Vous êtes sur la page 1sur 13

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN CL (CLEFT LIPS) / CP (CLEFT PALATE)

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak II


Dosen Pengampu : Mona S, S.Kep. Ns

Disusun oleh:
ANITA RAHMAWATI
010401007

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN
2007
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fungsi utama sistem pencernaan (system alimenter) adalah untuk
memindahkan zat gizi atau nutrien (setelah memodifikasinya), air dan elektrolit
dari makanan yang kita makan ke dalam lingkungan internal tubuh. Makan yang
di makan penting sebagai sumber energi yang kemudian digunakan oleh sel
dalam menghailkan ATP untuk menjalankan berbagai aektifitas bergantung
energi. Makanan juga merupakan sumber bahan ntuk perbaikan, pembaharuan
dna penambahan jaringan tubuh.
Pintu masuk ke saluran pencernaan adalah melalui mulut atau rongga oral.
Lubang berbentuk bibir berotot, yang membantu memperoleh, mengarahkan, dan
menampung makanan di mulut. Bibir juga memiliki fungsi non pencernaan, yaitu
untuk bicara (artikulasi berbagai bunyi berganting pada bentukan bibir terbentur)
dan sebagai reseptor sensorik (sebagai contoh waktu berciuman)
Langit-langit (palatum), yang membentuk atap lengkung rongga mulut,
memisahkan mulut dari saluran hidung. Keberadaannya memungkinkan bernapas
dan mengunyah atau menghisap berlangsung bersamaan. Secara embriologis,
palatum berasal dari penonjolan yang tumbuh ke arah dalam dari rahang ke dua
sisi dan menyatu di garis tengah rongga mulut. Kegagalan tonjolan tersebut untuk
menyatu secara benar akan menyebabkan sumbing langittan (langit-langit, cleft
palate), yang dapat mengganggu garakan menyedot, makan dan berbicara apabil
tidak di koreksi secara bedah
Dalam makalah ini akan dibahas pokok bahasan tentang bibir belah (CL)
dengan atau tanpa langit-langit mulut berbedah (CP). Dimana CL (bibir terbelah)
adalah malformasi yang disebabkan oleh gagalnya prosesus nasal median dan
maksilaris untuk menyatu selama perkembangan embrionik. Sedangkan CP
(langit-langit mulut/palate terbelah) adalah fisura garis tengah pada palatum yang
terjadi karena kegagalan dua sisi menyatu selama perkembangan embrionik
(Donna. L. Wong, 2003).
Craniofacial anomalies atau CA merupakan kelainan yang terjadi di daerah
wajah yang umumnya disebabkan oleh bawaan lahir, kasus CA yang paling
umum dan paling banyak terjadi adalah celah bibir (bibir sumbing/cleftlip) atau
celah langit-langit mulut (cleft palate). (http: //www.indosiar.com)
Celah langit-langit mulut (clefrt palate), muncul akibat proses penutupan
langit-langit mulut yang tidak sempurna. Proses ini terjadi saatjanin masih dalam
kandungan ibu dan hingga pada saat di lahirkan, celah mulut ini menimbulkan
ruang terbuka hingga saluran pernafasan hidung, bahkan mencapai
kerongkongan. Umumnya pasien yang memiliki celah pada langit-langit
mulutnya, juga memiliki celah pada bibirnya atau bibirsumbing.
(http://www.indosiar.com)
Bibir sumbing (cleft lip) merupakan kelainan formasi bibir selama proses
pertumbuhan janin, seperti halnya celah langit-langit mulut. Tingkat kelainan
bibir sumbing bervariasi, mulai dari ringan sampai parah (celah bisa mencapai
hidung). Bibir sumbing dan celah-celah mulut bisa terjadi bersamaan ataupun
terpisah. Tingkat keseriusan celah ini mempengaruhi proses pemberian makanan
pada pasien. (http://www.indosiar.com)
Insiden bibir sumbing dengan atau tanpa celah palatum terjadi kira-kira 1
dalam 800 kelahiran hidup. Dan insiden celah palatum sendiri kira-kira 1 dalam
2000 kelahiran hidup. Bibir sumbing (CL) dengan atau tanpa celah palatum pada
umumnya lebih banyak terajdi pada laki-laki sedangkan celah palatum sendiri
pada umumnya lebih banyak pada perempuan. Kecacatan ini lebih sering muncul
di Asia dan Amerika yang berkulit putih sedangkan frekuensi kurang/jarang
terjadi pada kulit hitam. (Donna. L. Wong, 2001)
Insiden yang terkait dengan malforasi konginetal dan gangguan dalam
proses perkembangan meningkat pada anak-anak dengan cacat celah, terutama
pada mereka yang menderita cacat celah palatumsaja. Penemuan ini sebagian
terjelaskan oleh adanya kenaikan insiden gangguan pendengaran konduktif pada
anak yang menderita celah palatum, sebagian disebabkan karena infeksi berulang
pada telinga tengah, juga oleh frekuensi cacatcelah pada anak-anak yang
mempunyai kelainan kromosom. (http://www.indosiar.com)
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan pembuatan makalah ini diharapkan mahasiswa mampu menerapkan
asuhan keperawatan dengan tepat pada pasien dengan CL (Cleft Lips) / CP
(Cleft Palate).
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui anatomi dan fisiologi sistem pencernaan dan CL / CP
b. Mengetahui definisi CL / CP
c. Mengetahui etiologi CL / CP
d. Mengetahui manifestasi klinis CL / CP
e. Mengetahui patofisiologi CL / CP
f. Mengetahui penatalaksanaan medis CL / CP
g. Mengetahui komplikasi CL / CP
h. Mengetahui pathway CL / CP
i. Mengetahui askep pada pasien dengan CL / CP
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Anatomi dan Fisiologi


Saluran pencernaan makanan merupakan saluran yang menerima makanan
dari luar dan mempersipkannya untuk diserap oleh tubuh dengan jalan proses
pencernaan (pengunyahan, penelanan dan pencampuran) dengan enzim dan zat
cair yang terbentang mulai dari mulut (oris) sampai anus.
Struktur pencernaan
Mulut/oris
Mulut merupakan saluran pencernaan yang terdiri atas 2 bagian yaitu:
1. Bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu rongga mulut yang diantara gusi,
gigi, bibir dan pipi.
2. Bagian rongga mulut/bagian dalam, yaitu rongga mulut yang dibatasi sisinya
oleh tulang maksilaris, palatum dan mandibularis di sebelah belakang
bersambungan dengan faring.
Selaput lendir mulut ditutupi epitalium yang berlapis-lapis, di bawahnya
terletak kelenjar-kelenjar halus yang mengeluarkan lendir, selaput ini kaya akan
pembuluh darah dan juga memuat banyak ujung akhir saraf sensoris (Syaifuddin,
1997)
Bibir di sebelah luar mulut ditutupi oleh kulit dan disebelah dalam ditutupi
oleh selaput lendir (mukosa). Otot orbikularis oris menutupi bibir.
Levator anguli oris mengangkat dan depresor anguli oris menelan ujung
mulut.
1. Palatum, terdiri atas 2 bagian yaitu:
a. Palatum durum (palatum keras) yang tersusun atas tajuk-tajuk palatum
dan sebelah depan tulang maksilaris dan lebih ke belakang terdiri dari 2
tulang palatum
b. Palatum mole (palatum lunak) terletak dibelakang yang merupakan
lipatan menggantung yang dapat bergerak, terdiri atas jaringan fibrosa dan
selaput lendir.
Gerakannya dikendalikan oleh ototnya sendiri, disebelah kanan dan kiri dari
tiang fauses terdapat saluran lendir menembus ke tonsil.
Langit-langit (palatum), yang membentuk atap lengkung rongga mulut,
memisahkan mulut dari saluran hidung. Keberadaannya memungkinkan
bernafas dan mengunyah atau menghisap berlangsung bersamaan. Secara
embriologis, palatum berasal dari penonjolan yang tumbuh ke arah dalam dari
rahang di kedua sisi dan menyatu di garis tengah rongga mulut. Kegagalan
tonjolan tersebut untuk menyatu secara benar akan menyebabkan sumbing
langitan (langit-langit/cleft palate), yang dapat menggangu gerakan
menyedot, makan dan berbicara apabila tidak di koreksi secara bedah.
Di bagian belakang dekat tenggorokan terdapat suatu tonjolan menggantung
dari palatume mole, yakni uvula (anak lidah), yang berperan penting untuk
menutup saluran hidung ketika kita menelan. (Uvula adalah struktur yang
terangkat pada saat anda berkata “ahhhh” sehingga dokter/perawat dapat
melihat tenggorokan anda dengan lebih baik). (Saifuddin, 1997)
B. Definisi
CL (cleft lip/labioschizis) atau bibir sumbing adalah malforasi yang
disebabkan oleh gagalnya prosesus nasal median dan maksilaris untuk menyatu
selama perkembangan embrionik. (Donna.L.Wong, 2003)
Cl (cleft lip/bibir sumbing) merupakan kelainan formasi bibir selama
proses pertumbuhan janin. (http://www.indosiar.com)
CL (cleft lip atau labioschizis) atau bibir sumbing adalah suatu kelainan
bawaan yang ditandai dengan adanya celah pada bibir, gusi dan langit-langit yang
dapat timbul sendiri atau bersamaan. (http:lakshminawasasi.blogspot.com)
CL (cleft lip atau bibir sumbing) adalah keadaan ketika bibir atau langit
gusi seseorang terbelah menjadi dua. (http://www.info-sehat.com)
CP (cleft palate/palatoschizis) atau palatum sumbing adalah fisura garis
tengah pada palatum yang terjadi karena kegagalan dua sisi untuk menyatu
selama perkembangan embrionik. (Donna.L.Wong, 2003)
CP (cleft palate/palatoschizis) merupakan sebuah garis tengah fisura
palatum sebagai akibat dari kegagalan proses penyatuan antara 2 bagian.
(Donna.L.Wong, 2001)
CP (cleft palate/palatoschizis) atau palatum sumbing adalah suatu proses
penutupan langit-langit mulut yang tidak sempurna, sehingga menimbulkan
ruang terbuka hingga saluran pernafasan hidung, bahkan mencapai kerongkongan
(http://www.indosiar.com)

C. Etiologi
1. Faktor genetik (hereditas)/bawaan lahir
Ditandai dengan peningkatan angka kejadian berhubungan dengan kembar
monozygot lebih besar terjadi dibadingkan dengan kembar dizigot
2. Lingkungan
3. Infeksi pada janin pada usia kehamilan muda, biasanya pada trimester I
4. Kekurangan seng
Seng sangat dibutuhkan enzim tubuh, walaupun yang diperlukan sedikit, tapi
jika kekurangan, berbahaya, makanan yang mengandung Seng antara lain
daging, sayur-sayuran dan air.
5. Kawin antar kerabat atau saudara
Hal ini memang menjadi pemicu munculnya penyakit generatif (keturunan)
yang sebelumnya resesif
6. Kekurangan nutrisi/kekurangan gizi seperti vitamin B6 dan B kompleks
7. Ibu yang terpajan obat-obatan atau jamu (misalnya kortison, antikonvulsan,
klosiklizin, phenytoin, valproic acid, thali domide dan pesticidedioxin)
8. Kromosom abnormal
(Wyszinky, duffy dan beatty, 1997)

D. Manifestasi Klinis
1. Celah bibir dapat terjadi dalam berbagai variasi, mulai dari taktil kecil pada
batas yang merah terang sampai celah sempurna yang meluas ke dasar hidung
2. Tampak unilateral (lebih sering pada sisi kiri) atau bilateral
3. Disertai dengan gigi yang cacat bentuk, gigi tambahan atau bahkan tidak
tumbuh gigi.
4. Celah kartilago cuping hidung-bibir sering kali disertai dengan defisiensi
sekat hidung dan pemanjangan vomer, menghasilkan tonjolan keluar bagian
anterior celah prosesus maksilaris.
5. Distorsi nasal
6. Tampak ada celah pada tekak (uvula), palato lunak dan keras atau foramen
insisivus
7. Adanya rongga pada tulang hidung
8. Mengalami gangguan dalam mengunyah, menggigit, merobek makanan
(Nelson, 1999)
E. Patofisiologi
Bibir sumbing atau celah palatum merupakan akibat dari kegagalan proses
pembentukan maxilla dan premaxilla yang berhubungan erat dengan awal
kehidupan embrionik, walaupun seringkali muncul bersamaan, bibir sumbing
(CL) dan celah palatum (CP) merupakan kecacatan sejak masa embrio dalam
waktu yang berbeda dalam proses perkembangannya. Bagian atas bibir pada
garis tengah menutup antara 7 dan 8 minggu pada masa kehamilan, penutupan
palatum sekunder (palatum halus dan palatum kasar) terjadi lebih lambat dan
proses perkembangannya yaitu antara 7-12 minggu pada masa kehamilan. Proses
pergerakan ini menbentuk posisi horizontal dalam waktu yang singkat. Jika
mereka gagal dalam pergerakan atau lidah gagal turun dengan segera, maka
palatum tidak akan pernah menyatu.
Bibir sumbing yang ringan hanya tampak sebagai celah kecil di atas bibir
atas dan tak terlihat jelas. Sumbing yang berat dapat terjadi di kedua sisi bibir
atas dan membentuk celah sampai ke lubang hidung dan langit-langit
(labiopalatoschizis) (Donna.L.Wong, 2001)
Celah bibir dan palatum nyata sekali berhubungan erat secara embriologis
fungsionil dan genetik.Celah bibir muncul akibat adanya hipoplasia lapisan
mesenkim, menyebabkan kegagalan penyatuan prosessus nasalis media dan
prosessus maksilaris.Celah palatum muncul akibat terjadinya kegagalan dalam
mendekatkan atau memfungsikan lempeng palatum.(Nelson,1999)
Labioschizis (bibir sumbing) dan palatoschizis (sumbing palatum) adalah
akibat dari gagalnya jaringan lunak atau struktur tulang untuk menyatu selama
perkembangan embrionik.Adapun celah langit-langit mulut (CP) adalah ini
muncul akibat proses penutupan langit-langit mulut yang tidak sempurna.Proses
ini terjadi saat janin masih dalam kandungan ibu dan hingga pada saat di
lahirkan, celah mulut ini menimbulkan ruang terbuka hingga saluran pernafasan
hidung, bahkan mencapai kerongkongan. Umumnya pasien yang memiliki celah
pada langit-langit mulutnya, jg memiliki celah pada bibirnya atau bibir
sumbing.Sedangkan bibir sumbing atau (CL) merupakan kelainan formasi bibir
selama proses pertumbuhan janin, seperti halnya celah langit-langit mulut.
Tingkat kelainan bibir sumbing bervariasi, mulai dari ringan sampai parah (celah
bisa mencapai hidung). Beberapa jenis bibir sumbing yang di ketahui adalah:
 Unilateral incomplete, apabila celah sumbing terjadi hanya di salah satu sisi
bibir dan tidak memanjang hingga ke hidung.
 Unilateral complete, apabila celah sumbing terjadi hanya di salah satu sisi
bibir dan memanjang hingga ke hidung.
 Bilateral complete, apabila celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan
memanjang hingga ke hidung
Bibir sumbing dan celah langit-langit mulut bisa terjadi bersamaan
ataupun terpisah.Tingkat keseriusan celah ini mempengaruhi proses pemberian
makanan pada pasien.(http://www.indosiar.com)
Bibir sumbing yang ringan hanya tampak sebagai celah kecil di atas bibir
atas dan tak terlihat jelas. Sumbing yang berat dapat terjadi di kedua sisi bibir
atas dan membentuk celah sampai ke lubang hidung dan langit-langit
(labiopalatoschizis).(http://www.republika.co.id)

F. Komplikasi
Hal-hal yang menjadi komplikasi lanjut dari kelainan ini adalah:
 Sulit makan
Adanya celah pada mulut atau bibir menyulitkan bayi untuk bisa menghisap
susu ataupun makanan cairan lainnya. Dibutuhkan metode khusus, seperti dot
khusus, serta posisi makan agak tegak agar bayi tidak tersedak
 Hilangnya pendengaran dan infeksi telinga (otitis media)
Tidak berfungsinya saluran yang menghubungakan telinga dan kerongkongan
meyebabkan infeksi yang bisa mengakibatkan hilangnya pendengaran
 Gangguan bicara
Penurunan fungsi-fungsi otot untuk berbicara yang terjadi akibat adanya
celah, akan mempengaruhi pola berbicara, bahkan menghambatnya
 Masalah gigi
Gigi tidak akan tumbuh secara normal, dan umumnya diperlukan perawatan
khusus untuk mengatasi hal ini. (http://www.indosiar.com)
G. Penatalaksanaan Medis
Panatalaksanaan pada anak dengan bibir sumbing (CL) adalah dengan
pembedahan dan biasanya termasuk intervensi jangka pendek agar lebih mudah
untuk memperbaiki kembali. Akan tetapi panatalaksanaan pada celah palatum
(CP) harus dengan pertimbangan dan menggabungkan dari multidisiplin ilmu
kesehatan sebagai berikut pediatrik, pembedahan plastik, ortodentik,
otolaryngology, patologi bahasa, audiology tenaga kesehatan/perawat dan ilmu
sosial untuk menyediakan perawatan yang optimal.
Penatalaksanaan medis secara tidak langsung dengan tindakan pencegahan,
komplikasi, dan memberikan fasilitas untuk menstimulasi pertumbuhan dan
perkembangan yang normal pada anak.
1. Prosedur pembedahan: bibir sumbing (CL atau labioschizis)
Penutupan celah bibir dan palatum, biasanya terjadi pada 6-12 minggu
pada masa kehamilan, prosedur pembedahan dilakukan ketika bayi bebas dari
suatu pada mulut/system pernafasan dan bebas dari infeksi sistemik. Cara
untuk memperbaiki bibir sumbing pada garis futura salah satunya dengan
operasi plastik cara Z (dengan Z plastik) untuk meminilmalkan retraksi bibir
pada jaringan parut atau star.
Setelah pembedahan pada garis sutura, segera dilindungi dari tekanan
atau trauma. Hindarkan dari infeksi atau trauma serta tumbuhnya jaringan
parut saat proses penyembuhan.
2. Prosedur pembedahan: celah palatum (CP atau palatoschizis)
Penutupan celah palatum biasanya dilakukan pada usia 12-18 bulan
karena memberikan keuntungan pada masa-masa pertumbuhan dan
perkembangan, sebagian besar pembedahan dilakukan untuk menutup celah
sebelum anak memiliki kemampuan berbicara. (Donna.L.Wong, 2001)

Penutupan bibir sumbing secara bedah biasanya dilakukan setelah umur 2


bulan, ketika anak itu telah menunjukkan kenaikan berat badan yang memuaskan
dan bebas dari infeksi oral, saluran nafas, atau sistemik. Operasi plastik cara Z
adalah teknik yang paling sering digunakan, garis jahitan yang diatur berguna
untuk memperkecil takik bibir akibat retraksi jaringan parut. Perbaikan pertama
dapat divisi pada umur 4-5 tahun. Di beberapa pusat kesehatan, operasi perbaikan
pada hidung ditunda sampai remaja. Operasi hidung sering kali dilakukan pada
saat perbaikan bibir. Hasil kosmetisnya tergantung pada luas deformitas aslinya,
tidak adanya infeksi dan keterampilan operatornya.
Karena celah palatum sangat bervariasi dalam ukuran, bentuk dan derajat
kerusakannya,penentuan waktu operasi koreksi seharusnya bersifat individual.
Kriteria seperti lebarnya celah, cukupnya segmen palatum yang ada, morfologi
daerah sekitarnya (seperti lebarnya orofaring), dan fungsi neuromuskuler palatum
mole serta dinding faring mempengaruhi pengambilan keputusan. Tujuan
pembedahan adalah menyatukan bagian lain-lain celah, dan menghindari cedera
pada pertumbuhan maksilla.
Pada penderita anak lainnya, penutupan palatum biasanya dilakukan
sebelum umur 1 tahun, hal ini diupayakan untuk meningkatkan perkembangan
wicara yang normal. Jika operasi koreksi ditunda sampai tahun ke 3, suatu bola
wicara dapat diletakkan pada bagian posterior gigi-geligi maksila sehingga
kontraksi otot-otot faring dan velofaring dapat mengakibatkan jaringan berkontak
dengan bola dan menyempurnakan oklusi nasofaring serta menolong anak
mengembangkan wicara yang jelas. (Nelson, 1999)
Masalah utama yang dapat terjadi adalah resiko tersedak, bahaya tersedak
dapat dikurangi dengan mengangkat kepala bayi pada waktu minum dan
menggunakan dot yang panjang, lubang dot harus dipinggir (tidak boleh pada
puncak dot karena akan memacar langsung) dan pada waktu bayi minum lubang
dot tesebut diletakkan di atas lidah. Bila ada lebih baik digunakan palatum buatan
sehingga bayi dapat menghisap biasa. Selain lubang dot di atas lidah, dot harus
dikeluarkan untuk memberi kesempatan untuk beristirahat.
Ibu harus dilatih untuk memberikan ASI, yang harus diberikan secara hati-
hati dan sering istirahat. Jika tetap mengalami kesukaran, ASI dapat dipompa dan
diberikan dengan sendok sedikit-sedikit. Perhatikan agar pompa payudara dengan
gelas penampung ASI selalu diseduh agar tidak terjadi di kontaminasi.
(Ngastiyah, 1997)
DAFTAR PUSTAKA

Bermen, Ricard E et all. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. EGC. Jakarta. 1999
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC : Jakarta
Syaifuddin. 1997. Anatomi dan Fisiologi Untuk Perawat. EGC : Jakarta
Wong, 2001. Essentials of Pediatric Nursing. Edisi 6 halaman 911-917. Mosby
Wong. Donna L. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik : Alih Bahasa, Monika
Ester, editor edisi Bahasa Indonesia, sari Kurniasih, ed 4. Jakarta, EGC. 2003
http: //drevy-omfs.blogspot.com/2005-09-01-archive.html
http: //www.indosiar.com.Craniofacial Anomalis.2003
http: //www.info-sehat.com.Studi genetika untuk bibir sumbing. 2005
http: //www.republika.co.id.Bibir sumbing.2002
http: //www.sinar harapan.co.id/IPTEK/Kesehatan/2004/0903/kes 1.html
http://www.laksh minawasasi.blogspot.com/2005/12/sumbing-kapan-harus-di-
operasi-06.html.2002

Vous aimerez peut-être aussi