Vous êtes sur la page 1sur 15

CASE REPORT

DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER

Adriyan Satria1 Andi Zainal2


1
Penulis untuk korespondensi: Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau,
Alamat: Jl. Makmur, Pekanbaru, E-mail: ad_riyan_nothing@yahoo.com
2
Bagian Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Riau

Abstrak

Pendahuluan: Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue


hemorraghic fever/DHF) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue. Virus ini ditularkan melalui vektor nyamuk genus Aedes terutama Aedes
aegypti dan Aedes albopictus yang memiliki manifestasi klinis berupa demam, nyeri
otot dan atau nyeri sendi, leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan
diathesis hemoragik. Pada Demam Berdarah Dengue sudah terjadi perembesan
plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau
penumpukan cairan di rongga tubuh. Apabila terdapat renjatan/syok pada kasus
Demam Berdarah Dengue maka disebut Sindrom Renjatan Dengue (dengue shock
syndrome).
Laporan kasus: Ny. IS usia 43 tahun datang ke RSUD Arifin Achmad dengan
keluhan demam mendadak sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam
dirasakan terus menerus, hanya turun saat minum obat penurun panas, disertai
dengan lemas namun masih dapat beraktifitas, terdapat nyeri pada sendi, sakit
kepala, mual, muntah, menggigil saat suhu tubuh meningkat. 2 hari sebelum masuk
rumah sakit mulai muncul bintik-bintik berwarna merah di paha dengan ukuran
kurang lebih 1-2 mm, tidak dirasakan gatal dan permukaan rata/tidak menonjol.
Tidak terdapat perdarahan gusi atau mimisan. Dari pemeriksaan umum yang
dilakukan didapatkan kesadaran Composmentis, tekanan darah 100/80 mmHg, Nadi
68 x/menit, Suhu 37OC, Pernafasan 20x/menit. Keadaan umum pasien tampak sakit
ringan, keadaan gizi baik, Tinggi Badan 155 cm, Berat Badan 50 kg dengan IMT
20,8 (Normoweight). Pada pemeriksaan abdomen, terlihat bentuk datar, tidak ada
pergerakan usus, asukultasi didapatkan bising usus 15 x/menit. Palpasi dirasakan
supel, didapatkan nyeri tekan epigastrium, tidak teraba pembesaran hati dan lien.
Perkusi didapatkan suara timpani di seluruh kuadran abdomen. Hasil pemeriksaan
laboratorium pasien pada tanggal 7 Maret 2017: Anti Dengue IgG(+), Anti Dengue
IgM(+), Anti Salmonella typhi IgM(-). Hasil pemeriksaan laboratorium pasien pada
tanggal 8 Maret 2017: Hb 14,1 g/dL, Trombosit 19.000/uL, Hematokrit 40,8%,
Leukosit: 3830/uL.
Kesimpulan: Pasien didiagnosis Dengue Hemorrhagic Fever dengan warning sign
dan dispepsia. Penatalaksanaan yang diberikan adalah cairan Ringer Laktat, inj.
omeprazole 40 mg 2x1, paracetamol 500 mg tablet 3 x 1 (jika demam).

Key words : Dengue Haemorrhagic Fever

Ilmu Penyakit Dalam FK UR April 2017 Page 1


CASE REPORT

PENDAHULUAN penatalaksanaan pada keadaan ini


Demam dengue/DF dan tentu harus dilakukan sesegera
demam berdarah dengue/DBD mungkin. Dengan memahami
(dengue hemorraghic fever/DHF) perjalanan penyakit, gambaran klinis
merupakan penyakit infeksi yang dan pemeriksaan laboratorium,
disebabkan oleh virus dengue. Virus diharapkan penatalaksanaan dapat
ini ditularkan melalui vektor nyamuk dilakukan secara efektif dan efisien
genus Aedes terutama Aedes aegypti sehingga mengurangi angka
dan Aedes albopictus yang memiliki kematian pada pasien DBD.1
manifestasi klinis berupa demam,
nyeri otot dan atau nyeri sendi, TINJAUAN PUSTAKA
leukopenia, ruam, limfadenopati, 2.1 DEFINISI
trombositopenia dan diathesis Demam dengue/DF dan demam
hemoragik. Pada Demam Berdarah berdarah dengue/DBD (dengue
Dengue sudah terjadi perembesan hemorraghic fever/DHF) merupakan
plasma yang ditandai oleh penyakit infeksi yang disebabkan
hemokonsentrasi (peningkatan oleh virus dengue. Virus ini
hematokrit) atau penumpukan cairan ditularkan melalui vektor nyamuk
di rongga tubuh. Apabila terdapat genus Aedes terutama Aedes aegypti
renjatan/syok pada kasus Demam dan Aedes albopictus.1
Berdarah Dengue maka disebut Demam berdarah dengue
Sindrom Renjatan Dengue (dengue merupakan penyakit infeksi yang
shock syndrome).1 disebarkan oleh nyamuk yang
Tingginya kasus DBD di membawa virus dengue, terutama
Indonesia dan di Provinsi Riau pada spesies nyamuk Aedes aegypty.2
khususnya menjadikan kasus ini
harus dipahami oleh setiap tenaga 2.2 EPIDEMIOLOGI
kesehatan khususnya dokter umum Demam Berdarah Dengue
yang bertugas di fasilitas kesehatan tersebar di wilayah Asia Tenggara,
lini pertama. Untuk itu, diagnosis Pasifik Barat dan Karibia. Indonesia
harus ditetapkan secara cepat dan merupakan wilayah endemis dengan

Ilmu Penyakit Dalam FK UR April 2017 Page 2


CASE REPORT

sebaran wilayah di seluruh tanah air.1 2.4 KLASIFIKASI


Jumlah penderita Demam Berdarah Demam Berdarah Dengue
Dengue di Indonesia pada tahun diklasifikasikan dalam 3 bentuk,
2015 dilaporkan sebanyak 129.650 yaitu:2,5
kasus dengan jumlah kematian a. Dengue tanpa tanda bahaya
sebanyak 1.071 orang.3 Di Provinsi (dengue without warning
Riau kasus Demam Berdarah signs)
Dengue pada tahun 2015 dilaporkan
sebanyak 3.261 orang dan angka b. Dengue dengan tanda bahaya
kematian sebanyak 20 orang.4 (dengue with warning signs)

2.3 ETIOLOGI c. Dengue berat (severe


Demam dengue dan Demam Dengue)
Berdarah Dengue disebabkan oleh
Kriteria dengue tanpa/dengan
virus dengue yang termasuk dalam
tanda bahaya :
genus Flavivirus, famili Flaviviridae.
Dengue probable :
Flavivirus merupakan virus dengan
 Bertempat tinggal di /bepergian ke
ukuran diameter 30 nm terdiri dari
daerah endemik dengue
asam ribonukleat rantai tunggal
 Demam disertai 2 dari hal berikut:
dengan berat molekul 4x106.1
 Mual, muntah
Virus dengue terbagi atas
 Ruam
beberapa serotipe yaitu DEN-1,
 Sakit dan nyeri
DEN-2, DEN-3, DEN-4. Semua
 Uji torniket positif
serotipe ini dapat menyebabkan
 Lekopenia
Demam Dengue atau Demam
 Adanya tanda bahaya
Berdarah Dengue. Serotipe DEN-3
 Tanda bahaya adalah :
adalah yang paling banyak
 Nyeri perut
ditemukan di Indonesia.2
 Muntah berkepanjangan
 Terdapat akumulasi cairan
 Perdarahan mukosa
 Letargi, lemah

Ilmu Penyakit Dalam FK UR April 2017 Page 3


CASE REPORT

 Pembesaran hati > 2 cm Dengue berat


 Kenaikan hematokrit seiring Dengue berat harus dicurigai apabila
dengan penurunan jumlah pada penderita dengue ditemukan :
trombosit yang cepat a. Bukti kebocoran plasma
seperti hematokrit yang tinggi
Dengue dengan konfirmasi
atau meningkat secara
laboratorium (penting bila bukti
progresif, adanya efusi pleura
kebocoran plasma tidak jelas)
atau asites, gangguan
sirkulasi atau syok (takikardi,
Kriteria dengue berat :
ekstremitas yang dingin,
 Kebocoran plasma berat,
waktu pengisian kapiler
yang dapat menyebabkan
(capillary refill time) > 3
syok (DSS), akumulasi cairan
detik, nadi lemah atau tidak
dengan distress pernafasan.
terdeteksi, tekanan nadi yang
 Perdarahan hebat, sesuai
menyempit atau pada syok
pertimbangan klinisi
lanjut tidak terukurnya
 Gangguan organ berat, hepar
tekanan darah)
(AST atau ALT ≥ 1000,
b. Adanya perdarahan yang
gangguan kesadaran,
signifikan
gangguan jantung dan organ
c. Gangguan kesadaran
lain)
d. Gangguan gastrointestinal
Untuk mengetahui adanya berat (muntah berkelanjutan,
kecenderungan perdarahan dapat nyeri abdomen yang hebat
dilakukan uji tourniquet, walaupun atau bertambah, ikterik)
banyak faktor yang mempengaruhi e. Gangguan organ berat (gagal
uji ini tetapi sangat membantu hati akut, gagal ginjal akut,
diagnosis, sensitivitas uji ini sebesar ensefalopati/ensefalitis,
30 % sedangkan spesifisitasnya kardiomiopati dan
mencapai 82 %. manifestasi tak lazim lainnya.

Ilmu Penyakit Dalam FK UR April 2017 Page 4


CASE REPORT

2.5 PATOGENESIS Fase tersebut terdiri dari fase febris,


fase kritis dan fase pemulihan.2
Virus dengue masuk kedalam tubuh
a. Fase febris
inang kemudian mencapai sel target
Pada fase ini akan dijumpai
yaitu makrofag. Sebelum mencapai
demam mendadak tinggi 2 – 7
sel target terjadi respon immune non-
hari, disertai muka kemerahan,
spesifik dan spesifik tubuh yang akan
eritema kulit, nyeri seluruh
berusaha menghalanginya. Aktivitas
tubuh, mialgia, artralgia dan sakit
komplemen pada infeksi virus
kepala. Pada sejumlah kasus
dengue diketahui meningkat seperti
dapat pula ditemukan nyeri
C3a dan C5a, mediator-mediator ini
tenggorok, injeksi farings dan
menyebabkan terjadinya kenaikan
konjungtiva, anoreksia, mual dan
permeabilitas kapiler yang
muntah. Tanda perdarahan
menyebabkan celah endotel melebar.
seperti pteki, perdarahan mukosa
Akibat kejadian ini maka terjadi
dapat ditemukan pada fase ini,
ekstravasasi cairan dari intravaskuler
perdarahan pada gastrointestinal
ke extravaskuler dan menyebabkan
dan pervaginam mungkin terjadi
terjadinya tanda kebocoran plasma
walaupun jarang ditemukan
seperti hemokonsentrasi,
gejala tersebut.
hipoproteinemia, efusi pleura, asites,
b. Fase Kritis
penebalan dinding vesica fellea dan
Fase ini terjadi pada hari 3 – 7
syok hipovolemik. Kenaikan
sakit dan ditandai dengan adanya
permeabilitas kapiler ini berimbas
penurunan suhu tubuh disertai
pada terjadinya hemokonsentrasi,
kenaikan permeabilitas kapiler
tekanan nadi menurun dan tanda
dan timbulnya kebocoran plasma
syok lainnya.2
yang biasanya berlangsung
selama 24 – 48 jam. Lekopeni
2.6 MANIFESTASI KLINIS
yang progresif dan adanya
Dalam perjalanannya, kasus
penurunan jumlah trombosit
DBD memiliki beberapa fase yang
umumnya mendahului sebelum
umumnya terjadi pada pasien DBD.
terjadinya kebocoran plasma.

Ilmu Penyakit Dalam FK UR April 2017 Page 5


CASE REPORT

c. Fase Pemulihan bahaya, diare, kemungkinan adanya


Pada fase ini, tubuh secara gangguan kesadaran, output urin,
perlahan kembali membaik. juga adanya orang lain di lingkungan
Cairan yang berada di kerja, rumah yang sakit serupa.
ekstravaskuler masuk ke Pemeriksaan fisik selain tanda vital,
intravaskuler secara perlahan juga pastikan kesadaran penderita,
pada 48-72 jam setelahnya. status hidrasi, status hemodinamik
Keadaan umum penderita sehingga tanda-tanda syok dapat
membaik, nafsu makan pulih dikenal lebih dini, adalah
kembali, hemodinamik stabil dan takipnea/pernafasan Kusmaul/efusi
diuresis membaik. pleura, apakah terdapat
hepatomegali/asites/kelainan
abdomen lainnya, cari adanya ruam
atau ptekie atau tanda perdarahan
lainnya, bila tanda perdarahan
spontan tidak ditemukan maka
lakukan uji torniket.
Pemeriksaan laboratorium yang
perlu dilakukan adalah pemeriksaan
hematokrit dan nilai hematokrit yang
Gambar 1. Perjalanan DBD2 tinggi (sekitar 50 % atau lebih)
menunjukkan adanya kebocoran
2.7 DIAGNOSIS plasma, selain itu hitung trombosit
Langkah penegakkan diagnosis cenderung memberikan hasil yang
suatu penyakit seperti anamnesis, rendah.
pemeriksaan fisik, pemeriksaan Diagnosis konfirmatif diperoleh
penunjang tetap berlaku pada melalui pemeriksaan laboratorium,
penderita infeksi dengue. Riwayat yaitu isolasi virus, deteksi antibodi
penyakit yang harus digali adalah dan deteksi antigen atau RNA virus.
saat mulai demam/sakit, tipe demam, Imunoglobulin M (Ig M) biasanya
jumlah asupan per oral, adanya tanda dapat terdeteksi dalam darah mulai

Ilmu Penyakit Dalam FK UR April 2017 Page 6


CASE REPORT

hari ke-5 onset demam, meningkat 1. Demam atau riwayat demam


sampai minggu ke-3 kemudian akut, antara 2-7 hari, biasanya
kadarnya menurun. Ig M masih dapat bifasik.
terdeteksi hingga hari ke-60 sampai 2. Terdapat minimal satu dari
hari ke-90. Pada infeksi primer, manifestasi perdarahan yang ditandai
konsentrasi Ig M lebih tinggi dengan :
dibandingkan pada infeksi sekunder. - Uji bendung positif (rumple leed)
Pada infeksi primer, Imunoglobulin - Petekie, ekimosis, purpura
G (Ig G) dapat terdeteksi pada hari - Perdarahan mukosa (epistaksis,
ke -14 dengan titer yang rendah perdarahan gusi) atau perdarahan
(<1:640), sementara pada infeksi tempat lain
sekunder Ig G sudah dapat terdeteksi - Hematemesis atau melena.
pada hari ke-2 dengan titer yang 3. Trombositopenia (jumlah
tinggi (> 1 :2560) dan dapat bertahan trombosit <100.000/µl)
seumur hidup.2 4. Terdapat minimal satu tanda
Demam dengue ditandai dengan kebocoran plasma sebagai
adanya demam akut selama 2-7 hari, berikut :
ditandai dengan dua atau lebih - Peningkatan hematokrit > 20%
manifestasi sebagai berikut : nyeri dibandingkan standar sesuai
kepala, nyeri retro-orbita, mialgia dengan umur dan jenis kelamin.
atau artralgia, ruam pada kulit, - Penurunan hematokrit > 20%
manifestasi perdarahan seperti setelah mendapat terapi cairan,
petekie atau uji rumple leed positif dibandingkan dengan nilai
dan hasil pemeriksaan labor hematokrit sebelumnya.
didapatkan leukopenia dan - Tanda kebocoran plasma seperti :
trombositopenia.1 efusi pleura, asites,
Diagnosis DBD berdasarkan hipoproteinemia.
WHO 1997 ditegakkan bila semua Dari keterangan di atas terlihat
1
hal di bawah ini terpenuhi : bahwa perbedaan utama antara DD
dan DBD adalah pada DBD

Ilmu Penyakit Dalam FK UR April 2017 Page 7


CASE REPORT

ditemukan adanya kebocoran umumnya dapat dipulangkan.


plasma.1 Namun, pasien harus dilakukan
Dua kriteria klinis pertama monitor dengan rutin melakukan
ditambah trombositopenia atau pemberian cairan, ada buang air kecil
peningkatan hematokrit, cukup untuk setidaknya 1 kali dalam 6 jam dan
menegakkan diagnosis klinis demam tidak terdapat warning sign. Pasien
berdarah dengue. Efusi pleura dan dengan sakit > 3 hari harus diperiksa
atau hipoalbumin, dapat memperkuat sel darah putih, trombosit dan
diagnosis terutama pada pasien hematokrit untuk memantau
anemia dan atau terjadi perdarahan. perkembangan penyakitnya terutama
Pada kasus syok, peningkatan pada masa kritis. Pasien dengan
hematokrit dan adanya hematokrit yang stabil dapat
trombositopenia, mendukung dipulangkan dengan terus memantau
diagnosa demam berdarah dengue. kondisi pasien, apabila terjadi
perburukan atau timbulnya warning
2.8 PENATALAKSANAAN sign maka segera dibawa ke
pelayanan kesehatan terdekat.
Menurut WHO (2012)
Penatalaksanaan yang dapat
manajemen klinis pada dengue,
diberikan adalah pemberian intake
pasien dibagi menjadi 3 kriteria yaitu
cairan yang adekuat untuk mengganti
A,B dan C. Kriteria ini dibentuk
setiap cairan sesuai dengan demam
berdasarkan ada atau tidak tanda
dan muntah pada pasien. Pemberian
bahaya (warning sign) pada kasus
cairan dilakukan secara sedikit-
dengue yang ditangani seperti nyeri
sedikit dan sering karena pasien
perut, muntah, terdapat akumulasi
umumnya mual dan muntah. Cairan
cairan, perdarahan mukosa, letargi,
yang dapat diberikan adalah seperti
lemah, pembesaran hati > 2 cm,
air kelapa, jus buah, sup, cairan
kenaikan hematokrit seiring dengan
rehidrasi oral yang juga membantu
penurunan jumlah trombosit yang
apabila terdapat penurunan elektrolit.
cepat.6
Pemberian Paracetamol 10
Pada kriteria A, pasien tidak
mg/kg/dosis sebanyak 3-4 kali per
memiliki warning sign dan pasien

Ilmu Penyakit Dalam FK UR April 2017 Page 8


CASE REPORT

hari dapat diberikan apabila pasien ml/kgbb/jam selama 2-4 jam. Jika
masih terdapat gejala demam. Pasien tanda vital menurun dan terjadi
juga disarankan untuk kembali ke peningkatan hematokrit secara cepat
pelayanan kesehatan apabila terdapat maka pemberian cairan ditingkatkan
warning sign atau tidak adanya 5-10 ml/kgbb/jam selama 1-2 jam.
perbaikan dari gejala yang dimiliki. Berikan maintenance cairan 24-48
Pada kriteria B, pasien akan jam apabila perfusi jaringan dan
dilakukan rawat inap karena pasien urine output dalam kondisi baik.
memiliki warning sign, atau DBD Lakukan pemantauan tanda vital,
yang diperberat seperti hamil, hematokrit, balance cairan sebelum
hipertensi, gagal ginjal atau memiliki dan sesudah diberikan cairan atau
permasalahan social seperti tinggal setiap 6-12 jam sekali.6
sendirian atau berada jauh dari pusat Kriteria C merupakan pasien
kesehatan. Pemberian cairan pada dengan kondisi dengue berat karena
pasien kriteria B harus dilakukan berada pada kondisi kritis yang
untuk menghindari perkembangan umumnya disertai kebocoran plasma
penyakit menjadi status syok. Terapi yang berat yang dapat menyebabkan
yang diberikan pada pasien adalah syok atau respiratory distress,
pemasangan infus cairan isotonik RL perdarahan dan gangguan organ.
atau NaCl 0,9%. Pemberian cairan Pasien pada kondisi ini harus segera
dimulai dengan 5-7 ml/kgbb/jam dirawat di pelayanan kesehatan yang
untuk 1-2 jam pertama, kemudian memiliki fasilitas transfusi darah
dikurangi menjadi 3-5 ml/kgbb/jam apabila terjadi perdarahan masif pada
untuk 2-4 jam selanjutnya, kemudian pasien.6
dikurangi menjadi 2-3 ml/kgbb/jam
atau maintenance cairan sesuai
dengan manifestasi klinis yang
didapat. Periksa kembali nilai
hematokrit pasien, jika ada perbaikan
atau terjadi peningkatan sedikit maka
ulangi pemberian cairan 2-3

Ilmu Penyakit Dalam FK UR April 2017 Page 9


CASE REPORT

LAPORAN KASUS didapatkan IgM dan IgG anti dengue


Ny. IS usia 43 tahun datang ke positif, lalu pasien dirawat inap.
Poliklinik RSUD Arifin Achmad Di dalam keluarga pasien juga
dengan keluhan demam mendadak tidak ada yang memiliki keluhan yang
sejak 4 hari sebelum masuk rumah sama. Pasien sebelumnya tidak pernah
sakit. Demam dirasakan terus menerus, merasakan keluhan yang sama,
hanya turun saat minum obat penurun penyakit hipertensi dan diabetes
panas, disertai dengan lemas namun melitus disangkal dan tidak ada
masih dapat beraktifitas, terdapat nyeri riwayat alergi.
pada sendi, sakit kepala, mual, Pasien adalah seorang ibu rumah
muntah, menggigil saat suhu tubuh tangga. Tidak ada perjalanan ke daerah
meningkat. lain. Pasien juga menyatakan tidak
2 hari sebelum masuk rumah sakit terdapat tetangga atau kenalan yang
mulai muncul bintik-bintik berwarna memiliki keluhan yang sama.
merah di paha dengan ukuran kurang Lingkungan sekitar tempat tinggal
lebih 1-2 mm, tidak dirasakan gatal masih dalam kondisi baik.
dan permukaan rata/tidak menonjol. Dari pemeriksaan umum yang
Tidak terdapat perdarahan gusi atau dilakukan didapatkan kesadaran
mimisan. Composmentis, tekanan darah 100/80
Selama sakit, pasien mengalami mmHg, Nadi 68 x/menit, Suhu 37OC,
penurunan nafsu makan (hanya Pernafasan 20x/menit. Keadaan umum
mengkonsumsi 3-4 sendok), pasien pasien tampak sakit ringan, keadaan
masih dapat minum kurang lebih 1,5 gizi baik, Tinggi Badan 155 cm, Berat
liter. BAK masih ada dengan frekuensi Badan 50 kg dengan IMT 20,8
4-5 kali sehari, BAB masih dalam (Normoweight).
batas normal. Pasien juga Pemeriksaan mata didapatkan
mengeluhkan adanya nyeri di ulu hati. konjungtiva pucat, tidak terdapat
Pasien diminta untuk melakukan kuning pada sklera. Tidak terdapat
pemeriksaan imunoserologi dan cairan keluar dari hidung. Pemeriksaan
mulut tidak didapatkan lidah kotor

Ilmu Penyakit Dalam FK UR Maret 2016 Page 10


CASE REPORT

atau gusi berdarah. Pemeriksaan leher Dari data anamnesis, pemeriksaan


tidak didapatkan pembesaran KGB fisik dan pemeriksaan penunjang dapat
atau tiroid. Pemeriksaan Thorax ditegakkan diagnosis menurut WHO
Jantung dan Paru dalam batas normal. 2012 pada pasien ini adalah DHF with
Pada pemeriksaan abdomen, warning sign dan dispepsia.
terlihat bentuk datar, tidak ada Penatalaksanaan untuk kasus DHF
pergerakan usus, asukultasi didapatkan with warning sign diperlakukan
bising usus 15 x/menit. Palpasi sebagai penatalaksanaan menurut
dirasakan supel, didapatkan nyeri kriteria B, pada pasien ini yang akan
tekan epigastrium, tidak teraba diberikan adalah pemberian infus RL
pembesaran hati dan lien. Perkusi 5-7 ml/kgbb/jam. Pada kasus ini
didapatkan suara timpani di seluruh diberikan terapi awal sebanyak 250-
kuadran abdomen. 350 ml/jam. Diberikan juga
Pemeriksaan anggota gerak atas paracetamol tablet 500 mg 3 x 1 (jika
didapatkan CRT<2 detik, tidak terlihat demam). Untuk dispepsia pasien
adanya pteki. Pada anggota gerak diberikan injeksi omeprazole 40mg
bawah didapatkan pteki di kedua 2x1.
tungkai, CRT<2 detik, tidak terdapat Perencanaan pemeriksaan untuk
nyeri gastrocnemius. DHF with warning sign yaitu
Hasil pemeriksaan laboratorium pemeriksaan darah rutin setiap hari.
pasien pada tanggal 7 Maret 2017: Hasil follow up pasien pada
Immunoserologi Anti Dengue IgG(+), tanggal 8 Maret 2017 pasien masih
Anti Dengue IgM(+), Anti Salmonella mengeluhkan mual, muntah, nyeri
typhi IgM(-). kepala dan demam mulai menurun,
Hasil pemeriksaan laboratorium mimisan tidak ada, perdarahan gusi
pasien pada tanggal 8 Maret 2017 : tidak ada, BAB dan BAK normal. Dari
Darah rutin didapatkan Hb 14,1 g/dL, pemeriksaan tanda vital didapatkan
Trombosit 19.000/uL, Hematokrit tekanan darah 120/80 mmHg,
40,8%, Leukosit: 3830/uL. frekuensi nadi 78x/menit, suhu 37,3oC
dan frekuensi napas 16x/menit.

Ilmu Penyakit Dalam FK UR Maret 2016 Page 11


CASE REPORT

Pemeriksaan fisik didapatkan nyeri Pemeriksaan fisik tidak ditemukan


tekan epigastrium, tidak ada nyeri tekan epigastrium. Pasien
pembesaran hepar dan lien. dinyatakan boleh pulang.
Pemeriksaan laboratorium didapatkan
PEMBAHASAN
Hb 14 g/dL, Leukosit 3.890/uL,
Diagnosis demam berdarah dengue
Hematokrit 40,9 %, Trombosit
(dengue haemorrhagic fever /DHF)
23.000/uL. Penatalaksanaan pada
with warning sign pada pasien ini
pasien diberikan cairan Ringer Laktat
ditegakkan berdasarkan anamnesis,
40 tpm, Omeprazol 40mg.
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
Hasil follow up pasien pada
penunjang. Pada kasus ini pasien
tanggal 9 Maret 2017, pasien masih
mengeluhkan demam mendadak sejak
mengeluhkan nyeri kepala, demam
4 hari sebelum masuk rumah sakit.
tidak ada, nyeri perut masih ada,
Demam dirasakan terus menerus,
namun tidak terdapat mual muntah.
hanya turun saat minum obat penurun
Pemeriksaan tanda vital didapatkan
panas, disertai dengan lemas namun
tekanan darah 110/80 mmHg,
masih dapat beraktifitas, terdapat nyeri
frekuensi nadi 80x/menit, suhu 37oC
pada sendi, sakit kepala, mual,
dan frekuensi napas 16x/menit.
muntah, menggigil saat suhu tubuh
Pemeriksaan fisik didapatkan terdapat
meningkat. Pasien juga mengeluhkan
nyeri tekan epigastrium.
mulai muncul bintik-bintik berwarna
Penatalaksanaan yang diberikan cairan
merah di paha dengan ukuran kurang
Ringer Laktat 20 tpm, omeprazole
lebih 1-2 mm, tidak dirasakan gatal
40mg.
dan permukaan rata/tidak menonjol.
Hasil follow up pasien pada
Tidak terdapat perdarahan gusi atau
tanggal 10 Maret 2017, pasien
mimisan. Selain itu, pasien mengalami
menyatakan nyeri kepala sudah hilang,
penurunan nafsu makan (hanya
demam tidak ada, nyeri perut tidak
mengkonsumsi 3-4 sendok), pasien
ada. Pemeriksaan tanda vital tekanan
masih dapat minum kurang lebih 1,5
darah 120/80 mmHg, suhu 36,8oC,
liter. BAK masih ada dengan frekuensi
nadi 68x/menit, pernafasan 24x/menit.
4-5 kali sehari, BAB masih dalam

Ilmu Penyakit Dalam FK UR Maret 2016 Page 12


CASE REPORT

batas normal. Pasien juga antipiretik, dengan menghindari


mengeluhkan adanya nyeri di ulu hati. pemberian aspirin dan NSAID karena
Pemeriksaan laboratorium obat-obat tersebut dapat mencetuskan
menunjukkan adanya trombositopenia, pendarahan. Hal yang paling penting
leukositopenia, peningkatan dalam tatalaksana DHF dengan
hematokrit, serta pada pemeriksaan warning sign adalah:
imunoserologi didapatkan IgM anti 1. Memantau tanda-tanda syok,
dengue dan IgG anti dengue positif. biasanya selama fase afebris (hari
Dari data yang diperoleh, dapat ke 4-6).
disimpulkan bahwa pasien didagnosis 2. Memantau kesadaran, denyut nadi
Dengue Hemorraghic Fever/DHF dan tekanan darah.
karena sesuai dengan kriteria diagnosis 3. Memantau hematokrit (Ht) dan
yang dikeluarkan oleh WHO. Pada platelet (Trombosit).
pasien didapatkan beberapa warning
Tatalaksana awal adalah
sign seperti muntah, nyeri perut,
pemberian cairan isotonik RL
lemah, penurunan trombosit dan
sebanyak 5-7ml/kgbb/jam, pada kasus
kenaikan hematokrit, sehingga pasien
ini berat badan pasien sebesar 50 Kg,
adalah Dengue Hemorraghic Fever
sehingga cairan yang dapat diberikan
with warning sign dan tatalaksana
sebanyak 250-350 ml/jam. setelah itu
berdasarkan dengan kategori B pada
2-4 jam selanjutnya dosis cairan
WHO 2012 mengenai manajemen
diturunkan 3-5 ml/kgbb/jam berarti
tatalaksana dengue.
150-250 ml/jam, kemudian diberikan
Penatalaksanaan DHF dengan
dosis maintenance 2-3 ml/kgbb/jam
warning sign adalah tatalaksana yang
berarti 100-150 ml/jam sehingga
bersifat suportif. Kebocoran plasma
menjadi 20 tts/menit. Periksa tanda –
yang disebabkan respon imunologi
tanda vital dan hematokrit setiap 12
akan berhenti sendiri. Tatalaksana
jam. Pemberian antipiretik seperti
yang diberikan kepada pasien adalah
Paracetamol dapat dilakukan apabila
cairan, istirahat yang cukup, nutrisi.
pasien dalam kondisi demam.
Selain itu diberikan pula obat

Ilmu Penyakit Dalam FK UR Maret 2016 Page 13


CASE REPORT

Tatalaksana non farmakologis Penatalaksanaan pada demam


pada pasien adalah bed rest, diet berdarah dengue dilakukan menurut
makanan lunak serta pasien diberi WHO 2012.
cukup intake cairan (minum). Penatalaksanaan yang diberikan
Dispepsia pada pasien ditegakkan bersifat simtomatik, pemberian
berdasarkan anamnesis adanya antipiretik dan pemberian cairan.
keluhan mual dan nyeri pada ulu hati,
dari pemeriksaan fisik didapatkan
adanya nyeri tekan pada epigastrium. DAFTAR PUSTAKA
Penatalaksanaan yang diberikan adalah 1. Suhendro, Nainggolan L, Chen K,
injeksi omeprazole 40 mg 2x1. Pohan HT. Demam berdarah
Pada pasien didapatkan adanya dengue Dalam Buku Ajar Ilmu
trombositopenia atau penurunan kadar Penyakit Dalam. Edisi IV. Jilid ke
trombosit di darah. Pemberian 3. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.
transfusi trombosit hanya diberikan 2006; 1731-35.
apabila terdapat perdarahan aktif, 2. Achmadi UF, Sudjana P, Sukowati
namun pada pasien tidak ditemukan S, Wahyono TY, Haryanto B,
tanda-tanda adanya perdarahan aktif.7 Mulyono S, dkk. Demam berdarah
Selain itu, trombositopenia pada kasus dengue. Kementerian Kesehatan
DBD masih dapat dikompensasi RI: Buletin jendela epidemiologi.
dengan adanya peningkatan 2010.
trombopoietin yang dapat membantu 3. Kementrian Kesehatan Republik
meningkatkan kadar jumlah trombosit Indonesia. Profil Kesehatan
pada fase pemulihan.1 Indonesia Tahun 2015. Agustus.
2016.
KESIMPULAN 4. Dinas Kesehatan Provinsi Riau.
DBD adalah penyakit infeksi Profil Kesehatan Provinsi Riau
disebabkan oleh virus dengue Tahun 2015. Agustus. 2016.
ditularkan melalui gigitan nyamuk 5. World Health Organization.
Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus. Dengue Guidelines for Diagnosis,

Ilmu Penyakit Dalam FK UR Maret 2016 Page 14


CASE REPORT

Treatment, Prevention and Control.


New edition. Geneva. 2009.
6. WHO-TDR. Handbook for clinical
mangement of dengue. Geneva:
WHO. 2012.
7. Haroen H. Darah dan Komponen:
Komposisi, Indikasi dan Cara
Pemberian Dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Edisi IV. Jilid ke
2. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.
2006;685-9.

Ilmu Penyakit Dalam FK UR Maret 2016 Page 15

Vous aimerez peut-être aussi