Vous êtes sur la page 1sur 18

ASUHAN KEPERAWATAN HEMODIALISA

DISUSUN OLEH :

DEA AYU LISTI NIM : A21612055

FIRDA SARI MUSTIKA NIM :A21612045

SUVY MARHANI NIM : A21612067

YONGKI ANGGARA NIM : A21612071

PRODI : S1 KEPERAWATAN / 5B

TUGAS : SISTEM PERKEMIHAN

DOSEN PEMBIMBING : Ns. LELA AINI, S.Kep, M.Bmd

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

SITI KHADIJAH PALEMBANG

T.A 2018 / 2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME atas segala limpahan
karuniaNya.sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kelompok mata kuliah
system perkemihan. Pada makalah ini kami akan membahas tentang hemodialisa.
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis
peroleh dari berbagai sumber yang berkaitan dengan hemodialisa. Tak lupa
penyusun ucapkan terima kasih kepada pengajar mata kuliah system perkemihan
atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini.Juga kepada rekan-rekan
mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini.
Penulis harap dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi
kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita, khususnya bagi
penulis.Memang makalah ini masih jauh dari sempurnah, maka penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang
lebih baik.

Penulis

2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................ 2
Daftar Isi ..................................................................................................... 3
I. Pendahuluan
A. Latar Belakang ........................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 5
II. Pembahasan
A. Definisi ................................................................................................... 6
B. Anatomi dan Fisiologi ............................................................................. 6
C. Etiologi .................................................................................................... 7
D. Manifestasi Klinik ................................................................................... 8
E. Patoflow .................................................................................................. 9
F. Pemeriksaan Penunjang ........................................................................ 10
G. Komplikasi ............................................................................................ 10
H. Penatalaksanaan .................................................................................... 10
I. Pengkajian Teori .................................................................................. 12
J. Diagnosis ............................................................................................... 13
K. Intervensi ............................................................................................... 14
III. Penutup
A. Simpulan ............................................................................................... 15
B. Saran ...................................................................................................... 15
IV. Daftar Pustaka ............................................................................................ 16

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dialisis merupakan suatu proses yang di gunakan untuk


mengeluarkan cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika ginjal
tidak mampu melaksanakan proses tersebut. Tujuan dialisis adalah untuk
mempertahankan kehidupan dan kesejahteraan pasien sampai fungsi
ginjal pulih kembali. Metode terapi mencakup hemodialisis, hemofiltrasi
dan peritoneal dialisis.
(Brunner & Suddarth, 2001)
Pada dialisis molekul solut berdifusi lewat membran
semipermeabel dengan cara mengalir dari sisis cairan yang lebih pekat
(konsentarsi solut lebih tinggi) ke cairan yang lebih encer (kondisi solut
yang lebih rendah). Cairan mengalir lewat membran semipermeabel
dengan cara osmosis atau ultrafiltrasi (aplikasi tekanan exsternal pada
membran) pada hemodialisis membran merupakan bagian dari dialeser
atau ginjal artifisial. Pada perritoneal dialisis, merupakan peritoneum atau
lapisan dinding abdomen berfungsi sebagai membran semipermeabel .
(Santoso,2006)

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan hemodialisa?


2. Bagaimana anatomi dan fisiologi hemodialisa ?
3. Apa etiologi hemodialisa ?
4. Bagaimana patofisiologi penyakit hemodialisa ?
5. Apa saja manifestasi klinis penyakit hemodialisa ?
6. Apa saja yang termasuk pemeriksaan penunjang penyakit hemodialisa ?
7. Bagaimana komplikasi penyakit hemodialisa ?
8. Bagaimana pengkajian teori hemodialisa ?
9. Apa diagnosis penyakit hemodialisa ?
10. Bagaimana intervensi penyakit hemodialisa ?

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Hemodialisa dan dialisa peritoneal merupakan dua tehnik utama


yang digunakan dalam dialisa. Prinsip dasar kedua teknik tersebut sama
yaitu difusi solute dan air dari plasma ke larutan dialisa sebagai respon
terhadap perbedaan konsentrasi atau tekanan tertentu. (Santoso,2006)
Hemodialisa adalah proses pembersihan darah oleh akumulasi
sampah buangan. Hemodialisis dilakukan pada pasien gagal ginjal
tahapan akhir ataupun pasien penyakit akut yang memerlukan waktu yang
singkat. (DR. Nursalam, 2011)
Hemodialisis adalah sebuah proses dimana solute serta air
mengalami peristiwa perpindahan zat dalam pelarut. Perpindahan ini
bermulai dar bagian yang berkonsentrasi tinggi menuju kebagian yang
berkonsentrasi rendah melalui membran pori. (Christ Brooker, 2008)

B. Anatomi dan Fisiologi

Ginjal mempunyai fungsi untuk menyaring darah kita dari


kotoran, menghasilkan hormone untuk pengaturan tekanan darah,
hormone untuk membentuk sel darah merah. Selain itu ginjal juga
berfungsi untuk mengeluarkan racun-racun sisa metabolisme dalam tubuh

5
kita. Dua ginjal yang Anda miliki merupakan organ yang memiliki fungsi
sangat vital, seperti menyaring darah dan menjaga keseimbangan kimiawi
dalam tubuh. Kerja organ yang berbentuk seperti kacang merah dan
berukuran kira-kira sebesar kepalan tangan ini dapat terganggu oleh
berbagai hal, mulai dari infeksi saluran kemih hingga penyakit ginjal
kronik. Jika ginjal sudah tidak bisa bekerja atau berfungsi seperti semula,
terapi hemodialisis dan transplantasi ginjal dapat menjadi harapan baru
bagi Anda yang mengalami gangguan fungsi ginjal kronik.

(Sylvia, 2005)
Ginjal memiliki struktur yang cukup unik, yaitu pembuluh darah
dan unit penyaring. Proses penyaringan terjadi pada bagian kecil dalam
ginjal, yang disebut dengan nefron. Setiap ginjal memiliki sekitar satu
miliar nefron. Pada nefron ini terdapat pembuluh darah kecil-kecil –
kapiler – yang saling jalin menjalin dengan saluran-saluran yang kecil,
yaitu tubulus. (Sylvia, 2005)

Tubulus-tubulus ini pertama kali menerima gabungan antara zat-


zat buangan dan berbagai kimia hasil metabolisme yang masih bisa
digunakan tubuh. Ginjal akan ‘memilih’ zat-zat kimia yang masih
berguna bagi tubuh (natrium, fosfor, dan kalium) dan mengembalikannya
ke peredaran darah dan mengeluarkan lagi kembali ke dalam tubuh.
Dengan cara demikian, ginjal turut mengatur kadar zat-zat kimia tersebut
dalam tubuh.

Selain membuang sampah-sampah yang sudah tidak terpakai lagi,


ginjal juga berfungsi menjadi ‘pabrik’ penghasil tiga hormon penting,
yaitu:

· Eritropoietin (EPO), yang merangsang sumsum tulang membuat sel-sel


darah merah (eritrosit)

· Renin, membantu mengatur tekanan darah.

· Bentuk aktif vitamin D (kalsitriol), yang membantu penyerapan kalsium

6
Ginjal adalah organ yang memiliki kemampuan yang luar biasa,
diantaranya sebagai penyaring zat-zat yang telah tidak terpakai (zat
buangan atau sampah) yang merupakan sisa metabolisme tubuh. Setiap
harinya ginjal akan memproses sekitar 200 liter darah untuk menyaring
atau menghasilkan sekitar 2 liter ‘sampah’ dan ekstra (kelebihan) air.
Sampah dan esktra air ini akan menjadi urin, yang mengalir ke kandung
kemih melalui saluran yang dikenal sebagai ureter. Urin akan disimpan di
dalam kandung kemih ini sebelum dikeluarkan pada saat Anda berkemih.
(Sylvia, 2005)
Zat-zat yang sudah tidak terpakai lagi atau sampah tersebut
diperoleh dari proses normal pemecahan otot dan dari makanan yang
dikonsumsi. Tubuh akan memakai makanan tersebut sebagai energi dan
untuk perbaikan jaringan. Setelah tubuh mengambil secukupnya dari
makanan, sisanya akan dikirim ke dalam darah untuk kemudian disaring
di ginjal. Jika fungsi ginjal terganggu maka kemampuan menyaring zat
sisa ini dapat terganggu pula dan terjadi penumpukan dalam darah
sehingga dapat menimbulkan berbagai manifestasi gangguan terhadap
tubuh. (Sylvia, 2005)

Protein sangat dibutuhkan untuk membangun semua bagian tubuh,


seperti otot, tulang, rambut dan kuku. Protein-protein yang ada dalam
darah dapat keluar ke urin (bocor) bila unit penyaring ginjal – glomerulus
– sudah mengalami kerusakan. Protein yang terkandung di dalam urin,
disebut dengan albumin. (Sylvia, 2005)

C. Etiologi
Hemodialisa dilakukan kerena pasien menderita gagal ginjal akut
dan kronik akibat dari : azotemia, simtomatis berupa enselfalopati,
perikarditis, uremia, hiperkalemia berat, kelebihan cairan yang tidak
responsive dengan diuretic, asidosis yang tidak bisa diatasi, batu ginjal,
dan sindrom hepatorenal. (Brunner & Suddarth, 2001)

7
D. Manifestasi Klinis
1. Perubahan dalam BAK dan warna urine
2. Bau Mulut
3. Pembengkakan tubuh
4. Nyeri dan sakit punggung
5. Tubuh terasa lemas dan tidak mampu bekerja berat
6. Mual bahkan bisa muntah-muntah.
(Purima Rasutachi, 2012)
E.Patoflow

Gagal ginjal

Kreatinin
menurun

Fungsi ginjal
menurun Ketidak
Ketergantungan
pada dialisis
berdayaan
Terapi karena sifat
penyakit
hemodialisis

A.
Ketidaktahuan Pendarahan Efek Akses vascular +
B. Komplikasi
penyakit dan Ultrafiltra
sekunder
C.
kebutuhan si
terhadap
dialisis Kurang Vol cairan
penusukan dan
akses vaskuler
Mual, muntah
emboli.

Kurang
Anoreksia
Pengetahuan
Resiko
Ketidakseimba Cedera
ngan nutrisis
kurang dari
kebutuhan

8
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Lab : Hb, Ht, Leucocyf, Trambocyt

2. Pemeriksaan Jantung atau Eks

3. Pemeriksaan Radiologi

(Sylvia, 2005)

G. Komplikasi
Menurut Havens dan Terra (2005) selama tindakan
hemodialisa sering sekali ditemukan komplikasi yang terjadi, antara
lain:

a. Kram otot

Kram otot pada umumnya terjadi pada separuh waktu


berjalannya hemodialisa sampai mendekati waktu berakhirnya
hemodialisa. Kram otot seringkali terjadi pada ultrafiltrasi (penarikan
cairan) yang cepat dengan volume yang tinggi.

b. Hipotensi
Terjadinya hipotensi dimungkinkan karena pemakaian dialisat
asetat, rendahnya dialisat natrium, penyakit jantung aterosklerotik,
neuropati otonomik, dan kelebihan tambahan berat cairan.

c. Aritmia
Hipoksia, hipotensi, penghentian obat antiaritmia selama
dialisa, penurunan kalsium, magnesium, kalium, dan bikarbonat serum
yang cepat berpengaruh terhadap aritmia pada pasien hemodialisa.

d. Sindrom ketidakseimbangan dialisa

Sindrom ketidakseimbangan dialisa dipercaya secara primer


dapat diakibatkan dari osmol-osmol lain dari otak dan bersihan urea
yang kurang cepat dibandingkan dari darah, yang mengakibatkan suatu
gradien osmotik diantara kompartemen-kompartemen ini. Gradien
osmotik ini menyebabkan perpindahan air ke dalam otak yang

9
menyebabkan oedem serebri. Sindrom ini tidak lazim dan biasanya
terjadi pada pasien yang menjalani hemodialisa pertama dengan
azotemia berat.

e. Hipoksemia
Hipoksemia selama hemodialisa merupakan hal penting yang
perlu dimonitor pada pasien yang mengalami gangguan fungsi
kardiopulmonar.

f. Perdarahan
Uremia menyebabkan ganguan fungsi trombosit. Fungsi
trombosit dapat dinilai dengan mengukur waktu perdarahan.
Penggunaan heparin selama hemodialisa juga merupakan faktor risiko
terjadinya perdarahan.

g. Ganguan pencernaan

Gangguan pencernaan yang sering terjadi adalah mual dan


muntah yang disebabkan karena hipoglikemia. Gangguan pencernaan
sering disertai dengan sakit kepala.

h. Infeksi atau peradangan bisa terjadi pada akses vaskuler.

i. Pembekuan darah bisa disebabkan karena dosis pemberian heparin


yang tidak adekuat ataupun kecepatan putaran darah yang lambat.

H. Penatalaksanaan

Diet dan masalah cairan. Diet merupakan faktor penting bagi


pasien yang menjalani hemodialisis mengingat adanya efek uremia.
Apabila ginjal yang rusak tidak mampu mengeksresikan produk akhir
metabolisme, substansi yang bersifat asam ini akan menumpuk dalam
serum pasien dan bekerja sebagai racun atau toksik. Gejala yang terjadi
akibat penumpukan tersebut secara kolektif dikenal sebagai gejala
uremik dan akan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Lebih banyak
toksin yang menumpuk, lebih berat gejala yang timbul. Diet rend
protein akan mengurangi penumpukan limbah nitrogen dan dengan
demikian meminimalkan gejala. Penumpukan cairan juga dapat terjadi

10
dan dapat mengakibatkan gagal jantung kongestif serta edema paru.
Dengan demikian, pembatasan cairan juga merupakan bagian dengan
resep diet untuk pasien ini. (Sylvia, 2005)

Dengan penggunaan hemodialisis yang efektif, asupan


makanan pasien dapat diperbaiki meskipun biasanya memerlukan
beberapa penyesuaian atau pembatasan pada asupan protein, natrium,
kalium dan cairan. Berkaitan dengan pembatasan protein, maka protein
dari makanan harus memiliki nilai biologis yang tinggi dan tersusun
dari asam-amino esensial untuk mencegah penggunaan protein yang
buruk serta mempertahankan keseimbangan nitrogen yang positif.
Contoh protein dengan nilai biologis yang tinggi adalah telur, daging,
susu dan ikan. (Sylvia, 2005)

Pertimbangan medikasi. Banyak obat yang dieksresikan


seluruhnya atau sebagian melalui ginjal. Pasien yang memerlukan
obat-obatan (preparat glikosida jantung, antibiotik, antiaritmia,
antihipertensi) harus dipantau dengan ketat untuk memastikan agar
kadar obat-obat ini dalam darah dan jaringan dapat dipertahankan
tanpa menimbulkan akumulasi toksik. (Brunner & Suddarth, 2001)

11
ASUHAN KEPERAWATAN HEMODIALISA

A. Pengkajian

a. Keluhan utama
Keluhan utama pada pasien hemodialisa adalah
a. Sindrom uremia
b. Mual, muntah, perdarahan GI.
c. Pusing, nafas kusmaul, koma.
d. Perikarditis, cardiar aritmia
e. Edema, gagal jantung, edema paru
f. Hipertensi
Tanda-tanda dan gejala uremia yang mengenai system tubuh
(mual, muntah, anoreksia berat, peningkatan letargi, konfunsi mental),
kadar serum yang meningkat. (Brunner & Suddarth, 2001)

b. Riwayat penyakit sekarang


Pada pasien penderita gagal ginjal kronis (stadium
terminal). (Brunner & Suddarth, 2001)
c. Riwayat obat-obatan
Pasien yang menjalani dialisis, semua jenis obat dan dosisnya
harus dievaluasi dengan cermat. Terapi antihipertensi, yang sering
merupakan bagian dari susunan terapi dialysis, merupakan salah satu
contoh di mana komunikasi, pendidikan dan evaluasi dapat
memberikan hasil yang berbeda. Pasien harus mengetahui kapan
minum obat dan kapan menundanya. Sebagai contoh, obat
antihipertensi diminum pada hari yang sama dengan saat menjalani
hemodialisis, efek hipotensi dapat terjadi selama hemodialisis dan
menyebabkan tekanan darah rendah yang berbahaya.

(Brunner & Suddarth, 2001)

12
B. Diagnosa Keperawatan

1. Kekurangan volume cairan b.d efek ultrafiltrasi selama dialysis


2. Kurang pengetahuan b.d penyakit dan kebutuhan untuk dialysis
3. Ketidakberdayaan b.d perassan kurang kontrol, ketergantungan pada
dialysis, sifat kronis penyakit.
4.Resiko tinggi untuk cidera b,d akses vascular dan komplikasi sekunder
terhadap penusukan dan pemeliharaan akses vascular, emboli
udara,ketidaktepatan konsentarsi / suhu dialisat.
5. ketidakseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual
dan muntah

C. Intervesi, Rasional
NO DIAGNOSA INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
1. Kekurangan 1. Kaji TTV : BB, 1) Mengetahui respon
volume cairan b.d masukan dan pasien.
efek ultrafiltrasi haluaran 2) Untuk mengetahui
selama dialysis pradialisis. tindakan yang harus
2. Kaji derajat dilakukan.
penumbunan cairan
dalam jaringan
pradialisis.
3. Tentukan ketepatan
derajat dan ketepatan
ultrafiltrasi untuk
tindakan.
4. Berikan cairan
pengganti sesuai
instruksi dan
2. Kurang 1.Kaji tingkat 1. Pasien melihat bahwa
pengetahuan pengetahuan pasien kehidupannya tidak harus
b.d penyakit dan keluarga tentang berubah akibat penyakitnya.
dan fungsi ginjal dan alas

13
kebutuhan an dialysis.
untuk dialysis 2. Kaji kesiapan untuk
belajar.
3. Berikan informasi
yang sesuai untuk
kesiapan dan
kemampuan belajar
termasuk alas an
pasien kehilangan
fungsi ginjal: tanda
dan gejala yang b.d
kehilangan fungsi
ginjal.

3. Ketidakberdayaa 1. Mendiskusikan 1) Mengetahui respon tubuh


n b.d perassan perasaanpasien, pasien.
kurang kontrol, meyakinkan bahwa
2) .Untuk mengetahui
ketergantungan perasaan tersebut
tindakan yang harus
pada dialysis, sifat normal.
dilakukan.
kronis penyakit 2. Beri dukungan
pasien dan keluarga. 3).

3. Bantu pasien untuk


tetap terorientasi
terhadap realitas,untuk
tetap optimis bahwa
fungsi ginjal akan
pulih normal bila
keadaannya
memungkinkan
4. Resiko tinggi 1. Mempertahankan
1. AV yg sudah tidak baik
untuk cidera lingkungan steril
bila dipaksakan bisa
b,d akses selama pemasukan
terjadi rupture vaskuler
vascular dan kateter.

14
komplikasi 2. Melakukan
sekunder radiografi dada setelah
2. Posisi kateter yg berubah
terhadap pemasukan kateter
dapat terjadi rupture
penusukan kevena subklavia.
vaskuler/emboli
dan 3. Amati tanda
pemeliharaan pneumothorak, 3. Kerusakan jaringan

akses vascular, ketidakteraturan dapat didahului tanda

emboli jantung, perdarahan kelemahan pada kulit,


udara,ketidakt hebat, dan periksa lecet bengkak, ↓sensasi
epatan bunyi nafas bilateral. 4. Posisi baring lama stlh
konsentarsi / 4. Ganti balutan HD dpt menyebabkan
suhu dialisat. kateter secara rutin orthostatik hipotensi
sesuai kebijakan unit.
5. Shunt dapat mengalami
5. Pastikan bahwa
sumbatan & dapat
detektor udara telah
dihilangkan dg heparin
terpasang dan
6. Infeksi dapat
berfungsi baik selama
dialisis. mempermudahkerusakan
jaringan

1. pengkajian merupakan
Ketidak 1. observasi status
seimbangan dasar untuk memperoleh
cairan, timbang bb pre
nutrisi kerang
data pemantauan evaluasi
dari kebutuhan dan post HD,
kebutuhan tubuh dan intervensi
keseimbangan masuk
berhubungan
dengan anoreksi, dan keluar, turgor kulit 2. pembatasan cairan akan
mual dan muntah menentkan dry weight
da edema, distensi
.
vena leher dan saluran urine dan respon
monitor vital sign trhadap terapi
2. batasi masukan 3. UF dan TMP yang sesuai
cairan pada saat priing akan mengalami
dan wash put HD

15
3. lakukan HD dengan
penurunan kelebihan
UF dan TMP sesuai
volume cairan susai
dengan kenaikan bb
dengan target BB ideal/
interdialisi
dry weight
4. sumber kelebihan cairan
dapat di ketahui

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hemodialisa dan dialisa peritoneal merupakan dua tehnik utama yang
digunakan dalam dialisa. Prinsip dasar kedua teknik tersebut sama yaitu difusi
solute dan air dari plasma ke larutan dialisa sebagai respon terhadap perbedaan
konsentrasi atau tekanan tertentu. (Santoso,2006)
Hemodialisa adalah proses pembersihan darah oleh akumulasi sampah
buangan. Hemodialisis dilakukan pada pasien gagal ginjal tahapan akhir
ataupun pasien penyakit akut yang memerlukan waktu yang singkat.
(DR. Nursalam, 2011)

B. SARAN

Semakin berkembangnya zaman dan teknologi semakin meningkat


juga resiko dan penyakit pada manusia terutama dalam hal ini kehilangan fungsi ginjal atau
gagal ginjal, maka hemodialisa merupakan sarana penting dalam mengatasi hal tersebut
sehingga dapat mengembalikan fungsi ginja lyang sehat

17
DAFTAR PUSTAKA

Basuki B Purnomo. 2009. Dasar-dasar Urologi. Edisi Kedua. Jakarta: Sagung Seto.

Haws., Paulette S., 2008. Asuhan Neonatus Rujukan Cepat. Jakarta: EGC.

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.

Muslihatun, WafiNur. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Yogyakarta : Fitramaya

Putra. 2012. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita untuk Keperawatan dan Kebidanan.
Yogyakarta : D-Medika.

18

Vous aimerez peut-être aussi