Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi yang begitu pesat sehingga berpengaruh
terhadap lingkungan dan gaya hidup manusia yang tidak teratur. Perubahan ini juga dapat berpengaruh pada
kesehatan seseorang. Banyak masyarakat yang masih belum tahu akan pentingnya kesehatan serta pentingnya
menjaga kebersihan lingkungan sehingga banyak sekali penyakit yang dapat ditimbulkan akibat hal yang demikian.
Salah penyakit yang disebabkan oleh lingkungan yang tidak sehat adalah Tuberculosis tulang.
Penyakit TBC atau secara ilmiah dikenal dengan tuberculosis telah menjadi sebuah wabah endemik dengan jumlah
pasien yang sangat besar di dunia. Prosentase kematian karena penyakit ini juga sangat tinggi; padahal penyakit ini
bukanlah sebuah penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Penyakit yang diakui sangat sulit dibendung ini dapat
disembuhkan jika teridentifikasi secara dini dan berobat secara teratur ke puskesmas atau rumah sakit.
Kebanyakan infeksi tuberkulosis di Amerika Serikat disebabkan oleh strain Mycobacterium tuberculosis. Infeksi
pada sistem muskuloskeletal disebabkan oleh penyebaran hematogen dari lesi primer pada traktus respiratorius ;
dapat timbul segera setelah lesi primer atau mungkin bertahun-tahun sebagai reaktivasi penyakit. Tuberkulosis
pada tulang dan sendi terjadi pada 1 – 3 % pasien dengan tuberkulosis ekstraparu. Tuberkulosis pada vertebra
lumbal atau thoraks (penyakit Pott) merupakan tempat paling sering pada tulang yang terinfeksi dan biasanya
terjadi tanpa infeksi ekstraspinal. Penyakit ini terjadi pada anak-anak di negara berkembang dan pada lanjut usia di
Amerika Serikat. Jumlah osteomielitis kira-kira 20% dari tuberkulosis muskuloskeletal dan paling sering berdampak
pada tulang paha dan tibia. Tuberkulosis pada sendi perifer hampir selalu monoarthrikuler, dengan lutut sebagai
sendi paling sering.
TB tulang merupakan penyakit infeksi akut atau kronik yang disebabkan oleh Microbakterium tuberkulosis. Yang
menjadi masalah utama baik di Indonesia maupun di dunia pada TB tulang adalah penyakit infeksi ini menyerang
tulang dan dapat menyebar hampir kesetiap bagian tubuh termasuk ginjal, tulang dan nodus limfe. Menurut WHO
prevalensi tuberkulosis yang menular di Indonesia adalah 715.000 kasus/tahun,sedangkan pada pencatatan dan
pelaporan yang diperoleh berdasarkan registrasi di ruang perawatan paru lantai III RSPAD Gatot Soebroto selama
enam bulan terakhir sejak November 2007 – Januari 2008 diperoleh data dari 332 orang yang dirawat terdapat 20
orang pasien yang dirawat dengan kasus TB Paru atau sebesar 16%. Jumlah penderita TB tulang dari tahu ke tahun
terus meningkat, kenyataan menangani TB Paru begitu mengkhawatirkan sehingga kita harus waspada sejak dini
agar tidakterjadi komplikasi – komplikasi yang dapat timbul akibat TB tulang. Komplikasi tersebut dapat
diminimalkan dengan mendapatkan perawatan secara benar den tepat.
Oleh karena itu peran perawat sangat diperlukan baik dari aspek promotif yaitu dengan penyuluhan kesehatan,
preventive dengan menjaga kebersihan lingkungan rumah, kuratif dengan cara membawa pasien yang sakit untuk
berobat, serta aspek rehabilitatif . Mengingat kompleksnya masalah – masalah yang timbul maka penulis ingin
mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan Tuberkulosis tulang dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan.
1.2 TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui seluk beluk tentang TB Tulang pada para pembaca sehingga dapat menjadi referensi untuk
pembelajaran atau upaya preventif mencegah penyakit TB Tulang.
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui secara lebih mendalam mengenai berbagai hal yang berhubungan dengan TB Tulang untuk
diusahakan mencari data-data beserta pemecahanya kemudian mencocokan berdasarkan teori yang
telah diperoleh dari kuliah maupun literature.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Tuberculosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosa dengan gejala yang bervariasi dan
ditandai dengan pembentukan tuberkel dan necrosis kaseosa pada jaringan setiap organ yang terinfeksi.
Tuberculosis (TBC) tulang adalah penyakit yang disebabkan oleh virus mycobacterium tuberculosa.Tuberculosa
tulang adalah suatu proses peradangan kronik dan destruktif yang disebabkan basil tuberkulosa yang menyebar
secara hematogen dari focus jauh.virus ini menyebar lewat udara. Pintu masuk pada tubuh manusia adalah lewat
saluran pernafasan /paru-paru. Perkembangan virus TBC, didalam tubuh sangat lamban, tergantung pada daya
tahan tubuh orang yang bersangkutan.
Tuberculosis tulang dapat menyerang hampir semua tulang tapi yang paling sering terjadi adalah TB pada tulang
belakang, kaki, siku, tangan dan bahu.Rahang bawah (mandibula) dan sendi tempomandibular adalah daerah yang
paling jarang terjangkit oleh kuman TBC.
Tuberculosis tulang adalah suatu proses peradangan yang kronik dan destruktif yang disebabkan basil tuberkulosa
yang menyebar secara hematogen dan fokus jauh .Basil tuberkulosis biasanya menyangkut dalam spongiosa
tulang.pada tempat infeksi timbul osteitis,kaseasi dan likuifaksi.Berbeda dengan osteomielitis piogenik,maka
pembentukan tulang baru pada tuberkulosis tulang sangat sedikit atau tidak ada sama sekali.pada tuberkulosis
tulang ada kecenderungan terjadi perusakan tulang rawan sendi atau diskus intervertebralis.
2.2 ETIOLOGI
Penyebab Tuberculosis adalah Micobacterium Tuberculosa. Kuman ini dapat menginfeksi manusia, seperti M.
bovis, M. kansasii, M. intracellular. Pada manusia paru-paru merupakan pintu gerbang utama masuknya infeksi
pada organ lain, bahkan bisa sampai menginfeksi tulang.
Tuberkulosis tulang belakang merupakan infeksi sekunder dari tuberkulosis di tempat lain di tubuh, 90 – 95 %
disebabkan oleh mikobakterium tuberkulosis tipik ( 2/3 dari tipe human dan 1/3 dari tipe bovin ) dan 5 – 10 % oleh
mikobakterium tuberkulosa atipik. Lokalisasi spondilitis tuberkulosa terutama pada daerah vertebra torakal bawah
dan lumbal atas, sehingga diduga adanya infeksi sekunder dari suatu tuberkulosa traktus urinarius, yang
penyebarannya melalui pleksus Batson pada vena paravertebralis.
Spondilitis tuberkulosa (TB Tulang Belakang) merupakan 50 % dari seluruh tuberkulosis tulang dan sendi yang
terjadi. Sering mengenai vertebra 40 – 50 %, panggul 30% dan sendi lutut dan sendi – sendi lainnya. Dapat disertai
dengan adanya tuberkulosis paru – paru.
Kuman hidup sebagai parasit intraselular yakni dalam sitoplasma makrofag di dalam jaringan. Makrofag yang
semula memfagositosis kemudian disenanginya karena banyak mengandung lipid. Sifat lain kuman ini adalah
aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam
hal ini tekanan oksigen pada bagian apikal paru lebih tinggi dari bagian lain, sehingga bagian apikal ini merupakan
tempat predileksi penyakit tuberkulosis
Kuman biasanya akan menyerang dengan kekuatan penuh di saat daya tahan tubuh Anda sedang lemah. Saat
menyerang, kuman akan membentuk lapisan pada tulang yang menyebabkan tulang tak bisa dialiri darah.
Akibatnya tulang menjadi keropos atau bahkan menjadi rusak.
2.3 PATOLOGI
1. Kompleks Primer
Lesi primer biasanya pada paru – paru, faring atau usus dan kemudian melalui saluran limfemenyebar ke
limfonodulus regional dan disebut primer kompleks.
2. Penyebaran Sekunder
Bila daya tahan tubuh penderita menurun, maka terjadi penyebaran melalui sirkulasi darah yang akan
menghasilkan tuberkulosis milier dan meningitis. Keadaan ini dapat terjadi setelah beberapa bulan atau beberapa
tahun kemudian dan bakteri dideposit pada jaringan ekstra – pulmoner.
3. Lesi Tersier
Tulang dan sendi merupakan tempat lesi tersier dan sebanyak 5 % dari tuberkulosis paru akan menyebar dan akan
berakhir sebagai tuberkulosis sendi dan tulang. Pada saat ini kasus – kasus tuberkulosis paru masih tinggi dan kasus
tuberkulosis tulang dan sendi juga diperkirakan masih tinggi.
1. Osteomielitis Tuberkulosa
Osteomielitis tuberkulosa selalu merupakan penyebaran sekunder dari kelainan tuberkulosa di tempat
lain,terutama paru-paru. Seperti pada osteomielitis hematogen akut,penyebaran infeksi juga terjadi secara
hematogen dan biasanya mengenai anak-anak. Perbedaannya, osteomielitis hematogen akut umumnya terdapat
pada daerah metafisis sementara osteomielitis tuberkulosa mengenai tulang belakang
2. Spondilitis Tuberkulosa
Tuberculosis tulang belakang atau dikenal juga dengan spodilitis tuberculosa merupakan peradangan
granulomatosa yang bersifat kronik destruktif oleh mikobakterium tuberculosa.Tuberkulosis tulang belakang selalu
merupakan infesi sekunder dari fokus ditempat lain dalam tubu. Percival pott (1973) yang pertama kali menulis
tentang penyakit ini dan menyatakan bahwa terdapat hubungan antara penyakit ini dengan deformitas tulang
belakang yang terjadi,sehingga penyakit ini disebut juga sebagai penyakit pott.
Gejala-gejala pada penyakit TBC tulang ini pastilah ada dan akan dirasakan oleh para penderitanya. Berbeda
dengan penyakit TBC yang menyerang paru-paru, penyakit TBC tulang, memiliki ciri khas selain ciri umum TBC,
bukan suatu hal aneh bila seseorang mengalami gejala-gejala di bawah ini, karena memang itu adalah ciri bahwa
dia sedang berada di dalam serangan penyakit TBC tulang. Beberapa gejala tersebut ialah :
a. Pada awalnya penderita merasa pegal-pegal disertai rasa lelah pada sore hari. Pada tingkat
selanjutnya penderita mengalami penurunan berat badan , demam, berkeringat di malam hari,
kehilangan nafsu makan.
b. Pada sendi gejalanya mirip arthritis yaitu nyeri pada bagian sendi, bengkak, mengalami
keterbatasan gerak. Kulit diatas daerah yang terasa nyeri kadang terasa panas & kadang juga terasa
dingin, kulit berwarna merah kebiruan.
c. Nyeri punggung atau pinggang, abses (benjolan berisi cairan), sampai patah tulang. Bahaya
patahnya tulang belakang adalah kerusakan serabut saraf sehingga terjadi kelumpuhan pada kedua
kaki.
d. Jika tulang lutut atau tulang paha yang terkena, akan timbul sakit pada sendi, terutama jika
digerakkan, gerakan tulang menjadi terbatas, dan pembengkakan sendi.
e. Pada anak-anak gejalanya dapat ditemukan spasme otot pada saat malam hari.
f. Terkadang juga akan disertai dengan demam yang ringan. Pada kasus yang lebih berat, kelemahan
otot bisa terjadi sedemikian cepatnya menyerupai kelumpuhan.
Secara klinik gejala tuberculosis tulang belakang hampir sama dengan gejala tuberculosis pada umumnya yaitu
badan lemah lesu, nafsu makan berkurang, berat badan menurun, suhu sedikit meningkat ( subfebris ) terutama
pada malam hari serta sakit pada punggung. Pada tuberculosis vertebrae servikal ditemukan nyeri di daerah
belakang kepala, gangguan menelan dan gangguan pernapasan akibat adanya abses retrofaring. Kadangkala
penderita datang dengan gejala abses pada daerah paravetebral, inguinal, poplitea atau bokong, adanya sinus
pada daerah paravetebral atau penderita datang dengan gejala – gejala paraparesis, paraplegia, keluhan gangguan
pergerakan tulang belakang akibat spasme atau gibus.
Gejala atau tanda pada TB sistem skeletal bergantung pada lokasi kelainan. Kelainan pada tulang belakang
disebut gibbus, menampakan gejala benjolan pada tulang belakang yang umumnya seperti abses tetapi tidak
menunjukkan tanda-tanda peradangan. Warna benjolan sama dengan sekitarnya, tidak nyeri tekan, dan
menimbulkan asbes dingin. Apabila dijumpai kelainan pada sendi panggul biasanya pasien berjalan pincang dan
kesulitan berdiri. Kelainan pada sendi lutut dapat berupa pembengkakan di daerah lutut, pasien sulit berdiri dan
berjalan, dan kadang-kadang ditemukan atrofi otot paha dan betis.
Kerusakan pada tulang akibat serangan kuman TBC seringkali tak menimbulkan gejala. Perkembangan virus TB di
dalam tubuh sangat lamban tergantung pada daya tahan tubuh penderita. Penderita bisa saja merasakan gejala
yang sangat mirip dengan rematik. Inilah yang akhirnya membuat kebanyakan orang tak mewaspadai adanya
masalah yang lebih serius.
2.6 PATOFISIOLOGI
Paru merupakan port d’entree lebih dari 98% kasus infeksi TB. Karena ukurannya yang sangat kecil, kuman TB
dalam droplet nuclei yang terhirup setelah melewati barrier mukosa basil TB akan mencapai alveolus. Pada
sebagian kasus, kuman TB dapat dihancurkan seluruhnya oleh mekanisme imunologis nonspesifik, sehingga tidak
terjadi respon imunologis spesifik. Akan tetapi, pada sebagian kasus lainnya, tidak seluruhnya dapat dihancurkan.
Pada individu yang tidak dapat menghancurkan seluruh kuman, makrofag alveolus akan memfagosit kuman TB
yang sebagian besar dihancurkan. Akan tetapi, sebagian kecil kuman TB yang tidak dapat dihancurkan akan terus
berkembang biak di dalam makrofag, dan akhirnya menyebabkan lisis makrofag. Selanjutnya kuman TB
membentuk lesi di tempat tersebut yang dinamakan fokus ghon (fokus primer).
Melalui saluran limfe kuman akan menyebar menuju kelenjar limfe regional, yaitu kelenjar limfe yang mempunyai
saluran limfe ke lokasi fokus primer. Penyebaran ini menyebabkan terjadinya inflamasi di saluran limfe (limfangitis)
dan di kelenjar limfe (limfadenitis) yang terkena. Jika fokus primer terletak di bawah atau tengah, kelenjar limfe
yang akan terlibat adalah kelenjar limfe parahiler, sedangkan jika fokus primer terletak di apeks paru, yang akan
terlibat adalah kelnjar para trakeal. Gabungan antara fokus primer, limfangitis, dan limfadenitis dinamakan
kompleks primer.
Masa inkubasi (waktu antara masuknya kuman dengan terbentuknya komplek primer secara lengkap) bervariasi
antara 4-8 minggu. Pada saat terbentuknya komplek primer inilah, infeksi TB primer terjadi. Hal tersebut ditandai
oleh terbentuknya hipersensitivitas terhadap tuberkuloprotein yaitu timbulnya respon positif terhadap uji
tuberkulin.
Setelah imunitas seluler terbentuk, fokus primer di jaringan paru dapat mengalami salah satu hal sebagai berikut,
mengalami resolusi secara sempurna, atau membentuk fibrosis atau kalsifikasi setelah mengalami nekrosis
pengkejuan dan enkapsulasi. Kelenjar limfe regional juga akan mengalami fibrosis dan enkapsulasi, tetapi
penyembuhannya biasanya tidak sesempurna fokus primer di jaringan paru. Kuman TB dapat tetap hidup dan
menetap selama bertahun-tahun dalam kelenjar ini.
Selama masa inkubasi sebelum terbentuknya imunitas seluler dapat terjadi penyebaran secara hematogen dan
limfogen. Pada penyebaran limfogen kuman menyebar ke kelenjar limfe regional membentuk komplek primer.
Sedangkan pada penyebaran hematogen, kuman TB masuk kedalam sirkulasi darah dan menyebar ke seluruh
tubuh dan disebut penyakit sistemik. Penyebaran hematogen sering tersamar (occult hematogenic spread)
sehingga tidak menimbulkan gejala klinis. Kuman TB kemudian akan mencapai berbagai organ di seluruh tubuh dan
biasanya yang dituju adalah organ yang mempunyai vaskularisasi baik terutama apek paru atau lobus atas paru. Di
berbagai lokasi tersebut kuman TB akan bereplikasi dan membentuk koloni kuman sebelum terbentuk imunitas
seluler yang akan membatasi pertumbuhannya, kuman tetap hidup dalam bentuk dorman dan bisa terjadi
reaktivasi jika daya tahan tubuh pejamu turun.
Basil TB masuk kedalam tubuh sebagian besar melalui traktus respiratoris. Pada saat terjadi infeksi primer,karena
keadaan umum yang buruk maka dapat terjadi basilemia.penyebaran terjadi secara hematogen. Basil TB dapat
tersangkut di paru,hati,limpa,ginjal dan tulang. Enam hingga delapan minggu kemudian,respons imunologik timbul
dan fokus tadi dapat mengalami reaksi selular yang kemudian menjadi tidak aktif atau mungkin sembuh
sempurna.Vertebra merupakan tempat yang sering terjangkit tuberkulosis tulang. Penyakit ini paling sering
menyerang korpus vertebra. Penyakit ini pada umumnya mengenai lebih dari satu vertebra. Infeksi berawal dari
bagian saraf sentral,bagian depan, atau daerah epifisial korpus vertebra. Kemudian terjadi hiperemi dan eksudasi
yang menyebabkan osteoporosis dan perlunakan korpus.Selanjutnya terjadi kerusakan pada korteks epifise.discus
intervertebralis dan vertebra sekitarnya. Kerusakan pada bagian depan korpus ini akan menyebabkan terjadinya
kifosis yang dikenal sebagai gibbus.Berbeda dengan infeksi lain yang cenderung menetap pada vertebra yang
bersangkutan,tuberculosis akan terus menghancurkan vertebra didekatnya.
Kemudian eksudat (yang trdiri atas serum,leukosit,kaseosa,tulang yang fibrsosis serta basil tuberkulosa ) menyebar
ke depan,dibawah ligamentum longitudinal anterior dan mendesak aliran darah vertebra didekatnya.Eksudat ini
dapat menembus ligamentum dan berekspansi ke berbagai arah di sepanjang garis ligament yang lemah.
Pada daerah servikal, eksudat terkupul dibelakang fasia paravertebralis dan menyebar ke lateral di belakang
muskulus sternokleidomastoideus. Eksudat dapat mengalami protrusi ke depan dan menonjol kedalam faring yang
dikenal sebagai abses faringeal. Abses dapat berjalan ke mediastinum mengisi tempat trakea, esophagus, atau
kavum pleura. Abses pada vertebra torakalis biasanya tetap tinggal pada daerah toraks setempat menempati
daerah paravertebral, berbentuk massa yang menonjol dan fusiform. Abses pada daerah ini dapat menekan
medulla spinalis sehingga timbul paraplegia. Abses pada daerah lumbal dapat menyebar masuk mengikuti
muskulus psoas dan muncul di bawah ligamentum inguinal pada bagian medial paha. Eksudat juga dapat
menyebar ke daerah krista iliaka dan mungkin dapat mengikuti pembuluh darah femoralis pada trigonum skarpei
atau regio glutea.
Abses tuberkulosis biasanya terdapat pada daerah vertebra torakalis atas dan tengah,tetapi yang paling sering
pada vertebra torakalis XII. Bila dipisahkan antara yang menderita paraplegia dan nonparaplegia maka paraplegia
biasanya pada vertebra torakalis X sedang yang non paraplegia pada vertebra lumbalis. Penjelasan mengenai hal
ini sebagai berikut : arteri induk yang mempengaruhi medulla spinalis segmen torakal paling sering terdapat pada
vertebra torakal VIII sampai lumbal I sisi kiri. Trombosis arteri yang vital ini akan menyebabkan paraplegia. Faktor
lain yang perlu diperhitungkan adalah diameter relatif antara medula spinalis dengan kanalis
vertebralisnya.intumesensia lumbalis mulai melebar kira-kira setinggi vertebra torakalis X, sedang kanalis
vertebralis di daerah tersebut relatif kecil. Pada vertebra lumbalis I, kanalis vertebralisnya jelas lebih besar oleh
karena itu lebih memberikan ruang gerak bila ada kompresi dari bagian anterior.Hal ini mungkin dapat
menjelaskan mengapa paraplegia lebih sering terjadi pada lesi setinggi vertebra torakal.
1. Stadium Implantasi
Setelah bakteri berada dalam tulang, maka bila daya tahan tubuh penderita menurun, bakteri akan
berduplikasi membentuk koloni yang berlangsung selama 6 – 8 minggu. Keadaan ini umumnya terjadi
pada daerah paradiskus dan pada anak – anak umumnya pada daerah sentral vertebra.
Derajat I : Kelemahan pada anggota gerak bawah terjadi setelah melakukan aktifitas atau setelah
berjalan jauh. Pada tahap ini belum terjadi gangguan saraf sensoris.
Derajat II : Terdapat kelemahan pada anggota gerak bawah tapi penderita masih dapat melakukan
pekerjaannya.
Derajat III : kelemahan pada anggota gerak bawah yang membatasi gerak/aktivitas penderita serta
hipestesi/anesthesia
Derajat IV : Terjadi gangguan saraf sensoris dan motoris disertai gangguan defekasi dan miksi.
Tuberkulosis paraplegia atau Pott paraplegia dapat terjadi secara dini atau lambat tergantung dari
keadaan penyakitnya.
Pada penyakit yang masih aktif, paraplegia terjadi oleh karena tekanan ekstradural dari
absesparavertebral atau akibat kerusakan langsung sumsum tulang belakang oleh adanya granulasi
jaringan. Paraplegia pada penyakit yang sudah tidak aktif / sembuh terjadi oleh karena tekanan pada
jembatan tulang kanalis spinalis atau oleh pembentukan jaringan fibrosis yang progresif dari jaringan
granulasi tuberkulosa. Tuberkulosis paraplegia terjadi secara perlahan dan dapat terjadi destruksi
tulang disertai angulasi dan gangguan vaskuler vertebra. Derajat I – III disebut sebagai paraparesis
dan derajat IV disebut sebagai paraplegia.
2.9 PENATALAKSANAAN
Kuman tuberkulosa pada umunya dapat dibunuh atau dihambat dengan pemberian obat-obat anti tuberkulosa,
misalnya kombinasi INH, etambutol, pirazinamid, dan rifampizin. Namun karena fertebra yang terinfeksi
mengalami destruksi dengan pembentukan sekuester dan perkijuan, maka tindakan bedah menjadi pentin guntuk
dapat mengevakuasi sumber infeksi dan jaringan nekrotik, terutama sekuester.
Destruksi korpus vertebra dapat menyebabkan kompesi terhadap medulla spinalis dan menyebabkan deficit
neurologic, sehingga memerlukan tindakan bedah
Dasar penatalksaan spondylitis tuberkulosa adalah mengistirahatkan vertebra yang sakit, obat-obat anti
tuberkulosa dan pengeluaran abses.
Terapi konservatif
Pengobatan konservatif yang ketat dapat memberikan hasil yang cukup baik.
c. Immobilisasi
Pemasangan gips bergantung pada level lesi, pada daerah servikal dapat dilakukan immobilisasi dengan jaket
minerva,pada daerah torakal, torakallumbal dan lumbal atas immobilisasi dengan body jacket atau gips korset
disertai fiksasi pada salah satu panggul.immobilisasi pada umumnya berlangsung 6 bulan,dimulai sejak penderita
diizinkan rawat jalan.
Selama pengobatan penderita menjalani kontrol berkala dan dilakukan pemeriksaan klinis, radiologis dan
laboratoris.Bila dalam pegamatan tidak tampak kemajuan, maka perlu difikirkan kemungkinan resistensi obat,
adanya jaringan kaseonekrotik dan sekuester, nutrisi yang kurang baik, makan obat tidak berdisplin.
d. Terapi Operatif
Tujuan terapi operatif adalah menghilangkan sumber infeksi ,mengkoreksi deformitas,menghilangkan komplikasi
neurologik dan kerusakan lebih lanjut.Salah satu tindakan bedah yang penting adalah debridement yang bertujuan
menghilangkan sumber infeksi dengan cara membuang semua debri dan jaringan nekrotik,benda asing dan
mikroorganisme
Indikasi operasi :
1. Jika terapi konservatif tidak memberikan hasil yang memuaskan,secara klinis dan radilogis
memburuk.
2. Deformitas bertambah,terjadi destruksi korpus multipel
3. Terjadinya kompresi pada medula spinalis dengan atau tidak dengan degisit neurologik,terdapat
abses paravertebral
4. Lesi terletak torakolumbal,torakal tengah dan bawah pada penderita anak.lesi pada daerah ini
akan menimbulkan deformitas berat pada anak dan tidak dapat ditanggulangi hanya dengan OAT.
5. Radiologis menunjukkan adanya sekuester ,kavitasi dan kaseonekrotik dalam jumlah banyak
Operasi kifosis dilakukan bila terjadi deformitas yang hebat. Kifosis mempunyai tendensi untuk
bertambah berat terutama pada anak –anak. Tindakan operatif dapat berupa fusi posterior atau
melalui operasi radikal.
2.10 KOMPLIKASI
Kerusakan tulang atau sendi dapat terjadi dalam beberapa minggu atau bulan jika terapi yang tidak adekuat
diberikan. Deformitas berkaitan dengan kerusakan sendi, bentukan abses yang meluas ke tempat yang berdekatan
dengan jaringan lunak, dan bentukan sinus sering ditemukan. Paraplegia merupakan komplikasi paling serius dari
tuberkulosis tulang belakang. Sebagai bentuk penyembuhan lesi sendi yang hebat, ankilosis tulang atau jaringan
fibrosa spontan akan terjadi.
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan. Pengkajian di lakukan dengan cermat untuk
mengenal masalah klien, agar dapat memeri arah kepada tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan
sangat tergantung pada kecermatan dan ketelitian dalam tahap pengkajian. Tahap pengkajian terdiri dari tiga
kegiatan yaitu : pengumpulan data, pengelompokan data, perumusan diagnosa keperawatan. ( Lismidar 1990 : 1)
Secara tehnis pengumpulan data di lakukan melalui anamnesa baik pada klien, keluarga maupun orang
terdekat dengan klien.
Pemeriksaan fisik di lakukan dengan cara , inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
1. Identitas klien
meliputi : nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan,
alamat, tanggal/jam MRS dan diagnosa medis.
2. Keluhan utama
Klien mengatakan nyeri punggung.
c. Pola eliminasi.
Klien akan mengalami perubahan dalam cara eliminasi yang semula bisa ke kamar mandi, karena lemah
dan nyeri pada punggung serta dengan adanya penata laksanaan perawatan imobilisasi, sehingga kalau
mau BAB dan BAK harus ditempat tidur dengan suatu alat. Dengan adanya perubahan tersebut klien tidak
terbiasa sehingga akan mengganggu proses aliminasi.
d. Pola aktivitas.
Sehubungan dengan adanya kelemahan fisik dan nyeri pada punggung serta penatalaksanaan perawatan
imobilisasi akan menyebabkan klien membatasi aktivitas fisik dan berkurangnya kemampuan dalam
melaksanakan aktivitas fisik tersebut.
8. Pemeriksaan fisik.
a. Inspeksi.
Pada klien dengan Spondilitis tuberkulosa kelihatan lemah, pucat, dan pada tulang belakang
terlihatbentuk kiposis.
b. Palpasi.
Sesuai dengan yang terlihat pada inspeksi keadaan tulang belakang terdapat adanya gibus pada
areatulang yang mengalami infeksi.
c. Perkusi.
Pada tulang belakang yang mengalami infeksi terdapat nyeri ketok.
d. Auskultasi.
Pada pemeriksaan auskultasi keadaan paru tidak di temukan kelainan.
(Abdurahman, et al 1994 : 145 ).
Setelah data di kumpulkan kemudian dikelompokkan menurut data subjektif yaitu data yang didapat dari pasien
sendiri dalm hal komukasi atau data verbal dan objektiv yaitu data yang didapat dari pengamatan, observasi,
pengukuran dan hasil pemeriksaan radiologi maupun laboratorium. Dari hasil analisa data dapat disimpulkan
masalah yang di alami. oleh klien. ( Mi Ja Kim,et al 1994 ).
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan dari masalah klien yang nyata ataupun potensial berdasarkan
data yang telah dikumpulkan, yang pemecahannya dapat dilakukan dalam batas wewenang perawat untuk
melakukannya.
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Tuberculosis (TBC) tulang adalah penyakit yang disebabkan oleh virus mycobacterium tuberculosa.Tuberculosa
tulang adalah suatu proses peradangan kronik dan destruktif yang disebabkan basil tuberkulosa yang menyebar
secara hematogen dari focus jauh.virus ini menyebar lewat udara. Pintu masuk pada tubuh manusia adalah lewat
saluran pernafasan /paru-paru. Perkembangan virus TBC, didalam tubuh sangat lamban, tergantung pada daya
tahan tubuh orang yang bersangkutan.
4.2 Saran
Semoga kita semua dapat lebih memahami dan mengetahui tentang penyakit TB Tulang serta dapat meningkatkan
kesadaran, kemauan dan peran serta kita dalam penanggulangan TB Tulang.
DAFTAR PUSTAKA
Samsuhidajat, Wim de Jong. Sistem Muskuloskeletal. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC, 2003,hlm 907– 910.
Rasjad Chairuddin. Infeksi dan Inflamasi. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Makasar : Bintang Lamumpatue;
2003. Hal. 144 – 149.
http://ifan050285.wordpress.com/2010/03/18/tuberkulosis-tulang/
http://www.meddean.luc