Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Itulah yang terjadi pada Bank Kosagraha Semesta, bank kecil yang
banyak menyalurkan kredit pada segmen ritel. Logikanya, bank ritel
adalah yang yang alot dan bandel dalam menghadapi dan
mengatasi krisis, tapi nyatanya Bank Kosa—demikian bank ini biasa
dipanggil–babak belur menghadapi krisis sehingga harus dibantu
dengan BLBI.
Pada awalnya bank ini tergolong bank yang kecil tapi kokoh,
dikelola secara profesional oleh para pengurusnya seperti Eric
Johannes Lazuardi (dirut), Y. Diasmono (direktur). Sementara di
jajaran komisaris ada nama-nama Setiawan Chandra (komut),
Hartatie NP, dan Asrianty Purwantini.
Bank kecil, baik dari segi aset, kegiatan maupun jaringan kerja, ini
sempat digadang-gadang dan dipersuasi oleh otoritas moneter
untuk melakukan merger guna memaksimalkan layanan dan tingkat
persaingan. Namun pengelolanya berkilah, bahwa bank kecil akan
tetap hidup karena masing-masing bank memiliki pangsa pasar
tersendiri. Dengan kata lain, bank kecil memiliki ruang gerak
tersendiri sesuai dengan pangsa pasar yang dibidiknya.
Direktur Bank Kosa, Diasmono, sebelum bank itu bermasalah
mengatakan, Kredit Usaha Kecil (KUK) merupakan lahan yang
cukup potensial untuk digarap. Di samping itu, bank kecil yang
terbatas dalam penyaluran kredit karena ketentuan Batas
Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) dapat menempatkan dananya
dengan turut serta dalam sindikasi kredit. Namun kadang-kadang
debitor yang sejak lama kami besarkan dapat saja tiba-tiba dibajak
oleh bank besar melalui proses sindikasi kredit.
Hanya saja kendala itu bisa diatasi, tenaga account officer bisa
didapatkan dari bank lain. Walaupun harus membayar mahal tapi
selama return-nya lebih tinggi itu tidak menjadi soal. Sedangkan
kalau mengambil tenaga account officer yang fresh graduate,
memerlukan waktu lama untuk menumbuhkan pola pikir seorang
account officer. Bank biasanya tidak peduli apakah seorang account
officer lulusan dari sastra Inggris atau fakultas lainnya. Kebanyakan
mereka lebih banyak menunggu perintah daripada menciptakan
sesuatu. Peran account officer inilah yang menjadi ujung tombak
jatuh bangunnya sebuah bank.
Itu pula yang terjadi pada Bank Kosa, kerjasama account officer
dan pengelola bank pada awalnya memang membuat bank itu
tampil lincah dan menawan. Namun lama kelamaan bank itu harus
lebih lincah dalam hal penempatan dana.
Tanda-tanda masalah
Semua hampir dialami oleh Bank Kosa, itu sebabnya dari 33 bank
nondevisa, kinerja bank itu merupakan yang paling buruk.
Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih. Kondisi Bank
Kosa terus memburuk, hingga akhirnya pada 1 November 1997
pemerintah menerbitkan surat likuidasi atas bank yang diperkosa
bermain CP tersebut. Lagu haru mengantarkan Bank Kosa ke
pemakaman, bersama riuh rendah, sedu sedan dan tangis para
karyawannya.
Setelah peningkatan status tersebut, Kejaksaan Agung juga telah mencegah tiga pengelola dari
dua bank pelaku penyelewengan untuk bepergian ke luar negeri. Mereka adalah Eric Johannes
Lazuardi, mantan Direkktur Utama PT Bank Kosa Graha Semesta, serta Irwandi Pranata dan
Ikhwan Miyono, keduanya mantan Dirut PT Bank PSP.
Selain melakukan pencegahan kepada para bankir bermasalah, menurut Kepala Pusat
Penerangan dan Hukum (Kapuspenkum) Kejaksaan Agung Muljohardjo, Kejaksaan Agung
kemarin mulai memeriksa tiga saksi untuk kasus PT Bank KGS. Mereka yang diperiksa jaksa
Saman itu adalah ketua tim care taker Bank KGS Rusman Effendi, wakil ketua tim Ong Gwat
Jiang, dan anggota tim Maftowi Saleh. Ketiganya diperiksa karena dianggap ikut mengetahui
penyaluran dana BLBI ke bank itu.
"Dari hasil pemeriksaan oleh jaksa Saman, diketahui PT Bank KGS telah menerima dana BLBI
sebesar Rp 154 miliar dalam kurun waktu 13 Agustus - 31 Oktober 1997," ujar Muljohardjo.
Audit terhadap PT Bank KGS dilakukan oleh akuntan publik Prasetyo Utomo & co yang
hasilnya telah dilaporkan pada 16 Februasi 1998. "Rencananya tim penyidik juga akan
memeriksa tim likuidasi Bank Indonesia dan akuntan publik Prasetyo Utomo dalam waktu
dekat," kata Muljohardjo.
Meskipun telah meningkatkan status kelima bank ke tahap penyelidikan, sejauh ini pihak
Kejaksaan Agung belum bersedia mengungkap para tersangkanya. Namun menurut sumber,
tersangka antara lain adalah Eric, Irwandi, dan Ikhwan yang telah lebih dulu dicekal. Tersangka
lainnya adalah Lanny Ongkosubroto (Bank Sewu), Nyoo Kok Kiong (BPS), Jean Ronald Rea,
Benny Thee, dan Thai Sun (Bank Baja).
Selain mencekal ketiga mantan Dirut Bank, Kejaksaan Agung juga mengumumkan pencegahan
terhadap 6 pelaku tindak pidana korupsi untuk kasus proyek pengerukan sungai Mahakam dan
korupsi di Perum Pengembangan Keuangan Koperasi (PKK), dan korupsi pajak ekspor kayu log
di Jawa Tengah. Surat pencekalan ditandatangani Jaksa Agung bidang Intelejen Basri Arief pada
21 Januari 2002 dan berlaku satu tahun. sudrajat
DAFPUS
http://djonyedward.wordpress.com/2007/12/18/serial-blbi-bank-kosa-diperkosa-bermain-cp/
http://kumpulanberitalama.blogspot.com/2013/05/korantempo-kejaksaan-sidik-lima-
bank.html