Vous êtes sur la page 1sur 8

MAKALAH AKHLAK TASAWUF

TAUBAT

OLEH :

MUHAMMAD RICO ANUGRAH (0702181081)

M. PUTRA HALOMOAN DAULAY (0702182115)

MIFTAHUL RIDHO HADI (0702183248)

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

2018/2019

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA


TAUBAT : PENGERTIAN, HAKIKAT, SYARAT DAN KEUTAMAAN

DEFINISI TAUBAT

Secara Bahasa, at-Taubah berasal dari kata ‫ب‬


َ ‫ ت ََو‬yang bermakna kembali. Dia bertaubat, artinya
ia kembali dari dosanya (berpaling dan menarik diri dari dosa)[2]. Taubat adalah kembali kepada
Allâh dengan melepaskan hati dari belenggu yang membuatnya terus-menerus melakukan dosa
lalu melaksanakan semua hak Allâh Azza wa Jalla .

Secara Syar’i, taubat adalah meninggalkan dosa karena takut pada Allâh, menganggapnya
buruk, menyesali perbuatan maksiatnya, bertekad kuat untuk tidak mengulanginya, dan
memperbaiki apa yang mungkin bisa diperbaiki kembali dari amalnya.

HAKIKAT TAUBAT

Hakikat taubat yaitu perasaan hati yang menyesali perbuatan maksiat yang sudah terjadi, lalu
mengarahkan hati kepada Allâh Azza wa Jalla pada sisa usianya serta menahan diri dari dosa.
Melakukan amal shaleh dan meninggalkan larangan adalah wujud nyata dari taubat.

Taubat mencakup penyerahan diri seorang hamba kepada Rabbnya, inabah (kembali) kepada
Allâh Azza wa Jalla dan konsisten menjalankan ketaatan kepada Allâh. Jadi, sekedar
meninggalkan perbuatan dosa, namun tidak melaksanakan amalan yang dicintai Allâh Azza wa
Jalla , maka itu belum dianggap bertaubat.

Seseorang dianggap bertaubat jika ia kembali kepada Allâh Azza wa Jalla dan melepaskan diri
dari belenggu yang membuatnya terus-menerus melakukan dosa. Ia tanamkan makna taubat
dalam hatinya sebelum diucapkan lisannya, senantiasa mengingat apa yang disebutkan Allâh
Azza wa Jalla berupa keterangan terperinci tentang surga yang dijanjikan bagi orang-orang yang
taat, dan mengingat siksa neraka yang ancamkan bagi pendosa. Dia berusaha terus melakukan itu
agar rasa takut dan optimismenya kepada Allâh semakin menguat dalam hatinya. Dengan
demikian, ia berdoa senantiasa kepada Allâh Azza wa Jalla dengan penuh harap dan cemas agar
Allâh Azza wa Jalla berkenan menerima taubatnya, menghapuskan dosa dan kesalahannya.
SYARAT-SYARAT TAUBAT

Dalam kitab Majâlis Syahri Ramadhân, setelah membawakan banyak dalil dari al-Qur’an dan as-
Sunnah yang mendorong kaum Muslimin untuk senantiasa bertaubat dan beberapa hal lain
tentang taubat, Syaikh Muhammad bin Shalih Utsaimin mengatakan, “Taubat yang diperintahkan
Allâh Azza wa Jalla adalah taubat nasuha (yang tulus) yang mencakup lima syarat:

Pertama : Hendaknya taubat itu dilakukan dengan ikhlas. Artinya, yang mendorong dia untuk
bertaubat adalah kecintaannya kepada Allâh Azza wa Jalla , pengagungannya terhadap Allâh,
harapannya untuk pahala disertai rasa takut akan tertimpa adzab-Nya. Ia tidak menghendaki
dunia sedikitpun dan juga bukan karena ingin dekat dengan orang-orang tertentu. Jika ini yang
dia inginkan maka taubatnya tidak akan diterima. Karena ia belum bertaubat kepada Allâh Azza
wa Jalla namun ia bertaubat demi mencapai tujuan-tujuan dunia yang dia inginkan.

Kedua : Menyesali serta merasa sedih atas dosa yang pernah dilakukan, sebagai bukti
penyesalan yang sesungguhnya kepada Allâh dan luluh dihadapan-Nya serta murka pada hawa
nafsunya sendiri yang terus membujuknya untuk melakukan keburukan. Taubat seperti ini adalah
taubat yang benar-benar dilandasi akidah, keyakinan dan ilmu.

Ketiga : Segera berhenti dari perbuatan maksiat yang dia lakukan. Jika maksiat atau dosa itu
disebabkan karena ia melakukan sesuatu yang diharamkan, maka dia langsung meninggalkan
perbuatan haram tersebut seketika itu juga. Jika dosa atau maksiat akibat meninggalkan sesuatu
yang diwajibkan, maka dia bergegas untuk melakukan yang diwajibkan itu seketika itu juga. Ini
apabila hal-hal wajib yang ditinggalkan itu bisa diqadha’, misalnya zakat atau haji.
HADITS DAN AYAT AL-QURAN

Adapun yang bersifat khusus adalah saat kematian mendatangi seseorang. Ketika kematian
mendatangi seseorang, maka taubat sudah tidak berguna lagi baginya dan tidak akan diterima.
Allâh Azza wa Jalla berfirman :

‫ت َحتَّ ٰى ِإذَا َحض ََر أ َ َح َد ُه ُم ا ْل َم ْوتُ قَا َل ِإنِي تُبْتُ ْاْلنَ َو ََل ا َّل ِذينَ يَ ُموت ُونَ َو ُه ْم‬ َّ ‫ت الت َّ ْوبَةُ ِللَّ ِذينَ يَ ْع َملُونَ ال‬
ِ ‫س ِيئ َا‬ َ ‫َولَ ْي‬
ِ ‫س‬
َ َ
‫عذابًا أ ِلي ًما‬ َ َ َ َ ٰ ُ َّ
َ ‫ُكفار ۚ أولئِكَ أ ْعتَ ْدنا ل ُه ْم‬

Dan tidaklah taubat itu diterima Allâh dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang)
hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan :
“Sesungguhnya saya bertaubat sekarang.” Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang
mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang
pedih. [An-Nisa/4:18]

Apabila taubat itu telah terpenuhi seluruh syaratnya dan diterima, maka Allâh akan menghapus
dosa-dosa yang ia telah bertaubat darinya, sekalipun jumlahnya sangat banyak. Allâh Azza wa
Jalla berfirman :

ُ َ‫علَ ٰى أَ ْنفُس ِِه ْم ََل ت َ ْقن‬


َّ ‫طوا ِم ْن َرحْ َم ِة‬
ِ‫ّللا‬ ْ َ ‫ِي الَّ ِذينَ أ‬
َ ‫س َرفُوا‬ َ ُ‫ّللاَ يَ ْغ ِف ُر الذُّن‬
َ ‫وب ج َِميعًا ۚ قُ ْل يَا ِع َباد‬ َّ َّ‫الر ِحي ُم إِن‬ ُ ُ‫إِنَّهُ ه َُو ا ْلغَف‬
َّ ‫ور‬

Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri,
janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allâh. Sesungguhnya Allâh mengampuni dosa-dosa
semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [Az-
zumar/39:53]

Allâh Azza wa Jalla memerintahkan para hamba-Nya untuk bertaubat dan berjanji akan
menerima taubat mereka. Allâh Azza wa Jalla berfirman:

‫َوه َُو الَّذِي َي ْقبَ ُل الت َّ ْوبَةَ ع َْن ِع َبا ِد ِه‬

Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya.. [Asy-Syura / 42: 25]
Dan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

‫علَ ْي ِه‬ ُ ‫اب قَ ْب َل أ َ ْن ت َ ْطلُ َع الش َّْم‬


َ َ‫س ِم ْن َم ْغ ِربِهَا ت‬
َ ُ‫اب هللا‬ َ َ ‫َم ْن ت‬

Siapa yang bertaubat sebelum matahari terbit dari tempat terbenamnya maka Allâh akan
menerima taubatnya.[HR. Muslim]

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

.‫اس ت ُ ْوب ُْوا إِلَى هللاِ َوا ْست َ ْغ ِف ُر ْوهُ فَإِنِِّ ْي أَت ُ ْوبُ فِ ْي اليَ ْو ِم ِمائ َةَ َم َّرة )) رواه مسلم‬
ُ َّ‫(( يَاأ َ ُّي َها الن‬
“Wahai sekalian manusia, bertaubatlah kepada Allah dan memohonlah ampun kepada-Nya,
sesungguhnya aku bertaubat dalam sehari sebanyak 100 kali.”(HR. Muslim).

 Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

.‫(( ِإ َّن هللاَ َي ْق َب ُل ت َْو َبةَ ال َع ْب ِد َمالَ ْم يُغ َْر ِغ ْر )) رواه الترمذي‬
“Sesungguhnya Allah menerima taubat seseorang hamba, selama nyawanya belum sampai di
kerongkongan.” (HR. At-Tirmidzi, dan ia menghasankannya).
CONTOH KEJADIAN NYATA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI:

1. Tidak melakukan amal shaleh

Untuk melengkapi taubat yang sempurna, kamu dapat mengganti perbuatan maksiat dengan
amal shaleh. Bagaikan kain yang bolong-bolong, kita berusaha untuk menambalnya kembali.
Orang yang tidak melakukan amal shaleh berarti membiarkan hatinya bolong dengan
kemaksiatan.

2. Hati yang masih cenderumg terhadap dosa

Taubat yang sungguh-sungguh akan menjauhkan pelakunya terhadap perbuatan dosa, dia
sama sekali enggan untuk berdekatan dengan kemaksiatan. Tapi bagi mereka yang taubat nya
rusak, hatinya masih cenderung kepada dosa, ia masih mendekati hal-hal yang bisa
menjerumuskannya kembali pada dosa.
SOLUSI:

Taubat adalah kembali taat kepada Allah s.w.t dan menyesal dengan bersungguh-sungguh
terhadap dosa yang telah dilakukan sama ada dosa besar mahupun dosa kecil serta memohon
keampunan dari Allah. Setiap individu disuruh bertaubat untuk menyucikan diri dari dosa besar
dan kecil, sama ada dilakukan dengan sengaja mahupun tidak.

Hukum bertaubat adalah wajib sama ada dosa kepada Allah s.w.t mahupun dosa sesama
manusia. Jika dosa itu berkaitan dngan manusia, hendaklah meminta maaf daripada manusia
terbabit. Sekiranya dosa berkaitan dengan harta benda, hendaklah dikembalikan harta tersebut
kepada tuannya. Bertaubat kepada Allah hendaklah dilakukan dengan bersungguh-sungguh dan
hati yang ikhlas kerana taubat yang tiada keikhlasan tidak mendatangkan apa-apa kesan terhadap
individu terbabit. Taubat yang terbaik adalah taubat yang penuh penyesalan, keinsafan dan rasa
rendah diri kepada Allah s.w.t. Di dalam Islam, digariskan cara-cara memohon keampunan dan
rahmat Allah s.w.t :

1. Menyesal, menginsafi & berazam tidak akan mengulangi dosa yang telah dilakukannya
2. Beristighfar memohon keampunan Allah s.w.t
3. Beramal kebajikan
4. Mensyukuri nikmat Allah s.w.t.
5. Berdoa memohon kesejahteraan hidup di dunia & hari Akhirat
KESIMPULAN

Taubat adalah pertbuatan terpuji yang sangat dianjurkan dalam agama. Taubat menjadi
sarana untuk memohon ampun kepada Allah Swt. Dan menjadi media untuk kembali ke jalan
Allah. Taubat dapat dilakukan kapan saja, tidak hanya karena melakukan dosa, tetapi juga harus
dilakukan sekalipun tidak memiliki dosa. Orang sudah melakukan dosa, setelah taubat diterima
dan dikabulkan Allah, bagaikan orang yang tidak pernah melakukan dosa. Oleh karena itu,
gunakanlah sarana taubat ini untuk selalu dekat kepada Allah dan kembali ke jalan-Nya. Kita
harus selalu optimis bahwa taubat itu pasti diterima Allah Swt. Insya Allah.

Vous aimerez peut-être aussi