Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
ANITA RAHMAWATI
010401007
A. Latar Belakang
Fungsi utama sistem pencernaan (system alimenter) adalah untuk
memindahkan zat gizi atau nutrien (setelah memodifikasinya), air dan elektrolit
dari makanan yang kita makan ke dalam lingkungan internal tubuh. Makan yang
di makan penting sebagai sumber energi yang kemudian digunakan oleh sel
dalam menghailkan ATP untuk menjalankan berbagai aektifitas bergantung
energi. Makanan juga merupakan sumber bahan ntuk perbaikan, pembaharuan
dna penambahan jaringan tubuh.
Pintu masuk ke saluran pencernaan adalah melalui mulut atau rongga oral.
Lubang berbentuk bibir berotot, yang membantu memperoleh, mengarahkan, dan
menampung makanan di mulut. Bibir juga memiliki fungsi non pencernaan, yaitu
untuk bicara (artikulasi berbagai bunyi berganting pada bentukan bibir terbentur)
dan sebagai reseptor sensorik (sebagai contoh waktu berciuman)
Langit-langit (palatum), yang membentuk atap lengkung rongga mulut,
memisahkan mulut dari saluran hidung. Keberadaannya memungkinkan bernapas
dan mengunyah atau menghisap berlangsung bersamaan. Secara embriologis,
palatum berasal dari penonjolan yang tumbuh ke arah dalam dari rahang ke dua
sisi dan menyatu di garis tengah rongga mulut. Kegagalan tonjolan tersebut untuk
menyatu secara benar akan menyebabkan sumbing langittan (langit-langit, cleft
palate), yang dapat mengganggu garakan menyedot, makan dan berbicara apabil
tidak di koreksi secara bedah
Dalam makalah ini akan dibahas pokok bahasan tentang bibir belah (CL)
dengan atau tanpa langit-langit mulut berbedah (CP). Dimana CL (bibir terbelah)
adalah malformasi yang disebabkan oleh gagalnya prosesus nasal median dan
maksilaris untuk menyatu selama perkembangan embrionik. Sedangkan CP
(langit-langit mulut/palate terbelah) adalah fisura garis tengah pada palatum yang
terjadi karena kegagalan dua sisi menyatu selama perkembangan embrionik
(Donna. L. Wong, 2003).
Craniofacial anomalies atau CA merupakan kelainan yang terjadi di daerah
wajah yang umumnya disebabkan oleh bawaan lahir, kasus CA yang paling
umum dan paling banyak terjadi adalah celah bibir (bibir sumbing/cleftlip) atau
celah langit-langit mulut (cleft palate). (http: //www.indosiar.com)
Celah langit-langit mulut (clefrt palate), muncul akibat proses penutupan
langit-langit mulut yang tidak sempurna. Proses ini terjadi saatjanin masih dalam
kandungan ibu dan hingga pada saat di lahirkan, celah mulut ini menimbulkan
ruang terbuka hingga saluran pernafasan hidung, bahkan mencapai
kerongkongan. Umumnya pasien yang memiliki celah pada langit-langit
mulutnya, juga memiliki celah pada bibirnya atau bibirsumbing.
(http://www.indosiar.com)
Bibir sumbing (cleft lip) merupakan kelainan formasi bibir selama proses
pertumbuhan janin, seperti halnya celah langit-langit mulut. Tingkat kelainan
bibir sumbing bervariasi, mulai dari ringan sampai parah (celah bisa mencapai
hidung). Bibir sumbing dan celah-celah mulut bisa terjadi bersamaan ataupun
terpisah. Tingkat keseriusan celah ini mempengaruhi proses pemberian makanan
pada pasien. (http://www.indosiar.com)
Insiden bibir sumbing dengan atau tanpa celah palatum terjadi kira-kira 1
dalam 800 kelahiran hidup. Dan insiden celah palatum sendiri kira-kira 1 dalam
2000 kelahiran hidup. Bibir sumbing (CL) dengan atau tanpa celah palatum pada
umumnya lebih banyak terajdi pada laki-laki sedangkan celah palatum sendiri
pada umumnya lebih banyak pada perempuan. Kecacatan ini lebih sering muncul
di Asia dan Amerika yang berkulit putih sedangkan frekuensi kurang/jarang
terjadi pada kulit hitam. (Donna. L. Wong, 2001)
Insiden yang terkait dengan malforasi konginetal dan gangguan dalam
proses perkembangan meningkat pada anak-anak dengan cacat celah, terutama
pada mereka yang menderita cacat celah palatumsaja. Penemuan ini sebagian
terjelaskan oleh adanya kenaikan insiden gangguan pendengaran konduktif pada
anak yang menderita celah palatum, sebagian disebabkan karena infeksi berulang
pada telinga tengah, juga oleh frekuensi cacatcelah pada anak-anak yang
mempunyai kelainan kromosom. (http://www.indosiar.com)
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan pembuatan makalah ini diharapkan mahasiswa mampu menerapkan
asuhan keperawatan dengan tepat pada pasien dengan CL (Cleft Lips) / CP
(Cleft Palate).
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui anatomi dan fisiologi sistem pencernaan dan CL / CP
b. Mengetahui definisi CL / CP
c. Mengetahui etiologi CL / CP
d. Mengetahui manifestasi klinis CL / CP
e. Mengetahui patofisiologi CL / CP
f. Mengetahui penatalaksanaan medis CL / CP
g. Mengetahui komplikasi CL / CP
h. Mengetahui pathway CL / CP
i. Mengetahui askep pada pasien dengan CL / CP
BAB II
TINJAUAN TEORI
C. Etiologi
1. Faktor genetik (hereditas)/bawaan lahir
Ditandai dengan peningkatan angka kejadian berhubungan dengan kembar
monozygot lebih besar terjadi dibadingkan dengan kembar dizigot
2. Lingkungan
3. Infeksi pada janin pada usia kehamilan muda, biasanya pada trimester I
4. Kekurangan seng
Seng sangat dibutuhkan enzim tubuh, walaupun yang diperlukan sedikit, tapi
jika kekurangan, berbahaya, makanan yang mengandung Seng antara lain
daging, sayur-sayuran dan air.
5. Kawin antar kerabat atau saudara
Hal ini memang menjadi pemicu munculnya penyakit generatif (keturunan)
yang sebelumnya resesif
6. Kekurangan nutrisi/kekurangan gizi seperti vitamin B6 dan B kompleks
7. Ibu yang terpajan obat-obatan atau jamu (misalnya kortison, antikonvulsan,
klosiklizin, phenytoin, valproic acid, thali domide dan pesticidedioxin)
8. Kromosom abnormal
(Wyszinky, duffy dan beatty, 1997)
D. Manifestasi Klinis
1. Celah bibir dapat terjadi dalam berbagai variasi, mulai dari taktil kecil pada
batas yang merah terang sampai celah sempurna yang meluas ke dasar hidung
2. Tampak unilateral (lebih sering pada sisi kiri) atau bilateral
3. Disertai dengan gigi yang cacat bentuk, gigi tambahan atau bahkan tidak
tumbuh gigi.
4. Celah kartilago cuping hidung-bibir sering kali disertai dengan defisiensi
sekat hidung dan pemanjangan vomer, menghasilkan tonjolan keluar bagian
anterior celah prosesus maksilaris.
5. Distorsi nasal
6. Tampak ada celah pada tekak (uvula), palato lunak dan keras atau foramen
insisivus
7. Adanya rongga pada tulang hidung
8. Mengalami gangguan dalam mengunyah, menggigit, merobek makanan
(Nelson, 1999)
E. Patofisiologi
Bibir sumbing atau celah palatum merupakan akibat dari kegagalan proses
pembentukan maxilla dan premaxilla yang berhubungan erat dengan awal
kehidupan embrionik, walaupun seringkali muncul bersamaan, bibir sumbing
(CL) dan celah palatum (CP) merupakan kecacatan sejak masa embrio dalam
waktu yang berbeda dalam proses perkembangannya. Bagian atas bibir pada
garis tengah menutup antara 7 dan 8 minggu pada masa kehamilan, penutupan
palatum sekunder (palatum halus dan palatum kasar) terjadi lebih lambat dan
proses perkembangannya yaitu antara 7-12 minggu pada masa kehamilan. Proses
pergerakan ini menbentuk posisi horizontal dalam waktu yang singkat. Jika
mereka gagal dalam pergerakan atau lidah gagal turun dengan segera, maka
palatum tidak akan pernah menyatu.
Bibir sumbing yang ringan hanya tampak sebagai celah kecil di atas bibir
atas dan tak terlihat jelas. Sumbing yang berat dapat terjadi di kedua sisi bibir
atas dan membentuk celah sampai ke lubang hidung dan langit-langit
(labiopalatoschizis) (Donna.L.Wong, 2001)
Celah bibir dan palatum nyata sekali berhubungan erat secara embriologis
fungsionil dan genetik.Celah bibir muncul akibat adanya hipoplasia lapisan
mesenkim, menyebabkan kegagalan penyatuan prosessus nasalis media dan
prosessus maksilaris.Celah palatum muncul akibat terjadinya kegagalan dalam
mendekatkan atau memfungsikan lempeng palatum.(Nelson,1999)
Labioschizis (bibir sumbing) dan palatoschizis (sumbing palatum) adalah
akibat dari gagalnya jaringan lunak atau struktur tulang untuk menyatu selama
perkembangan embrionik.Adapun celah langit-langit mulut (CP) adalah ini
muncul akibat proses penutupan langit-langit mulut yang tidak sempurna.Proses
ini terjadi saat janin masih dalam kandungan ibu dan hingga pada saat di
lahirkan, celah mulut ini menimbulkan ruang terbuka hingga saluran pernafasan
hidung, bahkan mencapai kerongkongan. Umumnya pasien yang memiliki celah
pada langit-langit mulutnya, jg memiliki celah pada bibirnya atau bibir
sumbing.Sedangkan bibir sumbing atau (CL) merupakan kelainan formasi bibir
selama proses pertumbuhan janin, seperti halnya celah langit-langit mulut.
Tingkat kelainan bibir sumbing bervariasi, mulai dari ringan sampai parah (celah
bisa mencapai hidung). Beberapa jenis bibir sumbing yang di ketahui adalah:
Unilateral incomplete, apabila celah sumbing terjadi hanya di salah satu sisi
bibir dan tidak memanjang hingga ke hidung.
Unilateral complete, apabila celah sumbing terjadi hanya di salah satu sisi
bibir dan memanjang hingga ke hidung.
Bilateral complete, apabila celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan
memanjang hingga ke hidung
Bibir sumbing dan celah langit-langit mulut bisa terjadi bersamaan
ataupun terpisah.Tingkat keseriusan celah ini mempengaruhi proses pemberian
makanan pada pasien.(http://www.indosiar.com)
Bibir sumbing yang ringan hanya tampak sebagai celah kecil di atas bibir
atas dan tak terlihat jelas. Sumbing yang berat dapat terjadi di kedua sisi bibir
atas dan membentuk celah sampai ke lubang hidung dan langit-langit
(labiopalatoschizis).(http://www.republika.co.id)
F. Komplikasi
Hal-hal yang menjadi komplikasi lanjut dari kelainan ini adalah:
Sulit makan
Adanya celah pada mulut atau bibir menyulitkan bayi untuk bisa menghisap
susu ataupun makanan cairan lainnya. Dibutuhkan metode khusus, seperti dot
khusus, serta posisi makan agak tegak agar bayi tidak tersedak
Hilangnya pendengaran dan infeksi telinga (otitis media)
Tidak berfungsinya saluran yang menghubungakan telinga dan kerongkongan
meyebabkan infeksi yang bisa mengakibatkan hilangnya pendengaran
Gangguan bicara
Penurunan fungsi-fungsi otot untuk berbicara yang terjadi akibat adanya
celah, akan mempengaruhi pola berbicara, bahkan menghambatnya
Masalah gigi
Gigi tidak akan tumbuh secara normal, dan umumnya diperlukan perawatan
khusus untuk mengatasi hal ini. (http://www.indosiar.com)
G. Penatalaksanaan Medis
Panatalaksanaan pada anak dengan bibir sumbing (CL) adalah dengan
pembedahan dan biasanya termasuk intervensi jangka pendek agar lebih mudah
untuk memperbaiki kembali. Akan tetapi panatalaksanaan pada celah palatum
(CP) harus dengan pertimbangan dan menggabungkan dari multidisiplin ilmu
kesehatan sebagai berikut pediatrik, pembedahan plastik, ortodentik,
otolaryngology, patologi bahasa, audiology tenaga kesehatan/perawat dan ilmu
sosial untuk menyediakan perawatan yang optimal.
Penatalaksanaan medis secara tidak langsung dengan tindakan pencegahan,
komplikasi, dan memberikan fasilitas untuk menstimulasi pertumbuhan dan
perkembangan yang normal pada anak.
1. Prosedur pembedahan: bibir sumbing (CL atau labioschizis)
Penutupan celah bibir dan palatum, biasanya terjadi pada 6-12 minggu
pada masa kehamilan, prosedur pembedahan dilakukan ketika bayi bebas dari
suatu pada mulut/system pernafasan dan bebas dari infeksi sistemik. Cara
untuk memperbaiki bibir sumbing pada garis futura salah satunya dengan
operasi plastik cara Z (dengan Z plastik) untuk meminilmalkan retraksi bibir
pada jaringan parut atau star.
Setelah pembedahan pada garis sutura, segera dilindungi dari tekanan
atau trauma. Hindarkan dari infeksi atau trauma serta tumbuhnya jaringan
parut saat proses penyembuhan.
2. Prosedur pembedahan: celah palatum (CP atau palatoschizis)
Penutupan celah palatum biasanya dilakukan pada usia 12-18 bulan
karena memberikan keuntungan pada masa-masa pertumbuhan dan
perkembangan, sebagian besar pembedahan dilakukan untuk menutup celah
sebelum anak memiliki kemampuan berbicara. (Donna.L.Wong, 2001)
Bermen, Ricard E et all. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. EGC. Jakarta. 1999
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC : Jakarta
Syaifuddin. 1997. Anatomi dan Fisiologi Untuk Perawat. EGC : Jakarta
Wong, 2001. Essentials of Pediatric Nursing. Edisi 6 halaman 911-917. Mosby
Wong. Donna L. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik : Alih Bahasa, Monika
Ester, editor edisi Bahasa Indonesia, sari Kurniasih, ed 4. Jakarta, EGC. 2003
http: //drevy-omfs.blogspot.com/2005-09-01-archive.html
http: //www.indosiar.com.Craniofacial Anomalis.2003
http: //www.info-sehat.com.Studi genetika untuk bibir sumbing. 2005
http: //www.republika.co.id.Bibir sumbing.2002
http: //www.sinar harapan.co.id/IPTEK/Kesehatan/2004/0903/kes 1.html
http://www.laksh minawasasi.blogspot.com/2005/12/sumbing-kapan-harus-di-
operasi-06.html.2002