigen
darah meningkat
Ventilasi tekanan positif
Hindari barotrauma
Chest tubes bila dibutuhkan
Perbaiki posisi pasien
Posisikan pasien pada posisi yang paling nyaman dan
membantu mengurangi nyeriPasien miring pada sisi
yang terkena
Aggressive pulmonary toilet
Surgical fixation rarely needed
Rawat inap24 hours observasion
47. GIT Congenital Malformation
Disorder Clinical Presentation
http://en.wikipedia.org/wiki/ http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth
http://en.wikipedia.org/wiki/ aafp.org
48.Gastroskisis vs Omphalocele
• Gastroskisis
– Defek pada dinding anterior abdomen sehingga organ
abdomen dapat keluar melalui defek tersebut
– Tidak terdapat selaput yang melapisi dan ukuran defek
biasanya kurang dari 4 cm
– Defek pada dinding abdomen merupakan
persambungan antara umbilikus dengan kulit
– Hampir selalu terletak disebelah kanan dari umbilikus
– Usus yang keluar dapat mengalami inflamasi,edema
– Hal ini akan menentukan apakah reduksi dari usus
ersebut dan penutupan defek dapat langsung dilakukan
atau harus dilakukan dalam beberapa tahap
http://www.chop.edu/service/fetal-diagnosis-and-treatment/fetal-diagnoses/gastroschisis.html
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1514688/
Treatment:
• Pimary Closure
– Usus dikembalikan ke dalam rongga abdomen dan defek
langsung ditutup dalam satu kali operasi
– Bergantung pada:
• Perbandingan antara organ abdomen dan rongga abdomen
• Kondisi pasien
– Komplikasiterjadi bila dipaksakan untuk melakukan primary
closure
• Infeksi
• Abdominal compartment syndrome
– respiratory compromise
– hemodynamic compromise of intra-abdominal organshypoxia
– Structural or functional damage to the bowel
• Staged Closure
– Pendekatan bertahap untuk memperbaiki defekrata-rata 5
sampai 10 hari
– a spring-loaded silastic (silicone plastic) pouch placed around
the herniated bowel
– The bowel is slowly and gently pushed back down
into the abdomen over the course of a few days
– Surgical facial repair
http://neoreviews.aappublications.org/content/7/8/e419.full
• Omphalocele
– Tipe lain dari defek dinding abdomenusus, hati, dsn
terkadang organ lain tetap berada di luar abdomen
didalam sebuah kantong karena adanya defek pada
perkembangan otot dinding abdomen
– Melibatkan tali pusat(umbilical cord)
• Treatment:
– Operasi harus ditunda sampai bayi stabil, selama
selaput ompfalokel masih intak
– Small omphaloceles repaired immediately
– Larger omphaloceles require gradual reduction by
enlarging the abdominal cavity to accommodate the
intestinal contents
http://en.wikipedia.org/wiki
Treatment
• Semua kasus anak wajib
memperhatikan
• Jaga stabilitas air dan
elektrolit,
• asam basa
• dan suhu
http://neoreviews.aappublications.org/content/7/8/e419.full
Omphalocele
http://emedicine.medscape.com/article/ http://en.wikipedia.org/wi
Gejala
• Nyeri pada sendi panggul
• Tidak dapat berjalan atau
melakukan adduksi dari
kaki.
• The leg is externally
rotated, abducted, and
extended at the hip
netterimages.com
http://www.aaos.org/
TREATMENT
Survei primer (ABC) selalu didahulukan
Setelah pasien stabil dan
diamankanperiksa fraktur/dislokasi
yang dialami
Tatalaksana terpenting untuk fraktur dan
dislokasiPembidaian, terutama
sebelum transport
Tatalaksana Definitif Dislokasi
Sendi Panggul: Reposisi
Bila pasien tidak memiliki komplikasi lain:
Berikan Anestetic atau sedative dan manipulasi
tulang sehingga kembali pada posisi yang
seharusnya reduction/reposisi
Pada beberapa kasus, reduksi harus
dilakukan di OK dan diperlukan pembedahan
Setelah tindakan, harus dilakukan
pemeriksaan radiologis ulang atau CT-scan
untuk mengetahui posisi dari sendi.
http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=A00352
Anterior
reduction/reposition
Posterior reduction/reposition
52.
http://emedicine.medscape.com/article/152083-overview
Cardiac Tamponade
Gejala Pemeriksaan Fisik
Takipnea dan DOE, rest Takikardi
air hunger Hypotension shock
http://emedicine.medscape.com/article/152083-overview
Ilmu Kesehatan
Mata
53. ASTIGMATISME - DEFINISI
Ketika cahaya yang
masuk ke dalam
mata secara paralel
tiudak membentuk
satu titik fokus di
retina.
http://www.mastereyeassociates.com/Portals/60407/ima
Astigmatism, Walter Huang, OD. Yuanpei University: Department of Optometry ges//astigmatism-Cross_Section_of_Astigmatic_Eye.jpg
ASTIGMATISME
Kornea seharusnya berbentuk
hampir sferis sempurna (bulat)
pada astigmat kornea berbentuk
seperti bola rugby.
Bagian lengkung yang paling landai
dan yang paling curam
mengakibatkan cahaya
direfraksikan secara berbeda dari
kedua meridian mengakibatkan
distorsi bayangan
Kekuatan refraksi pada horizontal
plane memproyeksikan gambar/
garis vertikal.
Kekuatan refraksi pada vertical
plane memproyeksikan gambar/
garis horizontal.
The amount of astigmatism is equal
to the difference in refracting power
of the two principal meridians
http://www.improveeyesighthq.com/Corrective-Lens-Astigmatism.html
KLASIFIKASI :
ETIOLOGI
Astigmatisme korneal: When
the cornea has unequal curvature
on the anterior surface – 90% PLACIDO
penyebab astigmatisme bisa
dites dgn tes Placido
(keratoscope)
Astigmatisme lentikular: When
the crystalline lens has an
unequal on the surface or in its
layers
Astigmatigma total: The sum of
corneal astigmatism and Astigmatisme korneal akibat
lenticular astigmatism trauma pada kornea. Perhatikan
iregularitas bayangan placido
http://oelzant.priv.at/~aoe/images/galleries/narcism/med/hornha
Astigmatism, Walter Huang, OD. Yuanpei University: Department of Optometry utabrasion/
KLASIFIKASI : HUBUNGAN ANTAR BIDANG
MERIDIAN
• Kedua bidang meridian
utamanya saling tegak Kebanyakan kasus
lurus. (meredian di mana astigmatisme adalah
terdapat daya bias terkuat
dan terlemah di sistem astigmatisme reguler
optis bolamata). 3 tipe:
• Cth:
are with-the-rule
– jika daya bias terkuat
berada pada meredian against-the-rule
90°, maka daya bias oblique astigmatism
terlemahnya berada pada
meredian 180°
– Jika daya bias terkuat
berada pada meredian
45°, maka daya bias
terlemah berada pada
meredian 135°.
ASTIGMATISME IREGULER
With-The-Rule (WTR)
Astigmatism
Jika meredian vertikal
memiliki daya bias lebih kuat
dari pada meredian
horisontal.
The greatest refractive power is
within 030 of the vertical
meridian (i.e., between 060 and
120 meridians)
axis is between 0 and 30 or
150 and 180 degrees
Minus cylinder axis around
horizontal meridian
The most common type of
astigmatism based on the
orientation of meridians
Against-The-Rule
(ATR) Astigmatism
Jika meredian horisontal
memiliki daya bias lebih
kuat dari pada meredian
vertikal.
The greatest refractive
power is within 030 of the
horizontal meridian (i.e.,
between 030 and 150
meridians)
axis is between 60 and
120 degrees
Minus cylinder axis around
vertical meridian
ASTIGMATISME REGULER
Terdiri dari
MIXED ASTIGMATISM
astigmatisme miopikus simpleks
dan astigmatisme hipermetrop • When one of the principal meridians
simpleks is focused in front of the retina and
the other is focused behind the
retina (with accommodation relaxed)
SYMMETRICAL ASTIGMATISM
The principal meridians or Example
axes of the two eyes are OD: pl -1.00 x 175
symmetrical (e.g., both
OS: pl -1.00 x 005
eyes are WTR or ATR)
Ciri yang mudah Both eyes are WTR
dikenali adalah axis astigmatism, and the sum
cylindris mata kanan of the two axes equal
dan kiri yang bila approximately 180
dijumlahkan akan
bernilai 180° (toleransi
sampai 10-15°).
ASYMMETRICAL ASTIGMATISM
Typical stellate/rosette/flower-shaped
cortical lens opacity
56. KATARAK TRAUMATIK
Most common complication of Clinical features:
non-perforating and Cataract formation after non-
perforating injuries to the perforating injuries such as contusion
globe. or concussion may occur without
any damage to the lens capsule
Intraocular trauma by surgical
The cataract formation may be
instruments, lodged foreign slowly progressive or mature
body or intraocular filtration suddenly
tube is also a possible cause. It is not always easy to observe initial
Blefaritis Infeksi kelopak superfisial Terdapat krusta dan bila Salep antibiotik
superfisial yang diakibatkan menahun disertai (sulfasetamid dan
Staphylococcus dengan meibomianitis sulfisoksazol),
pengeluaran pus
http://emedicine.medscape.com/article
Neisseria Chlamydia
gonorrhoeae trachomatis
manifests in the first five 5 to 12 days after birth
days of life Mucopurulent discharge
marked bilateral purulent less inflamed eyelid
discharge swelling, chemosis, and
local inflammation
pseudomembrane
palpebral
formation
edema
Complication
Complication diffuse
epithelial edema and pneumonitis (range 2
ulceration, perforation of weeks – 19 weeks after
the cornea and delivery)
endophthalmitis Blindness rare and much
Gram-negative intracellular slower to menifest
diplococci on Gram stain caused by eyelid
Culture Thayer-Martin scarring and pannus
agar
Microscopic Findings
Etiology Findings
Chemical PMNs, few lymphocytes
Chlamydia PMNs, lymphocytes, plasma cells,
Leber cells, intracytoplasmic
basophilic inclusions
Bacteria PMNs, bacteria
Virus Lymphocytes, plasma cells,
multinucleated giant cells,
intranuclear eosinophilic inclusion
http://80.36.73.149/almacen/medicina/oftalmologia/enciclopedias/duane/pages/v4/v4c006.htm
l
KONJUNGTIVITIS GO
Neisseria gonorrhoeae Gram-negative
intracellular diplococci on Gram stain
Masa inkubasi: 1-7 hari
manifests in the first five days of life
Marked bilateral purulent discharge
local inflammation palpebral edema
Complication diffuse epithelial edema and
ulceration, perforation of the cornea and
endophthalmitis kebutaan
Culture Thayer-Martin agar
Topical erythromycin ointment and IV or IM
third-generation cephalosporin
Non-Infectious • Nasolacrimal duct obstruction may cause ‘sticky’ eyes.
• Corneal abrasion following trauma at delivery.
• Glaucoma (watch for corneal clouding or proptosis, is associated with portwine stains in the ophthalmic
region).
• Foreign body.
62. KATARAK-SENILIS
Katarak senilis adalah kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia di atas
50 tahun
Epidemiologi : 90% dari semua jenis katarak
Etiologi :belum diketahui secara pastimultifaktorial sehingga menimbulkan degenerasi
protein lensa
Faktor biologi, yaitu karena usia tua dan pengaruh genetik
Faktor fungsional, yaitu akibat akomodasi yang sangat kuat mempunyai efek buruk terhadap serabu-serabut
lensa.
Faktor imunologik
Gangguan yang bersifat lokal pada lensa, seperti gangguan nutrisi, gangguan permeabilitas kapsul lensa, efek
radiasi cahaya matahari.
Gangguan metabolisme umum
4 stadium: insipien, imatur (In some patients, at this stage, lens may become swollen due to
continued hydration ‗intumescent cataract‘), matur, hipermatur
Gejala : distorsi penglihatan, penglihatan kabur/seperti berkabut/berasap, mata tenang
Penyulit : Glaukoma, uveitis
Tatalaksana : operasi (ICCE/ECCE)
Bedah Katarak
Lensa intraokuler salah satu koreksi penglihatan
pasca operasi yang paling sering digunakan.
Tidak perlu melepaskan lensa kontak,
mengurangi serta mencegah distorsi lapang
pandang
Indikasi :
Pada katarak monokuler, hemiplegia, memerlukan
visus baik, manula
Kontraindikasi :
Tidak dapat dipasang pada gangguan endotel
kornea, glaukoma tidak terkontrol, rubeosis iridis,
uveitis berulang, retinopati diabetik proliferatif,
penderita yang senang lensa kontak atau kacamata
atau menolak dipasang
Ablatio suatu keadaan lepasnya retina sensoris dari epitel pigmen retina
retina (RIDE). Gejala:floaters, photopsia/light flashes, penurunan tajam
penglihatan, ada semacam tirai tipis berbentuk parabola yang
naik perlahan-lahan dari mulai bagian bawah hingga menutup
64. Konjungtivitis Alergi
Allergicconjunctivitis may be divided into 5
major subcategories.
Seasonal allergic conjunctivitis (SAC) and
perennial allergic conjunctivitis (PAC) are
commonly grouped together.
Vernal keratoconjunctivitis (VKC), atopic
keratoconjunctivitis (AKC), and giant papillary
conjunctivitis (GPC) constitute the remaining
subtypes of allergic conjunctivitis.
Konjungtivitis Atopi
Biasanya ada riwayat Terapi topikal jangka
atopi
Gejala + Tanda: sensasi
panjang: cell mast
terbakar, sekret mukoid stabilizer
mata merah, fotofobia Antihistamin oral
Terdapat papila-papila
halus yang terutama ada Steroid topikal jangka
di tarsus inferior pendek dapat
Jarang ditemukan papila meredakan gejala
raksasa
Karena eksaserbasi
datang berulanga kali
neovaskularisasi kornea,
sikatriks
KONJUNGTIVITIS VERNAL
Nama lain:
spring catarrh
seasonal conjunctivitis
warm weather conjunctivitis
Etiologi: reaksi hipersensitivitas bilateral (alergen sulit
diidentifikasi)
Epidemiologi:
Dimulai pada masa prepubertal, bertahan selama 5-
10 tahun sejak awitan
Laki-laki > perempuan
Paling sering pada Afrika Sub-Sahara & Timur Tengah
Temperate climate > warm climate > cold climate
(hampir tidak ada)
Vaughan & Asbury General Ophtalmology 17th ed.
Gejala & tanda:
Rasa gatal yang hebat,
dapat disertai fotofobia
Sekret ropy
Riwayat alergi pada
RPD/RPK
Tampilan seperti susu pada
konjungtiva
Gambaran cobblestone
(papila raksasa
berpermukaan rata pada
konjungtiva tarsal)
Tanda Maxwell-Lyons
(sekret menyerupai
benang &
pseudomembran fibrinosa
halus pada tarsal atas, • Komplikasi:
pada pajanan thdp • Blefaritis & konjungtivitis
panas) stafilokokus
Bercak Trantas (bercak
keputihan pada limbus
saat fase aktif penyakit)
Dapat terjadi ulkus kornea
superfisial
Vaughan & Asbury General Ophtalmology 17th ed.
Tatalaksana
Self-limiting
Jangka panjang &
Akut: prevensi sekunder:
Steroid topikal Antihistamin topikal
(+sistemik bila perlu), Stabilisator sel mast
Sodium kromolin 4%: sebagai
jangka pendek pengganti steroid bila gejala
mengurangi gatal sudah dapat dikontrol
(waspada efek Tidur di ruangan yang
samping: glaukoma, sejuk dengan AC
katarak, dll.) Siklosporin 2% topikal
(kasus berat & tidak
Vasokonstriktor responsif)
topikal Desensitisasi thdp antigen
Kompres dingin & ice (belum menunjukkan
pack hasil baik)
Vaughan & Asbury General Ophtalmology 17th ed.
Table. Major Differentiating Factors Between VKC and
AKC
Characteristics VKC AKC
Age at onset Generally presents at a younger age -
than AKC
Sex Males are affected preferentially. No sex predilection
Seasonal variation Typically occurs during spring months Generally perennial
Discharge Thick mucoid discharge Watery and clear discharge
Conjunctival - Higher incidence of
scarring conjunctival scarring
Horner-Trantas Horner-Trantas dots and shield ulcers Presence of Horner-Trantas
dots are commonly seen. dots is rare.
Corneal Not present Deep corneal
neovascularization neovascularization tends to
develop
Presence of Conjunctival scraping reveals Presence of eosinophils is
eosinophils in eosinophils to a greater degree in less likely
conjunctival VKC than in AKC
scraping
65. DAKRIOSISTITIS
Partial or complete obstruction of the nasolacrimal
duct with inflammation due to infection
(Staphylococcus aureus or Streptococcus B-
hemolyticus), tumor, foreign bodies, after trauma or
due to granulomatous diseases.
Clinical features : epiphora, acute, unilateral, painful
inflammation of lacrimal sac, pus from lacrimal
punctum, fever, general malaise, pain radiates to
forehead and teeth
Diagnosis : Anel test(+) :not dacryocystitis, probably
skin abcess; (-) or regurgitation (+) : dacryocystitis.
Swab and culture
Treatment : Systemic and topical antibiotic, irrigation
of lacrimal sac, Dacryocystorhinotomy
DAKRIOSISTITIS – ANATOMI DUKTUS LAKRIMALIS
Uji Anel
Evaluasi Sistem Lakrimal-Drainase Lakrimal :
Uji Anel : Dengan melakukan uji anel, dapat diketahui
apakah fungsi dari bagian eksresi baik atau tidak.
Cara melakukan uji anel :
Lebarkan pungtum lakrimal dengan dilator pungtum
Isi spuit dengan larutan garam fisiologis. Gunakan jarum
lurus atau bengkok tetapi tidak tajam
Masukkan jarum ke dalam pungtum lakrimal dan suntikkan
cairan melalui pungtum lakrimal ke dalam saluran eksresi ,
ke rongga hidung
Uji anel (+): terasa asin di tenggorok atau ada cairan yang
masuk hidung. Uji anel (-) jika tidak terasa asinberarti
ada kelainan di dalam saluran eksresi.
Jika cairan keluar dari pungtum lakrimal superior, berarti
ada obstruksi di duktus nasolakrimalis. Jika cairan keluar
lagi melalui pungtum lakrimal inferior berarti obstruksi
terdapat di ujung nasal kanalikuli lakrimal inferior, maka
coba lakukan uji anel pungtum lakrimal superior.
Atlas of ophthalmology; Pedoman pelayanan medis RS Cicendo
66. RETINOPATI DIABETIK
ANAMNESIS
Diabetic Retinopathy :
• Corneal Retinopathy (damage to
abnormalities the retina) caused by
• Glaucoma complications of
diabetes, which can
• Iris neovascularization eventually lead to
• Cataracts blindness.
It is an ocular
• Neuropathies manifestation of systemic
• Diabetic retinopathy disease which affects up
→ most common to 80% of all patients who
and potentially most have had diabetes for 10
years or more.
blinding
RETINOPATI DIABETIK
Signs and Symptoms Pemeriksaan :
• Tajam penglihatan
• Seeing spots or floaters • Funduskopi dalam keadaan
in the field of vision pupil dilatasi : direk/indirek
• Blurred vision • Foto Fundus
• Having a dark or • USG bila ada perdarahan
empty spot in the vitreus
center of the vision
• Difficulty seeing well at
night Tatalaksana :
• On funduscopic exam :
cotton wool spot, • Fotokoagulasi laser
flame hemorrhages,
dot-blot hemorrhages,
hard exudates
RETINOPATI DIABETIK
Riwayat DM yang lama, biasa > 20 tahun
Mata tenang visus turun perlahan
Pemeriksaan Oftalmoskop
Mikroaneurisma (penonjolan dinding kapiler)
Perdarahan dalam bentuk titik, garis, bercak yang
letaknya dekat dengan mikroaneurisma di polus posterior
(dot blot hemorrhage)
Dilatasi vena yang lumennya ireguler dan berkelok
Hard exudate (infiltrasi lipid ke dalam retina akibat dari
peningkatan permeabiitas kapiler), warna kekuningan
Soft exudate (cotton wall patches) adalah iskemia retina
tampak sebagai bercak kuning bersifat difus dan warna
putih
Neovaskularisasi
Edema retina
RETINOPATI DIABETIK - KLASIFIKASI
RETINOPATI DIABETIK NONPROLIFERATIF
ditandai dengan kebocoran darah dan serum
pada pembuluh darah kapiler
menyebabkan edema jaringan retina dan
terbentuknya deposit lipoprotein (hard
exudates)
Tidak menyebabkan gangguan penglihatan
mengenai makula
Edema makula penebalan daerah makula
sebagai akibat kebocoran kapiler perifoveal
RETINOPATI DIABETIK - KLASIFIKASI
RETINOPATI DIABETIK PROLIFERATIF
ditandai dengan adanya proliferasi jaringan
fibrovaskular atau neovaskularisasi pada permukaan
retina & papil saraf optik serta vitreus
Proliferasi respon dari oklusi luas pembuluh darah
kapiler retina yang menyebabkan iskemia retina
menyebabkan gangguan penglihatan sampai
kebutaan melalui mekanisme;
Perdarahan vitreus
Tractional retinal detachment
Glaukoma neovaskular
KLASIFIKASI RETINOPATI DM
Derajat I : Mikroaneurisama dengan atau
tanpa eksudat lemak pada fundus okuli
Derajat II: Mikroaneurisma, perdarahan
bintik dan bercak dengan atau tanpa
eksudat lemak pada fundus okuli
Derajat III: Mikroaneurisma, perdarahan
bintik dan bercak, neovaskularisasi
Pra Bukti oklusi (cotton wool spot). Vena menjadi iregular dan
Proliferatif(Non mungkin terlihat membentuk lingkaran.
proliferatif)
Proliferatif Perubahan oklusif menyebabkan pelepasan substansi
vasoproliferatif dari retina yang menyebabkan pertumbuhan
pembuluh darah baru di lempeng optik atau ditempat lain
pada retina. Penglihatan normal, mengancam penglihatan
Tatalaksana GBS
Perawatan intensif diperlukan apabila
didapatkan gejala disautonomia, berkurangnya
forced vital capacity (< 20 mL/kg), kelemahan
otot bulbar, dan berkurangnya trigger napas.
Imunomodulasi dengan Intravenous
Immunoglobulin (IVIG) dan plasma exchange
memiliki efektivitas yang sama untuk
memercepat proses penyembuhan
Terapi rehabilitasi untuk fisik, okupasi, dan wicara.
80. Absence Seizure
Absence seizure merupakan suatu bentuk dari kejang
umum dan dapat timbul pada kejang idiopatik
maupun kejang umum.
Pada usia anak, kejang sering didapatkan dan
berlangsung dalam waktu hanya beberapa detik
(pycnoleptic). Sebagian anak dapat kejang berkali-
kali dalam sehari.
Kejang mioklonik dan tonik klonik dapat ditemukan
pada usia yang lebih tua.
Terbagi menjadi dua bentuk yaitu
Kejang absans tipikal atau atipikal
Kejang absans dengan adanya bentuk kejang lain
(mioklonik absans)
Keluhan utama yang sering didapatkan adalah sering
bengong dan adanya penurunan kualitas hidup seperti
nilai sekolah atau yang lain.
Pemeriksaan fisis dan neurologis pada umumnya normal
Pemeriksaan baku emas untuk kejang absans adalah EEG.
Pada EEG didapatkan gambaran yang khas yaitu dalam 1
detik terdapat 3 kompleks gelombang tumpul dan runcing
disebut 3 seconds spike slow wave.
Terapi yang direkomendasikan: Ethosuximide dan Asam
Valproat
Ilmu Psikiatri
81. Sign & Symptom
Symptoms Description
Illusion Perceptual misinterpretation of a real external stimulus.
(APA, 2000)
Orgasmic disorders
Female Orgasmic Disorder (Inhibited Female Orgasm)
Male Orgasmic Disorder (Inhibited Male Orgasm)
Premature Ejaculation
Sexual pain disorders
Dyspareunia: recurrent or persistent genital pain
associated with sexual intercourse.
Vaginismus: involuntary muscle constriction of the outer
third of the vagina that interferes with penile insertion and
intercourse.
Sexual dysfunction due to general medical
condition
Substance-Induced Sexual Dysfunction
With impaired desire/With impaired arousal/With impaired
orgasm/With sexual pain/With onset during intoxication
Sexual Dysfunction Not Otherwise Specified (NOS)
84. TILIKAN ( INSIGHT )
Tilikan wawasan diri
pemahaman seseorang terhadap kondisi dan
situasi dirinya dalam konteks realitas sekitarnya
pemahaman pasien terhadap penyakitnya
Tilikan terganggu
hilangnya kemampuan untuk memahami
kenyataan obyektif akan kondisi dan situasi
dirinya
Darmono S. In
http://xa.yimg.com/kq/groups/20899393/913752678/n
ame/11.+Gambaran+dan+Gejala+Klinis+Gangguan+
Jiwa.ppt. FKUI/RSCM
DERAJAT GANGGUAN TILIKAN
1. Penyangkalan total terhadap penyakitnya
2. Ambivalensi terhadap penyakitnya
3. Menyalahkan faktor lain sebagai penyebab
penyakitnya
4. Menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan
namun tidak memahami penyebab
sakitnya
5. Menyadari penyakitnya dan faktor faktor
yang berhubungan dengan penyakitnya
namun tidak menerapkan dalam perilaku
praktisnya
6. Tilikan yang sehat, yakni sadar sepenuhnya
tentang situasi dirinya disertai motifasi untuk
mencapai perbaikan
85. Terapi Depresi
Kombinasi psikoterapi & farmakoterapi adalah terapi
paling efektif.
PPDGJ
Diagnosis Karakteristik
Amnesia Hilang daya ingat mengenai kejadian stressful atau
traumatik yang baru terjadi (selektif)
Fugue
Gangguan Disosiatif
Melakukan perjalanan tertentu ke tempat di luar
kebiasaan, tapi tidak mengingat perjalanan tersebut.
Stupor Sangat berkurangnya atau hilangnya gerakan
volunter & respons normal terhadap rangsangan luar
(cahay, suara, raba)
Trans Kehilangan sementara penghayatan akan identitias
diri & kesadaran, berperilaku seakan-akan dikuasai
kepribadian lain.
Motorik Tidak mampu menggerakkan seluruh/sebagian
anggota gerak.
Konvulsi Sangat mirip kejang epileptik, tapi tidak dijumpai
kehilangan kesadaran, mengompol, atau jatuh.
Anestesi & Anestesi pada kulit yang tidak sesuai dermatom.
kehilangan Penurunan tajam penglihatan atau tunnel vision (area
sensorik lapang pandang sama, tidak tergantung jarak).
Contoh: buta konversi dan tuli konversi
PPDGJ
87. Stages of Grief & Loss
Stages of Grief & Loss
1. Denial — "I feel fine."; "This can't be happening, not to me.―
2. Anger — "Why me? It's not fair!"; "How can this happen to
me?"; '"Who is to blame?‖
PPDGJ
90. Defense Mechanism IN
OCD
• Defence/defense mechanisms : psychological
strategies brought into play by the unconscious
mind to manipulate, deny, or distort reality and to
maintain a socially acceptable self-image or self-
scheme
• From a psychoanalytic perspective, 3 major
psychological defensive mechanisms of
obsessive-compulsive symptoms and character
traits : isolation, undoing, and reaction formation
Isolation :
• Splitting/separating an idea from the affect that
accompanies it but is repressed.
• Protects an individual from anxiety-provoking affects
and impulses
• Characteristic of the orderly, controlled people.
Remember the truth in fine detail but without affect
Undoing :
• a compulsive act that is performed in an attempt to
prevent or undo the consequences that the patient
irrationally anticipates from a frightening obsessional
thought or impulse
Reaction Formation :
• manifest patterns of behavior and consciously
experienced attitudes that are exactly the opposite of
the underlying impulses
Defense Mech. Definition Example
Projection Attributing one’s own if you have a strong dislike for
thoughts, feelings or motives someone, you might instead
to another believe that he or she does
not like you
Conversion Cognitive tensions manifest A person's arm becomes
themselves in physical suddenly paralyzed after they
symptoms. The symptom may have been threatening to hit
well be symbolic and dramatic someone else.
and it often acts as a
communication about the
situation, such as paralysis,
blindness, deafness, becoming
mute or having a seizure.
PPDGJ
Kriteria Gangguan Perpisahan Fobia Sosial Gangguan Cemas
Menyeluruh
Durasi minimal 4 minggu Tidak ada minimum 6 bulan
Usia awitan Prasekolah-18 tahun Tidak spesifik Tidak spesifik
Presipitasi Perpisahan Social pressure Tekanan berprestasi,
kurang percaya diri
Relasi dengan Baik jika tidak ada Menahan diri Ingin menyenangkan
sebaya perpisahan orang lain, dependen
Masalah tidur Enggan untuk tidur, Sulit untuk tertidur Sulit untuk tertidur
takut gelap, mimpi
buruk
Gejala Sakit perut, mual, Blushing, tegang. Sakit perut, mual,
psikofisiologis muntah, flu like, sakit muntah, rasa
kepala, pusing, mengganjal di
palpitasi, pingsan. kerongkongan, sesak,
pusing, palpitasi.
Djuanda A., Hamzah M., Aisah S., 2008, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi 5. Jakarta: FKUI Hal 61-62
Penyakit Keterangan
Karbunkel - Radang folikel rambut (furunkel) yang berkumpul
- Disebabkan oleh S. aureus
- Nodus eritematosa berbentuk kerucut dengan
tengah berupa pustul
- Terapi: Antibiotik topikal, sistemik (bila banyak)
Selulitis -Infeksi akut oleh Streptococcus
-Infiltrat difus (batas tidak tegas) di subkutan, tanda
inflamasi (+)
-Predileksi: tungkai bawah
-Lab: leukositosis
Skrofulode - Abses dingin
rma - Disebabkan oleh M. Tuberkulosis
- Abses akibat TB ekstra paru, livid, teraba dingin,
tidak nyeri
Djuanda A., Hamzah M., Aisah S., 2008, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi 5. Jakarta: FKUI Hal 58-61
96. Skabies
Etiologi: Sarcoptes scabiei
• Burns DA. Diseases Caused by Arthropods and Other Noxious Animals, in:
Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C. Rooks Textbook of Dermatology.
Vol.2. USA: Blackwell publishing; 2004. 37-47.
• Itzhak Brook. Microbiology of Secondary Bacterial Infection in Scabies
Lesions.
Pengobatan Skabies
Permethrin 5%
Pilihan utama, kontra indikasi pada bayi < 2 bulan , ibu
hamil (penggunaan < 2 jam) dan menyusui
Gameksan 1%
Selama 6 jam, kontraindikasi < 6 tahun
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
Dermatitis kontak alergi
Reaksi peradangan kulit imunologik, diperantarai cell-
mediated immune response (hipersensitivitas tipe IV)
Mengenai orang yang kulitnya hipersensitif
Penyebab: hapten (alergen yang belum diproses, lipofilik,
sangat reaktif, mampu menembus stratum korneum)
Fase: sensitisasi & elitisasi
Gejala:
Akut: gatal, eritema, edema, papulovesikel, vesikel, bula
Kronik: kulit kering, skuama, papul, likenifikasi, fisur
DD: DKI
Pemeriksaan: uji tempel
Pengobatan: menghindari pajanan, KS
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
Uji tempel digunakan untuk membedakan DKA dengan DKI
Antigen dibiarkan menempel selama 48 jam
Pembacaan dilakukan 2 kali: pertama dilakukan 15-30 menit
setelah dilepas; kedua dilakukan 72-96 jam setelah dilepas
Bila reaksi bertambah (crescendo) di antara kedua pembacaan,
cenderung ke respons alergi. Disesuaikan juga dengan keadaan
klinis.
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
99. Schistosomiasis
Bertempat di sistem vena porta
Etiologi
Kulit berkontak dengan air yang terkontaminasi oleh
serkaria
Lesi
patologis adalah akibat granuloma yang
dibentuk oleh telur di hati dan usus besar
Stadium
Schitosomiasis akut
Demam, pembesaran hari, eosinofilia, disentri
Schitosomiasis kronik
Lesi fibro-obstruktif di sekitar vena portal
Stadium Lanjut
Splenomegali, asites, hipertensi vena porta
Etiology
Cacing dewasa: Dioecious (menyatu)
Betina: Panjang dan tipis
Jantan: Pendek dan tebal
Telur: terdapat mirasidia
25-30℃毛蚴
Schistosoma egg
JK
Sch. Haematobium
egg
100. SKROFULODERMA
Penjalaran perkontinuitatum dari organ dibawah kulit
yang diserang penyakit TB (kelenjar getah bening,
sendi, tulang)
Lokasi
leher : dari tonsil atau paru
ketiak : dari apeks pleura
lipat paha : dari ekstremitas bawah KGB Inguinal lateral
Perjalanan penyakit:
Awal : limfadenitis TB
KGB membesar tanpa tanda radang akut
Periadenitis
perlekatan kelenjar dengan jaringan sekitar sekitar
Perlunakan tidak serentak cold abses Pecah
Fistelmemanjang, tidak teratur, sekitarnya livide
menggaung tertutup pus seropurulen
Sikatrik skin bridge
DD/ : limfosarkoma, limfoma malignum, hidradenitis
supurativa LGV
Histopatologi
Cuboid
cell lining
101. Neurodermatitis
Nama lain Liken Simplek kronikus sebuah
peradangan kulit kronis, gatal, sirkusrip. Ditandai
dengan kulit tabal dan likenifikasi.
Etiologi: pruritus yang diakibatkan oleh gagal
ginjal kronis, obstruksi saluran empedu, limfoma
hodgkin, dermatitis atau aspek psikologi
Gejala klinis: pruritus, plak eritematosa, likenifikasi
dan ekskoriasi.
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
Kandidosis kutis
Bentuk klinis:
Kandidosis intertriginosa: Lesi di daerah lipatan kulit ketiak,
lipat paha, intergluteal, lipat payudara, sela jari, glans penis,
dan umbilikus berupa bercak berbatas tegas, bersisik,
basah, eritematosa. Dikelilingi oleh satelit berupa vesikel-
vesikel dan pustul-pustul kecil atau bula
Kandidosis perianal: Lesi berupa maserasi seperti dermatofit
tipe basah
Kandidosis kutis generalisata: Lesi terdapat pada glabrous
skin. Sering disertai glossitis, stomatitis, paronikia
Pemeriksaan: KOH (selragi, blastospora, hifa semu), kultur
di agar Sabouraud
Pengobatan: hindari faktor predisposisi, antifungal
(gentian violet 0,5-1%, nistatin, amfoterisin B, grup azole)
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
103.
Vaginal Discharge
Patologi Candida Trikomonas BV Gonorre Chlamydia
Parasitologi Kedokteran
Loeffler's syndrome
Eosinofil terakumulasi di paru-paru akibat reaksi
hipersensitivitas terhadap infeksi parasit
pneumonia eosinofilik
Etiologi:
Ascaris lumbricoides, Strongyloides stercoralis,
Ancylostoma duodenale, dan Necator americanus
105. Kemoprofilaksis Malaria
Tujuan
Mengurangi risiko terjangkit penyakit malaria sehingga bila
terinfeksi gejala klinis tidak berat
Sasaran Pengguna
Orang yang akan bepergian ke daerah endemis malaria
dalam waktu yang tidak terlalu lama (turis, peneliti)
Untuk orang yang menetap lama: personal protection
(kelambu, repellent, kawat kassa, dll)
Dosis
2 mg/kgBB diminum mulai H-1 keberangkatan hingga tidak
lebih dari 2 minggu
Kontraindikasi: anak < 8 tahun dan ibu hamil
Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan DepKes RI
106.
Gas gangrene
Itis a rapidly progressive, potentially fatal
condition characterized by widespread
necrosis of the muscles and subsequent
soft-tissue destruction.
c.septicum
c.novyi
c. Perfringens
(mostly)
Pathogenesis
Crepitation in tissues,
sickly sweet odor discharge,
rapidly progressing necrosis,
fever, hemolysis, toxemia,
shock,
renal failure, and death
107. Pedikulosis
Infeksi
kulit/rambut pada manusia yang
disebabkan Pediculus
3 macam infeksi pada manusia
Pedikulosis kapitis: disebabkan Pediculus humanus
var. capitis
Pedikulosis korporis: disebabkan pediculus humanus
var. corporis
Pedukulosis pubis: disebabkan Phthirus pubis
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
Pedikulosis kapitis
Infeksi
kulit dan rambut kepala
Banyak menyerang anak-anak dan higiene buruk
Gejala: mula-mula gatal di oksiput dan temporal,
karena garukan terjadi erosi, ekskoriasi, infeksi
sekunder
Diagnosis: menemukan kutu/telur, telur berwarna
abu-abu/mengkilat
Pengobatan: malathion 1%, gameksan 1%, benzil
benzoat 25%
Pedikulosis korporis
Biasanya menyerang orang dewasa dengan
higiene buruk (jarang mencuci pakaian)
Kutu melekat pada serat kapas dan hanya
transien ke kulit untuk menghisap darah
Gejala: hanya bekas garukan di badan
Diagnosis: menemukan kutu/telur pada serat
kapas pakaian
Pengobatan: gameksan 1%, benzil benzoat 25%,
malathion 2%, pakaian direbus/disetrika
Pedikulosis pubis
Infeksirambut di daerah pubis dan sekitarnya
Menyerang dewasa (tergolong PMS), dapat
menyerang jenggot/kumis
Dapat menyerang anak-anak, seperti di alis/bulu
mata dan pada tepi batas rambut kepala
Gejala: Gatal di daerah pubis dan sekitarnya,
dapat meluas ke abdomen/dada, makula serulae
(sky blue spot), black dot pada celana dalam
Pengobatan: gameksan 1%, benzil benzoat 25%
108. Acne vulgaris
Akne vulgaris adalah penyakit peradangan
menahun folikel sebasea yang ditandai
dengana danya komedo, papul, pustul.
Biasa terjadi pada masa remaja.
Etiologi:
Perubahan pola keratinisasi folikel
Produksi sebum meningkat
Terbentuknya fraksi asam lemak bebas
Derajat acne vulgaris:
Ringan: beberapa lesi tidak beradang
pada satu lesi, lesi tidak beradang pada
beberapa tempat predileksi
Sedang: Banyak lesi tidak beradang pada
1 predileksi, beberapa lesi beradang pada
lebih dari 1 predileksi
Berat: banyak lesi meradang pada lebih
dari 1 predileksi.
Sedikit:
<5 lesi, Beberapa: 5-10 lesi,
Banyak:>10
Ilmu Kesehatan
Anak
Tekanan di dalam Jantung
Acyanotic Cyanotic
With ↓ With ↑
With ↑ volume pulmonary pulmonary
With ↑ pressure
load: blood flow: blood flow:
load:
- ASD - ToF - Transposition
- Valve stenosis
- VSD - Atresia of the great
- Coarctation of vessels
- PDA pulmonal
aorta
- Atresia - Truncus
- Valve arteriosus
tricuspid
regurgitation
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0002103/
Acyanotic Congenital HD:
General Pathophysiology
With ↑ volume load Clinical Findings
The most common: left to e.g. ASD, VSD, PDA
right shunting
↓ compliance & ↑ work of
Blood back into the lungs breathing
Pulmonary edema,
Fluid leaks into the interstitial
space & alveoly tachypnea, chest retraction,
wheezing
Constant increased of
Wide, fixed 2nd heart
ventricular diastolic
sound splitting
volume
Flow across the septal defect doesn’t produce murmur because the
pressure gap between LA & RA is not significant
1. Nelson‘s textbook of pediatrics. 18th ed.
110. Tata laksana thalassemia
Transfusi darah rutin target Splenektomi kriteria:
Hb 12 g/dl Splenomegali masif
Medikamentosa Kebutuhan transfusi PRC >
Asam folat (penting dalam 200-220 ml/kg/tahun
pembentukan sel) usia: > thn
Kelasi besi menurunkan Be careful with
kadar Fe bebas dan me<<<
deposit hemosiderin). trombocytosis and
Dilakukan Jika Ferritin level > infection
1000 ng/ul, atau 10- Immunizations are
20xtransfusi, atau menerima 5
L darah. important
Vitamin E (antioksidan karena Transplantasi (sumsum tulang,
banyak pemecahan eritrosit darah umbilikal)
stress oksidatif >>)
Vitamin C (dosis rendah, pada Fetal hemoglobin inducer
terapi denga n deferoxamin) (meningkatkan Hgb F yg
Nutrisi: kurangi asupan besi membawa O2 lebih baik dari
Support psikososial Hgb A2)
Terapi gen
TRANSFUSI DARAH
Terdiri dari The transfusion trigger,
kapan darah harus diberikan
http://www.rch.org.au/clinicalguide/guideline_index/CSF_Interpretation/
Diagnosis diferensial infeksi SSP
Klinis/Lab. Ensefalitis Meningitis Mening.TBC Mening.viru Ensefalopati
bakterial s
Onset Akut Akut Kronik Akut Akut/kronik
Demam < 7 hari < 7 hari > 7 hari < 7 hari </> 7 hari/(-)
http://php.med.unsw.edu.au/embr
yology/index.php?title=File:Congen
ital_hypothyroidism.jpg
Causes:
Deficient production of thyroid
hormone
Disgenesis congenital
Hypothyroidism
Iodine deficiencyendemic
goiter
Defect in thyroid hormonal
receptor activity
Hipotiroid kongenital pada
Anak
Hipotiroid kongenital (kretinisme) ditandai produksi
hormon tiroid yang inadekuat pada neonatus
Penyebab:
Defek anatomis kelenjar tiroid atau jalur metabolisme
hormon tiroid
Inborn error of metabolism
Merupakan salah satu penyebab retardasi mental
yang dapat dicegah. Bila terdeteksi setelah usia 3
bulan, akan terjadi penurunan IQ bermakna.
Tata laksana tergantung penyebab. Sebaiknya
diagnosis etiologi ditegakkan sebelum usia 2 minggu
dan normalisasi hormon tiroid (levotiroksin)sebelum
usia 3 minggu.
Postellon DC. Congenital hypothyroidism. http://emedicine.medscape.com/article/919758-overview
Most affected infants have few or no
symptoms, because their thyroid
hormone level is only slightly low.
However, infants with severe
hypothyroidism often have a unique
appearance, including:
Dull look
Puffy face
Thick tongue that sticks out
This appearance usually develops as the
disease gets worse. The child may also
have:
Choking episodes
Constipation
Dry, brittle hair
Jaundice
Lack of muscle tone (floppy infant)
Low hairline
Poor feeding
Short height (failure to thrive)
Sleepiness
Sluggishness
Neeonatal hypothyroidism. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0002174/
Figure 3 Diagnostic algorithm for the detection of primary congenital
hypothyroidism
CDC.gov
Leukemia
Jenis leukemia yang paling sering terjadi
pada anak-anak adalah Acute
Lymphoblastic Leukemia (ALL) dan Acute
Myelogenous Leukemia (AML)
ALL merupakan keganasan yg paling
sering ditemui pada anak-anak (1/4 total
kasus keganasan pediatrik)
Puncak insidens ALL usia 2-5 tahun
Clinical Manifestation
More common in AML
Leukostasis (when blas count >50.000/uL): occluded
microcirculationheadache, blurred vision, TIA, CVA,
dyspnea, hypoxia
DIC (promyelocitic subtype)
Leukemic infiltration of skin, gingiva (monocytic subtype)
Chloroma: extramedullary tumor, virtually any location.
More common in ALL
Bone pain, lymphadenopathy, hepatosplenomegaly (also
seen in
monocytic AML)
CNS involvement: cranial neuropathies, nausea, vomiting,
headache, anterior mediastinal mass (T-cell ALL)
Tumor lysis syndrome
Leukemia Limfoblastik Akut
Merupakan keganasan yang paling sering ditemukan
pada masa anak, meliputi 25-30% dari seluruh
keganasan pada anak.
Lebih sering pada laki-laki, usia 3-4 tahun
Manifestasi klinis
Penekanan sistem hemopoetik normal, anemia (pucat),
neutropenia (sering demam), trombositopenia
(perdarahan)
Infiltrasi jaringan ekstramedular, berupa pembesaran
KGB, nyeri tulang, dan pembesaran hati serta limpa
Penurunan BB, anoreksia, kelemahan umum
Pemeriksaan Penunjang: Gambaran darah tepi dan
pungsi sumsum tulang untuk memastikan diagnosis
Tatalaksana : Kemoterapi dan Pengobatan suportif
ALL AML
epidemiologi ALL merupakan keganasan yg paling 15% dari leukemia pada pediatri, juga
sering ditemui pada anak-anak (1/4 ditemukan pada dewasa
total kasus keganasan pediatrik)
Puncak insidens usia 2-5 tahun
etiologi Penyebab tidak diketahui Cause unknown. Risk factors: benzene
exposure, radiation exposure, prior
treatment with alkylating agents
Gejala dan Gejala dan tanda sesuai dengan Pucat, mudah lelah, memar, peteki,
tanda infiltrasi sumsum tulang dan/atau epistaksis, demam, hiperplasia gingiva,
gejala ekstrameduler: konjungtiva chloroma, hepatosplenomegali
pucat, petekie dan memar akibat
trombositopenia; limfadenopati,
hepatosplenomegali.Terkadang ada
keterlibatan SSP (papil edem, canial
nerve palsy); unilateral painless
testicular enlargement.
Lab Anemia, Trombositopenia, Trombositopenia,
Leukopeni/Hiperleukositosis/normal, leukopenia/leukositosis, primitif
Dominasi Limfosit, Sel Blas (+) granulocyte/monocyte, auer rods (hin,
needle-shaped, eosinophilic cytoplasmic
inclusions)
Terapi kemoterapi kemoterapi
120. Enkopresis
involuntary discharge of feces Diagnostic criteria (DSM 5):
(ie, fecal incontinence)
divided into 2 subtypes: Repeated passage of
encopresis with constipation feces into inappropriate
(retentive encopresis) and places, whether
encopresis without constipation involuntary or intentional
(non retentive encopresis) One such event occurs
Signs and symptoms each month for at least 3
History of constipation or painful months
defecation (~80-95% of children
with encopresis) Occurs in children at least
Inability to differentiate passing age 4 years (or of
gas and passing feces in equivalent developmental
underwear level)
Soiling episodes usually occurring
during the daytime (soiling during The behavior is not
sleep is uncommon) attributable to the
With retentive encopresis, physiologic effects of a
intermittent passage of extremely substance or another
large bowel movements medical condition except
through a mechanism
involving constipation
progressive
rectal
distention
Soft or
Chronic liquid stool
and
constipatio eventually
stretching of
n due to the child leaks
both the no longer
irregular habituates
internal senses the around
and to chronic
incomplet
anal
rectal
normal urge the
sphincter to defecate retained
e distention
and the fecal mass
evacuatio
external —> fecal
n
anal
sphincter
soiling.
(EAS)
Konstipasi
Enuresis
Eneuresis: mengompol
Diagnostic criteria:
Repeated voiding of urine into bed or clothes, whether
involuntary or intentional
The behavior either (a) occurs at least twice a week for
at least 3 consecutive months or (b) results in clinically
significant distress or social, functional, or academic
impairment
The behavior occurs in a child who is at least 5 years
old (or has reached the equivalent developmental
level)
The behavior cannot be attributed to the physiologic
effects of a substance or other medical condition
121. Ikterus Neonatorum
Ikterus neonatorum: fisiologis vs non fisiologis.
Ikterus fisiologis:
Awitan terjadi setelah 24 jam
Memuncak dalam 3-5 hari, menurun dalam 7 hari (pada NCB)
Ikterus fisiologis berlebihan → ketika bilirubin serum puncak
adalah 7-15 mg/dl pada NCB
Ikterus non fisiologis:
Awitan terjadi sebelum usia 24 jam
Tingkat kenaikan > 0,5 mg/dl/jam
Tingkat cutoff > 15 mg/dl pada NCB
Ikterus bertahan > 8 hari pada NCB, > 14 hari pada NKB
Tanda penyakit lain
Gangguan obstruktif menyebabkan hiperbilirubinemia direk.
Ditandai bilirubin direk > 1 mg/dl jika bil tot <5 mg/dl atau bil
direk >20% dr total bilirubin. Penyebab: kolestasis, atresia bilier,
kista duktus koledokus.
Indrasanto E. Hiperbilirubinemia pada neonatus.
Kolestatis
Bilirubin Larut air: dibuang lewat
Bilirubin
Direk ginjal
indirek
OBSTRUKSI
Urin warna
teh
Feses
Tidak ada bilirubin direk yg menuju
warna
usus
Dempul
Kolestasis (Cholestatic Liver
Disease)
Definisi : Keadaan bilirubin direk > 1 mg/dl bila bilirubin
total < 5 mg/dl, atau bilirubin direk >20% dari bilirubin
total bila kadar bil.total >5 mg/dl
Kolestasis : Hepatoselular (Sindrom hepatitis neonatal) vs
Obstruktif (Kolestasis ekstrahepatik)
Sign and Symptom : Jaundice, dark urine and pale
stools, nonspecific poor feeding and sleep disturbances,
bleeding and bruising, seizures
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang
Atresia Bilier
Merupakan penyebab kolestasis tersering dan serius pada
bayi yang terjadi pada 1 per 10.000 kelahiran
Ditandai dengan adanya obstruksi total aliran empedu
karena destruksi atau hilangnya sebagian atau seluruh duktus
biliaris. Merupakan proses yang bertahap dengan inflamasi
progresif dan obliterasi fibrotik saluran bilier
Etiologi masih belum diketahui
Tipe embrional 20% dari seluruh kasus atresia bilier,
sering muncul bersama anomali kongenital lain seperti polisplenia,
vena porta preduodenum, situs inversus dan juga malrotasi usus.
Ikterus dan feses akolik sudah timbul pada 3 minggu pertama
kehidupan
tipe perinatal yang dijumpai pada 80% dari seluruh kasus
atresia bilier, ikterus dan feses akolik baru muncul pada
minggu ke-2 sampai minggu ke-4 kehidupan.
Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit Anak dengan Gejala Kuning. Dept IKA
Atresia Bilier
Gambaran klinis: biasanya terjadi pada bayi
perempuan, lahir normal, bertumbuh dengan baik
pada awalnya, bayi tidak tampak sakit kecuali
sedikit ikterik. Tinja dempul/akolil terus menerus.
Ikterik umumnya terjadi pada usia 3-6 minggu
Laboratorium : Peningkatan SGOT/SGPT ringan-
sedang. Peningkatan GGT (gamma glutamyl
transpeptidase) dan fosfatase alkali progresif.
Diagnostik: USG dan Biopsi Hati
Terapi: Prosedur Kasai (Portoenterostomi)
Komplikasi: Progressive liver disease, portal
hypertension, sepsis
Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit Anak dengan Gejala Kuning. Dept IKA
122. Trauma Jalan Lahir
Komplikasiyang sering terjadi akibat
trauma jalan lahir:
Kaput suksedanum
Sefalohematoma
Paralisis lengan
Paralisis wajah
Fraktur humerus
Fraktur klavikula
Fraktur femur
Trauma Lahir Ekstrakranial
Perdarahan
Kaput Suksedaneum Subgaleal
Paling sering ditemui Darah di bawah
Tekanan serviks pada galea aponeurosis
kulit kepala Pembengkakan kulit
Akumulasi kepala, ekimoses
darah/serum subkutan, Mungkin meluas ke
ekstraperiosteal daerah periorbital
TIDAK diperlukan dan leher
terapi, menghilang Seringkali berkaitan
dalam beberapa hari. dengan trauma
kepala (40%).
Trauma Lahir Ekstrakranial
Sefalhematoma
Perdarahan sub periosteal akibat Ukurannya bertambah
ruptur pembuluh darah antara sejalan dengan
tengkorak dan periosteum bertambahnya waktu
Etiologi: partus lama/obstruksi, 5-18% berhubungan dengan
persalinan dengan ekstraksi fraktur tengkorak g foto
vakum, Benturan kepala janin kepala
dengan pelvis Umumnya menghilang
Paling umum terlihat di parietal dalam waktu 2 – 8 minggu
tetapi kadang-kadang terjadi Komplikasi: ikterus, anemia
pada tulang oksipital
Tanda dan gejala: massa yang Kalsifikasi mungkin bertahan
teraba agak keras dan selama > 1 tahun.
berfluktuasi; pada palpasi Catatan: Jangan
ditemukan kesan suatu kawah mengaspirasi
dangkal didalam tulang di sefalohematoma meskipun
bawah massa; pembengkakan teraba berfluktuasi
tidak meluas melewati batas
sutura yang terlibat
123. Neonatal Asphyxia
Mathai SS. Management of respiratory distress in the newborn. MJAFI 2007; 63: 269-72.
123. Neonatal Asphyxia
Deprivation of oxygen to a newborn infant
that lasts long enough during the birth process
to cause physical harm, usually to the brain
Etiology:
Intrauterine hypoxia
Infant respiratory distress syndrome
Transient tachypnea of the newborn
Meconium aspiration syndrome
Pleural disease (Pneumothorax,
Pneumomediastinum)
Bronchopulmonary dysplasia
http://en.wikipedia.org/wiki/Perinatal_asphyxia
123. RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME
(Hyaline membrane disease)
Etiology:
Surfactant deficiency
(decreased production
and secretion)
Surfactant
Necessary for the lung
alveoli to overcome
surface tension and
remain open
The major constituents
dipalmitoyl
phosphatidylcholine
(lecithin)
Phosphatidylglycerol
apoproteins (surfactant
proteins SP-A, -B, -C, -D)
Cholesterol
125.Perkembangan
Anak
126. ITP: Epidemiology
(ITP)/ primary immune Insidens tertinggi usia 2-5
thrombocytopenic tahun dan dewasa usia
purpura/ autoimmune 20-50 thn.
thrombocytopenic
purpura merupakan 40% diagnosis ditegakkan
kelainan trombositopenia pada pasien dibawah 10
murni dengan sumsum th
tulang yg normal dan Remisi spontan pada 80%
tidak ada penyebab kasus dan < 20% dewasa
trombositopenia itu
sendiri Children Laki-laki dan
ITP akut pd anak perempuan 1:1
sebagian besar bersifat Adults Laki-laki:
ringan dan self limiting perempuan (1:3)
ITP: Cardinal Features
Trombositopenia <100,000/mm3
Purpura dan perdarahan membran mukosa
Diagnosis of exclusion
2 jenis gambaran klinis
ITP akut
Biasanya didahului oleh infeksi virus dan menghilang dalam 3
bulan.
ITP kronik
Gejala biasanya mudah memar atau perdarahan ringan yang
berlangsung selama 6 bulan
>90% kasus anak merupakan bentuk akut
Most adults have the chronic form
Komplikasi yang paling serius: perdarahan. Perdarahan
intrakranial penyebab kematian akibat ITP yg paling sering
(1-2% dr kasus ITP)
ITP
Patofisiologi Tatalaksana
Perdarahan yang mengancam
Peningkatan destruksi nyawa penanganan intensif
platelet di perifer, Glukokortikoid IV dosis tinggi & IV
biasanya pasien immunoglobulin (IVIg), dengan
memiliki antibodi yang atau tanpa transfusi trombosit
Transfusi Tc diindikasikan untuk
spesifik terhadap
pengontrol perdarahan yg
glikoprotein membran parah
platelet (IgG 6-8 U of platelet concentrate,
autoantibodi pada or 1 U/10 kg
permukaanplatelet) 1 U of platelets to increase
count of a 70-kg adult by 5-
10,000/mm3 and an 18-kg
child by 20,000/mm3
Splenectomi untuk pasien yang
gagal terapi medikamentosa
http://emedicine.medscape.com/article/779545-clinical#a0218
TTP
Thrombotic Gejala dan tanda
Thrombocytopenic Purpura acute or subacute onset
(TTP) merupakan kelainan
darah dengan karakteristik berkaitan dengan gejala
adanya trombosis sehingga neurologis, anemia, dan
terjadi trombositopenia trombositopenia
Dalam bentuk lengkap, Kelainan neurologis:
terdiri dari pentad penurunan kesadaran,
microangiopathic hemolytic kejang, hemiplegia,
anemia, thrombocytopenic parestesia, gangguan
purpura, kelainan visual, afasia.
neurologis, demam, dan
kelainan ginjal. Mudah lelah akibat
Etiologi belum diketahui anemia
Therapy of choice : plasma Perdarahan akibat
exchange with fresh frozen trombositopenia jarang
plasma. terjadi; biasanya muncul
petekie
127. HEMOSTASIS
Hemostasis („hemo”=blood;; ta=„remain”) is the
stoppage of bleeding, which is vitally important when
blood vessels are damaged.
Following an injury to blood vessels several actions
may help prevent blood loss, including:
Formation of a clot
Hemostasis
1. Fase vaskular: vasokonstriksi
2. Fase platelet: agregasi dan
adhesi trombosit
3. Fase koagulasi: ada jalur
ekstrinsik, jalur intrinsik dan
bersatu di common
pathway
4. Fase retraksi
5. Fase destruksi / fibrinolisis
http://www.bangkokhealth.com/index.php/health/healt
h-general/first-aid/451-ขบวนการห้ามเลือด-hemostasis.html
Coagulation factors
Mild Severe
intervention
stopped
continues
prolonged delayed
http://periobasics.com/wp-content/uploads/2013/01/Evaluation-of-bleeding-
disorders.jpg
127. Bleeding Disorder
128. Malnutrisi Energi Protein
Malnutrisi: Ketidakseimbangan seluler antara asupan dan
kebutuhan energi dan nutrien tubuh untuk tumbuh dan
mempertahankan fungsinya (WHO)
Dibagi menjadi 3:
Overnutrition (overweight, obesitas)
Undernutrition (gizi kurang, gizi buruk)
Defisiensi nutrien spesifik
Malnutrisi energi protein (MEP):
MEP derajat ringan-sedang (gizi kurang)
MEP derajat berat (gizi buruk)
Malnutrisi energi protein berdasarkan klinis:
Marasmus
Kwashiorkor
Marasmik-kwashiorkor
Serum Albumin
Edema
Marasmus
Carbohydrate
Subcutaneous Fat
Muscle wasting
10 Langkah Utama Penatalaksaan Gizi Buruk
No Tindakan Stabilisasi Transisi
Rehabilitasi Tindaklanjut H 1-2 H
3-7 H 8-14 mg 3-6 mg 7-26
1. Atasi/cegah hipoglikemia
2. Atasi/cegah hipotermia
3. Atasi/cegah dehidrasi
5. Obati infeksi
6. Perbaiki def. nutrien mikro tanpa Fe
+ Fe
8. Makanan Tumb.kejar
9. Stimulasi
Emergency Signs in Severe Malnutrition
Dibutuhkantindakan resusitasi
Tanda gangguan airway and breathing :
Tanda obstruksi
Sianosis
Distress pernapasan
Tanda dehidrasi berat → rehidrasi secara ORAL.
Dehidrasi berat sulit dinilai pada malnutrisi berat.
Terdapat risiko overhidrasi
Tanda syok : letargis, penurunan kesadaran
Berikan rehidrasi parenteral (Resusitasi Cairan)
HIPOGLIKEMIA
Semua anak dengan gizi Jika anak tidak sadar,
buruk berisiko
hipoglikemia (< 54 mg/dl) beri larutan glukosa
Jika tidak memungkinkan 10% IV bolus 5 ml/kg BB,
periksa GDS, maka atau larutan
semua anak gizi buruk
dianggap hipoglikemia glukosa/larutan gula
Segera beri F-75 pasir 50 ml dengan
pertama, bila tidak NGT.
dapat disediakan
dengan cepat, berikan Lanjutkan pemberian F-
50 ml glukosa/ gula 10% 75 setiap 2–3 jam, siang
(1 sendok teh munjung dan malam selama
gula dalam 50 ml air)
oral/NGT. minimal dua hari.
Ketentuan Pemberian Makan Awal
Makanan dalam jumlah sedikit tetapi sering dan rendah
osmolaritas serta rendah laktosa
Berikal secara oral atau melalui NGT, hindari pemberian
parenteral
Formula awal F-75 diberikan sesuai standar WHO dan
sesuai jadwal makan yang dibuat untuk mencukupi
kebutuhan zat gizi pada fase stabilisasi
Jika anak masih mendapat ASI, lanjutkan, tetapi pastikan
bahwa jumlah F-75 yang dibutuhkan harus dipenuhi
Apabila pemberian makan oral tidak mencapai
kebutuhan minimal, berikan sisanya melalui NGT
Pada fase transisi, secara bertahap ganti F-75 dengan F-
100
Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. WHO. 2008
Pemberian Makanan
Fase stabilisasi (Inisiasi)
Energi: 80-100 kal/kg/hari
Protein: 1-1,5 gram/kg/hari
Cairan: 130 ml/kg/hari atau 100 ml/kg/hari
(edema)
Fase transisi
Energi: 100-150 kal/kg/hari
Protein: 2-3 gram/kg/hari
Fase rehabilitasi
Energi: 150-220 kal/kg/hari
Protein: 3-4 gram/kg/hari
HIPOTERMIA (Suhu aksilar < 35.5° C)
Pastikan bahwa anak berpakaian (termasuk
kepalanya). Tutup dengan selimut hangat dan
letakkan pemanas/ lampu di dekatnya, atau
lakukan metode kanguru.
Ukur suhu aksilar anak setiap 2 jam s.d suhu
menjadi 36.5° C/lbh.
Jika digunakan pemanas, ukur suhu tiap
setengah jam. Hentikan pemanasan bila suhu
mencapai 36.5° C
DEHIDRASI
Jangan gunakan infus untuk rehidrasi, kecuali
pada kasus dehidrasi berat dengan syok.
Beri ReSoMal, secara oral atau melalui NGT
beri 5 ml/kgBB setiap 30 menit untuk 2 jam
pertama
setelah 2 jam, berikan ReSoMal 5–10
ml/kgBB/jam berselang-seling dengan F-75
dengan jumlah yang sama, setiap jam selama
10 jam.
Atasi Infeksi
Anggap semua anak Jika ada komplikasi
dengan gizi buruk (hipoglikemia, hipotermia,
mengalami infeksi saat atau anak terlihat letargis
mereka datang dan segera atau tampak sakit berat),
diberi antibiotik. atau jelas ada infeksi
Ampisilin (50 mg/kgBB
PILIHAN ANTIBIOTIK SPEKTRUM IM/IV/6 jam selama 2 hari),
LUAS dilanjutkan Amoksisilin PO (15
Jika tidak ada komplikasi
mg/kgBB/8 jam selama 5
atau tidak ada infeksi nyata hari) ATAU Ampisilin PO (50
Kotrimoksazol PO (25 mg mg/kgBB/6 jam selama 5
SMZ + 5 mg TMP/kgBB/12 jam hari) sehingga total selama 7
selama 5 hari. hari, DITAMBAH Gentamisin
(7.5 mg/kgBB/hari IM/IV)
setiap hari selama 7 hari.
Jika anak tidak membaik dalam waktu 48
jam, tambahkan Kloramfenikol (25
mg/kgBB IM/IV setiap 8 jam) selama 5
hari.
Jika diduga meningitis, lakukan pungsi
lumbal untuk memastikan dan obati
dengan Kloramfenikol (25 mg/kg setiap 6
jam) selama 10 hari.
Mikronutrien
Asam folat (5 mg pada hari 1, dan selanjutnya 1
mg/hari)
Seng (2 mg Zn elemental/kgBB/hari)
Tembaga (0.3 mg Cu/kgBB/hari)
Ferosulfat 3 mg/kgBB/hari setelah berat badan naik
(mulai fase rehabilitasi)
Vitamin A diberikan secara oral pada hari ke 1 dengan:
V. Cholera: bentuk
Patogen Penyebab Diare Akut dan
Karakteristik
Patogen Karakteristik
Kolera Diare seperti air cucian beras yang sering dan
banyak, cepat menimbulkan dehidrasi berat.
Hasil kultur tinja positif V. Cholerae
Shigella Short period of watery diarrhoea with intestinal
cramps and general malaise, soon followed by
permanent emission of bloody, mucoid, often
mucopurulent stools
Salmonella Abrupt onset of nausea, vomiting, and crampy
abdominal pain. Sudden onset of sustained
fever, severe headache. Mild to severe watery
diarrhea and sometimes by diarrhea containing
blood and mucus
Enterotoksigenik Watery, nonmucoid, nonbloody diarrhea,
Escheria Coli abdominal pain, nausea, vomiting, and little or
no fever. The illness is usually self-limited in 3–5
days
132. Demam Tifoid
Etiologi : 96% disebabkan Salmonella typhi, sisanya ole S.
paratyphi
Prevalens 91% kasus terjadi pada usia 3-19 tahun
Penularan : fekal-oral
Masa inkubasi : 10-14 hari
Gejala
Demam naik secara bertahap (stepwise) setiap hari, suhu tertinggi
pada akhir minggu pertama. Minggu kedua demam terus
menerus tinggi
Delirium (mengigau), malaise, letargi, anoreksia, nyeri kepala,
nyeri perut, diare, atau konstipasi, muntah, perut kembung,
Pada kasus berat: penurunan kesadaran, kejang, dan ikterus
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran menurun, delirium, lidah tifoid (bagian tengah kotor,
pinggir hiperemis), meteorismus, hepatomegali, sphlenomegali
(jarang). Kadang terdengar ronki pada pemeriksaan paru
133. DM
PHYSIOLOGY OF INSULIN
http://apbrwww5.apsu.edu/thompsonj/Anatomy%20&%20Physiology/2010
/2010%20Exam%20Reviews/Exam%205%20Final%20Review/insulin.Fig.25.18.j
Diabetes Melitus Tipe 1
(Insulin-dependent diabetes
mellitus)
Merupakan kelainan sistemik akibat gangguan metabolisme
glukosa yang ditandai oleh hiperglikemia kronik.
Etiologi: Suatu proses autoimun yang merusak sel β pankreas
sehingga produksi insulin berkurang, bahkan terhenti.
Dipengaruhi faktor genetik dan lingkungan.
Insidensi tertinggi pada usia 5-6 tahun dan 11 tahun
Komplikasi : Hipoglikemia, KETOASIDOSIS
DIABETIKUM, retinopathy , nephropathy and
hypertension, peripheral and autonomic neuropathy,
macrovascular disease
Manifestasi Klinik:
Poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan
Pada keadaan akut yang berat: muntah, nyeri perut, napas
cepat dan dalam, dehidrasi, gangguan kesadaran
PATHOGENESIS DM Tipe 1
http://www.msdlatinamerica.com/diabetes/files/5dd56fc20582fb58eef8a00bf267
Pemeriksaan Fisik dan Tanda Klinis
Catatan:
Pemeriksaan Penunjang
Diabetes Melitus Tipe 1
Tatalaksana :
Pengobatan dilakukan seumur hidup
Diet DM
Kontrol Metabolik dengan Insulin
olahraga
Edukasi pertolongan pertama pada kedaruratan seperti
hipoglikemia dan ketoasidosis
Pemantauan mandiri
Diagnostic Considerations
Maturity onset diabetes of the young (MODY) or Monogenic
Diabetes (mutation in a single gene). Always consider the
diagnosis of MODY in the following circumstances:
A strong family history of diabetes across 2 or more
generations - The age of diagnosis usually falls with each
successive generation
Persistently low insulin requirements, particularly with good
blood glucose control. MODY respond better to oral
hypoglycemic agents
Development of diabetes from birth or within the first 9
months of life
Absence of obesity (although overweight or obese people
can get MODY) or other problems associated with type 2
diabetes or metabolic syndrome (e.g., hypertension,
hyperlipidemia, polycystic ovary syndrome)
Patogenesis KAD
Diagnostic Criteria and Typical Total Body
Deficits of Water and Electrolytes in Diabetic
Ketoacidosis
Diagnostic criteria* Typical deficits
Blood glucose: > 250 mg per Water: 6 L, or 100 mL
dL (13.9 mmol per L)
pH: <7.3
per kg body weight
Serum bicarbonate: < 15 Sodium: 7 to 10 mEq
mEq/L per kg body weight
Urinary ketone: ≥3+ Potassium: 3 to 5 mEq
Serum ketone: positive at 1:2 per kg body weight
dilutions†
Serum osmolality: variable Phosphate: ~1.0 mmol
per kg body weight
Insulin therapy
INSULIN
Turns off the production of ketones
Decreases blood glucose
IV insulin infusion
regular insulin Low-dose insulin infusion
0.1 units/kg/hr Decreases risk of hypoglycemia or
hypokalemia
Goal is to decrease blood glucose by
100mg/dL/hour
Continue until acidosis
http://www.medscape.com/viewarticle/462554_4
Dextrose Administration
Dextrose
Question 9
136. Retensio Plasenta
Plasenta atau bagian-bagiannya dapat
tetap berada dalam uterus setelah bayi
lahir.
Sebab: plasenta belum lepas dari dinding
uterus atau plasenta sudah lepas tetapi
belum dilahirkan
Plasenta belum lepas: kontraksi kurang
kuat atau plasenta adhesiva (akreta,
inkreta, perkreta)
Tatalaksana Retensio Plasenta
Jika plasenta terlihat dalam vagina, mintalah ibu
mengedan. Jika Anda dapat merasakan plasenta
dalam vagina keluarkan plasenta tersebut.
Pastikan kandung kemih sudah kosong. Jika
diperlukan lakukan kateterisasi kandung kemih.
Jika plasenta belum keluar berikan oksitosin 10 unit
IM.
Jika plasenta belum dilahirkan setelah 30 menit
pemberian oksitosin dan uterus terasa berkontraksi,
lakukan penarikan tali pusat terkendali.
Jika traksi tarikan tali pusat terkendali belum
berhasil, cobalah untuk mengeluarkan plasenta
secara manual.
137. Demam Tifoid Pada Kehamilan
Gejala dan manifestasi klinis sama dengan gejala
klinis demam tifoid pada umumnya
Pada minggu pertama didapatkan demam
terutama pada sore hari, setiap hari suhu demam
meningkat (step ladder phenomenon), didapatkan
rose spots, dengan mual, muntah, hingga
didapatkan gangguan status mental.
Demam Tifoid Obat Lini Obat Alternatif
Pertama
Tanpa Sefiksim po Azitromisin
Komplikasi Amoksisilin
Kloramfenikol
Dengan Ceftriaxone IV Aztreonam IV
Komplikasi atau Imipenem IV
Sumber:
Cefotaxime IV http://emedicine.me
dscape.com/article/
231135
138. Ketuban Pecah Dini
Robeknya selaput korioamnion dalam kehamilan (sebelum
onset persalinan berlangsung)
PPROM (Preterm Premature Rupture of Membranes) :
ketuban pecah saat usia kehamilan < 37 minggu
PROM (Premature Rupture of Membranes) : usia kehamilan
> 37 minggu
Kriteria diagnosis :
Usia kehamilan > 20 minggu
Keluar cairan ketuban dari vagina
Inspekulo : terlihat cairan keluar dari ostium uteri eksternum
Kertas nitrazin merah biru
Mikroskopis : terlihat lanugo dan verniks kaseosa
Pemeriksaan penunjang : USG (menilai jumlah cairan
ketuban, menetukan usia kehamilan, berat janin, letak
janin, kesejahteraan janin dan letak plasenta)
Tatalaksana Ketuban Pecah
Prematur
Konservatif : dilakukan bila tidak ada penyulit, pada usia
kehamilan 28-36minggu, dirawat selama 2 hari
Selama perawatan dilakukan:
Observasi adanya amnionitis/tanda infeksi (demam,
takikardia,lekositosis,nyeri pada rahim,sekret vagina purulen,
takikardi janin)
Pengawasan timbulnya tanda persalinan
Pemberian antibiotika
USG menilai kesejahteraan janin
Bila ada indikasi melahirkan janin → pematangan paru
Aktif :
Dengan umur kehamilan 20-28mg dan > 37mg
Ada tanda-tanda infeksi
Timbulnya tanda persalinan
Gawat janin
139. Perdarahan Antepartum
Perdarahan dari jalan lahir setelah usia
kehamilan 22 minggu
Etiologi
Kelainan implantasi plasenta : Plasenta
Previa
Kelainan insersi tali pusat atau pembuluh
darah pada selaput amnion → Vasa Previa
Solusio Plasenta
PLASENTA PREVIA
SOLUSIO PLASENTA
Perdarahan disertai nyeri. Perdarahan tanpa nyeri
Perdarahan hanya keluar sedikit Perdarahan berulang-ulang
Palpasi sukar karena abdomen sebelum partus
terus menerus tegang dan Perdarahan keluar banyak
adanya nyeri tekan.
Fundus uteri lama-lama menjadi Darah berwarna merah segar
naik. Bagian depan tinggi
Rahim keras seperti papan. Pada pemeriksaan dalam teraba
Anemia dan syok, beratnya jaringan plasenta.
anemia dan syok sering tidak
sesuai dengan banyaknya darah Robekan selaput marginal
yang keluar.
Pada toucher teraba ketuban VASA PREVIA
yang tegang terus-menerus
karena isi rahim bertambah. • Perdarahan per vaginam, merah
Darah berwarna merah segar dan tidak nyeri
tua/kehitaman.
• DJJ lambat atau tidak beraturan
Tatalaksana
Resusitasi Cairan • Pembuluh janin dapat terpalpasi
Terminasi Kehamilan pada pemeriksaan vagina
SOLUSIO PLASENTA
• Solusio plasenta → pelepasan sebagian
atau seluruh placenta yang normal
implantasinya antara minggu ke22 sampai
lahirnya anak.
• Faktor Resiko : Hipertensi dalam
kehamilan, merokok, trauma, overdistensi
uterus, riwayat solusio plasenta
Klasifikasi solusio plasenta:
Solutio plasenta dengan
perdarahan keluar
Solutio plasenta dengan
perdarahan tersembunyi
(haematoma retroplacenta)/
concealed bleeding
Solutio plasenta dengan
perdarahan tersembunyi dan keluar
Diagnosis : USG, cek darah lengkap, cek
Clotting Time/Fibrinogen/FDP/PTT, periksa
keadaan janin (CTG)
Solusio Plasenta
http://emedicine.medscape.com/article/252810-overview
www.aafp.org
140. Polihidramnion
Volume air ketuban lebih 2000 cc
Muncul sesudah kehamilan lebih 20 minggu
Penyebab
Rh isoimunisasi, DM, gemelli, kelainan kongenital dan idiophatic.
Gejala
Sering pada trimester terakhir kehamilan.
Fundus uteri ≥ tua kehamilan.
DJJ sulit didengar.
Polihidramnion
Ringan: Sesak nafas ringan
Berat: Air ketuban > 4000 cc.
Dyspnoe & orthopnea, oedema pada extremitas bawah .
Diagnosis
Palpasi dan USG
Tatalaksana Polihidramnion
Identifikasi penyebab
Kronik hidramnion: diet protein ↑, cukup istirahat.
Polihidramnion sedang/berat, aterm → terminasi.
Penderita di rawat inap, istirahat total dan dimonitor
Jika dyspnoe berat, orthopnea, janin kecil → amniosintesis
Amniosintesis, 500 – 1000 cc/hari → diulangi 2 – 3 hari
Bila perlu dapat dipertimbangkan pemberian tokolitik
Komplikasi
Kelainan letak janin
partus lama
solusio plasenta
tali pusat menumbung dan
PPH
Prematuritas dan kematian perinatal tinggi
Oligohidramnion
Definisi
Volume air ketuban < 500 cc saat usia 32-36 minggu atau
Ukuran satu kantong (kuadran) < 2 cm atau
Amniotic fluid index (AFI) < 5 cm atau < presentil kelima
Pemeriksaan Penunjang
USG ibu (menunjukkan oligohidramnion serta tidak adanya
ginjal janin atau ginjal yang sangat abnormal)
Rontgen perut bayi
Rontgen paru-paru bayi
Analisa gas darah
Oligohidramnion
Penatalaksanaan:
Tindakan Konservatif :
Tirah baring.
Hidrasi.
Perbaikan nutrisi.
Pemantauan kesejahteraan janin ( hitung pergerakan janin, NST,
Bpp ).
Pemeriksaan USG yang umum dari volume cairan amnion.
Amnion infusion.
Induksi dan kelahiran
http://www.americanpregnancy.org/pregnancyhealth/skinchanges.html
144. Antibiotika KI untuk Ibu Hamil
Golongan Aminoglikosida (biasanya dalam turunan garam sulfate-nya)
Amikacin sulfate, tobramycin sulfate, dibekacin sulfate, gentamycin
sulfate, kanamycin sulfate, dan netilmicin sulfate
Efek samping: Nefrotoksik dan ototoksik
Golongan Tetracyclin
Doxycycline, tetracyclin dan turunan HCl-nya (tidak boleh untuk wanita
hamil), dan oxytetracylin (tidak boleh untuk wanita hamil)
trimester pertama: menyebabkan deposisi tulang in utero gangguan
pertumbuhan tulang , terutama pada bayi prematur, bersifat tidak
menetap (reversibel) dan dapat pulih kembali setelah proses remodelling
Trimester 2 dan 3: Perubahan pada warna gigi menjadi kekuning-
kuningan, bersifat menetap disertai hipoplasia enamel
Golongan Sulfonamid
mampu mendesak bilirubin dari tempat ikatannya oleh protein dan
menyebabkan kern ikterus pada bayi yang baru dilahirkan
Farmakologi dan Terapi, Edisi 5. 2007. Departemen Farmakologi Dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
145. Skrining Diabetes gestasional
146. Diagnosis Diabetes Gestasional
Adanya satu atau lebih peningkatan
parameter pemeriksaan kadar glukosa
darah harus dikonfirmasi dengan
pemeriksaan Oral Glucose Tolerance Test
(OGTT).
Kriteria pemeriksaan glukosa plasma
pada Diabetes Gestasional
Sumber:http://emedicine.medscape.com/article/127547-
overview#a30
147. Grave’s Disease
Nilai rujukan :
TSH : 0.47 –
4.64 µIU/mL
FT3 : 2.3-4.2
ng/L
FT4 : 0.89-1.76
ng/L
148. KPD/PROM
Pecahnya selaput ketuban secara spontan
sebelum proses persalinan dimulai yang ditandai
dengan keluarnya cairan berupa air-air dari
vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu.
Berdasarkan usia kehamilan :
KPD pada kehamilan aterm (aterm PROM), yaitu
pecahnya selaput ketuban secara spontan pada
usia kehamilan ≥ 37 minggu
KPD pada kehamilan preterm (preterm PROM),
yaitu pecahnya selaput ketuban secara spontan
pada usia kehamilan < 37 minggu, dibagi
menjadi :
1. KPD pada 32-36 minggu (preterm PROM near term)
2. KPD pada 23-31 minggu (preterm PROM remote from term),
3. KPD < dari 23 minggu (previable PROM)
Diagnosis
Anamnesis Pemeriksaan penunjang
keluar cairan per vaginam • Tes lakmus (tes nitrazin)
kontraksi
• Tes pakis (arborization)
perdarahan pervaginam
riwayat hubungan seksual
• Pemeriksaan USG (menilai
jumlah air ketuban)
Demam posisi janin,TBJ, letak
Pemeriksaan fisik plasenta, anomali
Identifikasi bau cairan • Amniosentesis
ketuban yang khas.
inspekulo cairan keluar
melalui OUE atau
terkumpul di forniks
posterior.
Batuk atau fundal
pressure
Jangan lakukan
pemeriksaan dalam
149. HPP
Palpasi uterus : bagaimana
Etiologi kontraksi uterus dan tinggi
fundus uterus.
Tone - uterine
Memeriksa plasenta dan
atony ketuban : apakah lengkap
atau tidak.
Trauma - genital Melakukan eksplorasi kavum
tract trauma uteri untuk mencari :
Sisa plasenta dan ketuban.
Tissue - retained Robekan rahim.
Plasenta suksenturiata.
placenta Inspekulo : untuk melihat
robekan pada serviks, vagina
Thrombin – dan varises yang pecah.
coagulopathy Pemeriksaan laboratorium :
periksa darah, hemoglobin, clot
Inversio Uteri observation test (COT), dan
lain-lain.
Inversio Uteri
Reposisi
Tatalaksana Inversio Uteri
Segera reposisi uterus
Namun jika reposisi tampak sulit, apalagi jika
inversio telah terjadi cukup lama, bersiaplah untuk
merujuk ibu
Jika ibu sangat kesakitan, berikan petidin 1
mg/kgBB (jangan melebihi 100 mg) IM atau IV
secara perlahan atau berikan morfin 0,1 mg/kgBB
IM
Jika usaha reposisi tidak berhasil, lakukan
laparotomi.
Jika laparotomi tidak berhasil, lakukan
histerektomi.
Sumber: Buku Kesehatan Ibu di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Dasar dan Rujukan, 2013
150. Oksitosin
• Pada Janin
Karena induksi motilitas uterus, oksitosin dapat
menyebabkan bradikardia, kontraksi ventrikel
premature, dan aritmia lain, dan sangat jarang
kematian janin, nilai Apgar rendah, ikterik, dan
pendarahan retina
Terapi: Bedah
Sumber:http://emedicine.medscape.com/article/269050-overview#a03
Variasi Bentuk Himen
154. Karsinoma Serviks
Karsinoma serviks adalah keganasan ke-3 yang
paling sering didapatkan pada perempuan.
Gejala klinis yang paling sering adalah adanya
perdarahan vagina, rasa tidak nyaman pada
vagina, dispareunia, adanya keputihan
berbau, dan gangguan pada proses buang air
kecil maupun buang air besar.
Infeksi HPV merupakan predisposisi penting
pada timbulnya karsinoma serviks
Diagnosis skrining dengan Papanicolaou testing
(Pap smear)
Sumber:
http://www.uspharmacist.com/content/s/229/c/36526/
http://emedicine.medscape.com/article/253513
155. Pap Smear
Sumber:
http://jnci.oxfordjournals.o
rg/content/suppl/2010/12/
27/djq562.DC1/jnci-JNCI-
09-0418-s01.pdf
Papanicolaou Displasia CIN Bethesda sistem
classification nomenclature nomenclature
I Negatif Negatif NILM
II Squamous Squamous ASC-US
atypical atypical ASC_H
III Mild dysplasia CIN 1 LSIL
Moderate CIN 2
dysplasia
IV Severe CIN 3 HSIL
dysplasia
Carcinoma in
situ
V Karsinoma Karsinoma Karsinoma
Sumber:: http://www.phoebeblogspot.com/pap-smear-
guidelines/
156. Malaria pada Kehamilan
Malaria pada kehamilan memiliki kecenderungan
lebih besar untuk berkembang menjadi malaria
berat.
Perempuan hamil terutama primigravida memiliki
risiko 10 kali lebih besar untuk menderita malaria
daripada perempuan yang tidak hamil.
Plasmodium vivax dan Plasmodium falciparum
memiliki predisposisi lebih besar untuk menjadi
malaria berat
Banyak obat antimalaria dan antiprotozoal aman
bagi kehamilan, baik bagi ibu dan janin. Obat
harus segera diberikan oleh karena keuntungan
lebih besar dari risiko.
Tatalaksana Malaria pada Kehamilan
Sumber:
http://emedicine.medscape.c
om/article/221134-treatment
Tatalaksana Malaria Berat pada
Kehamilan
Stabilisasi keadaan ibu
Periksa usia kehamilan, periksa tanda-tanda vital
Periksa adanya tanda rangsang meningeal
Bila ibu kejang, posisikan miring untuk mengurangi risiko
aspirasi
Tatalaksana farmakologis
Quinidine Gluconate
Loading dose: 6,25 mg basa/kgBB (ekivalen = 10 mg garam/kg)
IV melalui infus dalam 1-2 jam dilanjutkan dengan infus kontinu
dengan 0,0125 mg basa/kgBB/menit (ekivalen 0,02 mg
garam/kg/menit)
Efek samping: perpanjangan interval QT, Hipoglikemia, dan
Hipotensi
Artesunat: 2,4 mg/kgBB IV 3 kali tiap jam ke 0, 12, dan 24.
Selanjutnya 2,4mg/kgBB IV tiap 24 jam hingga pasien
dapat minum obat dan dapat dilanjutkan dengan
dihydroartemisin-piperakuin + primakuin
Sumber: Buku Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan
http://emedicine.medscape.com/article/221134
http://www.cdc.gov/malaria/diagnosis_treatment/clinicians3.html
157. Superimposed Preeklampsia
pada Hipertensi Kronik
Sumber: Buku Kesehatan Ibu di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan
158. Asherman’s Syndrome
Definisi
Perlengketan intrauterus, dimana kavitas uterus membentuk
jaringan parut yang beradhesi
Etiologi
Post kuretase, post operasi uterus, infeksi pelvis post partum,
post keguguran, TB pelvis
Gejala
Infertilitas
Abortus habitualis
Gangguan menstruasi seperti oligomenorrhea dan
amenorrhea akibat jaringan parut yang menggantikan
endometrium, atau menyumbat jalan keluar darah
Nyeri pada pelvis saat menstruasi dan kram uterus
http://www.nwh.org/departments-and-services/migs/conditions-
treated/ashermans-syndrome/
Asherman‘s Syndrome
Diagnosis
Baku emas: histeroskopi
HSG
USG transvaginal untuk evaluasi dan mengukur ketebalan
endometrium
Biopsi endometrium untuk menentukan apakah endometrium normal
masih tersedia
Terapi
Pengangkatan jaringan parut
Mencegah pembentukan jaringan parut kembali dengan cara:
Estrogen oral selama 30 hari untuk merangsang pembentukan
endometrium normal dan mencegah pembentukan parut ulang
Histeroskopi ulang 14 hari pasca pengangkatan jaringan parut
Penempatan balon intrauterus atau akdr untuk mencegah
pembentukan aprut ulang
USG dan biopsi untuk menentukan pertumbuhan endometrium
yang sehat
http://www.nwh.org/departments-and-services/migs/conditions-treated/ashermans-syndrome/
159. Hiperemesis Gravidarum
Definisi: keluhan mual,muntah pada ibu hamil
yang berat hingga mengganggu aktivitas
sehari-hari.
Biasanya mulai setelah minggu ke-6 dan baik
dengan sendirinya sekitar minggu ke-12
Etiologi : Kemungkinan kadar BhCG yang tinggi
atau faktor psikologik
Predisposisi :primigravida, mola hidatidosa dan
kehamilan ganda.
Akibat mual muntah → dehidrasi → elektrolit
berkurang, hemokonsentrasi, aseton darah
meningkat → kerusakan liver
Tingkatan Hiperemesis Gravidarum
Tingkat 1 :
lemah,napsu makan↓, BB↓,nyeri epigastrium,
nadi↑,turgor kulit berkurang,TD sistolik↓, lidah kering,
mata cekung.
Tingkat 2 :
apatis, nadi cepat dan kecil, lidah kering dan kotor,
mata sedikit ikterik, kadang suhu sedikit ↑, oliguria,
aseton tercium dalam hawa pernafasan.
Tingkat 3 :
KU lebih lemah lagi, muntah-muntah berhenti,
kesadaran menurun dari somnolen sampai koma, nadi
lebih cepat, TD lebih turun. Komplikasi fatal ensefalopati
Wernicke : nystagmus, diplopia, perubahan
mental.Ikterik
Tatalaksana Hiperemesis
Gravidarum
Tatalaksana umum Hiperemesis Gravidarum:
Pertahankan kecukupan nutrisi ibu.
Istirahat cukup dan hindari kelelahan
Tatalaksana Medikamentosa
Berikan 10 mg doksilamin dikombinasikan dengan 10 mg
piridoksin hingga 4 tablet per hari (2 tablet saat akan tidur,
1 tablet saat pagi dan 1 tablet saat siang)
Dimenhidrinat 50-100 mg per oral atau supositoria 4-6 kali
sehari ATAU prometazine 5-10 mg 3-4 kali sehari per oral
atau supositoria dapat diberikan bila doksilamin tidak
berhasil
Bila masih tidak teratasi dapat diberikan Ondansetron 8 mg
per oral tiap 12 jam atau Klorpromazin 10-25 mg per oral
atau 50-100 mg IM tiap 4-6 jam bila masih berlum teratasai
dan tidak terjadi dehidrasi.
Tatalaksana dehidrasi pada Hiperemesis
Gravidarum
Atasi dehidrasi dan ketosis
Berikan Infus Dx 10% + B kompleks IV
Lanjutkan dengan infus yang mempunyai komposisi kalori dan elektrolit
yang memadai seperti: KaEN Mg 3, Trifuchsin dll.
Atasi defisit asam amino
Atasi defisit elektrolit
Balans cairan ketat hingga tidak dijumpai lagi ketosis dan defisit elektrolit
Berikan obat anti muntah: metchlorpropamid, largactil, ondansetron, atau
metilprednisolon
Berikan suport psikologis
Jika dijumpai keadaan patologis: atasi
Jika kehamilannya patologis (misal: Mola Hidatidosa) lakukan evakuasi
Nutrisi per oral diberikan bertahap dan jenis yang diberikan sesuai apa yang
dikehendaki pasien
Perhatikan pemasangan kateter infus untuk sering diberikan salep
heparinkarena cairan infus yang diberikan relatif pekat.
Infus dilepas bila kondisi pasien benar-benar telah segar dan dapat makan
dengan porsi wajar
Sumber: http://emedicine.medscape.com/article/254751-overview
160. Ekstraksi Vakum
Indikasi: Kala II memanjang, ibu tidak memiliki tenaga
untuk meneran, dan terdapat kontraindikasi medis
bagi ibu untuk meneran.
Kontraindikasi: didapatkan kelainan anatomi pada
bayi, cephalopelvic disproportion, malpresentasi fetal,
selapit amnion belum pecah.
Syarat: Letak bayi harus berada di hodge III-IV,
pembukaan lengkap, janin cukup bulan, presentasi
kepala
Komplikasi: perdarahan intrakranial, edema skalp,
sefalhematoma, aberasi, dan laserasi kulit kepala
pada janin, laserasi perineum, laserasi anal, maupun
laserasi jalan lahir pada ibu.
Bioetika, ikk,
dan forensik
161. Desain
penelitian
Exposure
assignment (+)
Exposure and
outcome analyzed
prospectively (+)
Kohort
Relative risk
Risiko
munculnya penyakit pada
populasi yang terpajan risiko (relatif
terhadap populasi yang tidak
terpajan risiko)
162. Bentuk Keluarga
Keluarga inti (nuclear family): Keluarga yang terdiri dari suami, istri
serta anak-anak kandung.
Keluarga besar (extended family): Keluarga yang disamping
terdiri dari suami, istri, dan anak-anak kandung, juga sanak
saudara lainnya, baik menurut garis vertikal (ibu, bapak, kakek,
nenek, mantu, cucu, cicit), maupun menurut garis horizontal
(kakak, adik, ipar) yang berasal dari pihak suami atau pihak isteri.
Keluarga campuran (blended family): Keluarga yang terdiri dari
suami, istri, anak-anak kandung serta anak-anak tiri.
Keluarga orang tua tunggal (single parent family): Keluarga yang
terdiri dari pria atau wanita, mungkin karena bercerai, berpisah,
ditinggal mati atau mungkin tidak pernah menikah, serta anak-
anak mereka tinggal bersama.
Keluarga hidup bersama (commune family): Keluarga yang
terdiri dari pria, wanita dan anak-anak yang tinggal bersama,
berbagi hak, dan tanggung jawab serta memiliki kekayaan
bersama.
Keluarga serial (serial family): Keluarga yang terdiri dari pria dan
wanita yang telah menikah dan mungkin telah punya anak,
tetapi kemudian bercerai dan masing-masing menikah lagi serta
memiliki anak-anak dengan pasangan masing-masing, tetapi
semuanya menganggap sebagai satu keluarga.
163. Uji Hipotesis
165. lifestyle
family
Personal Psycho-socio-
behavior Economic
spirit Environment
Sick
care body mind work
system
Human Physical
biology environment
Human-Made Environment
biosphere
166. Analisis SWOT
Analisis SWOT
(singkatan bahasa
inggris dari strenghts,
weakness,
opportunities, dan
threats) adalah
metode
perencanaan
strategis yang
digunakan untuk
mengevaluasi
kekuatan,
kelemahan, peluang
dan ancaman dalam
suatu proyek
SIKLUS PEMECAHAN MASALAH (Problem
Solving Cycle)
Analisis
Situasi Identifikasi
Evaluasi Masalah
Behaviour
Penentuan Prioritas Masalah
Carapemilihan prioritas masalah banyak
macamnya. Secara sederhana dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu
Scoring Technique (Metode Penskoran) Mis:
metode delbeg, metode hanlon, metode
delphi, metode USG , metode
pembobotan dan metode dengan rumus
Non Scoring Technique.
Scoring Technique
CaraBryant : Cara ini telah dipergunakan di
beberapa negara yaitu di Afrika dan Thailand.
Cara ini menggunakan 4 macam kriteria :
Community Concern, yakni sejauh mana masyarakat
menganggap masalah tersebut penting.
Prevalensi, yakni berapa banyak penduduk yang
terkena penyakit tersebut.
Seriousness, yakni sejauh mana dampak yang
ditimbulkan penyakit tersebut
Manageability, yakni sejauh mana kita memiliki
kemampuan untuk mengatasinya.
Cara Bryant
KOMPETENSI
KURANG ATAU DI LUAR KOMPETENSI /
KEWENANGAN
SERING MENJADI PENYEBAB ERROR ATAU KELALAIAN
SERING DIKAITKAN DENGAN KOMPETENSI INSTITUSI
KADANG DAPAT DIBENARKAN PADA SITUASI-KONDISI
LOKAL TERTENTU (LOCALITY RULE, LIMITED
RESOURCES)
TUNTUTAN DAPAT BERUPA KELALAIAN
Tingkatan malpraktik
(ringan – berat)
1. Eror of jugdment (kesalahan penilaian)
2. Slight negligence (kelalaian ringan)
3. Gross negligence (kelalaian berat)
4. Intentional wrongdoing atau criminal
intent (tindakan dengan sengaja yg
bernafas kriminal)
KELALAIAN MEDIK
JENISMALPRAKTIK TERSERING
BUKAN KESENGAJAAN
TIDAK MELAKUKAN YG SEHARUSNYA DILAKUKAN,
MELAKUKAN YG SEHARUSNYA TIDAK DILAKUKAN
OLEH ORANG2 YG SEKUALIFIKASI PADA SITUASI
DAN KONDISI YG IDENTIK
SYARAT KELALAIAN (4D)
DUTY (Duty of care)
KEWAJIBAN PROFESI
KEWAJIBAN AKIBAT KONTRAK DG PASIEN
Polisi,jaksa
MKDKI Hakim IDI
hakim
DOKTER
168. Jenis Variabel
Berdasarkan skala pengukurannya
Variabel nominal: variabel dengan skala paling sederhana
karena fungsinya hanya untuk membedakan atau memberi
label suatu subjek atau kategori. Contoh variabel nominal :
jenis kelamin (laki-laki dan perempuan).
Variabel ordinal: variabel yang dibedakan menjadi beberapa
secara bertingkat, contoh status sosial ekonomi : rendah,
sedang, tinggi.
Variabel interval: variabel yang selain dimaksudkan untuk
membedakan, mempunyai tingkatan, juga mempunyai jarak
yang pasti atau satu kategori dengan kategori lainnya,
contoh prestasi belajar : 5, 6, 7, 8, dst.
Variabel rasio: variabel selain bersifat membedakan,
mempunyai tingkatan yang jaraknya pasti, dan setiap nilai
kategori diukur dari titik yang sama, contoh : berat badan,
tinggi badan, dst.
Berdasarkan konteks hubungannya
Variabel bebas (independent, predictor, risiko atau kausa): variabel
yang bila ia berubah akan mengakibatkan perubahan variabel lain.
Variabel terikat (dependent, efek, hasil, outcome, respons, atau event,
tergantung) : variabel yang berubah akibat variabel bebas.
Variabel Moderator: variabel yang mepengaruhi (memperkuat atau
memperlemah) hubungan antara variabel independen dengan
dependen. Variabel ini sering disebut sebagai variabel independen
kedua. Contoh: Anak adalah variabel yang memperkuat hubungan
suami isteri. Pihak ketiga adalah variabel yang memperlemah
hubungan suami isteri.
Variabel Intervening (Antara): menghubungkan antara variabel
independen dengan variabel dependen yang dapat memperkuat
atau memperlemah hubungan namun tidak dapat diamati atau
diukur. Contoh: Hubungan antara Kualitas Pelayanan (Independent)
dengan Kepuasan Konsumen (Intervening) dan Loyalitas (Dependen).
Variabel perancu (counfounding) : variabel yang berhubungan
dengan variabel bebas dan variabel terikat, tetapi bukan merupakan
variabel antara. Cara menyingkirkan perancu yaitu dalam desain
(dengan restriksi, matching atau randomisasi) dan dalam analisis
(dengan stratifikasi atau analisis multivariat).
169. Trias WHO
170. Keterampilan Attending
Keterampilan attending adalah perilaku dokter
menghampiri pasien yang diwujudkan dalam
bentuk kontak mata dengan pasien, bahasa tubuh
dan bahasa lisan.
Ciri-ciri Attending yang baik adalah:
Menganggukkan kepala dengan apabila menyetujui
pernyataan klien
Ekspresi wajah tenang, ceria dan senyum
Posisi tubuh agak condong kearah klien, jarak antara
konselor dengan klien dekat, duduk akrab
berhadapan atau berdampingan
Variasi isyarat gerakan tangan berubah- ubah untuk
menekankan suatu pembicaraan
Mendengarkan secara aktif, penuh perhatian,
menunggu ucapan klien hingga selesai.
Pemilihan tujuh kelompok keterampilan yang digagas oleh Brammer
dan MacDonald's karena mengandung berbagai macam tanggapan
konselor
listening skill (keterampilan menyimak)
leading skill (keterampilan memimpin)
reflecting skill (keterampilan merefleksi)
challenging skill (keterampilan dalam menantang)
interpreting skill (keterampilan menafsirkan)
informing skill (keterampilan menjelaskan)
summarizing skill (keterampilan meringkas)
Keterampilan memimpin dan mengarahkan berfungsi untuk mengajak
konseli untuk secara aktif berpartisipasi dalam proses konseling, untuk
memandu atau memfokuskan konseli bila diperlukan, dan untuk
menggali topik-topik tertentu secara lebih mendalam.
Kemampuan ini salah satunya ditunjukan dengan teknik probing, yaitu
dengan memberikan bentuk pertanyaan terbuka atau pertanyaan
tertutup. Pertanyaan terbuka mendorong konseli untuk menjelaskan
atau menjelajahi (misalnya, "Bagaimana hal itu terjadi pada Anda?"),
Sedangkan pertanyaan tertutup untuk jawaban tertentu (misalnya,
"Apakah Anda tiba tepat pada waktunya?").
171. Non-maleficence
Kriteria
1. Menolong pasien emergensi :
Dengan gambaran sbb :
- pasien dalam keadaan sangat berbahaya (darurat) / berisiko
kehilangan sesuatu yang penting (gawat)
- dokter sanggup mencegah bahaya/kehilangan tersebut
- tindakan kedokteran tadi terbukti efektif
- manfaat bagi pasien > kerugian dokter
2. Mengobati pasien yang luka
3. Tidak membunuh pasien ( euthanasia )
4. Tidak menghina/mencaci maki/ memanfaatkan pasien
5. Tidak memandang pasien hanya sebagai objek
6. Mengobati secara proporsional
7. Mencegah pasien dari bahaya
8. Menghindari misrepresentasi dari pasien
9. Tidak membahayakan pasien karena kelalaian
10. Memberikan semangat hidup
11. Melindungi pasien dari serangan
12. Tidak melakukan white collar crime dalam bidang kesehatan
172. Beneficence
Kriteria
1. Mengutamakan altruism (menolong tanpa pamrih, rela berkorban
untuk kepentingan orang lain)
2. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia
3. Memandang pasien/keluarga sebagai sesuatu yang tak hanya
menguntungkan dokter
4. Mengusahakan agar kebaikan lebih banyak dibandingkan
keburukannya
5. Paternalisme bertanggungjawab/berkasih sayang
6. Menjamin kehidupan baik minimal manusia
7. Pembatasan goal based (sesuai tujuan/kebutuhan pasien)
8. Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien
9. Minimalisasi akibat buruk
10. Kewajiban menolong pasien gawat darurat
11. Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan
12. Tidak menarik honorarium di luar kewajaran
13. Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan
14. Mengembangkan profesi secara terus menerus
173. Autonomy
Pandangan Kant
Otonomi kehendak = otonomi moral, yaitu kebesan
bertindak, memutuskan atau memilih dan menentukan
diri sendiri sesuai dengan kesadaran terbaik bagi dirinya
yang ditentukan sendiri tanpa hambatan, paksaan, atau
campur tangan pihak luar (heteronomi), suatu motivasi
dari dalam berdasar prinsip rasional atau self-legislation
dari manusia
Tell the truth
Hormatilah hak privasi orang lain, lindungi formasi
konfidensial, mintalah consent untuk intervensi diri pasien;
bila ditanya, bantulah membuat keputusan penting
Autonomy
Kriteria
1. Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai martabat pasien
2. Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan (kondisi elektif)
3. Berterus terang
4. Menghargai privasi
5. Menjaga rahasia pasien
6. Menghargai rasionalitas pasien
7. Melaksanakan informed consent
8. Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri
9. Tidak mengintervensi atau menghalangi otonomi pasien
10. Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam mengambil keputusan
termasuk keluarga pasien sendiri
11. Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non
emergensi
12. Tidak berbohong ke pasien meskipun demi kebaikan pasien
13. Menjaga hubungan (kontrak)
174. Komunikasi
Komunikasi intrapersonal: komunikasi yang terjadi
dalam diri sendiri maka tindak balas yang
dilakukan ialah dalam internal diri sendiri. Contoh,
komunikasi yang terjadi saat kita merenung,
berdialog dengan diri sendiri (baik sadar maupun
secara tidak sadar, misalnya sedang tidur).
Komunikasi interpersonal: komunikasi yang
dilakukan dengan orang lain sehingga tindak
balas dan evaluasinya memerlukan orang lain.
Contoh, komunikasi dengan pacar, teman, dosen,
orang tua dan lain sebagainya.
Komunikasi massa: komunikasi yang dilakukan
dalam kumpulan manusia yang terjadi proses
sosial di dalamnya, baik melalui media atau
langsung dan bersifat one way communication.
Contoh, komunikasi yang terjadi di televisi, web-
site, blog, iklan dan lain sebagainya
175. The Five-Star Doctor
The concept of the ―five-star doctor‖ is proposed
as an ideal profile of a doctor possessing a mix of
aptitudes to carry out the range of services that
health settings must deliver to meet the
requirements of relevance, quality, cost-
effectiveness and equity in health
The five sets of attributes:
Care provider
Decision-maker
Communicator
Community leader
Manager
The Five-Star Doctor. Dr Charles Boelen . World Health Organization, Geneva, Switzerland
The Five-Star Doctor
Attributes Definition
Care-provider Besides giving individual, must take into account the total
(physical, mental and social) needs of the patient. Ensure that a
full range of treatment - curative, preventive or rehabilitative - will
be dispensed in ways that are complementary, integrated and
continuous.
Decision- Taking decisions that can be justified in terms of efficacy and
maker cost. The one that seems most appropriate in the given situation
must be chosen
Communicat Excellent communicators in order to persuade individuals,
or families and the communities in their charge to adopt healthy
lifestyles and become partners in the health effort
Community Take a positive interest in community health activities which will
leader benefit large numbers of people. Understanding the
determinants of health inherent in the physical and social
environment and by appreciating the breadth of each problem
or health risk
Manager Initiate exchanges of information in order to make better
decisions, and to work within a multidisciplinary team in close
association with other partners for health and social
development
176. Non-maleficence
Kriteria
1. Menolong pasien emergensi :
Dengan gambaran sbb :
- pasien dalam keadaan sangat berbahaya (darurat) / berisiko
kehilangan sesuatu yang penting (gawat)
- dokter sanggup mencegah bahaya/kehilangan tersebut
- tindakan kedokteran tadi terbukti efektif
- manfaat bagi pasien > kerugian dokter
2. Mengobati pasien yang luka
3. Tidak membunuh pasien ( euthanasia )
4. Tidak menghina/mencaci maki/ memanfaatkan pasien
5. Tidak memandang pasien hanya sebagai objek
6. Mengobati secara proporsional
7. Mencegah pasien dari bahaya
8. Menghindari misrepresentasi dari pasien
9. Tidak membahayakan pasien karena kelalaian
10. Memberikan semangat hidup
11. Melindungi pasien dari serangan
12. Tidak melakukan white collar crime dalam bidang kesehatan
177. Beneficence
Kriteria
1. Mengutamakan altruism (menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk
kepentingan orang lain)
2. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia
3. Memandang pasien/keluarga sebagai sesuatu yang tak hanya menguntungkan
dokter
4. Mengusahakan agar kebaikan lebih banyak dibandingkan keburukannya
5. Paternalisme bertanggungjawab/berkasih sayang
6. Menjamin kehidupan baik minimal manusia
7. Pembatasan goal based (sesuai tujuan/kebutuhan pasien)
8. Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien
9. Minimalisasi akibat buruk
10. Kewajiban menolong pasien gawat darurat
11. Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan
12. Tidak menarik honorarium di luar kewajaran
13. Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan
14. Mengembangkan profesi secara terus menerus
15. Memberikan obat berkhasiat namun murah
16. Menerapkan golden rule principle
178. Patient safety
NEAR MISS
Adalah tindakan yg dapat mencederai pasien,
tetapi tidak mengakibatkan cedera karena
faktor kebetulan, pencegahan atau mitigasi
ERRORS
VIOLATION Setiap cedera yang lebih disebabkan oleh
manajemen medis drpd akibat penyakitnya
ADVERSE
EVENTS
UNPREVENTABLE
Kelenjar limfe
retrofaringeal/penyebar
Penyebar an lokoregional
an sistemik (paranasofaringeal/par
afaringeal, erosi dasar
tengkorak)
Manifestasi Klinis
Gejala dapat dibagi dalam lima kelompok,
yaitu:
1. Gejala nasofaring
2. Gejala telinga
3. Gejala mata
4. Gejala saraf
5. Metastasis atau gejala di leher
Manifestasi Klinis
Gejala telinga: Gejala hidung:
rasa penuh di ingus bercampur
telinga, darah,
rasa berdengung, post nasal drip,
rasa tidak nyaman epistaksis berulang
di telinga Sumbatan hidung
rasa nyeri di telinga, unilateral/bilateral
otitis media serosa
sampai perforasi
membran timpani
Gejala telinga,
hidung, nyeri kepala
gangguan
>3 minggu sugestif
pendengaran tipe
konduktif, yang KNF
biasanya unilateral
Manifestasi Klinis
Gejala lanjut Gejala lokal lanjut
Limfadenopati gejala saraf
servikal Penjalaran petrosfenoid
Penyebaran dapat mengenai
limfogen saraf anterior (N II-VI),
Konsistensi keras, sindroma petrosfenoid
tidak nyeri, tidak Jacob
mudah digerakkan Penjalaran
Soliter petroparotidean
mengenai saraf
KGB pada leher posterior (N VII-XII),
bagian atas sindrom horner,
jugular superior, sindroma
bawah angulus petroparatoidean
mandibula Villaret
•
•
DIAGNOSIS
Rhinoskopi posterior
Nasofaring
•DPL
•Evaluasi gigi geligi
direct/indirect •Audiometri
• Biopsi •Neurooftalmologi
• CT Scan/ MRI •Ro Torax
• FNAB KGB •USG Abdomen, Liver
• Titer IgA anti : Scinthigraphy
– VCA: sangat sensitif, •Bone scan
kurang spesifik
– EA: sangat kurang
sensitif, spesifitas
tinggi
Staging
Untukpenentuan stadium dipakai sistem TNM
menurut UICC (2002)
Staging KNF
optimized by optima
http://www.cancer.gov/cancertopics/pdq/treatment/nasopharyngeal/HealthPro
T : tumor primer
T1 : tumor terbatas di nasofaring
T2 : tumor meluas ke jaringan lunak orofaring dan/atau fossa
hidung
T2a – tanpa perluasan ke parafaring
T2b – dengan perluasan ke parafaring
T3 : tumor menginvasi struktur tulang dan/atau sinus paranasal
T4 : tumor dengan perluasan intracranial dan/atau
keterlibatan saraf cranial, fossa infratemporal, hipofaring,
orbit
N : pembesaran kelenjar getah bening regional
Nx : tidak jelas adanya keterlibatan kelenjar getah benih
(KGB)
N0 : tidak ada keterlibatan KGB
N1 : metastasis pada KGB ipsilateral tunggal, 6 cm atau kurang
di atas fossa supraklabikula
N2 : metastasis bilateral KGB, 6 cm atau kurangm di atas fossa
supraklavikula
N3a : > 6 cm
N3b : pada fossa supraklavikula
M : metastasis jauh
M0 : tidak ada metastasis jauh
M1 : ada metastasis jauh
PENGOBATAN
• Radioterapi
Stadium dini tumor primer
Stadium lanjut tumor primer (elektif),
KGB membesar
• Kemoterapi
Stadium lanjut / kekambuhan sandwich
• Operasi
– sisa KGB diseksi leher radikal
– Tumor ke ruang paranasofaringeal/ terlalu
besar nasofaringektomi
188. Hearing Loss
Disorder Description
Presbycusis Sensorineural hearing impairment in elderly
individuals. Characteristically, presbycusis involves
bilateral high-frequency hearing loss associated with
difficulty in speech discrimination and central
auditory processing of information
Meniere A disorder of the inner ear that is also known as
idiopathic endolymphatic hydrops.Diagnosis: Triad:
vertigo, tinitus, hearing loss
Otoacoustic emission ₋ a sound which is generated from within the inner ear;
₋ related to the amplification function of the cochlea;
₋ simple, non-invasive, test for hearing defects in newborn babies and in children who are
too young to cooperate in conventional hearing tests
Auditory brainstem ₋ an auditory evoked potential extracted from ongoing electrical activity in the brain and
response recorded via electrodes placed on the scalp.;
₋ The resulting recording is a series of vertex positive waves of which I through V are
evaluated;
₋ used for newborn hearing screening, auditory threshold estimation, intraoperative
monitoring, determining hearing loss type and degree, and auditory nerve and brainstem
lesion detection
Behavioural observation ₋ presenting sounds to a baby and observing their responses;
audiometry
Visual reinforcement ₋ The procedure relies on continued cooperation of the child, in particular their ability to
audiometry stay in the required test position;
₋ VRA uses lighted and/or animated toys that are flashed on simultaneously with the
presentation of an auditory signal (warble tones, narrow band noise or speech) during a
conditioning period.
Pure tone audiometry - a subjective, behavioural measurement of hearing threshold, as it relies on patient
response to pure tone stimuli.
- used on adults and children old enough to cooperate with the test procedure
- hearing test used to identify hearing threshold levels of an individual, enabling
determination of the degree, type and configuration of a hearing loss;
190. OMA
Acute Otitis Media Phase
1. Tubal Occlusion Phase
Rectraction of tymphanic membrane
2. Pre-suppurative Phase
Hiperemia and edema of tymphanic membrane
3. Suppurative Phase
Bulging of tymphanic membrane and suppuration in
tymphanic cavity
4. Perforation Phase
tymphanic membrane rupture
5. Resolution Phase
191. OMSK
Deskripsi
Batasan Infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi MT dan
sekret yang keluar terus menerus atau hilang timbul (> 2
bulan)
Klasifikasi OMSK tipe benigna/aman/mukosa
- Perforasi sentral
- Tidak dijumpai kolesteatoma
Imunoterapi
Sumber: Buku ajar ilmu THT 2007
Antihistamine : stop the symptoms caused by histamines
by blocking the body's receptors that trigger
inflammation. Antihistamines are commonly used to
treat allergic diseases
Pseudoephedrine: a sympathomimetic drug of the
phenethylamine and amphetamine chemical classes. It
may be used as a nasal/sinus decongestant
Antileukotriene: potent proinflammatory mediators
derived from arachidonic acid through the 5-
lypoxigenase (5-LO) pathway. alleviate the symptoms of
many chronic diseases, especially bronchial asthma
and allergic rhinitis
Oxymetazoline: a selective alpha-1 agonist and partial
alpha-2 agonist topical decongestant
Corticosteroid: reducing inflammation, swelling, and
mucus production in the airways of a person with
asthma
195. Benda asing telinga
Mengeluarkan benda asing harus hati-hati, jangan
sampai menimbulkan trauma
Binatang Bila masih hidup, matikan lebih dahulu
dengan memasukkan tampon basah ke liang telinga,
lalu teteskan cairan (misal rivanol atau obat anestesi
lokal) sekitar 10 menit. Setelah binatang mati,
keluarkan dengan pinset atau diirigasi dengan air
bersih hangat
Zat korosif jangan dibasahi
Benda asing besar tarik dengan pengait serumen
Benda asing kecil ambil dengan cunam atau
pengait
196. Otitis Externa
OE Karakteristik Terapi
Sirkump Lokasi: 1/3 luar liang telinga Antibiotik topikal
skripta/ Etiologi: S. aureus, S. albus (bacitracin, polimyixin)
furunkel Gejala: Nyeri hebat yang tidak sesuai dengan antiseptik
besarnya bisul, nyeri tarik, nyeri saat membuka Aspirasi abses
mulut Analgetik
Difus Lokasi: 2/3 dalam liang telinga Bersihkan liang telinga
Etiologi: Pseudomonas, S.albus Tampon antibiotik
Gejala: Nyeri tekan tragus, liang telinga sempit, Antibiotik sistemik
edema difus, sekret (+)
Maligna Lokasi: infeksi difus liang telinga luar dan Antibiotik sistemik
struktur sekitarnya Debridement
Etiologi: Pseudomonas
Predisposisi: Orang tua dengan
DM/imunodefisiensi
Gejala: gatal diikuti nyeri, sekret yang banyak,
pembengkakan liang telinga, disertai
pembentukan jaringan granulasi
197. Pseudomonas
Pseudomonas aeruginosa is a Gram-negative, aerobic rod
belonging to the bacterial family Pseudomonadaceae.
It is the predominant bacterial pathogen in some cases of
external otitis, including "swimmer's ear".
The bacterium is infrequently found in the normal ear, but often
inhabits the external auditory canal in association with injury,
maceration, inflammation, or simply wet and humid conditions.
P. aeruginosa produces two extracellular protein toxins:
Exoenzyme S is produced by bacteria growing in burned tissue
and may be detected in the blood before the bacteria are. It
may act to impair the function of phagocytic cells in the
bloodstream and internal organs as a preparation for invasion
by P. aeruginosa.
Exotoxin A has exactly the same mechanism of action as the
diphtheria toxin; it causes the ADP ribosylation of eucaryotic
elongation factor 2 resulting in inhibition of protein synthesis in the
affected cell. Exotoxin A appears to mediate both local and
systemic disease processes caused by Pseudomonas aeruginosa.
It has necrotizing activity at the site of bacterial colonization and
is thereby thought to contribute to the colonization process.
198. Stadium OMA
Stadium Gejala dan tanda Terapi
Oklusi tuba MT retraksi, sulit dibedakan HCl efedrin ,
dengan OME antibiotika
Hiperemis MT hiperemis dan edem Antibiotika,
(presupurasi) analgetik,
dekongestan
Supuratif MT bulging akibat eksudasi Antibiotika,
sekret purulen. Pasien tampak analgetik,
sakit, nadi dan suhu miringotomi
meningkat, nyeri telinga
bertambah hebat
Perforasi MT ruptur dan nanah mengalir Antibiotika, cuci
keluar telinga dengan
Anak menjadi tenang, suhu H2O2 3%
turun, dapat tidur nyenyak
Resolusi Perbaikan MT., sekret Antibiotika
berkurang dan kering
199. Etiologi Otitis Media
OMA OMSK
Utamanya bakteri piogenik, Pada keadaan munculnya
seperti Streptokokus kolestatoma, merupakan
hemolitikus, Stafilokokus media yang baik untuk
aureus, dan Pneumokokus. pertumbuhan kuman, paling
Pada anak < 5 tahun, sering sering Proteus dan
ditemukan Hemofilus Pseudomonas aeruginosa
influenza
200. Terapi OMSK
Tipe aman: terbatas mukosa, Tipe bahaya: mengenai
perforasi sentral, tulang, perforasi atik atau
kolesteatom (-) marginal, kolesteatom (+)
• Cuci telinga dengan H2O2 • Mastoidektomi, dengan
3% bila sekret keluar atau tanpa
terus-menerus timpanoplasti
• Obat tetes telinga • Medikamentosa untuk
(antibiotik + steroid) konservatif
• Antibiotika oral • Insisi abses jika terdapat
• Bila 2 bulan belum abses subperiosteal
resolusi miringoplasti retroaurikular
atau timpanoplasti
TERIMA KASIH
SELAMAT BELAJAR