Vous êtes sur la page 1sur 13

TUGAS KELOMPOK RMK SAP 12

“Pengungkapan dalam Laporan Akuntansi”

Dosen Pengampu: Dr. Drs. Herkulanus Bambang Suprasto, Msi, Ak, CA.

Ruang Kelas: EII1

Oleh:

Kelompok 10

Ni Kadek Rahayu 1607532013

Ni Ketut Rai Riskatari 1607532023

Ni Putu Laksmi Narayanti 1607532024

JURUSAN AKUNTANSI

PROGRAM STUDI NON REGULER

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2017
Pengungkapan dalam Laporan Akuntansi

1. PRINSIP – PRINSIP PENGUNGKAPAN

Prinsip pengungkapan penuh (full disclosure principle) atau prinsip keterbukaan adalah
prinsip yang menyajikan semua informasi dalam laporan keuangan yang dapat memengaruhi
pemahaman pembaca. Penafsiran atas prinsip ini sangat subyektif dan berpotensi
menyebabkan terlalu banyak informasi yang disajikan. Oleh karena itu, prinsip materialitas
digunakan agar hanya mengungkapkan informasi tentang peristiwa yang mungkin berdampak
material terhadap posisi atau hasil keuangan entitas.

Pengungkapan dapat mencakup hal-hal yang belum dapat dihitung secara tepat, seperti
sengketa pajak dengan Pemerintah atau litigasi dengan pihak lain. Pengungkapan penuh juga
berarti bahwa kita harus selalu melaporkan kebijakan akuntansi yang ada, serta perubahan
atas kebijakan tersebut (misalnya, perubahan metode penilaian aset atau metode depresiasi),
transaksi non-moneter yang terjadi, hubungan dengan pihak afiliasi bisnis yang memiliki
volume transaksi signifikan, jumlah aset diagunkan, jumlah kerugian material yang
disebabkan oleh biaya yang lebih rendah dari nilai pasar, uraian tentang kewajiban
penghentian pengoperasian aset, fakta dan keadaan yang menyebabkan penurunan goodwill,
dll.

2. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

Catatan merupakan alat akuntan untuk merinci atau menjelaskan pos-pos yang disajikan
dalam batang tubuh laporan keuangan. Informasi yang berkaitan dengan pos-pos spesifik dari
laporan keuangan dapat dijelaskan dalam istilah kualitatif, dan data pelengkap yang bersifat
kuantitatif dapat disediakan untuk memperluas informasi dalam laporan keuangan.

 Kebijakan Akuntansi

Kebijakan akuntansi suatu entitas adalah prinsip serta metode akuntansi spesifik yang
digunakan dan dianggap paling tepat untuk menyajikan laporan keuangan entitas tersebut
secara wajar. APB Opinion No. 22, “ Disclosure of AccountingPolicies,” menyimpulkan
bahwa informasi tentang kebijakan akuntansi yang dipakai dan diikuti oleh suatu entitas yang
melaporkan adalah sangat pentingbagi pemakai laporan keuangan dalam membuat keputusan
ekonomi. Kebijakan itu merekomendasikan bahwa laporan yang menyebutkan kebijakan
akuntansi yang dipakai dan diikuti oleh entitas pelapor juga harus disajikan sebagai bagian
integral dari laporan keuangan.

Analisis memeriksa bagian ikhtisar kebijakan akuntansi dengan cermat untuk


menentukan apakah perusahaan menggunakan praktek akuntansi yang liberal atau
konservatif. Sebagai contoh, mengamortisasi aktiva tak berwujud selama 40 tahun (waktu
maksimum) atau menyusutkan aktiva pabrik selama periode yang luar biasa panjang
dianggap sebagai liberal. Di lain pihak, penilaian persediaan dengan metode LIFO selama
periode inflasi biasanya dipandang sebagai praktek yang konservatif.

Perusahaan yang gagal menerapkan kebijakan pelaporan berkualitas tinggi dapat


menerima sanksi berat di pasar. Sebagai contoh Microstrategy mengungkapkan akan
melaporkan ulang hasil-hasil tahun sebelumnya akibat pemakaian kebijakan yang agresif atas
pengakuan pendapatan, harga sahamnya jatuh lebih dari 60 persen dalam satu hari. Para
investor menganggap kualitas laba Microstrategy rendah.

3. PENGUNGKAPAN TRANSAKSI ATAU KEJADIAN KHUSUS

Transaksi pihak yang terkait, kesalahan danj ketidakwajaran, serta tindakan melawan hukum
merupakan masalah yang sensitif dan sulit. Akuntan/auditor yang bertanggung jawab atas
pelaporan jenis transaksi ini harus sangat berhati-hati untuk memastikan keseimbangan antara
hak perusahaan pelapor dan kebutuhan pemakai laporan keuangan.

Transaksi pihak yang terkait terjadi apabila suatu perusahaan melakukan transaksi dimana
salah satu pihak yang melakukan transaksi itu mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi
kebijakan pihak lainnya secara signifikan, atau dimana pihak yang tidak terlibat dalam
transaksi mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi kebijakan kedua pihak yang
melakukan transaksi.

Seorang akuntan diharapkan untuk melaporkan substansi ekonomi dan bukannya format
hukum dari transaksi tersebut serta membuat pengungkapan yang memadai. FASB Statement
No. 57 mengharuskan pengungkapan berikut untuk transaksi pihak terkait yang material :

a) Sifat hubungan pihak yang terlibat.


b) Uraian tentang transaksi untuk setiap periode dimana laporan laba rugi disajikan.
c) Jumlah uang yang terlibat dalam transaksi untuk setiap periode di mana laporan
laba rugi disajikan
d) Jumlah yang terhutang dari atau kepada pihak terkait pada setiap tanggal neraca
yang disajikan

Banyak perusahaan terlibat dalam transaksi pihak terkait. Namun, kesalahan,


ketidakseimbangan, dan aksi illegal adalah kasus luar biasa alih-alih kasus umum dalam
transaksi seperti ini.

Kesalahan (errors) didefinisikan sebagai kesalahan yang tidak disengaja, sedangkan


ketidakwajaran adalah distorsi laporan keuangan yang disengaja. Jika kesalahan ditemukan,
maka laporan keuangan harus dikoreksi.

Tindakan melawan hukum mencakup hal-hal seperti kontribusi politik yang illegal, praktek
suap, pemberian komisi, serta pelanggaran hukum dan peraturan lainnya. Dalam situasi ini,
seorang akuntan/auditor harus mengevaluasi kelayakan pengungkapan dalam laporan
keuangan.

4. LAPORAN INTERIM

 Laporan Keuangan Interim

Laporam keuangan interim adalah laporan keuangan yang diterbitkan di antara dua laporan
keuangan tahunan.

Laporan keuangan interim ;

 Harus dipandang sebagai bagian yang integral dari periode tahunan.


 Dapat disusun secara bulanan, triwulan atau periode lain yang kurang dari setahun
dan mencakupi seluruh komponen laporan keuangan sesuai standar akuntansi
keuangan.

 Pandangan Sehubungan Dengan Laporan Keuangan Interim

Dua pandangan sehubungan dengan laporan keuangan interim adalah sebagai berikut :

1. Pandangan yang menganggap periode interim sebagai dasar periode akuntansi dan
menyimpulkan bahwa hasil operasi tiap periode ditentukan dengan cara yang sama
seperti pada periode tahunan.
2. Pandangan yang menganggap periode interim sebagai bagian yang integral dengan
periode tahunan.

Pernyataan ini dikembangkan berdasarkan pandangan kedua yang menganggap laporan


keuangan interim sebagai bagian integral dengan periode tahunan.

 Pelaporan dan Pengungkapan

Unsur yang sama antara pelaporan keuangan intrim dengan pelaporan keuangan tahunan
adalah :

1. Dasar pengakuan pendapatan


2. Kebijakan akuntansi dasar pelaporan pada periode interim, kecuali jika ada perubahan
dalam standar akuntansi.
3. Penyajian penggolongan aktiva sebagai lancar dan tidak lancar, dan kewajiban
sebagai jangka pendek dan jangka panjang.

 Biaya dan Beban

Pelaporan biaya dan beban diklasifikasikan dalam dua kelompok yaitu :

1. Beban yang dapat dihubungkan dengan pendapatan ditentukan atas dasar yang sama
dengan dasar yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan tahunan kecuali
untuk persediaan dengan modifikasi sebagai berikut :
1. Perusahaan yang dalam periode interim menggunakan estimasi laba kotor
dalam menentukan nilai persediaan atau metode lain yang berbeda dengan
metode yang digunakan dalam penilaian persediaan aktif tahun, harus
mengungkapkan hal tersebut dalam laporan keuangan interim.
2. perusahaan yang melakukan penilaian persediaan berdasarkan biaya standar
tidak perlu melaporkan penyimpangan atau selisih dengan biaya aktual yang
terjadi, jika selisih biaya tersebut tidak meterial atau diharapkan bisa
diselesaikan pada akhir tahun. Pengaruh dari penyimpangan yang tidak
direncanakan dan tidak diperkirakan harus dilaporkan pada kahir periode
interim dengan prosedur yang sama seperti yang digunakan pada akhir tahun.
3. Kerugian yang disebabkan penurunan harga pasar tidak boleh ditangguhkan
untuk dibebankan ke periode di luar periode penurunan harga tersebut.
Pemulihan harga yang sama boleh diakui sebagai keuntungan pada periode
interim selanjutnya, keuntungan yang diakui tidak boleh melebihi kerugian
yang telah dibebankan pada periode sebelumnya.
2. Biaya dan beban lain-lain

Untuk periode pelaporan interim, biaya dan beban lain-lain termasuk produksi
dibebankan atas dasar yang sama seperti periode tahunan.

 Pendapatan dan Beban Musiman

Laporan keuangan interim memberi gambaran pendapatan dan beban periode interim
tersebut. Laporan keuangan interim tertentu diperbandingkan dengan periode sebelumnya
memberi manfaat yang lebih besar bagi para pemakai laporan dalam contoh kondisi-kondisi
sebagai berikut :

1. Laporan keuangan interim diperbandingkan dengan laporan keuangan interim periode


sebelumnya, untuk mengetahui kecenderungan (tren) posisi keuangan dan kinerja.
2. Laporan keuangan interim diperbandingkan dengan interim yang sama dalam periode
akuntansi yang lalu, untuk mengetahui kecenderungan berulang (cyclical) musiman
dari kegiatan usaha.
3. Laporan keuangan interim diperbandingkan dengan laporan keuangan kumulatif dari
awal tahun buku sampai dengan tanggal laporan keuangan interim untuk mengetahui
kontribusi atau pengaruh periode interim yang dilaporkan pada periode berjalan.
4. Laporan keuangan interim diperbandingkan dengan laporan keuangan tahun buku
yang lalu, untuk mendapat gambaran pengaruh dan kinerja interim tersebut terhadap
posisi keuangan, kinerja dan arus kas periode akuntansi yang lalu.

 Penyisihan Pajak Penghasilan

Pada akhir tiap periode interim, perusahaan harus membuat taksiran pajak penghasilan untuk
dibebankan pada periode interim. Perhitungan pajak penghasilan periode interim harus sesuai
dengan kebijakan akuntansi tentang pajak penghasilan yang dianut pada akhir tahun.

 Penghapusan Segmen Usaha, Pos Luar Biasa, Transasksi Tidak Biasa dan Tidak
Sering Terjadi Serta Kewajiban Kontijen
Penghapusan segmen usaha, penggabungan usaha, pos luar biasa, dan kejadian tidak biasa
dan tidak sering terjadi harus dibebankan pada periode interim saat terjadinya dan tidak boleh
dibebankan pada periode lain.

Pos luar biasa harus diungkapkan secara terpisah dan dimasukkan dalam laporan laba rugi
periode interim saat pos luar biasa terjadi. Dalam mennetukan materialitas, pos luar biasa
harus dihubungikan langsung dengan estimasi pendapatan tahunan.

Peristiwa atau kejadian yang tidak biasa dan tidak sering terjadi dan berpengaruh material
terhadap hasil operasi tetapi tidak dapat dikelompokkan dalam pos luar biasa juga harus
dilaporkan dan diungkapkan secara terpisah dalam laproan laba rugi periode interim.

Kewajiban kontinjen dan ketidakpastian lain yang diperkirakan dapat mempengaruhi


kewajaran penyajian data keuangan pada tanggal neraca diungkapkan dalam laporan
keuangan interim dengan cara yang sama seperti dalam laporan keuangan tahunan.
Pengungkapan tersebut harus diulang dalam laporan keuangan interim berikutnya dan dalam
laporan keuangan tahunana sampai kewajiban kontinjen itu terselesaikan.

 Perubahan Akuntansi

Perubahan akuntansi dalam periode interim yang memerlukan penyesuaian harus dilaporkan
dalam periode interim saat perubahan itu terjadi dengan cara yang sama seperti yang
dilaporkan dalam laporan keuangan tahunan sebagaimana yang diatur dalam pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan No. 25 tentang Laba atau Rugi Bersih untuk Periode Berjalan,
Kesalahan Mendasar dan Perubahan kebijakan Akuntansi.

Perusahaan berkewajiban mengungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan bila


mengetahui akan ada perubahan akuntansi dalam periode laporan keuangan interim
berikutnya.

Laporan keuangan interim harus menunjukkan perubahan akuntansi :

1. Yang terjadi pada periode interim yang dilaporkan.

2. Yang terjadi pada periode interim sebelumnya dalam tahun buku yang sama, bila
berpengaruh material pada periode interim yang dilaporkan.
Bila dalam menentukan materialitas pelaporan pengaruh kumulatif dari perubahan akuntansi
atau koreksi kesalahan, jumlah yang ada harus dihubungkan dengan estimasi perndapatan
setahun penuh dan kecenderungan laba pada periode interim berikutnya dalam tahun buku
yang sama. Perubahan yang material bila dikaitkan dengan suatu periode interim tetapi tidak
material bila dikaitkan dengan estimasi pendapatan setahun penuh atau dengan
kecenderungan laba harus diungkapkan secara tersendiri dalam periode interim tersebut.

 Penyajian Laporan Keuangan Interim

Pernyataan ini berlaku untuk perusahaan yang diwajibkan untuk menyajikan pelaporan
keuangan interim pleh peraturan perundangan yang berlaku, misalnya pasar modal, dan lain-
lain. Untuk industri yang telah diatur dalam standar akuntansi keuangan industri yang
berasngkutan secara khusus, misalnya perbankan, maka harus mengikuti standar khusus
tersebut.

Laporan keuangan interim meliputi neraca, laporan laba rugi dan saldo interim, laporan arus
kas dan catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan interim harus disajikan secara
komparatif dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Perhitungan laba-rugi interim harus
mencakup periode sejak awal tahun buku sampai dengan periode interim terkahir yang
dilaporkan (year-to-date).

Laporan keuangan interim harus menggolongkan aktiva sebagai kelompok lancar dan tidak
lancar, dan kewajiban sebagai kelompok jangka pendek dan jangka panjang sesuai laporan
keuangan tahunan. Kalau suatu angka dan kewajiban dapat atau harus direalisasikan dalam
jangka waktu 12 bulan dari tanggal neraca interim, maka aktiva tersebut digolongkan sebagai
lancar, atau kewajbian tersebut digolongkan sebagai jangka pendek, kalau tidak aktiva
tersebut digolongkan sebagai tidak lancar atau kewajiban tersebut digolongkan sebagai
jangka panjang.

Khusus untuk perusahaan tertentu seperti bank dan asuransi yang mempunyai metode khusus
dalam penggolongan aktiva, maka penggolongan aktiva harus dilakukan sesuai d standar
akuntansi keuangan yang berlaku.
 Pengungkapan Ringkasan Data Keuangan Interim

Apabila perusahaan melaporkan ringkasan informasi keuangan pada tanggal laporan


keuangan interim, data berikut merupakan data minimum yang harus dilaporkan :

1. Pendapatan atau penjualan kotor, beban, estimasi pajak penghasilan, pos luar biasa
(termasuk pengaruh terhadap pajak pnghasilan yang terkait), pengaruh kumulatif
perubahan akuntansi, perubahan akuntansi dan laba bersih.
2. Data laba bersih per saham untuk setiap periode interim yang disajikan.
3. Pendapatan dan beban musiman.
4. Perubahan yang penting dalam taksiran pajak penghasilan.
5. Pelepasan suatu segen usaha, pos luar biasa, transaksi tidak biasa dan tidak sering
terjadi.
6. Kewajiban kontinjen.
7. Perubahan akuntansi, dan
8. Perubahan yang material pada unsur laporan arus kas.

Suatu perubahan kebijakan akuntnasi harus diterapkan secara retrospektif dengan melaporkan
jumlah setiap penyesuaian yang terjadi yang berhubungan dengan periode sebelumnya
sebagai suatu penyesuaian pada saldo awal periode (retained earnings), kecuali jumlah
tersebut tidak dapat ditentukan secara wajar. Informasi komparatif harus dinyatakan kembali,
kecuali jika untuk melaksanakannya dianggap tidak praktis.

Pengaruh perubahan akuntansi terhadap hasil keuangan periode interim pada periode interim
berikutnya harus diungkapkan.

Laporan keuangan interim terakhir, misalnya triwulan keempat tidak perlu disusun karena
pada dasarnya laporan keuangan tersebut dapat digantikan dengan laporan keuangan tahunan.
Dalam hal laporan keuangan interim triwulan keempat hendak diterbitkan, maka
penerbitannya dilakukan bersamaan dengan penerbitan laporan keuangan tahunan. Di
samping itu, isi dari laporan keuangan interim triwulan keempat harus merupakan selisih dari
laporan keuangan tahunan dan laporan keuangan interim sebelumnya tahun yang
bersangkutan.
 Tanggal Efektif
Pernyataan ini berlaku untuk penyusunan laporan keuangan interim yang mencakupi
periode laporan yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 1995. penerapan
lebih dini sangat dianjurkan.

 Persyaratan Pelaporan Interim

Perusahaan harus menggunakan metode penetapan harga persediaan yang sama (FIFO, LIFO,
dan yang lainnya) untuk pelaporan interim seperti halnya pada laporan tahunan. Akan tetapi,
pengecualian-pengecualian berikut dapat diterima dalam periode pelaporan interim :

a) Perusahaan dapat menggunakan metode laba kotor untuk penetapan harga persediaan
interim, tetapi dibutuhkan pengungkapan atas metode dan penyesuaian untuk
merekonsiliasi dnegan persediaan tahunan
b) Jika persediaan LIFO dilikuidasi pada tanggal interim dan diperkirakan akan diganti
kembali sebelum akhir tahun, maka HPP harus mencakup perkiraan biaya
penggantian dasar LIFO yang dilikuidasi dan tidak mempengaruhi likuidasi interim
c) Penurunan harga pasar persediaan tidak dapat ditangguhkan setelah periode interim
kecuali dianggap bersifat sementara dan tidak ada kerugian yang diperkirakan untuk
tahun fiskanl tersebut
d) Varians yang direncanakan menurut sistem biaya standar yang diperkirakan akan
diserap sampai akhir tahun biasanya harus ditangguhkan.

 Masalah Unik dari Pelaporan Interim :

a. Biaya Iklan dan Biaya Sejenis (Biaya ini harus ditangguhkan dalam periode interim
jika manfaatnya melampaui periode tersebut, sebaliknya biaya-biaya itu harus
dibebankan pada saat terjadi
b. Beban yang akan Disesuaikan pada Akhir Tahun (Biaya tersebut harus diestimasi dan
dialokasikan ke periode interim dengan cara terbaik yang mungkin dilakukan)
c. Pajak Penghasilan (Perusahaan pada suatu waktu biasanya menganut pendekatan yang
terakhir dan mengakrualkan pajak yang berlaku ke masing-masing laba tambahan)
d. Pos-Pos Luar Biasa (Membebankan atau mengkredit kerugian atau keuntungan dalam
kuartal di mana hal itu terjadi dan bukannya mencoba beberapa alokasi periode
berganda yang bersifat arbitrer)
e. Laba Per Saham (Pelaporan Laba per Saham interim melibatkan semua masalah
inheren dalam menghitung dan menyajikan laba per saham tahunan serta beberapa
lainnya)
f. Faktor Musiman (Faktor Musiman terjadi apabila penjulan dilakukan dalam satu
periode yang singkat dari satu tahun sementara beberapa biaya terjadi secara merata
sepanjang tahun tersebut)
g. Kontroversi yang Berlanjut (Ketidak jelasam apakah metode terpidah, terpadu, atau
kombinasi dari keduanya yang akan digunakan sebagai standar)

5. PELAPORAN PERAMALAN DAN PROYEKSI KEUANGAN

Dalam tahun-tahun terakhir ini, tuntutan masyarakat investor akan informasi yang lebih
banyak dan baik berfokus pada pengungkapan ekspetasi perusahaan di masa depan.
Pengungkapan tersebut mengambil salah satu dari dua bentuk.

· Peramalan Keuangan.

Peramalan keuangan adalah satu set laporan keuangan prospektif yang menyajikan perkiraan
posisi keuangan, hasil operasi, dan arus kas entitas, sesuai dengan pengetahuan serta
keyakinan terbaik dari pihak yang bertanggung jawab atas laporan keuangan tersebut.
Peramalan keuangan didasarkan atas asumsi pihak yang bertanggung jawab yang
mencerminkan kondisi-kondisi yang diyakininya akan terjadi dan arah tindakan yang
diperkirakan akan diambil.

· Proyeksi Keuangan

Proyeksi keuangan adalah laporan-laporan keuangan prospektif yang menyajikan perkiraan


posisi keuangan, hasil operasi, dan arus kas entitas dengan satu atau lebih asumsi hipotesis,
sesuai dengan pengetahuan serta keyakinan terbaik dari pihak yang bertanggung jawab atas
laporan keuangan tersebut. Proyeksi keuangan didasarkan atas asumsi pihak yang
bertanggung jawab yang mencerminkan kondisi-kondisi yang diyakininya akan terjadi dan
arah tindakan yang diperkirakan akan diambil dengan memandang satu atau lebih asumsi
hipotesis.

Perbedaan antara peramalan keuangan dan proyeksi keuangan adalah bahwa peramalan
keuangan mencoba memberikan informasi tentang apa yang diharapkan terjadi, sedangkan
proyeksi keuangan dapat memberikan informasi tentang apa yang mungkin terjadi, walaupun
tidak harus sesuatu yang diharapkan terjadi.

· Argumen-argumen yang mendukung penerbitan peramalan :

a. Keputusan investasi berdasarkan ekspetasi atau harapan di masa depan, karena itu
informasi tentang masa depan memudahkan pengambilan keputusan yang lebih baik
b. Peramalan sudah diedarkan secara informal, tetapi tidak terkendali, seringkali
menyesatkan, dan tidak tersedia secara merata kepada seluruh investor. Situasi yang
membingungkan ini harus dikendalikan
c. Situasinya kini berubah dengan cepat sehingga informasi historis tidak lagi memadai
untuk keperluan prediksi.

· Argumen-argumen yang menolak penerbitan peramalan :

a. Tidak seorangpun yang dapat mengetahui masa depan. Oleh sebab itu meskipun
peramalan memberikan kesan kebenaran tentang masa depan namun tetap terbukti
salah pada akhirnya
b. Organisasi hanya akan berusaha untuk memenuhi peramalan yang telah
diterbitkannya, dan tidak berusaha untuk mencapai hasil terbaik demi kepentingan
pemegang saham
c. Jika peramalan terbukti tidak akurat, maka akan muncul berbagai tuduhan dan
mungkin tindakan hokum
d. Pengungkapan peramalan akan merugikan organisasi karena memberikan informasi
tidak hanya kepada investor, tetapi juga kepada para pesaing (asing dan lokal)

SEC telah mengindikasikan bahwa perusahaan diperbolehkan (tidak diharuskan) untuk


memasukkan peramalan laba dalam pelaporan yang diajukan kepada SEC. untuk mendorong
manajemen mengungkapkan jenis informasi ini, SEC telah menerbitkan peraturan
perlindungan (safe-harbor rule). Peraturan tersebut memberikan perlindungan kepada
perusahaan yang menyajikan peramalan yang salah selama proyeksi tersebut disiapkan atas
dasar yang masuk akal dan diungkapkan dengan maksud yang baik. Akan tetapi, safe harbour
rule tidak bekerja dengan baik dalam prakteknya.
Daftar Pustaka

 http://ekonomikomiko.blogspot.co.id/2014/05/pengungkapan-dalam-laporan-
keuangan.html (diakses tanggal 14 November 2017)
 http://sashaannisa18.blogspot.co.id/2015/03/pengungkapan-penuh-dalam-
pelaporan.html (diakses tanggal 14 November 2017)
 https://kuliahnurinfo.wordpress.com/2010/10/01/laporan-interim/ (diakses tanggal 14
November 2017)

Vous aimerez peut-être aussi